PEMBAHASAN
Apotek Madya Padang didirikan pada tanggal 31 Mei 1965 dengan akta pendirian
Syahriar Harun. Pada awalnya apotek Madya berlokasi di jalan Imam Bonjol, pada tahun
1982 dipindahkan ke jalan Proklamasi No. 50 sampai dengan saat ini. Pada tahun 1999
Apotek Madya ini dikelola oleh Bapak Ir. Efison dengan beberapa pemegang saham yaitu
Bapak H. Misrul Jalil, Bapak H. Zalius Raden, Bapak H. Musliar Kasim, Bapak H. Abu
Bakar dan Bapak Ir. Efison. Sejak tahun 2016 hingga sekarang, Apoteker Penanggung Jawab
Apotek Madya adalah Ibu Dwi Erliyana, S.Farm, Apt dengan SIA
09/SIAP/DPMPTSP/11/2017.
Lokasi Apotek Madya berada di daerah yang ramai, aman, dekat dengan rumah sakit/
klinik, serta mudah di akses dengan kendaraan dan daerah yang penduduknya cukup padat.
Apotek Madya berlokasi di Jl. Proklamasi No.50 Padang. Pada apotek madya terdapat
beberapa praktek dokter, diantaranya dokter spesialis penyakit dalam (Dr, H Akmal Mufriady
Hanif, Sp.PD-KKV, MARS, FINASIM), dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin (Dr, Hj
Isramiharti,Sp.KK), dokter spesialis THT (Dr Irwan Triansyah, Sp. THT-KL) dan dokter
spesialis syaraf (Dr, Hj Yuliarni Syafrita, Sp.S). Bangunan apotek terdiri dari beberapa
ruangan, yaitu ruang tunggu, ruang penjualan obat bebas, penyerahan resep dan tempat kasir,
ruang peracikan dan lemari obat, ruang praktek dokter, tempat shalat, kamar mandi, gudang
telepon, komputer, kulkas, dispenser, AC, dan berbagai fasilitas lainnya untuk pasien di
ruang tunggu seperti tempat duduk, televisi dan surat kabar. Faktor penunjang utama yang
sebagai berikut:
Komisaris
Apotek Madya merupakan apotek non pemerintah dengan Dwi Erliyana, S.Farm, Apt
sebagai Apoteker Penanggung jawab Apotek (APA). Apotek Madya mempunyai lima (5)
tenaga teknis kefarmasian, empat (4) orang dokter dan empat (4) orang tenaga non-farmasi.
Tenaga Teknis Kefarmasian juga merangkap sebagai kasir dan juru resep.
Apotek Madya melakukan kegiatan setiap hari, mulai pukul 08.00 WIB - 22.00 WIB.
Pembagian kerja dibagi dalam dua shift, yaitu pagi sampai siang (pukul 08.00 - 15.00) dan
siang sampai malam (pukul 15.00 - 22.00 WIB). Shift pagi terdiri dari 3 orang tenaga non–
famasi dan 1 orang asisten apoteker sedangkan shift sore terdiri dari 4 orang tenaga teknis
Pelayanan yang berorientasi pada pasien dapat dilaksanakan jika apotek mempunyai
manajemen yang baik, hal ini berarti ada pembagian tugas, fungsi dan tanggung jawab kerja
yang jelas dan diketahui oleh setiap karyawan apotek. Dengan adanya pembagian tugas yang
jelas ini, tidak ada satu karyawan pun yang akan dirugikan dan diuntungkan, semua karyawan
akan mendapat tugas secara adil dan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
1. Secara umum bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang menyangkut kefarmasian;
4. Membuat laporan-laporan:
5. Melayani resep;
b. Membuat kwitansi atau salinan resep untuk obat yang hanya ditebus sebagian atau bila
diperlukan pasien.
d. Menyusun, mencatat dan memeriksa alur masuknya obat-obatan dengan mencatat secara
e. Mencatat dan merinci jumlah keluar masuknya obat narkotika, obat psikotropika, obat
keras dan obat generik untuk dibuat laporan pemakaiannya oleh APA.
f. Melayani penjualan obat bebas dan merangkap sebagai penerima resep dan penyerahan
1.4.3. Administrasi
mengenai pajak-pajak yang dibebankan dan membuat laporan tahunan tutup buku
(perhitungan rugi-laba) serta mengurus pembayaran hutang kepada Pedagang Besar Farmasi
(PBF), pembayaran rekening listrik, air dan telepon. Bagian ini menerima uang dari kasir
yang berasal dari penjualan tunai setiap hari dan bertanggung jawab atas pengelolaan
Apotek Madya terdiri dari dua kasir yaitu kasir kecil dan kasir besar. Kasir kecil
bertugas menerima dan memasukan semua hasil penjualan tunai setiap hari ke dalam buku
kas dan menyetorkannya kepada kasir besar. Kasir besar merupakan penanggung jawab
dalam pengelolaan apotek secara keseluruhan.Adapun tugas kasir di Apotek Madya sebagai
berikut :
1.4.5. Pekarya
dan keamanan apotek. Bagian ini juga merangkap sebagai urusan distribusi obat kepada
pasien yang meminta obat diantarkan ke alamat, dinas luar serta menjalankan tugas-tugas
1.5. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alkes dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
berdasarkan jenis barang yang habis atau hampir habis. Banyaknya pesanan tergantung pada
tingkat penggunaan apotek. Pemesanan barang dilakukan dengan mengamprah semua barang
yang diperlukan ke gudang Apotek Madya, selain itu dapat juga dengan jalan melakukan
pemesanan ke PBF.
Dalam merencanakan pengadaan obat, penumpukan atau kekosongan obat harus dihindari.
Perencanaan pengadaan obat disesuaikan dengan keadaan keuangan (cash flow) apotek dan
ketepatan penjualan obat, laku cepat (fastmoving) atau laku lambat (slow moving). Selain itu
juga disesuaikan dengan pola penyakit yang berkembang di daerah sekitar apotek dan
permintaan dokter berdasarkan resep yang masuk. Ketersediaan obat saat akan dibeli pasien
akan memberikan citra baik terhadap apotek, bahwa apotek memiliki persediaan obat dan
perbekalan farmasi yang lengkap serta dapat meningkatkan jumlah pelanggan apotek.
Rencana pembelian/pengadaan disusun untuk selalu menjamin tersedianya perbekalan
farmasi di apotek. Dalam menyusun rencana pengadaan tersebut harus memegang prinsip
efektif dan efisien yaitu selain agar barang tersedia juga memperhatikan efisiensi dari segi
biaya. Oleh karena itu diperlukan suatu dasar atau sistem yang menjadi acuan dalam
historis penjualan yaitu dengan melihat jumlah penjualan barang sebelumnya selama periode
waktu tertentu. Hasil analisis pareto berupa daftar seluruh obat yang disusun berdasarkan
besarnya omzet, mulai dari barang atau obat yang menghasilkan omzet terbesar bagi apotek
hingga obat yang menghasilkan omzet terkecil bagi apotek. Dengan begitu, akan ditentukan
obat yang penjualannya tinggi, sedang atau pun rendah sehingga perencanaan barang dapat
lebih efektif dan efisien. Berdasarkan analisis pareto, barang di apotek dapat diklasifikasikan
menjadi:
kontribusi 80% terhadap omzet penjualan. Barang klasifikasi A ini merupakan prioritas
utama, wajib dipesan dan tidak boleh datang terlambat. Barang klasifikasi ini harus
setelah klasifikasi A karena meskipun memberikan kontribusi yang kecil, namun barang-
barang ini yang membuat apotek memiliki dikenal sebagai apotek yang lengkap.
Dalam keberjalanannya, analisis pareto perlu dibantu dengan sistem manual atau
defekta. Defekta merupakan buku yang berisi catatan atau data obat yang jumlah stoknya
Setiap hari dilakukan pengecekan barang dengan menghitung stok persediaan obat-
obatan, baik narkotika, psikotropika, obat keras dan obat bebas yang terpakai hari
sebelumnya dengan mencatat dikartu stok harian, selain itu di Apotek Madya juga terdapat
tempat khusus kartu stok barang kosong. Pengecekan ini dilakukan bersamaan dengan
mencocokkan stok barang yang tersedia pada saat itu. Jika jumlah persedian obat sudah habis
atau tidak mencukupi untuk pelayanan berikutnya maka dilakukan pemesanan kepada PBF
tertentusesuai dengan jumlah yang dibutuhkan dan dicatat dibuku pemesanan barang.
ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama dan nomor Surat Izin Praktek
Apoteker. Surat pesanan dibuat rangkap dua yang terdiri dari warna putih (asli) dan warna
kuning untuk arsip. Untuk keperluan mendadak dalam jumlah sedikit dimana persedian obat
tidak ada, maka dapat dilakukan pembelian obat langsung pada apotek lain untuk memenuhi
permintaan konsumen. Pembelian obat ini dapat dilakukan secara tunai. Pemesanan obat juga
dapat dilakukan melalui telepon yang diikuti dengan surat pesanan barang jika barang yang
Pemesanan obat golongan narkotika hanya dapat dilakukan melalui PBF Kimia Farma
yang diberi wewenang oleh pemerintah untuk melakukan penjualan obat narkotika dengan
menggunakan surat pesanan khusus narkotika yang dibuat dan ditandatangani oleh APA.
Surat pesanan narkotika ini dibuat 4 (empat) rangkap, 1 lembar untuk apotek dan 3 (tiga)
lembar lainnya untuk PBF Kimia Farma, dalam surat pesanan narkotik hanya boleh ada satu
item obat. Pemesanan obat golongan psikotropik dapat dilakukan melalui PBF lain selain
Kimia Farma dengan mengunakan surat pesanan khusus psikotropik yang dibuat dan di
tandatangani oleh APA. Surat pesanan prekursor ini dibuat 2 (dua) rangkap, 1(satu) lembar
untuk apotek dan 1(satu) lembar untuk PBF. Pemesanan obat golongan prekursor dapat
dilakukan melalui PBF lain selain Kimia Farma dengan surat pemesanan tersendiri. Satu
Petugas apotek menerima barang yang telah dipesan disertai dengan salinan faktur dan
tanda terima barang dari PBF yang bersangkutan. Pada saat penerimaan barang dilakukan
pengecekan terhadap nama apotek, nama obat, jenis dan jumlah barang, harga satuan, jumlah
total harga, potongan harga (kalau ada), PPN, nomor batch dan batas kadaluarsa. Jika sesuai
dengan persyaratan maka faktur distempel dan diparaf oleh Apoteker/Tenaga Teknis
Kefarmasian yang bersangkutan. Setelah barang diterima kemudian dicatat pada buku
penerimaan barang, dicatat dibuku stok gudang dan harian. Untuk penerimaan obat narkotika,
Barang disimpan secara teratur dan rapi sehingga memudahkan dalam pencarian,
pengambilan, pengawasan dan terlindung dari kerusakan. Barang disimpan pada tempat yang
bersih, aman, tidak kena cahaya matahari langsung, atau tidak lembab. Barang disusun
menurut abjad secara FIFO dan FEFO. Penyusunan barang adalah sebagai berikut :
1. Kapsul, tablet dan kaplet dalam bentuk obat merk dagang disimpan
dalam kemasan kemudian disusun berdasarkan abjad pada rak yang tersedia
2. Obat-obat berbentuk sirup disimpan dalam kemasannya dan disusun
3. Obat tetes mata, tetes telinga, salep, krim dan injeksi, disimpan dalam
kemasannya masing-masing dan disusun pada rak yang berbeda dan berdasarkan abjad
vaksin yang disimpan didalam lemari pendingin pada suhu 2-8°C dan suppositoria
yang terkunci
10. Perlengkapan lainnya seperti plastik, sendok sirup dan pipet tetes diletakkan dalam kotak
Penetapan harga di apotek dilakukan berdasarkan strategi bisnis apotek. Harga obat
murah ataupun mahal itu bersifat relatif. Strategi penetapan harga di apotek madya yaitu price
base on cost. Hal ini didasarkan atas pelayanan/produk yang dijual. Misalnya obat pada resep
yang harus diracik sebelum diserahkan pada pasien, hal ini bergantung pada bahan obat yang
dipakai, bahan tambahan, pot obat, etiket, plastik dan tuslah, yang akan diperhitungkan secara
langsung, dimana tiap apotek pasti memiliki cara penetapan harga yang berbeda-beda.
b. Harga Jual Apotek (HJA)
Harga Jual Apotek (HJA) adalah harga yang dijual kepada konsumen setelah
- HNA (Harga netto apotek) merupakan harga modal awal apotek dalam membeli obat
- Mark up adalah persentase keuntungan, ada yang menetapkan 25% (1,24%) dan ada
- PPN merupakan pajak pertambahan nilai yang dikenaikan tiap pertambahan nilai dari
Cara menghitung harga jual apotek (hja) di apotek madya yaitu, dibedakan menjadi 2
- Obat resep
Harga obat + 22% + tuslah (untuk resep dengan total harga <Rp.100.000,-Harga
Harga obat + 15% + tuslah (untuk resep dengan total harga >Rp.1.000.000,-)
Maka :
= Rp.5473,5 ~ Rp.5500,-/strip
penulisan resep, nama pasien, alamat pasien, simbol resep,nama dan jumlah obat, cara
b. Pemberian nomor pada resep dan dihitung harganya. Terkadang pasien terlebih dahulu
pembuatannya
d. Obat yang telah disiapkan atau selesai diracik, obat dikemas dan diberi etiket yang
sesuai, kemudian diperiksa kembali oleh tenaga teknis kefarmasian mengenai nama
pasien, nomor resep, nama dan jumlah obat serta aturan pakai sesuai petunjuk dokter
e. Obat diserahkan pada petugas penyerahan obat dan dilakukan pemeriksaan ulang.
Setelah itu obat baru diserahkan pada pasien dengan memanggil pasien dan memastikan
f. Jika dalam resep dokter terdapat obat narkotika, maka tenaga teknis kefarmasian
g. Dalam penyerahan obat kepada pasien diberikan informasi yang diperlukan mengenai
obat.
h. Obat-obat yang tidak diambil seluruhnya oleh pasien atau resep yang diulang (iter)
dibuat salinan resepnya dan diserahkan bersama obat, salinan resep dapat juga dibuat
Setiap hari resep obat yang masuk dikumpulkan. Resep obat narkotika di beri garis
merah dan psikotropika diberi garis biru, untuk resep narkotika dan resep dari bapel dibundel
terpisah dengan resep obat lainnyadan masing-masingnya diberi tanggal. Setiap bulan resep
terhadap resep dokter. Petugas dapat langsung mengambilkan obat yang diminta oleh
konsumen setelah harga disetujui, kemudian langsung dibayar pada kasir dan langsung
Apotek lain dapat membeli obat kepada Apotek Madya dengan menggunakan salinan
resep dari apotek yang bersangkutan. Penanganan terhadap resep ini sama
Pasien
R O
E B
Keterangan:
(TTK I) di apotek. TTK I selanjutnya akan melalukan skrining resep meliputi skrining
administrasi (nama dan alamat dokter, SIP, tanggal penulisan resep; nama pasien, umur
pasien, jenis kelamin dan berat badan pasien) dan skrining farmasetik (nama obat, dosis,
jumlah dan frekuensi obat). Selanjutnya resep diserahkan kepada asisten apoteker bagian
dalam (TTK II). TTK II akan melakukan penghitungan harga resep serta mengecek kembali
kelengkpaan resep.
Selanjutnya resep diserahkan kepada asisten apoteker lainnya (TTK III) untuk
melakukan penyiapan obat, etiket dan kemasan obat. Kemudian, obat jadi yang telah dikemas
dan diberi etiket diserahkan kembali pada TTK II. Jika resep racikan maka TTK III
menyerahkan obat yang akan diracik kepada juru resep untuk menyiapkan obat racikan
(puyer atau kapsul). Puyer atau kapsul yang telah siap diserahkan kembali pada TTK II. TTK
II akan melakukan pengecekan kembali kesesuaian obat dan etiket yang akan diberikan
dengan resep asli serta membuat copy resep jika diminta pasien.
Selanjutnya obat-obat tersebut diserahkan kembali pada TTK I untuk diserahkan pada
pasien. Pada saat penyerahan obat, TTK I juga akan memberikan informasi singkat mengenai
Terjadinya arus uang disebabkan oleh karena adanya pertukaran uang menjadi barang
Uang masuk berasal dari penjualan obat dengan resep dokter baik resep umum maupun
khusus (PLN, RS Aisyiyah, Semen Padang Hospital, Rumah sakit ropanasuri dan Jasa
Raharja), penjualan bebas dan penjualan kepada apotek lain. Uang hasil penjualan dicatat
pada buku penjualan harian yang dibedakan atas buku penjualan dengan resep dokter baik
resep umum maupun khusus dan penjualan bebas, kemudian dijumlahkan dan dicocokkan
Ropanasuri dan Jasa Raharja), penagihan dilakukan sekali 1 bulan sekali dengan membawa
faktur penagihan kepada perusahaan yang bersangkutan. Untuk penjualan tunai dengan resep
dokter dan penjualan bebas, pada akhir jam kerja, kasir akan menyetorkan uang pada kasir
Uang keluar pada Apotek Madya Padang diantaranya pembelian obat-obatan, gaji
karyawan, pajak, air, listrik, telepon dan biaya operasional lainnya. Selain itu, pengeluaran
rutin dilakukan untuk pembayaran pajak. Setiap uang yang dikeluarkan harus seizin dan
sepengetahuan Pemilik Sarana Apotek (PSA) dan harus dibuat bukti kas keluar yang
1.7.1. Pembukuan
g. Buku harian
h. Buku bulanan
i. Buku kas
j. Buku bank
1.7.2. Pelaporan
Apotek Madya membuat laporan penggunaan narkotika dan psikotropika tiap 1 (satu)
kali dalam sebulan. Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika dilakukan melalui
online SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Laporan meliputi laporan
pemakaian narkotika / psikotropika untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor urut, nama