Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

PEMBAHASAN

1.1. Sejarah Apotek Madya

Apotek Madya Padang didirikan pada tanggal 31 Mei 1965 dengan akta pendirian

berbentuk badan usaha CV (Commanditaire Vennootschap) yang dikelola oleh Bapak

Syahriar Harun. Pada awalnya apotek Madya berlokasi di jalan Imam Bonjol, pada tahun

1982 dipindahkan ke jalan Proklamasi No. 50 sampai dengan saat ini. Pada tahun 1999

Apotek Madya ini dikelola oleh Bapak Ir. Efison dengan beberapa pemegang saham yaitu

Bapak H. Misrul Jalil, Bapak H. Zalius Raden, Bapak H. Musliar Kasim, Bapak H. Abu

Bakar dan Bapak Ir. Efison. Sejak tahun 2016 hingga sekarang, Apoteker Penanggung Jawab

Apotek Madya adalah Ibu Dwi Erliyana, S.Farm, Apt dengan SIA

09/SIAP/DPMPTSP/11/2017.

1.2. Lokasi dan Fasilitas Apotek Madya

Lokasi Apotek Madya berada di daerah yang ramai, aman, dekat dengan rumah sakit/

klinik, serta mudah di akses dengan kendaraan dan daerah yang penduduknya cukup padat.

Apotek Madya berlokasi di Jl. Proklamasi No.50 Padang. Pada apotek madya terdapat

beberapa praktek dokter, diantaranya dokter spesialis penyakit dalam (Dr, H Akmal Mufriady

Hanif, Sp.PD-KKV, MARS, FINASIM), dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin (Dr, Hj

Isramiharti,Sp.KK), dokter spesialis THT (Dr Irwan Triansyah, Sp. THT-KL) dan dokter

spesialis syaraf (Dr, Hj Yuliarni Syafrita, Sp.S). Bangunan apotek terdiri dari beberapa

ruangan, yaitu ruang tunggu, ruang penjualan obat bebas, penyerahan resep dan tempat kasir,

ruang peracikan dan lemari obat, ruang praktek dokter, tempat shalat, kamar mandi, gudang

dan ruang untuk pegawai tata usaha (administrasi dan keuangan).


Apotek ini juga dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang, seperti listrik, air,

telepon, komputer, kulkas, dispenser, AC, dan berbagai fasilitas lainnya untuk pasien di

ruang tunggu seperti tempat duduk, televisi dan surat kabar. Faktor penunjang utama yang

dimiliki Apotek Madya Padang adalah area parkir yang luas.

1.3. Struktur Organisasi Apotek Madya

Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Apotek Madya mempunyai struktur organisasi

sebagai berikut:
Komisaris

Apoteker Pengelola Apotek


Direktur Apotek
(APA)
Ir. Efison
Dwi Erliyana, S. Farm, Apt

Teknis Tenaga Kefarmasian Administrasi Bagian Pekarya


Susi, Mimi, Ayu, Arince, Nifa Vera, sri keuangan Erik
Fatmi
Gambar 1. Struktur Organisasi Apotek Madya

1.4. Tugas dan Tanggung jawab Personalia di Apotek Madya

Apotek Madya merupakan apotek non pemerintah dengan Dwi Erliyana, S.Farm, Apt

sebagai Apoteker Penanggung jawab Apotek (APA). Apotek Madya mempunyai lima (5)

tenaga teknis kefarmasian, empat (4) orang dokter dan empat (4) orang tenaga non-farmasi.

Tenaga Teknis Kefarmasian juga merangkap sebagai kasir dan juru resep.

Apotek Madya melakukan kegiatan setiap hari, mulai pukul 08.00 WIB - 22.00 WIB.

Pembagian kerja dibagi dalam dua shift, yaitu pagi sampai siang (pukul 08.00 - 15.00) dan

siang sampai malam (pukul 15.00 - 22.00 WIB). Shift pagi terdiri dari 3 orang tenaga non–
famasi dan 1 orang asisten apoteker sedangkan shift sore terdiri dari 4 orang tenaga teknis

kefarmasian dan 1 orang tenaga non-farmasi.

Pelayanan yang berorientasi pada pasien dapat dilaksanakan jika apotek mempunyai

manajemen yang baik, hal ini berarti ada pembagian tugas, fungsi dan tanggung jawab kerja

yang jelas dan diketahui oleh setiap karyawan apotek. Dengan adanya pembagian tugas yang

jelas ini, tidak ada satu karyawan pun yang akan dirugikan dan diuntungkan, semua karyawan

akan mendapat tugas secara adil dan sesuai dengan fungsinya masing-masing.

1.4.1. Apoteker Pengelola Apotek (APA)

Apoteker Pengelola Apotek sebagai apoteker yang bertanggung jawab terhadap

pekerjaan kefarmasian di Apotek mempunyai kewajiban melaksanakan semua pekerjaan

demi kelangsungan jalannya apotek, yang meliputi :

1. Secara umum bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang menyangkut kefarmasian;

2. Memimpin, menentukan kebijakan, melaksanakan pengawasan dan pengendalian Apotek

sesuai undang-undang yang berlaku.

3. Mengawasi mutu dan kualitas obat;

4. Membuat laporan-laporan:

a. Laporan pemakaian obat narkotika dan obat psikotropika;

b. Laporan pemusnahan obat dan resep.

5. Melayani resep;

6. Memberikan informasi obat dan konseling kepada pasien;

7. Mengontrol dan mengkoordinasi kerja tenaga teknis kefarmasian.

1.4.2. Tenaga Teknis Kefarmasian

Tenaga Teknis Kefarmasian bertanggungjawab dalam hal teknis di apotek. Seorang

tenaga teknis kefarmasian memiliki keahlian, keterampilan dan pengetahuan kefarmasian.

Tugas-tugas Tenaga Teknis Kefarmasian diantaranya adalah:


a. Membuat dan meracik obat sesuai dengan resep dokter.

b. Membuat kwitansi atau salinan resep untuk obat yang hanya ditebus sebagian atau bila

diperlukan pasien.

c. Pemesanan dan pembelian obat setelah disetujui oleh APA.

d. Menyusun, mencatat dan memeriksa alur masuknya obat-obatan dengan mencatat secara

rutin pada kartu stok.

e. Mencatat dan merinci jumlah keluar masuknya obat narkotika, obat psikotropika, obat

keras dan obat generik untuk dibuat laporan pemakaiannya oleh APA.

f. Melayani penjualan obat bebas dan merangkap sebagai penerima resep dan penyerahan

obat kepada pasien.

1.4.3. Administrasi

Bagian administrasi bertugas membuat laporan harian, laporan bulanan, laporan

mengenai pajak-pajak yang dibebankan dan membuat laporan tahunan tutup buku

(perhitungan rugi-laba) serta mengurus pembayaran hutang kepada Pedagang Besar Farmasi

(PBF), pembayaran rekening listrik, air dan telepon. Bagian ini menerima uang dari kasir

yang berasal dari penjualan tunai setiap hari dan bertanggung jawab atas pengelolaan

keuangan apotek secara keseluruhan.

1.4.4. Bagian Keuangan

Apotek Madya terdiri dari dua kasir yaitu kasir kecil dan kasir besar. Kasir kecil

bertugas menerima dan memasukan semua hasil penjualan tunai setiap hari ke dalam buku

kas dan menyetorkannya kepada kasir besar. Kasir besar merupakan penanggung jawab

dalam pengelolaan apotek secara keseluruhan.Adapun tugas kasir di Apotek Madya sebagai

berikut :

a. Menghitung harga resep yang harus dibayar oleh pasien;

b. Menerima uang berdasarkan harga yang telah dihitung;


c. Menerima resep dan memberi nomor pada resep serta memberi nomor antrian

pengambilan resep yang bersangkutan;

d. Menyerahkan resep pada apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian.

1.4.5. Pekarya

Pekarya bertanggung jawab atas segala perlengkapan apotek, kebersihan, keindahan

dan keamanan apotek. Bagian ini juga merangkap sebagai urusan distribusi obat kepada

pasien yang meminta obat diantarkan ke alamat, dinas luar serta menjalankan tugas-tugas

yang diberikan oleh pimpinan apotek dan Tenaga Teknis Kefarmasian.

1.5. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alkes dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

1.5.1. Pengadaan Barang

Dalam hal pengadaan barang, Apotek Madya melakukan pemesanan barang

berdasarkan jenis barang yang habis atau hampir habis. Banyaknya pesanan tergantung pada

tingkat penggunaan apotek. Pemesanan barang dilakukan dengan mengamprah semua barang

yang diperlukan ke gudang Apotek Madya, selain itu dapat juga dengan jalan melakukan

pemesanan ke PBF.

Kegiatan pengadaan di apotek meliputi perencanaan, pemesanan dan penerimaan.

Dalam merencanakan pengadaan obat, penumpukan atau kekosongan obat harus dihindari.

Perencanaan pengadaan obat disesuaikan dengan keadaan keuangan (cash flow) apotek dan

ketepatan penjualan obat, laku cepat (fastmoving) atau laku lambat (slow moving). Selain itu

juga disesuaikan dengan pola penyakit yang berkembang di daerah sekitar apotek dan

permintaan dokter berdasarkan resep yang masuk. Ketersediaan obat saat akan dibeli pasien

akan memberikan citra baik terhadap apotek, bahwa apotek memiliki persediaan obat dan

perbekalan farmasi yang lengkap serta dapat meningkatkan jumlah pelanggan apotek.
Rencana pembelian/pengadaan disusun untuk selalu menjamin tersedianya perbekalan

farmasi di apotek. Dalam menyusun rencana pengadaan tersebut harus memegang prinsip

efektif dan efisien yaitu selain agar barang tersedia juga memperhatikan efisiensi dari segi

biaya. Oleh karena itu diperlukan suatu dasar atau sistem yang menjadi acuan dalam

pengadaan barang. Perencanaan pengadaan barang di apotek Madya Padang dilakukan

berdasarkan analisis pareto dan buku defekta.

Analisis pareto merupakan cara perencanaan dan pengadaan barang berdasarkan

historis penjualan yaitu dengan melihat jumlah penjualan barang sebelumnya selama periode

waktu tertentu. Hasil analisis pareto berupa daftar seluruh obat yang disusun berdasarkan

besarnya omzet, mulai dari barang atau obat yang menghasilkan omzet terbesar bagi apotek

hingga obat yang menghasilkan omzet terkecil bagi apotek. Dengan begitu, akan ditentukan

obat yang penjualannya tinggi, sedang atau pun rendah sehingga perencanaan barang dapat

lebih efektif dan efisien. Berdasarkan analisis pareto, barang di apotek dapat diklasifikasikan

menjadi:

a. Klasifikasi A: 20% dari jumlah jenis barang yang terjual memberikan

kontribusi 80% terhadap omzet penjualan. Barang klasifikasi A ini merupakan prioritas

utama, wajib dipesan dan tidak boleh datang terlambat. Barang klasifikasi ini harus

selalu dipantau dan jangan sampai stoknya kosong.

b. Klasifikasi B: 75% dari jumlah jenis barang memberikan kontribusi 15%

terhadap omset penjualan.

c. Klasifikasi C : 5% dari jumlah jenis barang yang terjual memberikan

kontribusi 5% terhadap omzet penjualan. Klasifikasi C merupakan prioritas kedua

setelah klasifikasi A karena meskipun memberikan kontribusi yang kecil, namun barang-

barang ini yang membuat apotek memiliki dikenal sebagai apotek yang lengkap.
Dalam keberjalanannya, analisis pareto perlu dibantu dengan sistem manual atau

defekta. Defekta merupakan buku yang berisi catatan atau data obat yang jumlah stoknya

telah mencapai jumlah minimal atau hampir habis.

1.5.2. Pengecekan Barang

Setiap hari dilakukan pengecekan barang dengan menghitung stok persediaan obat-

obatan, baik narkotika, psikotropika, obat keras dan obat bebas yang terpakai hari

sebelumnya dengan mencatat dikartu stok harian, selain itu di Apotek Madya juga terdapat

tempat khusus kartu stok barang kosong. Pengecekan ini dilakukan bersamaan dengan

mencocokkan stok barang yang tersedia pada saat itu. Jika jumlah persedian obat sudah habis

atau tidak mencukupi untuk pelayanan berikutnya maka dilakukan pemesanan kepada PBF

tertentusesuai dengan jumlah yang dibutuhkan dan dicatat dibuku pemesanan barang.

1.5.3. Pemesanan Barang

Pemesanan dilakukan melalui PBF dengan mengunakan surat pesanan yang

ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama dan nomor Surat Izin Praktek

Apoteker. Surat pesanan dibuat rangkap dua yang terdiri dari warna putih (asli) dan warna

kuning untuk arsip. Untuk keperluan mendadak dalam jumlah sedikit dimana persedian obat

tidak ada, maka dapat dilakukan pembelian obat langsung pada apotek lain untuk memenuhi

permintaan konsumen. Pembelian obat ini dapat dilakukan secara tunai. Pemesanan obat juga

dapat dilakukan melalui telepon yang diikuti dengan surat pesanan barang jika barang yang

dipesan belum datang.

Pemesanan obat golongan narkotika hanya dapat dilakukan melalui PBF Kimia Farma

yang diberi wewenang oleh pemerintah untuk melakukan penjualan obat narkotika dengan

menggunakan surat pesanan khusus narkotika yang dibuat dan ditandatangani oleh APA.

Surat pesanan narkotika ini dibuat 4 (empat) rangkap, 1 lembar untuk apotek dan 3 (tiga)
lembar lainnya untuk PBF Kimia Farma, dalam surat pesanan narkotik hanya boleh ada satu

item obat. Pemesanan obat golongan psikotropik dapat dilakukan melalui PBF lain selain

Kimia Farma dengan mengunakan surat pesanan khusus psikotropik yang dibuat dan di

tandatangani oleh APA. Surat pesanan prekursor ini dibuat 2 (dua) rangkap, 1(satu) lembar

untuk apotek dan 1(satu) lembar untuk PBF. Pemesanan obat golongan prekursor dapat

dilakukan melalui PBF lain selain Kimia Farma dengan surat pemesanan tersendiri. Satu

surat pemesanan dapat terdiri dari beberapa item obat.

1.5.4. Penerimaan Barang

Petugas apotek menerima barang yang telah dipesan disertai dengan salinan faktur dan

tanda terima barang dari PBF yang bersangkutan. Pada saat penerimaan barang dilakukan

pengecekan terhadap nama apotek, nama obat, jenis dan jumlah barang, harga satuan, jumlah

total harga, potongan harga (kalau ada), PPN, nomor batch dan batas kadaluarsa. Jika sesuai

dengan persyaratan maka faktur distempel dan diparaf oleh Apoteker/Tenaga Teknis

Kefarmasian yang bersangkutan. Setelah barang diterima kemudian dicatat pada buku

penerimaan barang, dicatat dibuku stok gudang dan harian. Untuk penerimaan obat narkotika,

psikotropika, dan prekursor dilakukan oleh apoteker/TTK yang di delegasikan.

1.5.5. Penyimpanan Barang

Barang disimpan secara teratur dan rapi sehingga memudahkan dalam pencarian,

pengambilan, pengawasan dan terlindung dari kerusakan. Barang disimpan pada tempat yang

bersih, aman, tidak kena cahaya matahari langsung, atau tidak lembab. Barang disusun

dengan cara mengelompokkan barang berdasarkan bentuk sediaan, kemudian disusun

menurut abjad secara FIFO dan FEFO. Penyusunan barang adalah sebagai berikut :

1. Kapsul, tablet dan kaplet dalam bentuk obat merk dagang disimpan

dalam kemasan kemudian disusun berdasarkan abjad pada rak yang tersedia
2. Obat-obat berbentuk sirup disimpan dalam kemasannya dan disusun

berdasarkan abjad pada rak yang tersedia

3. Obat tetes mata, tetes telinga, salep, krim dan injeksi, disimpan dalam

kemasannya masing-masing dan disusun pada rak yang berbeda dan berdasarkan abjad

4. Obat generik disusun berdasarkan abjad pada rak

5. Obat-obat yang penyimpanannya memerlukan kondisi khusus seperti

vaksin yang disimpan didalam lemari pendingin pada suhu 2-8°C dan suppositoria

disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu <25°C.

6. Obat-obat narkotik dan obat psikotropika disimpan dalam lemari khusus

yang terkunci

7. Obat-Obat tertentu disimpan dilemari khusus dan disusun sesuai abjad.

8. Bahan baku untuk keperluan peracikan, alat-alat peracikan dan wadahnya

disimpan tersendiri dekat dengan meja peracikan

9. Obat-obat bebas dan peralatan kesehatan disusun dalam etalase pada

bagian penerimaan resep

10. Perlengkapan lainnya seperti plastik, sendok sirup dan pipet tetes diletakkan dalam kotak

dekat dengan tempat peracikan.

1.5.6. Penjualan Barang

a. Penetapan Harga Jual Obat Di Apotek

Penetapan harga di apotek dilakukan berdasarkan strategi bisnis apotek. Harga obat

murah ataupun mahal itu bersifat relatif. Strategi penetapan harga di apotek madya yaitu price

base on cost. Hal ini didasarkan atas pelayanan/produk yang dijual. Misalnya obat pada resep

yang harus diracik sebelum diserahkan pada pasien, hal ini bergantung pada bahan obat yang

dipakai, bahan tambahan, pot obat, etiket, plastik dan tuslah, yang akan diperhitungkan secara

langsung, dimana tiap apotek pasti memiliki cara penetapan harga yang berbeda-beda.
b. Harga Jual Apotek (HJA)

Harga Jual Apotek (HJA) adalah harga yang dijual kepada konsumen setelah

diperhutungkan HNA, PPN dan Mark up nya.

- HNA (Harga netto apotek) merupakan harga modal awal apotek dalam membeli obat

- Mark up adalah persentase keuntungan, ada yang menetapkan 25% (1,24%) dan ada

pula yang 30% (1,3)

- PPN merupakan pajak pertambahan nilai yang dikenaikan tiap pertambahan nilai dari

proses transaksi mulai dari produsen ke konsumen.

Cara menghitung harga jual apotek (hja) di apotek madya yaitu, dibedakan menjadi 2

yaitu untuk permintaan (obat non resep) dan obat resep :

- Obat non resep

Harga obat + 15% + Tuslah

- Obat resep

Harga obat + 22% + tuslah (untuk resep dengan total harga <Rp.100.000,-Harga

obat + 17% + tuslah (untuk resep dengan total harga >Rp.100.000,-)

Harga obat + 15% + tuslah (untuk resep dengan total harga >Rp.1.000.000,-)

Contoh : Obat amoxicillin 500 mg 1 strip = Rp.389/kaplet (obat resep).

Maka :

10 x Rp.389 = (Rp.389 x 22%) + tuslah

= (Rp.3.890 x 1,22) + 1000

= Rp.5473,5 ~ Rp.5500,-/strip

c. Penjualan Obat Dengan Resep Dokter

Prosedur penerimaan resep dengan penjualan tunai adalah sebagai berikut:


a. Periksa kelengkapan resep yaitu nama dokter, alamat dokter, nomor SIP dokter, tanggal

penulisan resep, nama pasien, alamat pasien, simbol resep,nama dan jumlah obat, cara

pembuatan, cara pakai dan tanda tangan dokter

b. Pemberian nomor pada resep dan dihitung harganya. Terkadang pasien terlebih dahulu

menanyakan harga bila disetujui baru diberi nomor

c. Untuk resep racikan dilakukan perhitungan, penimbangan bahan obat dan

pembuatannya

d. Obat yang telah disiapkan atau selesai diracik, obat dikemas dan diberi etiket yang

sesuai, kemudian diperiksa kembali oleh tenaga teknis kefarmasian mengenai nama

pasien, nomor resep, nama dan jumlah obat serta aturan pakai sesuai petunjuk dokter

e. Obat diserahkan pada petugas penyerahan obat dan dilakukan pemeriksaan ulang.

Setelah itu obat baru diserahkan pada pasien dengan memanggil pasien dan memastikan

pasien dengan menanyakan kembali namanya.

f. Jika dalam resep dokter terdapat obat narkotika, maka tenaga teknis kefarmasian

menanyakan alamat jelas dan nomor telepon pasien yang diperlukan.

g. Dalam penyerahan obat kepada pasien diberikan informasi yang diperlukan mengenai

obat.

h. Obat-obat yang tidak diambil seluruhnya oleh pasien atau resep yang diulang (iter)

dibuat salinan resepnya dan diserahkan bersama obat, salinan resep dapat juga dibuat

jika diminta oleh pasien yang bersangkutan.

Setiap hari resep obat yang masuk dikumpulkan. Resep obat narkotika di beri garis

merah dan psikotropika diberi garis biru, untuk resep narkotika dan resep dari bapel dibundel

terpisah dengan resep obat lainnyadan masing-masingnya diberi tanggal. Setiap bulan resep

ini dibundel dan disimpan pada lemari penyimpanan resep.

d. Penjualan Obat Bebas


Penjualan terhadap obat bebas ini lebih sederhana dibandingkan dengan pelayanan

terhadap resep dokter. Petugas dapat langsung mengambilkan obat yang diminta oleh

konsumen setelah harga disetujui, kemudian langsung dibayar pada kasir dan langsung

dicatat pada buku penjualan bebas.

e. Penjualan Ke Apotek Lain

Apotek lain dapat membeli obat kepada Apotek Madya dengan menggunakan salinan

resep dari apotek yang bersangkutan. Penanganan terhadap resep ini sama

dengan penanganan terhadap resep dokter.

Alur Pelayanan Resep di Apotek Madya:

Pasien

R O
E B

(TTK I) (TTK II) (TTK III)


- Skrining Resep:Nama alamat Hitung harga 1.Obat non-racikan
dan no. SIP dokter; tanggal resep a.Penyiapan obat
penulisan resep; nama, alamat, b.Pembungkusan
umur, jenis kelamin, berat badan obat;
pasien; nama obat, potensi dosis, c.Pemberian etiket
jumlah
2.Obat racikan
-Penyerahan obat:Nama pasien, Periksa a.Penyiapan obat;
etiket (signa), alamatdan no.telp kesesuaian obat b.Serahkan ke juru
pasien, PIO. dan etiket resep
dengan resep
-Kasir

(TTK IV) (Juru resep)

Pembungkusan - Menyiapkan obat


obat. racikan;
- Pengemasan obat
racikan.

Gambar 2. Alur pelayanan resep di Apotek Madya

Keterangan:

TTK: Tenaga Teknis Kefarmasian


Resep dokter diserahkan oleh pasien kepada Asisten Apoteker bagian depan atau kasir

(TTK I) di apotek. TTK I selanjutnya akan melalukan skrining resep meliputi skrining

administrasi (nama dan alamat dokter, SIP, tanggal penulisan resep; nama pasien, umur

pasien, jenis kelamin dan berat badan pasien) dan skrining farmasetik (nama obat, dosis,

jumlah dan frekuensi obat). Selanjutnya resep diserahkan kepada asisten apoteker bagian

dalam (TTK II). TTK II akan melakukan penghitungan harga resep serta mengecek kembali

kelengkpaan resep.

Selanjutnya resep diserahkan kepada asisten apoteker lainnya (TTK III) untuk

melakukan penyiapan obat, etiket dan kemasan obat. Kemudian, obat jadi yang telah dikemas

dan diberi etiket diserahkan kembali pada TTK II. Jika resep racikan maka TTK III

menyerahkan obat yang akan diracik kepada juru resep untuk menyiapkan obat racikan

(puyer atau kapsul). Puyer atau kapsul yang telah siap diserahkan kembali pada TTK II. TTK

II akan melakukan pengecekan kembali kesesuaian obat dan etiket yang akan diberikan

dengan resep asli serta membuat copy resep jika diminta pasien.

Selanjutnya obat-obat tersebut diserahkan kembali pada TTK I untuk diserahkan pada

pasien. Pada saat penyerahan obat, TTK I juga akan memberikan informasi singkat mengenai

jenis obat dan cara pemakaiannya.

1.6. Arus Keuangan Apotek Madya

Terjadinya arus uang disebabkan oleh karena adanya pertukaran uang menjadi barang

dan sebaliknya, yaitu berupa uang masuk dan uang keluar.

1.6.1. Arus Uang Masuk

Uang masuk berasal dari penjualan obat dengan resep dokter baik resep umum maupun

khusus (PLN, RS Aisyiyah, Semen Padang Hospital, Rumah sakit ropanasuri dan Jasa

Raharja), penjualan bebas dan penjualan kepada apotek lain. Uang hasil penjualan dicatat
pada buku penjualan harian yang dibedakan atas buku penjualan dengan resep dokter baik

resep umum maupun khusus dan penjualan bebas, kemudian dijumlahkan dan dicocokkan

dengan uang yang tersedia setelah dikurangi dengan pengeluaran.

Untuk penjualan kredit seperti (PLN, RS Aisyiyah, Semen Padang Hospital,

Ropanasuri dan Jasa Raharja), penagihan dilakukan sekali 1 bulan sekali dengan membawa

faktur penagihan kepada perusahaan yang bersangkutan. Untuk penjualan tunai dengan resep

dokter dan penjualan bebas, pada akhir jam kerja, kasir akan menyetorkan uang pada kasir

untuk dicatat sebagai penyetoran pada buku kas.

1.6.2. Arus Uang Keluar

Uang keluar pada Apotek Madya Padang diantaranya pembelian obat-obatan, gaji

karyawan, pajak, air, listrik, telepon dan biaya operasional lainnya. Selain itu, pengeluaran

rutin dilakukan untuk pembayaran pajak. Setiap uang yang dikeluarkan harus seizin dan

sepengetahuan Pemilik Sarana Apotek (PSA) dan harus dibuat bukti kas keluar yang

ditandatangani oleh PSA atau petugas yang ditunjuk oleh PSA.

1.7. Pembukuan dan Pelaporan Apotek Madya

1.7.1. Pembukuan

Pembukuan merupakan bagian dari administrasi yang diperlukan untuk mencatat

transaksi-transaksi yang dilakukan apotek. Ada beberapa jenis pembukuan

yang dapat ditemukan di Apotek Madya, meliputi :

a. Buku penjualan barang

b. Buku penjualan resep

c. Buku pesanan barang

d. Buku pembelian barang

e. Buku penerimaan barang


f. Buku daftar harga

g. Buku harian

h. Buku bulanan

i. Buku kas

j. Buku bank

k. Buku pemakaian obat golongan narkotika

l. Buku pemakaian obat golongan psikotropika

m. Buku pemakaian obat generik

1.7.2. Pelaporan

Apotek Madya membuat laporan penggunaan narkotika dan psikotropika tiap 1 (satu)

kali dalam sebulan. Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika dilakukan melalui

online SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Laporan meliputi laporan

pemakaian narkotika / psikotropika untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor urut, nama

bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan, jumlah pengeluaran).

Anda mungkin juga menyukai