Anda di halaman 1dari 10

Farmaka

Suplemen Volume 16 Nomor 2 337

REVIEW: PROFIL FITOKIMIA DAN AKTIVITAS FARMAKOLOGI BALUNTAS


(Pluchea indica L.)

Mohamad Irfan Fitriansyah, Raden Bayu Indradi


Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung –Sumedang Km. 21, Jatinangor
mohamadirfanfitriansyah@gmail.com

ABSTRAK
Tanaman beluntas (Pluchea indica L.) merupakan tanaman dari suku Asteraceae yang banyak
dikenal di beberapa daerah Indonesia. Tanaman beluntas digunakan sebagai obat tradisional
dengan memanfaatkan berbagai bagian tanaman, antara lain bunga, daun, batang, hingga akar.
Secara empirik tanaman beluntas digunakan untuk pengobatan inflamasi, antidiuretik, antibakteri,
dan analgesik. Tanaman beluntas memiliki banyak kandungan senyawa kimia, yaitu
mengandung flavonoid, tanin dan minyak atsiri. Berdasarkan beberapa penelitian diketahui
tanaman beluntas memiliki aktivitas farmakologi seperti anti-oksidan, anti-inflamasi dan
analgesik. Potensi aktivitas farmakologi serta informasi kandungan senyawa dari tanaman
beluntas perlu digali dan dikaji lebih lanjut untuk pengembangan serta pemanfaatan beluntas
sebagai obat herbal.

Kata kunci : Aktivitas Farmakologi, Deskripsi tanaman dan Potensi Tanaman

ABSTRACT
Beluntas plant (Pluchea indica L.) is a plant of the Asteracae family that is widely known in some
regions of Indonesia. Beluntas plant used as a traditional medicine by utilizing various parts of
the plant, among others, flowers, leaves, stems, until the roots. Empirically beluntas plants are
used for the treatment of inflammation, antidiuretic, antibacterial, and analgesic. Beluntas plant
has many chemical compounds, which contain flavonoids, tannins and essential oils. Based on
several studies known beluntas plants have pharmacological activities such as anti-oxidants,
anti-inflammatory and analgesic. Potential pharmacological activity as well as information on
the content of compounds from beluntas plants need to be studied further for the development
and utilization of beluntas as herbal medicine.

Keywords : Pharmacological Activity, Plant Description and Plant Potensi

Diserahkan: 4 Juli 2018, Diterima 4 Agustus 2018

Pendahuluan dikembangkan yaitu tanaman beluntas


Salah satu tanaman asli Indonesia (Pluchea indica L.) yang merupakan salah
yang tersebar dengan luas dibeberapa satu tanaman dari suku Asteraceae yang
daerah di Indonesia serta berpotensi untuk mengandung alkaloid, flavonoid, tanin,
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 2 338

minyak atsiri, asam klorogenik, natrium, Sub divisi : Angiospermae


kalium, magnesium, dan fosfor sedangkan Kelas : Dycotyledonae
akarnya mengandung flavonoid dan tanin Bangsa : Compositales
(Agoes, 2010). Suku : Compositae
Beluntas (P. indica) merupakan Marga : Pluchea
tanaman yang termasuk dalam herba famili Spesies : Pluchea indica (L.)
Asteraceae yang tumbuh secara liar di (Pujowati, 2006).
daerah kering di tanah yang keras dan Nama Daerah
berbatu atau ditanam sebagai tanaman pagar. Nama Ilmiah: Pluchea indica L. Nama
Beluntas sering dimanfaatkan sebagai obat daerah: beluntas (Melayu), baluntas,
tradisional yaitu untuk menghilangkan bau baruntas (Sunda), luntas (Jawa), baluntas
badan dan mulut, mengatasi kurang nafsu (Madura), lamutasa (Makasar), lenabou
makan, mengatasi gangguan pencernaan (Timor). Sedangkan Nama asing untuk
pada anak, menghilangkan nyeri pada tanaman beluntas adalah Luan Yi (Cina),
rematik, nyeri tulang dan sakit pinggang, Phatpai (Vietnam), dan Marsh fleabane
menurunkan demam, mengatasi keputihan (Inggris). Nama simplisia beluntas adalah
dan haid yang tidak teratur, hal ini Plucheacea folium (daun), Plucheacea radix
disebabkan adanya kandungan senyawa (akar) (Dalimartha, 1999).
fitokimia dalam daun beluntas (Halim 2015).
Deskripsi Tanaman
Disebutkan bahwa dalam daun
Tanaman beluntas merupakan
beluntas terdapat berbagai senyawa antara
tanaman perdu tegak yang sering bercabang
lain lignan, terpena, fenilpropanoid, bensoid,
banyak dan memiliki ketinggian 0,5- 2 m.
alkana, sterol, katekin, fenol hidrokuinon,
Daun tanaman beluntas berambut, dan
saponin, tanin, dan alkaloid. Kandungan
berwarna hijau muda. Helaian daun beluntas
senyawa dalam daun beluntas memiliki
berbentuk oval elips atau bulat telur
beberapa aktivitas biologis yaitu sebagai
terbalik dengan pangkal daun runcing dan
antiinflamasi, antipiretik, hipoglikemik,
tepi daunnya bergigi. Letak daun beluntas
diuretik dan berbagai aktivitas farmakologi
berseling dan bertangkai pendek dengan
(Widyawati, et al., 2013).
panjang daun sebesar 2,5- 9 cm dan lebar 1
Bunga tanaman beluntas merupakan bunga
Klasifikasi Toksonomi
majemuk dengan bentuk bongkol kecil,
Kingdom : Plantae
berkumpul dalam malai rata majemuk
Divisi : Spermatophyta
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 2 339

terminal. Bunga beluntas memiliki tabung Kandungan Tanaman


kepala sari berwarna ungu, dan tangkai putik Flavonoid
dengan 2 cabang ungu yang menjulang jauh. Yuliani et al., (2015) meneliti total
Buah tanaman beluntas berbentuk gangsing, flavonoid dari P. indica tidak berbeda secara
keras dan berwarna cokelat. Ukuran buah signifikan (ANOVA) pada sampel daun
beluntas sangat kecil dengan panjang 1 mm. yang diambil dari tiga lokasi dengan
Buah beluntas memiliki biji kecil dan ketinggian yang berbeda (1,75 F hitung <F
berwarna cokelat keputih-putihan (Khodaria, tabel 2,508). Total flavonoid P. indica
2013). terbagi di dataran rendah 3,1 ± 0,019 mg /
mL, menengah-dataran tinggi 3,0 ± 0,012
Penggunaan Tradisional mg / mL, dan dataran tinggi 3,2 ± 0,015
Tanaman P. indica adalah semak mg/mL.
belukar besar yang banyak ditemukan di Analisis tanaman beluntas ini
rawa-rawa dan rawa bakau di Sunderbans menggunakan metode analisis Western Blot
(India), Bangladesh, Myanmar, Cina, dari bagian akar. Sebelumnya, akar
Filipina, Malaysia, Asia Tropis dan dipreparasi terlebih dahulu. Didapatkan hasil
Australia. Akar dan daun dilaporkan analisis berupa flavonoid sebesar 113.6 mg
memiliki sifat astringen dan antipiretik dan CE/g DW. Ini termasuk kedalam dosis yang
diberikan dalam rebusan sebagai yg cukup tinggi (Lung-cho, 2017).
mengeluarkan keringat pada demam. Di Pada penelitian Cho et al.,(2012)
Indo-Cina akar dalam rebusan diresepkan menggunakan metode spektro, ini didapat
pada demam sebagai infus dan infus dari total flavonoid isi dari tanaman adalah 40,4
daun diberikan secara internal dalam sakit mg dan 4,248 mg setara catecin /g ekstrak
pinggang. Akar dan daun digunakan dalam kering dengan mengacu pada kurva standar
Patna sebagai zat dan antipiretik (Pramanik, yang didapat.
et al., 2007). Boonruang et al., ( 2017) melakukan
P. indica (Asteraceae) telah penelitian mengenai identifikasi senyawa
digunakan dalam pengobatan tradisional di dari tanaman beluntas. Pada penelitian ini
Asia Tenggara, termasuk Thailand. Daunnya didapat senyawa flavonoid (apigenin,
digunakan sebagai tonik saraf dan luteolin, krisoeriol, kuersetin) dengan
peradangan fortreating dan bentuk rebusan gambar struktur seperti pada Gambar 1.
kulit, melawan wasir (Srisook, et al.,2012).
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 2 340

Gambar 1. Flavonoid 1–4 (apigenin, luteolin, krisoeriol, kuersetin) (Boonruang et al., 2017).
Alkaloid pembentukan presipitat berwarna oranye.
Pada penelitian Febrianta et al., Dan didapatkan hasil positif yaitu terdapat
(2015) dilakukan penelitian terhadap peruabahan warna menjadi oranye.
tanaman P. indica memiliki senyawa aktif Goyal et.al (2013) melakukan
seperti alkaloid (0,316%) (Gambar 2), tanin penelitian mengenai identifikasi senyawa
(2,351%) dan flavonoid (4,18%). Pada dari tanaman beluntas. Pada penelitian ini
penelitian Arya dan Phatni (2017) dilakukan didapat senyawa Alkaloid (Plucheol-A,
pengujian senyawa aktif alkaloid dengan Plucheol-B, Plucheoside-E, Plucheoside-D1)
mengunakan metode Tes Dragendroff dengan gambar struktur seperti pada
Untuk 5 ml ekstrak beberapa tetes pereaksi
Dragendroff ditambahkan untuk
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 2 341

Gambar 2. Alkaloid (Plucheol-A, Plucheol-B, Plucheoside-E, Plucheoside-D1) (Goyal et.al,


2013).
Fenol dalam bunga adalah 350,55 ± 34,58 µmol/g
Berdasarkan hasil screening dan ini adalah 450,00 ± 10,76 umol/g di
fitokimia ekstrak daun beluntas didapatkan akar. Senyawa fenolik terendah dalam air
hasil senyawa yang dominan ialah fenol adalah di bunga (Normala dan Suhaimi,
sebesar 2,02, alkaloid sebesar 3,18, 2011).
flavonoid sebesar 1,09 dan saponin sebesar Goyal et al., (2013) melakukan
3,06 serta minyak atsiri sebesar 0,38 (Roqib penelitian mengenai identifikasi senyawa
dan Kristanti, 2015). dari tanaman beluntas. Pada penelitian ini
Konsentrasi senyawa fenolik total dalam didapat senyawa Fenol (Plucheinol) dengan
ekstrak air daun gedi adalah 759,79 ± 1,53 gambar struktur seperti pada (Gambar 3).
μmol/g lebih tinggi dari batang, sedangkan Penelitian lainnya meneliti kandungan
konsentrasi total senyawa fenolik adalah senyawa fenol yang tertera pada (Gambar 4)
603,81 ± 8,46 μmol/g. Senyawa fenolik (Oliveira I, et al., 2008).
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 2 342

Gambar 3. Fenol (Plucheinol) (Goyal et.al,2013).

Gambar 4. Fenol (1) Asam Kafeat; (2) verbascoside; (3) oleuropein; (4) luteolin 7-O-glukosida;
(5) rutin; (6) apigenin 7-O-glukosida; (7) luteolin 4’-O-glukosida (Oliveira I,et al.,
2008.
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 2 343

Skrining Farmakologi Penelitian Sibarani (2013),


Anti-oksidan menunjukkan bahwa P. indica pada
Berdasarkan penelitian Minhatun bagian daun memiliki potensi farmakologis
Nafisah dan Tukiran (2017) menyatakan sebagai agen analgesik ketika diuji pada
bahwa ekstrak kloroform daun tanaman berbagai model hewan uji pada dosis 200
beluntas memiliki aktifitas antioksidan mg/kg bb.
dengan nilai IC50 sebesar 107 ppm
Diuretik
menunjuk memiliki antioksidan yang kuat.
Pramanik et al., (2007), melakuka
Aktivitas antioksidan dilakukan
penelitian Pengobatan dengan tanaman
dengan metode scavenging DPPH. DPPH
beluntas pada dosis 100, 200 dan 300 mg /
adalah radikal stabil, yang dalam bentuk
kg, p.o. menunjukkan peningkatan yang
radikalnya memberikan warna violet.
signifikan dalam ekskresi Na+, K+ dan Cl-
Antioksidan akan bereaksi dengan DPPH
pada tikus. Ekstrak juga meningkatkan
oleh mekanisme elektron donasi, yang
volume urin pada semua tingkat dosis.
menstabilkan DPPH ditunjukkan oleh
Efek yang dihasilkan oleh tanaman
penurunan intensitas warna ungu DPPH
beluntas dengan dosis 300 mg/kg,
dan perlahan berubah menjadi kuning dan
sebanding dengan furosemide (20 mg/kg,
penurunan ini dapat diukur dengan
p.o.). dapat dikatakan bahwa itu adalah
spektrofotometri terlihat pada λ 515 nm19.
agen diuretik yang efektif.
Aktivitas antioksidan tertinggi ditunjukkan
oleh PI3 dengan IC50 DPPH aktivitas
Anti-inflamasi
pemulungan 16,66 μg/ml (Indradi, 2017).
Berdasarkan penelitian Sudirman et
al., (2017) menunjukkan bahwa ekstrak
Anti-kolinesterase
daun beluntas dilaporkan dapat
Noridayu et al., (2011)
menghambat agregasi platelet dengan cara
melakukan penelitian dan menunjukkan
menghambat pembentukan tromboksan
bahwa ekstrak metanol batang dan daun
sehingga juga berperan dalam efek
menunjukkan aktivitas antioksidan relatif,
antiinflamasi dan juga dapat menghambat
ada korelasi linear antara aktivitas
aktivitas PGH sintase karena berkompetisi
antioksidan dan isi fenolik total dalam
dengan asam arakhidonat pada sisi aktif
ekstrak P. indica. Dapat dikatakan
PGH sintase sehingga menghambat
memiliki aktivitas antikolinesterase karena
pembentukan PG.
semua ekstrak mampu menghambat
aktivitas AchE.
Anti-bakteri

Analgesik
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 2 344

Pada Penelitian Nurhalimah dkk flavonoid diduga berperan secara


(2015) menyatakan bahwa ekstrak daun signifikan menghambat aktivitas enzim α-
beluntas memiliki efek antibakteri terhadap glukosidase sehingga dapat menurunkan
bakteri Salmonella typhimurium dengan kadar glukosa darah dan mampu
zona penghambatan konsentrasi minimal meregenerasi sel-sel β-pankreas yang rusak
5% dan mempunyai daya hambat paling sehingga defisiensi insulin dapat diatasi.
baik yaitu dengan konsentrasi 15%. Pengujian penurunan glukosa darah
Perlakuan dosis 3 (dosis 600 mg/kg bb) ekstrak daun beluntas pada tikus wistar
merupakan dosis ekstrak daun beluntas menunjukan pada dosis 15 mg/kgBB
yang mempunyai efek sebanding dengan memilii kemampuan penurunan rerata
loperamid HCl. kadar glukosa darah.
Berdasarkan hasil penelitian
Larvasida
Pargaputri et al., (2016) menyatakan
Ekstrak daun beluntas (P. indica)
bahwa ekstrak daun P indica dapat
berpengaruh terhadap mortalitas
menghambat pertumbuhan bakteri
Spodoptera litura F. instar 3 atau Larva S.
Enterococcus faecalis dan Fusobacterium
litura dan didapatkan nilai LC50 pada
nucleatum dengan respon hambatan
konsentrasi 28% (28 gr/100 ml) dalam
pertumbuhan sedang sampai kuat, tetapi
kurun waktu 24 jam pengamatan. Ekstrak
MIC ekstrak terhadap E. faecalis dan
daun beluntas (P. indica) mampu
bakteri F. nucleatum tidak dapat
menghambat pembentukan pupa (Roqib
ditentukan.
dan Kristanti, 2015).
Pada hasil penelitian Amilah dan
Ajiningrum (2015) menyatakan bahwa uji
Simpulan
aktivitas antibakteri sari daun pegagan dan
Tanaman Beluntas (P. indica)
sari daun beluntas berpengaruh terhadap
mengandung senyawa golongan flavonoid,
pertumbuhan bakteri Mycrobacterium
alkaloid, dan fenolik dan beberapa
tuberculosis. Sari daun pegagan atau
senyawa telah berhasil diisolasi dan
beluntas pada konsentrasi 20 mg/100ml
diidentifikasi. Tanaman Beluntas memiliki
keduanya mampu menghambat
berbagai potensi aktivitas farmakologi
pertumbuhan bakteri.
diantaranya sebagai anti-oksidan,
analgesik, anti-inflamasi, anti-larvasida,
Diabetes Melitus
anti-bakteri, aktivitas-diuretik dan
Yesiana Dwi Wahyu Werdani dan
membantu dalam penyembuhkan diabetes
Paini Sri Widyawati (2017), menyatakan
mellitus.
pada tanaman beluntas terdapat senyawa
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 2 345

Daftar Pustaka Khodaria P. 2013. Uji Daya Hambat


Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea
Agoes A. 2010. Tanaman Obat Indonesia.
indica Less) Terhadap Pertumbuhan
Airlangga; Jakarta.
Aeromonas hydrophila. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto ;
Arya A, dan Phatni A. 2017.
Purwokerto.
Pharmacognostic Profile and
Phytochemical Investigation of
Lung-cho K. 2017. Hexana Fraction of
Pluchea lanceolata Oliver & Hiern.
Pluchea Inficia Root Extract.
In vivo and In vitro. Int. J. Pharm.
Inhibits proliferation and induces
Sci. 22(2). 157-161
autophagy in human glioblastoma
cell. Journal Biomedic Report
Boonruang B, et al., 2017. Inhibition of
NCBI, 7(5):416-422.
human cytochromes P450 2A6 and
2A13 by flavonoids, acetylenic
Minhatun N, dan Tukiran. 2017. Uji
thiophenes and sesquiterpene
Antioksidan dan Identifikasi
lactones from Pluchea indica and
Senyawa Aktif dari Ekstrak
Vernonia cinerea. Journal of
Kloroform Daun Tanaman Beluntas
Enzyme Inhibition and Medicinal
(Pluchea indica L.). UNESA Journal
Chemistry. 32(1). 1136–1142
of Chemistry, 6(2).
Cho L, et al., 2012 . Crude aqueous
Noridayu F, et al. 2011. Antioxidant and
extracts of Pluchea indica (L.) Less.
Antiacetylcholinesterase Activities
inhibit proliferation and migration of
of Pluchea indica Less.
cancer cells through induction of
International Food Research
p53-dependent cell death. Journal
Journal, 18(3): 925-929.
MC Complementary and Alternative
Medicine. 12:265
Normala K, and Suhaimi S. 2011.
Quantification of Total Phenolics in
Dalimartha S . 1999. Atlas Tumbuhan Obat
Different Parts of Pluchea indica.
Jilid 1. Jakarta. Trubus Agriwidya.
Less Ethanolic and Water Extracts.
Pertanika J. Sci. & Technol, 19 (1).
Febrianta F, et al., 2015 . Effects of
Pluchea indica Less Leaf Extract
Nurhalimah N, dkk. 2015. Efek Antidiare
and Chlorine to Hematological
Ekstrak Daun Beluntas pada Mencit
Profiles of Broiler Chickens.
Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3
International Journal of Poultry
(3): 1083-1094.
Science 14(10): 584-588.
Oliveira I, et al., 2008. Total phenols,
Goyal G. et al., 2013. Review on
antioxidant potential and
Phytochemical and Biological
antimicrobial activity beluntas
Investigation of Plant Genus
(Pluchea indica L). J.Food and
Pluchea. Indo American Journal of
Chemical Toxicology, 46: 2326 -
Pharm Research, 3(4).
2331.
Indradi RB, Irda F, Komar RWS. 2017.
Pargaputri PF, et al., 2016. Antibacterial
DPPH Scavenging Activities and
effects of Pluchea indica Less leaf
Phytochemical Content of Four
extract on E. faecalis and
Asteraceae Plants. International
Fusobacterium nucleatum (in vitro).
Journal of Pharmacognosy and
Dent. Journal, 49(2): 93–98.
Phytochemical Research, 9(6): 755-
759.
Pramanik S, et al., 2007. Tissue culture of
the plant Pluchea indica (L.) Less.
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 2 346

and evaluation of diuretic potential


of its leaves. Journal Oriental Srisook S, et al. 2012. Antioxidant and
Pharmacy and Experimental anti – inflammatory activities of hot
Medicine, 7(2); 197-204. water extract from Pluchea indica
Less. Journal of Medicinal Plants
Pujowati P. 2006. Pengenalan Ragam Research 6(23): 4077-4081.
Tanaman Lanskap Asteraceae.
Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sudirman S, et al., 2017. Aktivitas Anti-
inflamasi Ekstrak Etanol Daun
Roqib M, dan Kristanti IP. 2015. Pengaruh Beluntas (Pluchea indica L.) pada
Ekstrak Daun Beluntas Model Inflamasi Terinduksi CFA
(Plucheaindica) terhadap Mortalitas (Complete Freund's Adjuvant).
dan Perkembangan Larva Jurnal Farmasi Galenika, 3 (2):
Spodoptera litura F. JURNAL 191-198.
SAINS DAN SENI ITS, 4(2).
Yesiana DWW, dan Paini SR. 2017.
S, Amilah dan PS, Ajiningrum. 2015. Uji Antidiabetic Effect of Pluchea
Efektifitas Daya Hambat Sari Daun Indica Less Tea as a Functional
Peganggan (Centella asiatica) Dan Beverage in Diabetic Patients.
Daun Beluntas (Pluchea indica Journal Advances in Social Science,
Less) Terhadap Pertumbuhan Education and Humanities
Mycobacterium tuberculosis Stigma. Research, 9(8): 112-115.
Journal of science, 8(2): 6 – 11.
Yulianiet SD, et al., 2015. Total Phenolic
Sibarani S, dkk. 2013. Uji Efek Analgesik and Flavonoid Contents Of Pluchea
Ekstrak Daun Bekuntas (Pluchea indica Less. Leaves Extracts from
indica L.) Pada Mencit (Mus Some Altitude Habitats.
musculus). Jurnal e-Biomedik J.ChemTech Res, 8(4): 1618-16
(eBM), 1(1): 621-628.

Anda mungkin juga menyukai