Anda di halaman 1dari 7

Journal Endurance 2(1) February 2017 (74-80)

DETERMINAN KUALITAS HIDUP PENDERITA DM TIPE 2


DI RSUD AJJAPPANGE

Herdianti1
1
Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Harapan Ibu Jambi
herdiantinyup@gmail.com

Submitted :18-01-2017, Reviewed:26-01-2017, Accepted:09-02-2017


DOI: http://doi.org/10.22216/jen.v2i1.1662

ABSTRAK
Kualitas hidup adalah penilaian seseorang tentang apa yang sedang terjadi dalam hidupnya
berdasarkan pengalaman hidup yang telah berlalu. Penelitian ini bertujuan mengetahui besar risiko
determinan kualitas hidup penderita DM tipe 2 di RSUD Ajjappange Kabupaten Soppeng tahun
2014.Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan case control study. Sampel diambil
dengan dua cara yakni untuk kasus menggunakan teknik purposive sampling dan kontrol menggunakan
simple random sampling di RSUD Ajjappange Soppeng. Kelompok kasus adalah penderita DM tipe 2
yang memiliki kualitas hidup kurang baik. Kontrol adalah penderita DM tipe 2 yang memiliki kualitas
hidup cukup baik. Jumlah sampel sebanyak 152 orang dengan perbandingan kasus-kontrol 1:1.
Analisis data yang digunakan adalah uji odds rasio dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor dukungan keluarga (p = 0.00 OR 5.14 95% CI: 2.56 - 10.33); umur (p = 0.00 OR 3.13
95% CI: 1.61-6.07); jenis kelamin (p = 0.01 OR 2.35 95% CI 1.23 -4.51) memiliki risiko yang
signifikan. Pada analisis multivariat, dukungan keluarga adalah determinan yang paling berpengaruh
terhadap kualitas hidup penderita DM tipe 2 di RSUD Ajjappange Soppeng (OR = 6.74). Penelitian ini
menyarankan agar sebaiknya pemberian pendidikan kesehatan penatalaksanaan DM tipe 2 yang
melibatkan keluarga.

Kata Kunci : Kualitas Hidup, Determinan, Diabetes Melitus Tipe 2

ABSTRACT
Quality of life is one's judgment of what is going on in his life based on life experience that has been
passed. Importance of the problem determinants quality Living. This study aims to determine the quality
of life determinants of the risk of type 2 diabetes mellitus patients in AjjappangehospitalSoppeng in
2014. The study was observational case control study design. Samples were taken in two ways, namely
to the case using purposive sampling technique and control using simple random sampling in hospitals
AjjappangeSoppeng. Cases were patients with type 2 diabetes who have poor quality of life. Controls
were patients with type 2 diabetes who have a pretty good quality of life. Total sample of 152 people
with a 1:1 case-control comparison. Analysis of the data used is the odds ratio test and logistic
regression. The results of the research indicated that family support (p = 0.00 OR 5.14 95% CI: 2.56
to 10.33); age (p = 0.00 OR 3.13 95% CI: 1.61 to 6.07); sex (p = 0.01 OR 2.35 95% CI 1.23 to 4.51),
have significant risks. In multivariat analysis, family support is the most determinant factor of quality
of life in patient with DM type 2 in Ajjappange Hospital (OR = 6.74). This study suggests should to give
health education about DM type 2 treatment that involves family.

Keywords: Quality of Life, Determinants, Diabetes MellitusType 2

Kopertis Wilayah X 74
Herdianti – Determinan Kualitas Hidup… Journal Endurance 2(1) February 2017

PENDAHULUAN RSUD Ajjappange Kabupaten Soppeng


tahun 2014.
Kualitas hidup adalah penilaian
seseorang terhadap apa yang terjadi di METODE PENELITIAN
dalam kehidupannya berdasarkan
pengalaman hidup yang telah dilalui. Penelitian ini dilaksanakan di
Kualitas hidup mempengaruhi kesehatan RSUD Ajjappange kabupaten Soppeng
fisik, kondisi psikologis, tingkat dengan pertimbangan jumlah kasus DM
ketergantungan, hubungan sosial dan tipe 2 di rumah sakit tersebut cukup banyak
hubungan pasien dengan lingkungan yakni 435 kasus. Selain itu, RSUD
sekitarnya.10 Kualitas hidup memiliki Ajjappange menjadi satu-satunya rumah
beberapa dimensi yang diantaranya dimensi sakit rujukan di Kabupaten Soppeng dan
fisik, psikososial, sosial, somatik, dan mudah dijangkau oleh masyarakat
spritual.3 Ketika dikaitkan dengan Kabupaten Soppeng.
kesehatan maka keduanya memiliki Jenis penelitian yang digunakan
hubungan yang erat. Ketika seseorang adalah studi analitik observasional dengan
memiliki kesehatan yang baik maka akan desain studi case control untuk melihat
mempengaruhi peningkatan kualitas hidup besar risiko variabel independen yaitu
orang tersebut. Salah satu yang banyak dukungan keluarga, umur, dan jenis
menyebabkan penurunan kualitas hidup kelamin terhadap variabel dependen yaitu
masyarakat saat ini adalah penyakit. kualitas hidup dengan merunut faktor risiko
Penyakit yang saat ini berkembang yang dilakukan subjek pada waktu lalu
di masyarakat adalah penyakit Diabetes (retrospektif) dengan cara membandingkan
Mellitus. Diabetes mellitus dapat menjadi kelompok kasus dan kelompok kontrol.
serius dan menyebabkan kondisi kronik Sampel diambil dengan dua cara yakni
yang membahayakan apabila tidak diobati. untuk kelompok kasus menggunakan
Menurut, penderita diabetes berisiko teknik purposive samplingdan untuk
mengalami kerusakan mikrovaskuler kelompok kontrol dengan teknik simple
seperti retinopati, nefropati dan neuropati. random sampling dari populasi seluruh
Hal ini akan memberikan efek terhadap pasien rawat jalan yang berkunjung di
kualitas hidup pasien. Penurunan kualitas bagian interna dan tercatat dalam rekam
hidup mempunyai hubungan yang medik RSUD Ajjappange Kabupaten
signifikan terhadap angka kesakitan dan Soppeng Tahun 2014 yang berjumlah 152
kematian, serta mempengaruhi umur orang dengan perbadingan 1 kasus : 1
harapan hidup pasien DM.11 kontrol. Sampel kasus adalah penderita DM
Pentingnya masalah determinan tipe 2 dengan kualitas hidup yang kurang
kualitas hidup penderita DM tipe 2 diteliti baik. Sampel kontrol adalah penderita DM
dikarenakan tingginya risiko (OR=6.75) tipe 2 dengan kualitas hidup yang cukup
penurunan kualitas hidup seseorang yang baik. Berdasarkan penelitian yang
menderita DM tipe 2. Keunikan penyakit dilakukan oleh Lely dan Indrawaty dalam
ini yang salah satunya ditandai dengan media litbang kesehatan menyebutkan
peningkatan jumlah penderita. Diabetes bahwa penderita diabetes tertinggi pada
mellitus adalah salah satu penyakit kronik usia 61-65 tahun yaitu sebesar 32,5% dan
yang terjadi pada jutaan orang di dunia.1 terendah usia < 40 tahun sebesar 4%.2
Penelitian ini bertujuan untuk Data primer diperoleh melalui
mengetahui besar risiko dukungan pengisian kuesioner dan wawancara
keluarga, umur, jenis kelamin, depresi, langsung dengan responden yang dilakukan
lama menderita, dan komplikasi terhadap dengan mengunjungi rumah setiap
kualitas hidup penderita DM tipe 2 di responden, sedangkan data sekunder
diperoleh dari instansi yang terkait dengan

Kopertis Wilayah X 75
Herdianti – Determinan Kualitas Hidup… Journal Endurance 2(1) February 2017

tujuan penelitian yaitu bagian rekam medik yakni dirawat oleh suami/istri (56,60%).
dan interna RSUD Ajjappange Kabupaten Menurut komplikasi yang diderita,
Soppeng. Instrumen pengumpulan data kebanyakan responden tidak mengalami
berupa kuesioner yang terdiri dari 4 komplikasi (47,40%) dengan persentase
kuesioner yaitu kuesioner karakteristik sebesar 68,40% pada kelompok kasus dan
umum, kualitas hidup, dukungan keluarga, 26,30% pada kelompok kontrol (Tabel 2).
dan depresi. Analisis Risiko
Analisis Data Dukungan keluarga terbukti
Analisis data yang dilakukan secara signifikan sebagai determinan kualitas
univariat untuk mendapatkan gambaran hidup pada penderita DM tipe 2 (OR=5,14).
tentang distribusi frekuensi karakteristik Hal ini berarti responden dengan dukungan
umum responden serta variabel dependen. keluarga yang kurang baik berisiko 5,14
Analisis bivariat dilakukan uji OR untuk kali memiliki kualitas hidup yang kurang
menilai besar risiko variabel independen baik dibandingkan penderita DM tipe 2
terhadap variabel dependen. Analisis yang memperoleh dukungan keluarga yang
5,14
multivariat juga dilakukan untuk melihat baik.
hubungan antara variabel kualitas hidup Umurjuga menjadi determinan
dengan seluruh variabel yang diteliti kualitas hidup pada penelitian ini dengan
sehingga diketahui variabel bebas yang OR=3,13 dan signifikan. Dapat dikatakan
paling dominan pengaruhnya terhadap bahwa responden yang berumur > 40 tahun
kualitas hidup penderita DM tipe 2 dengan berisiko 3,13 kali lebih besar memiliki
menggunakan regresi logistik ganda. kualitas hidup yang kurang baik dibanding
responden yang berumur ≤ 40 tahun.
HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis kelamin juga memiliki
signifikansi sebagai determinan kualitas
Karakteristik Responden hidup penderita DM tipe 2 (OR=2,35).
Hasil analisis univariat Artinya perempuan berisiko 2,35 kali lebih
menggambarkan distribusi responden besar dibanding laki-laki memiliki kualitas
berdasarkan karakteristik demografi hidup kurang baik bagi mereka yang
responden (umur, jenis kelamin, keluarga menderita DM tipe 2 (Tabel 3).
yang merawat, dan komplikasi). Analisis Multivariat
Karakteristik umum sampel menurut umur Berdasarkan analisis multivariat
responden pada penelitian ini dibagi dalam yang dilakukan dengan menggunakan uji
dua kelompok umur. Responden yang regresi logistik berganda, variabel
berumur > 40 tahun lebih banyak dibanding dukungan keluarga adalah determinan yang
yang berumur ≤ 40 tahun yakni sebesar paling berpengaruh terhadap kualitas hidup
53,30%, sedangkan yang memiliki kualitas dengan nilai OR sebesar 6,74. Pada analisis
hidup kurang baik (kasus) di RSUD ini jenis kelamin tidak bermakna secara
Ajjappange Soppeng lebih banyak pada statistik (p=0,25) (Tabel 4).
kelompok umur > 40 tahun sebesar 67,10%.
Menurut jenis kelamin dapat diketahui PEMBAHASAN
bahwa tidak terlalu jauh jumlah perbedaan Umur responden memiliki
antara perempuan dan laki-laki dengan kontribusi terhadap kualitas hidup yang
persentase masing-masing 48,70% dan kurang baik. Umur dianggap penting
51,30%(Tabel 1). karena turut menentukan prognosa
penyakit. Hasil pengolahan data tentang
Karakteristik responden menurut umur responden menunjukkan bahwa umur
keluarga yang merawat, kebanyakan yang paling banyak memiliki kualitas hidup
responden dengan kelompok kasus dan yang kurang baik yaitu umur > 40 tahun
kontrol memiliki persentase sama besar sebesar 67,10%. Menurut jenis kelamin

Kopertis Wilayah X 76
Herdianti – Determinan Kualitas Hidup… Journal Endurance 2(1) February 2017

dapat diketahui bahwa tidak terlalu jauh Menurut peneliti rasa nyaman yang
jumlah perbedaan antara perempuan dan timbul pada diri pasien DM tipe 2 akan
laki-laki dengan persentase masing-masing muncul karena adanya dukungan baik
48,70% dan 51,30%. Pembahasan untuk emosional, penghargaan, instrumental dan
kedua variabel ini akan lebih mendalam informasi dari keluarga. Kondisi ini akan
pada analisis bivariat dan multivariat mencegah munculnya stress pada pasien
karena merupakan variabel independen. DM tipe 2. Dapat dipahami jika pasien DM
Orang yang merawat penderita juga tipe 2 mengalami stres, tentunya ini akan
tentunya mempengaruhi kesembuhan berpengaruh kepada fungsi tubuh.
penderita yang berdampak pada Terjadinya peningkatan kortisol akibat stres
membaiknya kualitas hidup. Karakteristik akan mempengaruhi peningkatan glukosa
responden menurut yang merawat darah melalui glukoneogenesis,
kebanyakan responden dengan kelompok katabolisme protein dan lemak. Selain itu
kasus dan kontrol memiliki persentase sama kortisol juga dapat menghalangi
besar yakni dirawat oleh suami/istri pengambilan glukosa oleh sel tubuh,
(56,6%). Ketika responden dirawat oleh sehingga dapat mempengaruhi kadar
keluarga terdekat misalnya suami/istri, glukosa darah. Selanjutnya kortisol juga
mereka akan lebih nyaman secara akan berdampak terhadap penurunan daya
psikologis tanpa merasa membebani tahan tubuh pasien DM tipe 2, sehingga
suami/istri mereka sehingga mereka tidak akan mudah untuk mengalami
akan segan untuk berbagi keluhan selama permasalahan kesehatan. Dampak yang
menderita dan tentunya ini baik bagi terjadi baik fisik maupun psikologis
perkembangan kesembuhan responden. tentunya akan berlanjut terhadap
Menurut komplikasi yang diderita, penurunkan kualitas hidup pasien DM tipe
kebanyakan responden tidak mengalami 2.5
komplikasi (47,40%) dengan persentase Sejalan dengan hasil penelitian yang
sebesar 68,40% pada kelompok kasus dan dilakukan oleh Coffman (2008) tentang
26,30% pada kelompok kontrol. efek dukungan sosial dan depresi terhadap
Hasil analisis risiko dukungan self efikasi DM tipe 2 di Spanyol.
keluarga terhadap kualitas hidup yang Penelitian ini menemukan, umumnya
kurang baik pada penelitian ini dukungan yang diterima oleh pasien DM
memperlihatkan OR = 5,14 ini berarti tipe 2 adalah dari keluarga. Selain itu
bahwa penderita DM tipe 2 yang didapatkan juga dukungan dari teman dan
memperoleh dukungan keluarga yang petugas kesehatan.4 Dukungan keluarga
kurang baik berisiko memiliki kualitas juga dilihat dari segi emosional,
hidup yang kurang baik 5,14 kali lebih penghargaan, instrumental dan informasi.
besar dibandingkan dengan yang mendapat Hal ini sesuai dengan penelitian Hensarling
dukungan keluarga yang baik. Adanya (2009) dan Sarafino (2004) bahwa
dukungan keluarga sangat membantu dukungan keluarga yang didapatkan oleh
pasien DM tipe 2 untuk dapat pasien DM tipe 2 terdiri dimensi emosional,
meningkatkan keyakinan akan penghargaan, instrumental dan
7,11
kemampuannya melakukan tindakan informasi.
perawatan diri. Pasien DM tipe 2 yang Risiko umur terhadap kualitas hidup
berada dalam lingkungan keluarga dan yang kurang baik memperlihatkan nilai OR
diperhatikan oleh anggota keluarganya = 3,13. Ini berarti bahwa responden yang
akan dapat menimbulkan perasaan nyaman berumur > 40 tahun berisiko 3,13 kali lebih
dan aman sehingga akan tumbuh rasa besar memiliki kualitas hidup yang kurang
perhatian terhadap diri sendiri dan baik dibanding responden yang berumur ≤
meningkatkan motivasi untuk 40 tahun. Terkait dengan pasien DM tipe 2,
melaksanakan perawatan diri.6,12 perubahan fisiologis, anatomis serta

Kopertis Wilayah X 77
Herdianti – Determinan Kualitas Hidup… Journal Endurance 2(1) February 2017

biokimiawi yang muncul seiring dengan Hal itu sesuai dengan penelitian
penambahan usia, akan meningkatkan Harding (2015) menyatakan bahwa ada
gangguan toleransi glukosa dan resistensi hubungan antara jenis kelamin dengan
insulin. Dapat juga dikatakan bahwa penyakit diabetes mellitus yaitu perempuan
gangguan toleransi glukosa meningkat lebih cenderung 0,87 kali untuk terkena
seiring dengan bertambahnya umur. Hal ini penyakit diabetes mellitus dibanding
tentunya akan menimbulkan berbagai dengan laki-laki.9
permasalahan baik fisik, psikologis serta Hal itu juga sesuai dengan
sosial, sehingga akan menimbulkan penelitian wahyuni (2015) yang
berbagai keterbatasan yang akan bermuara menyatakan baik pria maupun wanita
kepada penurunan kualitas hidup. Selain itu memiliki resiko yang sama pada usia
dengan pertambahan usia, berkemungkinan dewasa awal. Setelah 30 tahun wanita
akan berpengaruh terhadap penurunan memiliki resiko lebih tinggi dibanding
kemampuan perawatan diri. Penurunan dengan laki-laki dengan kecendrungan
fungsi tubuh yang terjadi, akan berdampak perempuan 1,39 kali lebih berisiko
terhadap keterlaksanaan manajemen DM dibanding dengan laki-laki.
tipe 2, sehingga gangguan kesehatan akan Hasil analisis multivariat dari
mudah muncul. Hal ini tentunya akan penelitian ini menunjukkan bahwa
berpengaruh terhadap kondisi kualitas dukungan keluarga merupakan variabel
hidup. Hilliard et al.(2009) mengemukakan yang paling berpengaruh terhadap kualitas
bahwa umur dan jenis kelamin sangat hidup penderita DM tipe 2. Pasien DM tipe
berperan penting untuk kejadian DM yang 2 yang berada dalam lingkungan keluarga
menyebabkan penurunan kualitas hidup dan diperhatikan oleh anggota keluarganya
responden, hal ini dikarenakan umur dan akan dapat menimbulkan perasaan nyaman
jenis kelamin dikaitkan dengan semakin dan aman sehingga akan tumbuh rasa
kurangnya aktifitas fisik dan kejadian perhatian terhadap diri sendiri dan
obesitas.8 meningkatkan motivasi untuk
Besar risiko jenis kelamin diperoleh melaksanakan perawatan diri. Adanya
nilai OR = 2,35, artinya perempuan berisiko dukungan keluarga sangat membantu
2,35 kali lebih besar dibanding laki-laki pasien DM tipe 2 untuk dapat
memiliki kualitas hidup kurang baik bagi meningkatkan keyakinan akan
mereka yang menderita DM tipe 2. Laki- kemampuannya melakukan tindakan
laki cenderung memiliki kepercayaan diri perawatan diri. Sedangkan jenis kelamin
lebih tinggi dan lebih mampu mengatasi tidak signifikan, hal ini berarti ketika semua
berbagai masalah secara lebih mandiri faktor risiko ada maka jenis kelamin dan
dengan menggunakan kemampuan yang lama menderita tidak signifikan
mereka miliki, termasuk saat mengalami berpengaruh pada kualitas hidup penderita.
penyakit DM. Semangat yang dimiliki laki- Laki-laki dan perempuan ketika telah
laki ini cenderung mempercepat memiliki faktor risiko yang lain maka tidak
kesembuhan penderita. Analisis data berpengaruh pada kualitas hidupnya.
Riskesdas 2007 yang dilakukan oleh Irawan Menurut Damayanti (2016) wanita
mendapatkan bahwa perempuan lebih lebih berisiko mengidap diabetes mellitus
berisiko untuk menderita DM Tipe 2 karena secara fisik wanita lebih memiliki
dibanding laki-laki (Irawan, 2010).9 indeks masa tubuh yang lebih besar.
Sementara itu, penelitian oleh Fatmawati Sindroma siklus bulanan (premenstrual)
memberikan hasil yang berbeda. Jenis dan pasca menapouse yang membuat
kelamin tidak berhubungan dengan distribusi lemak tubuh menjadi mudah
kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 terakumulasi akibat proses hormonal
(Fatmawati, 2010).6 sehingga wanita berisiko dibanding dengan
laki-laki.5

Kopertis Wilayah X 78
Herdianti – Determinan Kualitas Hidup… Journal Endurance 2(1) February 2017

SIMPULAN Research Centre The University of


Dukungan Keluarga, Umur dan Jenis Queensland, Australia.
kelamin merupakan faktor risiko kualitas
hidup penderita DM Tipe 2. Sebaiknya 4. Coffman, M.J. (2008). Effects of
dilakukan program pemberian pendidikan tangible social support and
kesehatan secara terstruktur tentang DM depression on diabetes self-efficacy.
tipe 2 dan penatalaksanaannya, serta Journal of Gerontological Nursing,
dimensi-dimensi dukungan keluarga 34 (4), 32-39.
dengan cara pemberian pengetahuan pada
saat kunjungan ke rumah sakit, baik 5. Dalimartha, S., (2015), Ramuan
kepada pasien dan keluarga, sehingga Tradisional Untuk Pengobatan
didapatkan persamaan persepsi antara Diabetes Melitus. Penebar
pasien dan keluarga. Penelitian ini dapat Swadaya, Jakarta
digunakan sebagai dasar untuk
mengembangkan penelitian selanjutnya 6. Fatmawati, Ari. (2010). Faktor
mengenai kualitas hidup antara lain Risiko Kejadian Diabetes Melitus
intervensi keperawatan yang dapat Tipe 2 Pasien Rawat Jalan (Studi
meningkatkan kualitas hidup pasien DM, Kasus di Rumah Sakit Umum
faktor-faktor lain yang diduga Daerah Sunan Kalijaga
mempengaruhi kualitas hidup pasien DM Demak)(Tesis). Universitas Negeri
tipe 2 yang belum ada pada penelitian ini Semarang.
seperti pekerjaan, latihan fisik dan diet.
7. Hensarling, J. (2009). Development
UCAPAN TERIMA KASIH and psychometric testing of
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Henserling’s diabetes family
Direktur dan seluruh staf Rumah Sakit support scale. Journal for Nursing
Umum Daerah Ajjappange Soppeng atas Practitioner,5 (7), 523-535.
diperkenankannya pelaksanakan penelitian
ini di instansi pelayanan kesehatan yang 8. Hilliard, Marisa E. et al. (2009).
dipimpinnya. Juga kepada seluruh Predictors Of Diabetes-Related
penderita DM tipe2 yang telah Quality Of Life After Transitioning
berpartisipasi menjadi responden penelitian To The Insulin Pump. Journal of
ini, serta semua pihak yang telah membantu Pediatric Psychology34 (2) pp.137–
hingga penelitian ini selesai dilaksanakan. 146, 2009.

DAFTAR PUSTAKA 9. Irawan, Dedi. (2010). Prevalensi


1. American Diabetes Dan Faktor Risiko Kejadian
Association/ADA. (2011). Diabetes Melitus Tipe 2 Di Daerah
Diagnosis And Classification Of Urban Indonesia (Analisa Data
Diabetes Mellitus. Diabetes Care, Sekunder Riskesdas 2007).
27 (1), 55-60. Universitas Indonesia.
2. Balitbang Kemenkes RI, 2015. 10. Isa B.A., & Baiyewu, O. (2006).
Profil Kemenkes. Kemenkes Quality of life patient with diabetes
RI,Jakarta mellitus in a Nigerian Teaching
Hospital. Hongkong Journal
3. Borrott, N., & Bush, R. (2008). Psychiatry, 16, 27 – 33.
Measuring quality of life among
those with type 2 diabetes in 11. Sarafino, E.P. (2004). Health
primary care. Health Communities Psychology: Biopsychosocial

Kopertis Wilayah X 79
Herdianti – Determinan Kualitas Hidup… Journal Endurance 2(1) February 2017

Interaction (2nd ed). New York:


John Wilky and Sons Inc.

12. WHO. (2011). Defenition And


Diagnosis Of Diabetes Mellitus
And Intermediate Hyperglikemia.
WHO Library Catalaguing in
Publication Data.

Kopertis Wilayah X 80

Anda mungkin juga menyukai