Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FITOKIMIA

FLAVONOID PADA KEMBANG SEPATU

(Hibiscus rosa-sinensis L)

OLEH :

NAMA : NADIA HASNUR

NO.BP : 1701007

KELAS : VI A

DOSEN PEMBIMBING :

HUSNUNNISA,M.Farm,Apt

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFARM)

PADANG

2020
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULIAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan

BAB II : MATERI FLAVONOID PADA KEMBANG SEPATU

II.1 Klasifikasi Tanaman

II.2 Kandungan Kimia

II.3 Kegunaan Tradisional

II.4 Efek Farmakologi

II.5 Isolasi Hisperidin

II.6 Cara analisis Kualitatif dan Kuantitatif

BAB III : PENUTUP

III.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Tanaman kembang sepatu selama ini banyak dikenal masyarakat hanya sebagai tanaman
hias. Padahal tanaman kembang sepatu ini mempunyai banyak manfaat sebagai pengobatan.
Bagian tanaman kembang sepatu yang digunakan pada penelitian ini adalah bagian bunganya.
Salah satunya bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) secara empiris dapat mengobati
bronchitis (Dalimarta, 1999).

Kembang sepatu dengan nama ilmiah Hibiscus rosa-sinensis merupakan salah satu spesies
dari famili Malvaceae yang memiliki multi fungsi bagi manusia antara lain: tanaman hias, bahan
makanan, dan obat. Walaupun demikian oleh masyarakat lokal Indonesia, H. rosa-sinensis lebih
dikenal sebagai tanaman hias, karena memiliki berbagai karakter bunga dengan warna maupun
bentuk mahkota yang.Hingga tahun 1990-an dicatat sebanyak 3000-an varietas dari H. rosa-
sinensis (Hajar 2011).

Hal tersebut mengakibatkan H. rosa-sinensis merupakan kajian yang sangat menarik dari
waktu ke waktu. Bagi masyarakat lokal di kepulauan Pasifik, H. rosa-sinensis dimanfaatkan
sebagai bahan pangan yang diolah menjadi sayur, salad, dan pewarna makanan sedangkan di
Brazilia dimanfaatkan sebagai obat aborsi, dan obat diabetes mellitus (Essiett and Iwok 2014).

Masyarakat lokal Indonesia memanfaatkan H. rosa-sinensis untuk penyubur rambut dan juga
sebagai pagar hidup,sehingga mudah ditemukan di pekarangan. Sebagai obat tradisioal H.
rosasinensis dimanfaatkan sebagai obat diabetes mellitus, anti hipertensi, anti kanker, pencahar,
aborsi, penyegar, luka bakar, gangguan menstruasi, gangguan ginjal, anti diare, anti infertilitas,
mengatasi gangguan jantung. (Hajar 2011).

Bagian yang dimanfaatkan disesuaikan dengan tujuan pemanfaatan seperti daun digunakan
sebagai pencahar, sedangkan daun atau kulit batang digunakan untuk aborsi,tangkai sari untuk
diuretik untuk mengatasi ganguan ginjal. Bunga digunakan sebagai penyegar, aprodisiak,
mengobati luka bakar, diabetes dan gangguan menstruasi. Daun dan bunga bagus digunakan
untuk pengobatan ulcer. Daun dan bunga H. rosa-sinensis juga dapat digunakan sebagai pasat
dan dioleskan untuk pembengkakan yang disebabkan kanker atau gondongan (Essiett and Iwok
2014).

Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat dianggap memiliki efek samping yang lebih kecil
dibandingkan dengan obat sintesis, sehingga kajian terhadap tumbuhan obat semakin menarik
termasuk H. rosa-sinensis Manfaat dan fungsi bunga sepatu sebagai obat herbal dapat diperoleh
karena bunga sepatu mengandung berbagai senyawa seperti flavonoida, hibisetine glikoside,
cyanidin diglucosid, taraxeryl acetat, polifenol, tanin, saponin, Ca-oksalat, zat pahit dan
peroxidase. Senyawa-senyawa ini pada penyakit tertentu dapat membantu melemahkan berbagai
jenis organisme penyebab penyakit. Senyawa flavonoid yang memiliki berbagai macam
bioaktivitas, seperti antiinflamasi, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepresant,
diuretik, dll (Shimizu,1993)

Kembang sepatu baik bunga, daun, kulit batang dan akarnya mengandung hibiscetine
glikoside, sebuah agen anti spermatogenesis yang digunakan sebagai kontrasepsi untuk pria.
Selain itu bunga nya yang mekar juga mengandung kalsium oksalat dan mengandung flavonoid.
Golongan flavonoid ini diketahui dapat mempengaruhi spermatogenesis dengan menekan sekresi
hormon-hormon yang diperlukan untuk berlangsungnya spermatogenesis. Sebagai kontrasepsi
pria, air rebusan kembang sepatu selain mengganggu keseimbangan hormon reproduksi
(progesteron), juga memberikan efek menghambat sperma, mengganggu fungsi endokrin dan
memperkecil ukuran testis. (Ahmed,2010)

Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terbentuk melalui jalur sikimat.
Senyawa ini diproduksi dari unit sinnamoil-CoA dengan perpanjangan rantai menggunakan 3
malonil-CoA. Enzim khalkon synthase mengabungkan senyawa ini menjadi khalkon. Khalkon
adalah prekursor turunan flavonoid pada banyak tanaman (Dewick, 2002).

Struktur kimia obat dapat menjelaskan sifat obat dan keterkaitan unit struktur dan molekul
obat dengan aktivitas biologinya. Senyawa dengan gugus fungsi yang sama dapat memberikan
respon biologis yang sama karena bekerja pada reseptor yang sama atau mempengaruhi proses
biokimia yang sama pula. membuktikan dalam penelitian hubungan struktur-aktivitas bahwa
kombinasi pada rangka flavonoid dapat meningkatkan aktivitas penghambatan Angiotensin
Converting Enzyme. (Sastrohamidjojo,1991)

Flavonoid berpotensi sebagai antioksidan dan mempunyai aktivitas sebagai anti bakteri, anti
inflamasi, anti alergi dan anti thrombosis. Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam
air yang dapat diekstraksi dengan etanol 70% dan tetap ada dalam pelarut tersebut setelah
difraksinasi dengan pelarut non polar. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang dapat berubah
warna bila ditambah basa atau ammonia sehingga mudah dideteksi pada kromatogram atau
dalam larutan. Flavonoid mengandung gugus aromatis terkonjugasi yang menunjukkan serapan
yang kuat pada spektrofotometri (Harborne, 1996).
1.2 Rumusan Masalah

1 Apa Klasifikasi Tanaman (Hibiscus rosa-sinensis L) ?

2 Apa Kandungan Kimia (Hibiscus rosa-sinensis L) ?

3 Apa saja Kegunaan Tradisional ?

4 Bagaiaman Efek Farmakologinya ?

5 Bagaiaman cara Isolasi Hisperidin flavonoid pada tumbuhan (Hibiscus rosa-sinensis L) ?

6 Bagaimana Cara analisis Kualitatif dan Kuantitatif ?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan maka dapat diketahui tujuan dari
makalah ini yaitu untuk mengetahui kandungan Flavonoid hesperidin pada tumbuhan
Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L).
BAB II

MATERI FLAVONOID PADA KEMBANG SEPATU

II. 1 Klasifikasi Tanaman

Tanaman kembang sepatu merupakan perdu hias yang terkenal dengan varietas-
varietasnya yang berbunga tunggal dan rangkap dengan beraneka ragam warnanya,
tanaman ini tidak tumbuh liar di Indonesia. Pembiakannya dilakukan dengan cara
menyetek, karena tanaman ini tidak pernah berbuah (Hayne, 1987).

1) Sistematika Tanaman

Kedudukan tanaman kembang sepatu dalam sistematika tumbuhan adalah:

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Ordo : Malvales

Familia : Malvaceae
Spesies : Hibiscus rosa – sinensis L.

(Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

2) Nama Daerah

Nama daerah untuk Hibiscus rosa-sinensis L. berbeda-beda untuk setiap daerah


khususnya di Indonesia. Di Sumatera, tanaman kembang sepatu ini disebut bungong
raya (Aceh), bunga-bunga (Batak), soma-soma (Nias), bakeyu (Mentawai) dan bunga
raya (Melayu). Di Pulau Jawa, daerah Jakarta menyebut Hibiscus rosa-sinensis L.
adalah kembang sepatu dan uribang, orang Sunda menyebutnya kembang wera, di
Jawa disebut wora-wari dan di Madura disebut rebhang atau mandhaleka.
(Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

3) Morfologi Tanaman

Tanaman kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) merupakan perdu yang tumbuh
tegak dengan banyak cabang. Tingginya mencapai 1-4 meter, tumbuh dari dataran
rendah sampai pegunungan. Daun tunggal, berbentuk bulat telur dengan tepi bergerigi
kasar dan tulang daun menjari, ujung meruncing, panjang daun 3, 5-9, 5 cm dan lebar
2-6 cm dengan daun penumpu berbentuk garis. Daun mempunyai tangkai dengan
panjang tangkainya 1-3, 7 cm. Bunga tunggal, keluar dari ketiak daun, sekaligus
menggantung, dengan tangkai bunga beruas, warna bunga ada yang merah, dadu,
oranye, kuning, putih, dan sebagainya. Kembang sepatu biasanya ditanam sebagai
pagar hidup atau tanaman hias karena mewarnai kain, makanan, dan dipakai untuk
menggosok sepatu agar mengkilap sehingga disebut bunga sepatu. Pengembangbiakan
tanaman ini dengan stek (Widjayakusuma et al., 1992).

II.2 Kandungan Kimia

Bagian daun, bunga, dan akar mengandung flavonoid. Daun mengandung saponin
dan polifenol,serta taraksetil asetat. Bunga mengandung,sianidin diglukosida, hibisetin,
zat pahit dan lender.Akar mengandung tanin dan saponin. Bagian bunga mengandung
tanin, alkaloid, dan triterpenoid, sianidin, glikosida sianidin, kuersetin, diglukosida
sianidin. Kandungan aglikon flavonoid yang utama pada bunga kembang sepatu segar,
adalah kuersetin dan sianidin. (Widjayakusuma et al., 1992).

Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan, daun, akar, kayu kulit, tepung sari,
nektar, buah dan biji. Dalam tumbuhan flavonoid terikat gula sebagai glukosa dan
oglikan flavonoid yang mungkin terdapat dalam satu tumbuhan dalam bentuk kombinasi
glikosida. (Widjayakusuma et al., 1992).

II.3 Kegunaan Tradisional


Tanaman bunga kembang sepatu berkhasiat sebagai obat herbal,obat demam pada
anak-anak, obat batuk, dan obat sariawan. Bagian bunga juga dimanfaatkan untuk
mengatasi disentri, infeksi saluran kemih, bisul, melancarkan
haid,kencingnanah,penurunan panas,TBC,sariawan,demam nifas,bronchitis,sakit kepala.
Bagian bunga dimanfaatkan untuk peluruh dahak, obat borok, penurun panas, dan
pelembut kulit, mimisan, disentri, infeksi saluran kencing, haid tidak teratur, sariawan,
gondongan, mimisan, radang selaput mata, radang usus, radang selaput lendir hidung, dan
pewarna makanan Akar berkhasiat dapat menurunkan panas, dan obat nyeri lambung.
(Widjayakusuma et al., 1992).

II.4 Efek Farmakologi

Tanaman Kembang sepatu(Hibiscus rosa-sinensis L)memiliki efek farmakologi


yaitu sebagai :

1. Obat Gangguan Jantung


2. Anti Fertlitas
3. Anti Ulcer
4. Antioksidan
5. Anti Diabetes Mellitus
6. Anti Kanker
7. Anti Mikroba
8. Obat Gangguan Ginjal
9. Obat Ganguan Hati (Hepatoprotektor)

(Kumari, A.1965)

II.5 Isolasi Hisperidin

Telah dilakukan isolasi senyawa golongan flavonoida dari mahkota bunga Hibiscus roaa-
sinensis L. warna merah jambu. Isolasi dilakukan dengan cara ekstraksi dengan
menggunakan metanol sebagai penyari. Isolasi senyawa golongan.flavonoida dilakukan
dengan ekstraksi kocok dengan metode Charaux-Paris, dimana digunakan 3 macam
pelarut dengan polarut yang meningkat yaitu pelarut eter,etil asetat dan n-butanol.
Berdasarkan hasil test kromatografi lapistipis, dipilih salah satu fasa, yaitu fasa etil asetat
untuk dlakukan isoslabbnsi lebih lanjut dengan metode kromatografi lapis preparatif.
Hasil kromatografi lapis preparatif kemudian dilakukan identifikasi yaitu reaks1 warna,
test kromatogfii lapis· tipis, hidrolisis asam, spektrofotometer lembayung ultra dengan
metode pergeseran panjang gelombang maksimum, dan spektrofotometer infra merah,
yang memberikan hasil bahwa: -senyawa hasil isolasi merupakan senyawa ~avonoida
golongan flavonol dengan gugus OR pada atom C nomor 3,5 dan 4', dimana hasil
tersebut didukung oleh data spektroskopi infra merah yang, menunjukkan adanya gugus
karbonl dan gugus OH pada fenol. ( Harborne,1987)

II.6 Cara analisis Kualitatif dan Kuantitatif

Uji kualitatif

kandungan senyawa Flavonoid Pada Kembang sepatu dengan metode KLT.fase


diam yang digunakan adalah silica gel 60 F 254 dan fase gerak yang digunakan butanol,
asam asetat,air (3:1:1 v/v) dipilih fase gerak butanaol<asam asetat,air (3:1:1 v/v) karena
merupakan salah satu fase gerak yang biasanya digunakan untuk analisis
flavonoid.senyawa flavonoid dideteksi pada UV dengan panjang gelombang 254 nm dan
365 nm karena flavonoid mempunyai rangkap terkonjugasi (gugus kromofor) sehingga
dapat menunjukan serapan kuat pada daerah spectrum UV dan spectrum tampak.larutan
pembanding digunakan rutin karena rutin merupakan suatu glikosida flavonol yang pada
umumnya terdapat pada tanaman.Setelah disemprot dengan AICI3 Pada pengamatan
dibawah sinar UV 256 nm bercak bewarna kuning dan pada sinar UV 356 nm terlihat
bercak berfluoresensi ungu. ( Harborne,1987)

Uji Kuntitatif

Tujuan dari uji kuantitatif adalah memberikan data kadar kandungan kimia
tertentu sebagai identitas.Menurut Saifudin et al. (2011), informasi data kadar kandungan
senyawa aktif dapat berkaitan pada efek farmakologinya. Dalam hal ini penetapan kadar
dilakukan dengan metode densitometri. Tahap yang dilakukan adalah menimbang ekstrak
± 20,0 mg kemudian dilarutkan dengan 2 ml etanol sehingga diperoleh konsentrasi 10
mg/mL. Buat variasi konsentrasi standar yaitu 1 mg/mL; 0,5 mg/mL; 0,25 mg/mL; 0,125
mg/mL. Tujuan dilakukannya variasi konsentrasi untuk tumbuhan kembang sepatu
standar adalah untuk membuat kurva baku. Kemudian totolkan pada plat KLT silika gel
60 F254 dan lakukan elusi dengan fase gerak (kloroform:metanol = 9:1). Volume
penotolan untuk larutan uji ekstrak dan Kembang sepatu standar sebanyak 5μL. Plat
yang sudah dielusi dianalisis dengan KLT densitometer. Dihitung perolehan kembali
Tumbyhan kembang sepatu dalam ekstrak. (Vasudeva,2008)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

- Kembang sepatu memiliki aktivitas sebagai obat untuk mengatasi gangguan


jantung, hipertensi, diabetes mellitus, antioksidan, atifertilitas, anti ulcer, dan
gangguan ginjal.

- Manfaat dan fungsi bunga sepatu sebagai obat herbal dapat diperoleh karena
bunga sepatu mengandung berbagai senyawa seperti flavonoida, hibisetine
glikoside, cyanidin diglucosid, taraxeryl acetat, polifenol, tanin, saponin, Ca-
oksalat, zat pahit dan peroxidase.

- Pada berbagai literatur disebutkan bahwa tanaman kembang sepatu, khususnya


bagian bunga dapat digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit infeksi.
Tanaman ini diketahui mengandung saponin, tanin, alkaloid, quersetin, polifenol.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, S., Uddin, B., Hossan , T., Paul, S., Ahmet, T., & Nahar, T.,
2010,Antibacterial activity of the ethanol extracts of Hibiscus rosa-sinensisleaves and
flowers against clinical isolates of bacteria,Departement ofBiochemistry and Molecular
Biology, Jahangirnagar University Savar,Dhaka 1342, Bangladesh.

Dalimartha, setiawan. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Jilit 1. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Dewick, P.P., 2002, Medicinal Natural Products, A Biosynthetic Approach, John Wiley and
Sons, Ltd., School of Pharmaceutical Sciences University of Nottingham, UK. P.149

Essiett, U.A. and E.S. Iwok. 2014. Floral and leaf anatomy of Hibiscus species. American
Journal of Medical and Biological Research 2(5): 101-117

Heyne, K.,1987,Tumbuhan Berguna Indonesia, Volume II,Yayasan Sarana Wana Jaya :


Diedarkan oleh Koperasi Karyawan, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta

Hajar, S. 2011. Studi variasi morfologi dan anatomi daun serta jumlah kromosom Hibiscus ros-
sinensis L. di kampus Universitas Indonesia. Skripsi. Departemen Biologi FMIPA, Universitas
Indonesia, Depok, 91 halaman

Harborne. (1987). Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung : Institut


Teknologi

Kumari, A.V.A.G., A. Palavesam, J.A.J. Sunilson, K. Anandarajagopal, M. Vignesh, J. Parkavi


Bates. 1965. Preliminary phytochemical and antiulcer studies of Hibiscus rosa sinensis Linn.
root extracts Notes on the cultivated Malvaceae: Hibiscus. Baileya 13:56-129

Sastrohamidjojo, H., 1991, Dasar-dasar spektrofotometri, ed II, Liberty, Yogyakarta.

Shimizu, N., M. Tomoda, I. Suzuki, and K, Takada. 1993.Plant mucilages XLIII. a


representative mucilage with biological activity from the leaves of Hibiscus rosa-sinensis. Biol.
Pharm. Bull. 16(8): 735-739

Syamsuhidayat dan Hutapea, J.R., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, 305-306,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan ,
Jakarata.
Vasudeva, N. and S.K. Sharma. 2008. Post-coital antifertility activity of Hibiscus rosa-sinensis
Linn. roots. CAM 5(1):91-96.

Widjayakusuma, H.M.H., et. al. 1992. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia.


Jakarta:Pustaka Kartini.

Anda mungkin juga menyukai