Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI

“FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK MENGGUNAKAN EKSTRAK


BUNGA KEMBANG SEPATU (Hibiscus rose sinensis L) SEBAGAI
PEWARNA ALAMI”

DISUSUN OLEH :
TANGGAL NAMA MAHASISWA NIM
ACC
ANDI WANDA F.20.002
FIRDAYANTI AVRANOV F.20.013
ERHAS
INDRIANA F.20.019
M. FAHMI TSANI JUHARDIN F.20.027
MUH.SYAHRUL FAIZAL F.20.033
NASTINA ASTUTI F.20.034
KELAS/ ASISTEN PARAF NILAI
KELOMPOK ASISTEN

VA/II (DUA) HASNAWATI, S. FARM

LABORATORIUM FARMASI TERPADU


PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI
POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI
KENDARI
2023
BAB I
KOSMETIKA SEDIAAN LIPSTIK

A. Latar Belakang

Kosmetik telah digunakan secara luas oleh manusia selama berabad-

abad dan industrinya telah berkembang pesat hingga saat ini. Penggunaan

kosmetik berkembang tidak hanya untuk kecantikan, tetapi juga untuk

kesehatan (Tranggono dan Latifah, 2007). Kosmetik berasal dari kata

Yunani “kosmetikos” yang berarti keterampilan menghias atau mengatur.

Defenisi kosmetik dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan RI No. HK.00.05.42.1018 adalah setiap bahan atau sediaan

dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,

rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa

mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan,

dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh

pada kondisi baik (BPOM RI, 2008).

Lipstik merupakan produk kosmetik yang paling luas digunakan.

Lipstik menambahkan warna pada wajah untuk tampilan yang lebih sehat,

membentuk bibir, dan terkadang di suatu kondisi lipstik dapat

menyelaraskan wajah antara mata, rambut dan pakaian dan menciptkan bibir

1
terlihat lebih kecil atau lebih besar tergantung pada warna (Elsner &

Maibach, 2000).

Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri tersendiri dengan kulit

jangat yang sangat tipis, aliran darah lebih banyak mengalir di daerah

permukaan kulit bibir, tidak terdapat kelenjar keringat dan sangat jarang

terdapat kelenjar lemak sehingga kulit bibir lebih peka dibandingkan kulit

lainnya. Karena itu, berhati-hati dalam memilih bahan yang digunakan

untuk sediaan lipstik, terutama dalam hal memilih zat warna yang

digunakan untuk maksud pembuatan sediaan lipstik (Ditjen POM, 1985).

Antosianin merupakan pigmen alami yang dapat menghasilkan

warna seperti biru, ungu, violet, megenta dan kuning. Pigmen ini larut

dalam air yang terdapat pada bunga, buah-buahan, sayuran dan ubi-ubian,

dan telah banyak digunakan sebagai pewarna alami pada berbagai produk

pangan dan aplikasi lainnya (Santoso, dkk. 2014). Salah satu tanaman yang

mengandung senyawa antosianin adalah bunga kembang sepatu yang biasa

dimanfaatkan sebagai pewarna alami selain itu, tanaman ini dipercaya oleh

masyarakat sebagai obat demam, batuk, dan sariawan (Nurlela, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratih, dkk. 2021 menunjukkan

bahwa Ekstrak bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis L) dengan

konsentrasi 2%, 4% dan 6% dapat digunakan sebagai bahan pewarna dalam

sediaan balsam bibir (Lip balm) dan semua formula sediaan balsam bibir

(Lip balm) yang mengandung ekstrak bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa

sinensis L) memenuhi persyaratan yang tertera dalam Standarisasi Nasional

2
Indonesia dan tidak terjadi perubahan bentuk, warna, aroma, dan pH selama

empat minggu penyimpanan pada suhu kamar, sehingga dalam formulasi ini

menggunakan bunga kembang sepatu sebagai zat pewarna alami.

Berdasarkan uraian diatas maka diformulasikan sediaan lipstick

ekstrak bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis L) sebagai pewarna

alami.

B. Tujuan

1. Untuk membuat sediaan lipstik dari ekstrak bunga kembang sepatu

(Hibiscus rose sinensis L) yang stabil.

2. Untuk melakukan evaluasi sediaan lipstik dari ekstrak bunga kembang

sepatu (Hibiscus rose sinensis L) sebagai pewarna alami yang stabil.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Tentang Lipstik

1. Definisi Lipstik

Gambar 1. Lipstik (Fatimah D.P, 2017)

Pewarna bibir merupakan sediaan kosmetika yang digunakan untuk

mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan

estetika dalam tata rias wajah. Sediaan pewarna bibir terdapat dalam

berbagai bentuk, seperti cairan, krayon, dan krim. Pewarna bibir modern

yang disukai adalah jenis sediaan pewarna bibir yang jika dilekatkan

pada bibir akan memberikan selaput yang kering. Pewarna bibir krayon

lebih dikenal dengan sebutan lipstik (Adliani, 2012).

Lipstik adalah sediaan pewarna bibir yang merupakan sediaan

kosmetik yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistik

sehingga meningkatkan estetika da- lam tata rias wajah (Risnawaty et al.,

2012). Sediaan lipstik terdapat dalam berbagai bentuk seperti cairan,

4
crayon, dan krim. Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam

pembawa yang terbuat dari campuran lilin dan minyak, dalam komposisi

sedemikian rupa sehingga dapat memberikan suhu lebur dan viskositas

yang dikehendaki (Siregar Utami, 2014).

2. Komponen Dalam Sediaan Lipstik

Komponen utama dalam sediaan lipstick menurut Tranggono (2007)

adalah:

a) Lilin

Lilin digunakan memberi struktur batang yang kuat pada lipstik

dan menjaganya tetap padat walau dalam keadaan hangat. Campuran

lilin yang ideal akan menjaga lipstik tetap padat setidaknya pada suhu

50 derajat celcius dan mampu mengikat fase minyak agar tidak ke luar

atau berkeringat, tetapi juga harus tetap lembut dan mudah dioleskan

pada bibir dengan tekanan serendah mungkin.

b) Minyak

Minyak yang digunakan dalam lipstik harus memberikan


kelembutan, kilauan dan berfungsi sebagai medium pendispersi zat
warna. Minyak yang sering digunakan antara lain minyak jarak,
minyak mineral, dan minyak nabati lain. Minyak jarak merupakan
minyak nabati yang unik karena memiliki viskositas yang tinggi
dan memiliki kemampuan melarutkan staining dye dengan baik.
Minyak jarak merupakan salah satu komponen penting dalam banyak
lipstik modern.

5
c) Lemak

Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat

yang berfungsi untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi

tekstur yang lembut, meningkatkan kekuatan lipstik, dan dapat

mengurangi efek berkeringat dan pecah pada lipstik. Fungsinya yang

lain dalam proses pembuatan lipstik adalah sebagai pengikat dalam

basis antara fase minyak dan fase lilin dan sebagai bahan pendispersi

untuk pigmen. Lemak padat yang biasa digunakan dalam basis lipstik

adalah lemak coklat, lanolin, lesitin, minyak nabati terhidrogenasi dan

lain-lain.

d) Bahan pewarna

Pewarna pada lipstik berdasarkan sumbernya ada dua yaitu

pewarna alami merupakan zat warna yang diperoleh dari akar, daun,

bunga dan buah. Seperti zat warna hijau dari daun suji dan zat warna

orange dari wortel. Sedangkan pewarna sintetis berasal dari reaksi

antara dua atau lebih senyawa kimia contohnya seperti Rhodamin B.

Sedangkan zat warna dalam lipstik dibedakan atas dua jenis yaitu

staining dye dan pigmen. Staining dye merupakan zat warna yang larut

atau terdispersi dalam basisnya, sedangkan pigmen merupakan zat

warna yang tidak larut tetapi tersuspensi dalam basisnya. Kedua macam

zat warna ini masing-masing memiliki arti tersendiri, tetapi dalam

lipstik keduanya dicampur dengan komposisi sedemikian rupa untuk

memperoleh warna yang diinginkan.

6
3. Komponen Tambahan Dalam Lipstik

a) Bahan pengawet

Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam sediaan

lipstik sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air.

Akan tetapi ketika lipstik diaplikasikan pada bibir kemungkinan terjadi

kontaminasi pada permukaan lipstik sehingga terjadi pertumbuhan

mikroorganisme. Oleh karena itu perlu ditambahkan pengawet di dalam

formula lipstik. Pengawet yang sering digunakan yaitu metil paraben

dan propil paraben.

b) Antioksidan

Antioksidan digunakan untuk melindungi minyak dan bahan tak

jenuh lain yang rawan terhadap reaksi oksidasi. BHT, BHA dan vitamin

E adalah antioksidan yang paling sering digunakan. Antioksidan yang

digunakan harus memenuhi syarat:

1. Tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam

kosmetika

2. Tidak berwarna

3. Tidak toksik

4. Tidak berubah meskipun disimpa lama.

7
c) Parfum

Parfum digunakan untuk memberikan bau yang menyenangkan,

menutupi bau dari lemak yang digunakan sebagai basis, dan dapat

menutupi bau yang mungkin timbul selama penyimpanan dan

penggunaan lipstik (Tranggono, 2007).

4. Persyaratan Lipstik

a) Melapisi bibir secara mencukupi

b) Dapat bertahan di bibir dalam jangka waktu lama

c) Cukup melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket

d) Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir

e) Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya

f) Memberikan warna yang merata pada bibir

g) Penampilan harus menarik, baik warna maupun bentuknya

h) Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak bopeng atau

berbintik-bintik atau memperlihatkan hal ini yang tidak menarik

(Tranggono, 2007).

B. Uraian Tanaman

1. Klasifikasi Tanaman Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.)

Gambar 2. Bunga Kembang Sepatu (Dokumentasi Pribadi, 2022)

8
Regnum : Plantae

Divisi : Spermathopyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Malvales

Family : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Species : Hibiscus rosa sinensis L.

2. Morfologi Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.)

Kembang sepatu adalah tumbuhan asli daerah tropis di dataran Asia,

kemudian tanaman ini menyebar di berbagai negara sampai ke Eropa.

Kembang sepatu termasuk tanaman perdu dengan ketinggian antara 4–8 m.

Memiliki batang yang berstruktur keras, serta bercabang banyak. Cukup

dalam dan kuat perakarannya sehingga batang tumbuh tegak dan kokoh

(Dalimartha, 2005).

Kembang sepatu berbunga tunggal yang keluar dari ketiak daun, 1–4

cm panjang tangkai bunganya, serta menjurai dengan lima mahkota yang

tersusun berbentuk terompet atau lonceng. Helaian mahkota bunga tunggal

atau ganda, memiliki warna bunga yang bervariasi, seperti putih, merah

muda, kuning, jingga dan kombinasi warna–warna tersebut. Pembungaan

berlangsung sepanjang tahun, bunga hanya bertahan mekar 1–2 hari.

Bunga tersusun atas 5 mahkota, 5 calyx, 15 tangkai sari dan 1 buah bakal

buah yang memiliki banyak ruang. Kembang sepatu merupakan tanaman

9
yang memiliki daya adaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh baik di

daerah subtropis maupun tropis (Dalimartha, 2005).

3. Kandungan Kimia Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.)

Daun, bunga, dan akar bunga kembang sepatu mengandung

flavonoid. Secara khusus, daunnya mengandung tarakseril asetat

(Widjayakusuma, 1994), beta karoten. Bunga kembang sepatu

mengandung tarakseril asetat, β-sitosterol, kampesterol, stigmasterol,

kolesterol, ergosterol, lipid, sitrat, asam tartrat, asam oksalat, fruktosa,

glukosa, sukrosa, hibiscetin, sianidin dan glikosida sianidin, alkana,

kuersetin. Ekstrak etanolik bunga kembang sepatu mengandung alkaloid.

Bunganya mengandung polifenol diglukosida sianidin, asam askorbat,

fosfor, kalsium, besi, lemak, serat, niasin, riboflavin, tiamin, dan air

(Agoes, 2010).

C. Bibir

1. Definisi Bibir

Gambar 3. Bibir (Mukarramah, 2020)


Bibir merupakan salah satu bagian wajah yang dapat menimbulkan

daya tarik. Tidak heran akhirnya muncul istilah bibir sensual, bibir eksotik,

10
dan sebagainya. Daniel S (2006) berpendapat bahwa bibir adalah lapisan

kulit yang paling tipis diantara semua kulit dan area bagian bibir adalah

area paling sensitif. Warna pada bagian bibir seseorang berbeda-beda jenis

warnanya. Daya yang dipikat dari keseluruhan adalah bibir sebagian orang

memandang bibir karena ketertarikan dan banyak sekali yang menarik dari

bibir contohnya ketika kita tersenyum, tertawa maupun berbicara daya

tarik bibir sangat berpengaruh terhadap penampilan.

2. Kondisi Kesehatan Pada Bibir

Kondisi perubahan warna pada bibir juga bisa mempengaruhi

kesehatan, sejak jaman dahulu, dunia pengobatan tradisional Cina

mempercayai bahwa bibir adalah jendela untuk mengetahui kesehatan

tubuh secara menyeluruh. Warna bibir rupanya dapat menjadi indikator

seberapa sehatnya tubuh seseorang. Karena perubahan warna bibir

berkaitan dengan darah, organ, maupun suhu tubuh. Menurut Kristia A

(2018) berikut contoh perubahan kondisi bibir dalam kesehatan:

1. Merah gelap kehitaman

Warna bibir yang gelap umumnya dimiliki oleh para perokok

berat. Namun, jika tidak merokok dan memiliki warna bibir yang

gelap, hal tersebut menunjukkan bahwa sistem pencernaan tidak

berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk mengatasinya dapat

perbanyak konsumsi yoghurt, ubi jalar, sayuran kaya serat, atau rutin

mengonsumsi air hangat dengan perasan jus lemon untuk

mengatasinya. Hindari makanan olahan dan makanan cepat saji hingga

11
pencernaan menemukan keseimbangannya kembali. Untuk bibir

kehitaman seperti ini gunakan lipstik yang melembabkan yang

mengandung vitamin C gunakan berulang kali, minum air putih yang

banyak, dan gunakan lipstik berjenis matte dengan warna yang gelap

dan bertekstur padat dan memenuhi bibir agar bibir hitam tersamarkan

ditambah dengan rajin scrub bibir agar sel kulit yang lama terkelupas

dan digantikan dengan kulit yang baru dan lebih sehat.

2. Pucat

Kondisi bibir yang pucat merupakan tanda-tanda mengidap

anemia, yaitu kondisi berkurangnya jumlah sel darah merah didalam

darah. Bisa diatasi dengan memperbanyak konsumsi makan yang

mengandung zat besi seperti daging merah dan sayuran hijau. Selain

itu, pengobatan tradisional China percaya bahwa bibir yang pucat

diakibatkan oleh banyaknya akumulasi ‘yin’ atau energi dingin di

dalam tubuh. Dapat mengonsumsi daging domba, labu, kerang, dan

buah raspberry untuk menormalkan kembali suhu tubuh. Apabila

kondisi bibir pucat gunakan lipstik yang berjenis melembabkan dan

memiliki tekstur yang lembab bisa juga dipadukan dengan warna yang

tidak terlalu terang agar bibir pucat tersamarkan.

3. Bibir pecah-pecah dan kering

Menurut Sulastomo (2013) masalah pada bibir kering dan pecah-

pecah karena kontak langsung dengan bahan kimia yang terkandung

dalam pasta gigi, obat kumur, atau lipstik (disebabkan oleh zat

12
pewarna, pewangi, pengawet dll). Selain itu bisa disebabkan karena

alegi makanan, obat maupun jamu yang dimakan atau diminum, getah

buah-buhanan, bahkan ada juga yang disebabkan oleh air liur sendiri.

Suatu kelainan kulit seperti reksim pada bibir, dermatitis perioralis,

keiliis, stomatitis angularis, dapat pula memberikan kelainan serupa

pada bibir. Untuk bibir pecah-pecah biasanya untuk sementara

dianjurkan agar berhati-hati terhadap apa yang dimakan atau minum,

dan tidak memakai beberapa bahan atau produk apa pun sampai bibir

normal kembali. Dianjurkan pula agar segera membersihkan bibir dan

keringkan dengan lembut begitu selesai makan atau sikat gigi, untuk

meyakinkan tidak ada sisa makanan ataupun pasta gigi yang tertinggal

dibibir. Pada keadaan tertentu kita perlu mengganti pasta gigi, sabun,

atau lipstik yang biasa dipakai dengan ringan atau tidak terlalu banyak

kandungan bahan kimianya. Misalnya dengan memilih produk ini

tidak selalu menjamin memang selamanya “aman” dipakai. Pemberian

lipgloss memang sering membantu dalam mengatasi bibir kering dan

pecah-pecah yang sangat mengganggu, tapi ingat kemungkinan

lipgloss menimbulkan reaksi pada bibir pun dapat saja terjadi. Untuk

mengatasinya maka perlu mengenali penyebabnya melalui

pemeriksaan dan pengamatan yang teliti, yang tentunya memerlukan

waktu. Hanya dengan menemukan penyebab dan diagnosis yang tepat

masalah ini dapat diatasi.

4. Sudut bibir pecah-pecah

13
Menurut Sulastomo (2013) bibir atau sudut bibir kering, pecah-

pecah dapat dijumpai pada beberapa keadaan apakah itu suatu

peradangan ringan sampai berat, akibat kontak atau iritasi oleh bahan-

bahan seperti makanan, pasta gigi, getah buah-buahan, lipstik, cat

rambut dan sebagainya. Untuk mengetahui penyebabnya diperlukan

pengamatan dan pemeriksaan yang teliti. Jika diperlukan dapat

dilakukan tes alergi untuk memastikannya, bila benar maka harus

dihindari agar tidak timbul keluhan yang sama. Kemungkinan yang

lain adalah akibat defisiensi atau kurangna vitamin B2 (riboflavin)

dalam asupan makanan atau juga karena faktor gizi yang tidak

berimbang, dimana asupan karbohidrat dan lemak berlebihan, disertai

defisensi B6 (piridoksin), niasin, seng dan asam lemak esensial.

Kesemua keadaan defisiensi diatas dapat menimbulkan dermatitis

periorifisial (peradangan kulit disekitar bibir). Akibat infeksi virus

(herpes), atau jamur (candida), dapat pula menimbulkan keadaan

serupa. Masing-masing keadaan tersebut memerlukan penanganan

yang berbeda.

3. Resiko Tidak Menjaga Kesehatan Pada Bibir

Menjaga kesehatan adalah suatu kewajiban yang harus

diperhatikan karena menjaga kesehatan akan sangat berdampak untuk

kelangsungan hidup setiap manusia. Salah satunya menjaga kesehatan

bibir, karena bibir adalah salah satu kulit tertipis diantara kulit ditubuh

14
dan rentan terkena penyakit apabila tidak menjaga bibir dengan baik.

Resiko yang akan didapatkan dari tidak menjaga kesehatan bibir yaitu:

a) Bibir kering, bisa terjadi karena perubahan cuaca, kurangnya

minum air putih, jarang menghapus lipstik, dll.

b) Bibir pecah-pecah, bisa berakibat kurangnya cairan dalam tubuh,

hormon yang tidak stabil, lupa menghapus lipstik dan tidak

menggunakan pelembab bibir.

c) Bibir bengkak, bisa terjadi karena terkena bibir terinfeksi virus dan

kuman yang mengakibatkan bibir menjadi bengkak, tidak menjaga

bibir dari bahan- bahan yang aman untuk bibir, dll.

D. Formulasi

1) Master Formula
Tabel 1. Formulasi Sediaan Lipstik Menggunakan Ekstrak Kulit
Buah Naga Merah (Hylocereus Costaricensis) Dengan Kombinasi
Beeswax dan Paraffin Wax (Febrianto dan Aprilianti, 2020).
Nama Bahan Fungsi Konsentrasi (%)
Ekstrak kulit buah naga Zat aktif 10
Paraffin wax Lilin, pengeras 15
Beeswax Lilin, basis lipstick 5
Setil alcohol Pengeras, 8
pengemulsi
Lanolin Pembawa, emollient 25
Tween 80 Pendispersi 8
Propilenglikol Humektan 10
Nipasol Pengawet 0,2
Minyak jarak Pelarut 22,5

15
2) Modifikasi Formula

Nama produk : Beauty Lips


Jumlah produk : 1000
Nomor : NA18221300006
registrasi
NA = Produk Asia/Produk lokal
18 = Kode negara Indonesia
22 = Kode tahun izin produk
13 = Kode kelompok produk
00006 = Kode notifikasi registrasi
No. batch : 2041226
Digit 2 dan 3 = Tanggal pembuatan produk
Digit 4 dan 5 = Bulan pembuatan produk
Digit 6 dan 1 = Tahun pembuatan produk
Digit 7 = Nomor urut pembuatan
Tanggal : 04/12/ 2022
produksi
Tanggal : 04/12/2023
kedaluwarsa
Tabel.2 Formulasi sediaan lipstick ekstrak bunga kembang sepatu
(Hibiscus rose sinensis L) sebagai pewarna alami
Nama Bahan Fungsi Konsentrasi (%)
Ekstrak bunga Zat aktif 6
kembang sepatu
Paraffin wax Lilin, pengeras 15
Beeswax Lilin, basis lipstick 20
Setil alcohol Pengeras, 8
pengemulsi
Lanolin Pembawa, emollient 25
Tween 80 Pendispersi 8
Span 60 pengemulsi 8
Propilenglikol Humektan 10
Nipasol Pengawet 0,2
Minyak jarak Pendispersi, pelarut 22,5

16
E. Uraian Bahan

1. Paraffin wax

Gambar 4. Rumus bangun paraffin wax (Mufasa, 2018)

Berbagai macam lilin yang ditambahkan pada lipstik bervariasi

antara 5-50% lipstik. Paraffin wax dapat meningkatkan kekerasan dan

kelembutan lipstick tetapi masih sangat jarang digunakan. Batas aman

penggunaan dari wax dalam lipstik ini adalah tidak melebihi 15% dari

berat lipstik (Mozes, 1983). Paraffin wax merupakan campuran murni dari

padatan hidrokarbon jenuh berbau, tidak berwarna dan merupakan padatan

putih (Rowe dkk, 2009). Paraffin wax memiliki berat molekul rata-rata

300-700 gram/mol. Titik leleh dari paraffin wax adalah 45-65°C. Paraffin

wax memiliki fungsi untuk menahan bentuk lipstick saat berada dalam

wadah (Minami,2005). Paraffin wax memiliki sifat basa karena memiliki

pH 11 (Mozes,1983).

2. Beeswax

Beeswax merupakan lilin murni yang terbentuk dari sarang lebah

yang berasal dari lebah Apis Mellifera. Setiap 8 pound madu yang dibuat

oleh lebah akan menghasilkan 1 pound beeswax. Beeswax terdiri dari 70%

ester dan 30% asam dan hidrokarbon. Beeswax dapat larut dengan minyak

dan alkohol hangat dan tidak larut pada air hangat dan alkohol dingin.

17
Basis ini digunakan pada krim, lotion, balm, lipstik, maskara, foundation

dan eyeshadow (Williams, 2009).

Beeswax memiliki organoleptis memiliki bau khas yang lemah dan

tidak memiliki rasa (Rowe, Paul dan Marian, 2009) Beeswax memiliki

titik leleh 63.5°C (146,3°F) (Science Lab, 2013). Bagian beeswax yang

terdiri dari ester merupakan rantai lurus alkohol monohidrat dengan rantai

C24 dan C36 diesterifikasi dengan rantai lurus asam. Kepala ester pada basis

ini adalah myricy palmitate (Rowe dkk, 2009) Menurut Mercado (1991),

batas penggunaan beeswax pada kosmetik topikal adalah 5-20% Beeswax

memiliki sifat cenderung asam karena memiliki pH 6.11 (Tihonov.

Ivtushenko, Achilov, dan Jarnih, 1981)

3. Setil alcohol

Gambar 5. Rumus bangun setil alkohol (Rowe, 2009)

Setil alcohol merupakan nama lain dari alcohol cetylicus. Setil

alcohol mempunyai rumus molekul C16H34O dengan berat 242,44 g/mol.

Setil alcohol merupakan serpihan putih atau granul seperti lilin, berminyak

memiliki bau dan rasa yang khas. Kelarutannya mudah larut dalam etanol

(95%) dan eter, kelarutannya meningkat dengan peningkatan temperature,

serta tidak larut dalam air. Setil alcohol dapat digunakan sebagai emollient

dengan range 2-5%, pengemulsi dengan range 2-5% dan sebagai zat

18
penguat dengan range 2-10%. Setil alcohol tidak kompatibel dengan

oksidator kuat, setil alkohol bekerja untuk menurunkan titik leleh

ibuprofen, yang hasil dalam kecenderungannya selama proses lapisan film

ibuprofen kristal.

4. Lanolin

Gambar 6. Rumus bangun Lanolin (Rowe, 2003)

Lanolin atau dikenal dengan nama lain adeps lanae, memiliki rumus

molekul C48H69NO2 dengan berat 756,0646 g/mol. Lanolin merupakan zat

berwarna kuning pucat, manis, dengan bau khas dan samar. Lanolin yang

meleleh adalah cairan kuning yang jelas atau hampir jernih. Kelarutan

lanolin yaitu bebas larut dalam benzene, kloroform, eter, dan minyak

bumi; hemat larut dalam etanol dingin (95%), lebih larut dalam etanol

mendidih (95%); praktis tidak larut dalam air. Lanolin dapat digunakan

sebagai agen pengemulsi. Kompatibilitas lanolin mungkin mengandung

prooksidasi, yang dapat mempengaruhi stabilitas obat-obatan aktif

tertentu.

5. Tween 80

Gambar 7. Rumus bangun tween 80 (Anonim, 1995)

19
Tween 80 disebut dengan nama lain polysorbate 80. Mempunyai

rumus molekul C64H124O26 dan berat molekul 1310 g/mol (HOPE ed 5),

tween 80 memiliki pemerian bau khas yang hangat, rasa pahit, bentuk

cairan minyak kuning (pada suhu 25oC). Larut dalam etanol, tidak larut

dalam minyak mineral, tidak larut dalam minyak sayur, larut dalam air.

Tween 80 mempunyai fungsi sebagai agen pengemulsi; digunakan sendiri

dalam emulsi air dalam minyak dengan konsentrasi 1-15%, digunakan

dalam kombinasi dengan pengemulsi hidrofilik dalam emulsi minyak

dalam air dengan konsentrasi 1-10%. Inkompatibilitas tween 80 yaitu

perubahan warna dan/atau pengendapan terjadi dengan berbagai zat,

terutama fenol, tannin, ter, dan bahan mirip tar. Aktivitas antimikroba

pengawet paraben berkurang dengan adanya polisorbat (HOPE ed 5).

6. Propilenglikol

Gambar 9. Rumus bangun propilenglikol (Rowe, 2009)

Propilenglikol disebut dengan nama lain yaitu dihidroxypropane.

Rumus molekulnya C3H8O2 dan berat molekulnya 76,09 g/mol, memiliki

pemerian cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak

manis, higroskopik (FI Ed III hal. 534) Larut dengan aseton, kloroform,

etanol, gliserin dan air (Raymond, C. Rowe, 2009). Propilenglikol

mempunyai fungsi sebagai humektan dengan konsentrasi 1-15%.

20
Propilen glikol tidak kompatibel dengan reagen pengoksidasi seperti

kalium permanganate (Rowe, 2009).

7. Nipasol

Gambar 8. Rumus bangun nipasol (Allen, 2009)

Nipasol dikenal dengan nama resmi propilparaben dengan

sinonim nipasol, memiliki rumus molekul C10H12O3. Propilparaben

merupakan serbuk hablur putih, tidak berbau dan tidak berasa.

Propilparaben sangat sukar larut dalam air, larut dalam 40 bagian

minyak lemak dan mudah larut dalam larutan alkali hidroksida. Nipasol

digunakan sebagai pengawet antimikroba spektrum luas. Kombinasi

konsentrasi 0,02 % untuk nipasol dan 0,18 % untuk nipagin dapat

menghasilkan kombinasi pengawet dengan aktivitas antimikroba (Rowe

et al. 2009). Digunakan sebagai pengawet antimikroba berguna untuk

antimikroba spektrum luas dengan range 0,01%-0,6% (Rowe, 2009).

8. Minyak jarak (Depkes RI, 1979:459)

Gambar 9. Rumus bangun minyak jarak (Budiman, 2014)

Minyak jarak dikenal dengan nama oleum ricini yang memiliki

pemerian cairan kental, pucat atau kuning pucat atau hampir tidak

21
berwarna, bau lemah; rasa manis kemudian agak pedas, umumnya

memualkan. Kelarutan minyak jarak larut dalam 2,5 bagian etanol (95%)

P, mudah larut dalam etanol mutlak dan dalam asetat glacial P. Kegunaan

sebagai pendispersi warna dan sebagai pelarut zat warna.

22
BAB III
METODE KERJA

A. Alat Dan Bahan

1. Alat yang digunakan yaitu:

Batang pengaduk, baker glass, gelas ukur, cawan porselen, cetakan

lipstick, lemari pendingin, mortar dan stamfer, pipet tetes, sudip,

timbangan analitik, thermometer, wadah lipstick, waterbath.

2. Bahan yang digunakan yaitu:

Beeswax, etanol 96%, lanolin, nipagin, minyak jarak, paraffin wax,

propilenglikol, setil alcohol, tween 80.

B. Perhitungan Bahan

6
Ekstrak bunga kembang sepatu 6% = x 15 = 0,9 g
100
15
Paraffin cair 15% = x 15 = 2,25 g,
100
20
Beeswax 20% = x 15 = 3 g
100
8
Setil alcohol 8% = x 15 = 1,2 g
100
25
Lanolin 25% = x 15 = 3,75 g
100
8%
Tween 80 8% = x 15 = 1,2 g
100
8%
Span 60 8% = x 15 = 1,2 g
100
10
Propilenglikol 10% = x 15 = 1,5 g
100
0,2
Nipasol 0,2% = x 15 = 0,03 g
100

23
22,5
Minyak jarak 22,5 = x 15 = 3,375 g
100

=18,4 g

C. Prosedur Kerja

1. Pembuatan Ekstrak

Lebih kurang 100 g bunga kembang sepatu yang masih segar

dimasukkan kedalam wadah proses ekstraksi dan ditambahkan etanol

96% sebanyak 1 liter sambil diaduk rata selama 3 jam. Setelah diaduk

endapkan selama 24 jam. Hasil maserasi diuapkan dengan

menggunakan Rotary Evaporator pada suhu 50-60˚C.

2. Pembuatan lipstick

Disiapkan alat dan bahan, ditimbang bahan sesuai dengan

jumlah bahan, dipisahkan fase minyak (beeswax, parfin wax, lanolin,

setil alcohol, dan span 80) dan fase air (tween 80, dan propilenglikol)

dalam cawan porselin yang berbeda. Dimasukkan minyak jarak dan

ekstrak bunga kembang sepatu ke dalam cawan porselin yang berbeda,

dileburkan secara bersamaan diatas hot plate dengan suhu 60⁰C.

Setelah itu, dimasukkan campuran minyak jarak kedalam fase air lalu

diaduk hingga homogen. Setelah itu, dicampur kedalam fase minyak

kemudian ditambahkan nipasol aduk hingga homogen. Dimasukkan ke

dalam cetakan lipstik selama 10 menit sampai lipstik mengeras.

24
Kemudian, dikeluarkan lipstik dalam cetakan dan dimasukkan dalam

wadah lipstik serta diberikan label, etiket dan kemasan.

D. Evaluasi Sediaan

1. Uji organoleptis

Pengujian ini dilakukan untuk mengamati hasil sediaan lipstick

yang meliputi: bentuk sediaan, warna sediaan, dan bau sediaan. Dikatakan

sediaan yang stabil bila tidak mengalami perubahan bentuk, warna dan bau

selama masa penyimpanan.

2. Uji daya oles

Diambil sediaan lipstik, sediaan dikatakan mempunyai daya oles

yang tidak baik jika warna yang menempel sedikit dan tidak merata.

Pemeriksaan dilakukan terhadap masing-masing sediaan yang dibuat dan

dioleskan pada kulit punggung tangan dengan 5 (lima) kali pengolesan

(Keithler,1956).

3. Uji homogenitas

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui keseragaman partikel

dan penyebaran partikel yang merata pada sediaan. Satu batang lipstik

dipotong, diamati adalah butiran kasar/warna yang tidak homogen (Ditjen,

1979)

4. Uji kekerasan

25
Uji kekuatan menggunakan alat dengan cara meletakkan batang

lipstick di tengah lempengan alat, kemudian di tambahkan beban, setiap 30

detik ditambahkan beban sampai lipstick patah. Tujuan pengujian ini

untuk mengetahui ketahanan sediaan lipstick dalam menghadapi tekanan

yang didapatkan baik berupa proses pengemasan maupun penyimpanan

(Vishwakarna dkk, 2011).

5. Uji pH

Ditimbang sediaan lipstik sebanyak 1 g lalu dilarutkan dalam 100

ml aquadest, dilakukan uji pH menggunakan alat pH meter. Jika memiliki

pH lebih kecil dari pH 4,5 dapat menimbulkan iritasi kulit. Sedangkan jika

pH kulit lebih besar dari 6,5 akan menimbulkan kulit bersisik (Risnawati

dkk, 2015)

26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Ekstraksi

Gambar 10. Ekstrak kental bunga kembang sepatu

Warna ekstrak : Kecoklatan


Bau ekstrak : Berbau etanol
Berat simplisia : 24,7 g
Berat ekstrak : 9g
%Rendemen : berat ekstrak x 100 %
berat simplisia
9 g x 100 %
=36,4 %
24,7 g

27
Untuk menghasilkan kualitas ekstrak dengan kandungan pigmen

alami secara maksimal, maka pada praktikum ini dilakukan ekstraksi

bunga kembang sepatu dengan metode maserasi. Senyawa aktif yang

diekstraksi adalah antosianin yang berfungsi sebagai pewarna alami.

Maserasi adalah proses ekstraksi sederhana yang dilakukan hanya dengan

cara merendam simplisia dalam satu atau campuran pelarut selama waktu

tertentu pada temperature kamar dan terlindung dari cahaya. Penyiapan

bahan baku dilakukan dengan cara dipilih bunga kembang sepatu yang

telah mekar dan berwarna merah. Sampel diambil menggunakan pisau

yang tidak mengandung logam atau dipetik dengan menggunakan tangan

dikarenakan dapat berpotensi merusak kandungan metabolit sekunder oleh

reaksi dengan logam tersebut. Bahan sampel yang telah dikumpulkan

kemudian disimpan di dalam wadah yang bukan terbuat dari logam. Bunga

yang baik tidak terdapat cacat, kotoran, debu, ulat, rusak, atau benda asing

lain (Handoyo dan Pranoto, 2020).

Sortasi basah merupakan tindakan pemilahan hasil panen ketika

tanaman masih segar. Sortasi dilakukan untuk memisahkan bagian

tanaman terhadap tanah dan kerikil, rumput-rumputan maupun bahan lain

atau bagian tanaman yang tidak digunakan maupun rusak. Tujuan sortasi

basah adalah memperoleh simplisia yang sesuai standar yang telah

ditetapkan, antara lain kemurnian, kebersihan dan ukuran dan tingkat

kerusakan bahan baku.  Sortasi memerlukan tingkat ketelitian dan

kecermatan agar diperoleh mutu simplisia yang seragam. Sortasi basah

28
dapat dilakukan bersama dengan pencucian bahan baku, tujuannya adalah

untuk memperoleh simplisia yang bersih dan bebas dari kotoran maupun

pathogen serta penampilan fisiknya lebih menarik (Anonymous, 2011).

Selanjutkan bungan kembang sepatu dirajang menggukan gunting

kemudian dilakukan pengeringan, yaitu dengan cara pengeringan secara

buatan (oven). Tahap akhir proses pengolahan simplisia adalah sortasi

kering.

Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan bahan-bahan asing dan

simplisia yang belum kering benar. Kegiatan ini dilakukan untuk

menjamin bahwa simplisia benar-benar bebas dari bahan asing yang

dilakukan secara manual. Simplisia yang telah bersih dari bahan asing

terkadang untuk tujuan tertentu (misalnya untuk memenuhi standar mutu

tertentu) masih diperlukan grading atau pemisahan menurut ukuran,

sehingga diperoleh simplisia dengan ukuran seragam (Indah Yulia

Ningsih, 2016).

Simplisia yang telah melalui proses sortasi kering, selanjutnya

dihaluskan dengan menggunakan blender atau alat penghalus lainnya.

Setelah itu, ditimbang simplisia yang telah diserbukkan kemudian

dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70% dengan perbandingan

1:7,5 di dalam bejana. Alasan pemilihan pelarut etanol 70% yaitu karena

etanol dapat menarik senyawa aktif yang lebih banyak dibandingkan

dengan jenis pelarut organik lainnya. Etanol memiliki titik didih yang

rendah yaitu 79℃ sehingga memerlukan panas yang lebih sedikit untuk

29
proses pemekatan. Selain itu, etanol merupakan satu-satunya jenis pelarut

yang aman atau tidak bersifat beracun apabila dikonsumsi

karena rendahnya tingkat toksisitas dibanding pelarut lain (Hasanah dkk.,

2020).

Serbuk simplisia yang diperoleh sebanyak 100 gram, dimaserasi

dengan pelarut etanol 70% hingga sampel terendam seluruhnya. Kemudian

disimpan ditempat yang terlindung dari cahaya matahari selama 3 hari

sambil sekali-sekali diaduk. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan sari

etanol dari ampasnya (Melyandari dkk, 2016). Sari etanol yang terkumpul

diuapkan sehingga diperoleh ekstrak etanol kental yang dilakukan dengan

menggunakan oven pada suhu 60⁰C. Ekstrak kental adalah sediaan yang

liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Ekstrak kental

mengandung air tidak lebih dari 30% (Sitepu, 2010).

B. Formulasi sediaan

Bahan tambahan yang digunakan dalam formulasi ini meliputi ;

Paraffin cair, beeswax, setil alcohol, lanolin, tween 80, span 60,

propilenglikol, propil paraben, minyak jarak. Dalam formulasi ini paraffin

cair digunakan sebagai lilin dalam pembuatan lipstik dengan konsentrasi

15% yang masuk dalam range penggunaan sediaan topikal adalah 5-50%.

Beeswax digunakan sebagai lilin dalam sediaan lipstik dengan konsentrasi

20% karena sebelumnya digunakan konsentrasi dibawah 20%

menghasilkan sediaan yang lembek dan tidak stabil. Setil alkohol

digunakan sebagai pengeras dan pengemulsi dengan konsentrasi 8% yang

30
aman digunakan dengan range 2-10% (Rowe, 2009). Lanolin digunakan

sebagai pembawa dan emollient dengan konsentrasi 25%. Konsentrasi ini

termasuk dalam range yang diperbolehkan dalam penelitian yaitu : 23%-

25% dan termasuk pula dalam range pembuatan lipstik yaitu berkisar

0,1%-50% (Phantol, 1980). Tween 80 digunakan sebagai pendispersi dan

emulgator dengan konsentrasi 8% yang termasuk dalam range yang

diperbolehkan dalam pembuatan lipstik yaitu 1-15% (Rowe, 2009).

Span 60 digunakan sebagai emulgator dengan konsentrasi 8% yang

termasuk dalam range formulasi sediaan kosmetik yang di kombinasikan

dengan tween 80 yaitu berkisar 1-10% (Rowe, 2009). Propilenglikol

digunakan sebagai humektan dengan konsentrasi 10% yang memenuhi

range dalam penggunaan untuk sediaan topikal yaitu ≈15 (Rowe, 2009).

Propil paraben digunakan sebagai pengawet yang dapat menghambat

pertumbuhan mikroba dalam sediaan. Digunakan konsentasi 0,2% yang

memenuhi range sediaan topikal yaitu 0,01-0,06% dalam penggunaan

tunggal (Rowe, 2009). Minyak jarak digunakan sebagai pendispersi zat

warna dengan konsentrasi 22,5% yang termasuk dalam range pada

umumnya dalam pembuatan lipstik yaitu 10-67% (Smolinske, 1992).

Pembuatan sediaan lipstik dilakukan dengan menimbang bahan

sesuai perhitungan. Dipisahkan fase air (tween 80, propilenglikol) dan fase

minyak (paraffin wax, beeswax, setil alkohol, lanolin, span 60) ke dalam

cawan penguap. Dimasukkan ekstrak bunga kembang sepatu dengan

minyak jarak ke dalam cawan penguap lainnya. Dipanaskan ketiga

31
campuran tersebut diatas hot plate hingga 60⁰C lalu dimasukkan campuran

minyak jarak kedalam fase minyak, aduk hingga homogen. Kemudian di

masukkan ke dalam fase air, aduk hingga homogen. Terakhir dimasukkan

pengawet kedalam campuran tersebut, kemudian aduk hingga homogen

lalu dimasukkan dalam cetakan lipstik dan didiamkan selama 10 menit

hingga mengeras dan membentuk lipstik. Setelah itu, lipstik yang telah

mengeras dimasukkan kedalam wadah lipstik yang selanjutnya diberi

etiket dan kemasan serta dilakukan uji evaluasi fisik.

Gambar 11. Sediaan lipstik ekstrak bunga kembang sepatu

C. EVALUASI

1. Uji organoleptis

Tabel 1. Uji Organoleptik Sediaan lipstik ekstrak bunga kembang


sepatu
Formul Pengamatan organoleptic
a Bentuk Warna Bau
A Padat Kecoklatan Bau khas minyak jarak
B padat Putih kuning Bau khas minyak jarak
Keterangan : A = Ekstrak bunga kembang sepatu
B = Blanko

32
Pada pengamatan organoleptik, dikatakan sediaan yang stabil jika tidak

terjadi perubahan warna, bentuk, dan aroma selama penyimpanan. Uji

organoleptik dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara

visual terhadap sediaan. Pada tabel 1, sediaan lipstik memiliki bentuk

padat, warna kecoklatan pada formula yang menggunakan ekstrak

bunga kembang sepatu dan putih kuning untuk blanko, dengan aroma

khas minyak jarak. Berdasarkan hasil pengamatan sediaan lipstik stabil

selama penyimpanan.

2. Uji daya oles

Tabel 2. Uji daya oles sediaan lipstik ekstrak bunga kembang sepatu
Formula Uji daya oles
A Warna tidak menempel
B Warna tidak menempel
Keterangan : A = Ekstrak bunga kembang sepatu
B = Blanko

Pada pengamatan uji daya oles, sediaan dikatakan mempunyai

daya oles yang tidak baik jika warna yang menempel sedikit dan tidak

merata. Pemeriksaan dilakukan terhadap masing-masing sediaan yang

dibuat dan dioleskan pada kulit punggung tangan dengan 5 (lima) kali

pengolesan (Keithler,1956). Pada tabel 2, sediaan lipstik formula A dan

B menunjukkan bahwa sediaan yang tidak memenuhi syarat uji daya

oles disebabkan tidak menempelnya warna lipstik pada punggung

tangan dengan 5 (lima) kali pengolesan.

3. Uji Homogenitas

Tabel 3. Uji homogenitas sediaan lipstik ekstrak bunga kembang sepatu


Formula Pengamatan homogenitas

33
A Homogen

B Homogen

Keterangan : A = Ekstrak bunga kembang sepatu


B = Blanko
Pada pengamatan homogenitas, dikatakan sediaan yang

homogen jika tidak terdapat butiran atau partikel kasar yang tidak larut

dalam sediaan. Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengamati

secara visual pada kaca preparat yang telah dioleskan dengan sedikit

sediaan lipstik. Tujuannya adalah melihat ada atau tidaknya endapan

selama penyimpanan pada suhu ruang, butiran kasar yang tidak

homogen atau partikel kasar yang terdapat dalam sediaan. Pada tabel 3,

sediaan lipstik pada formula A dan B menunjukkan sediaan yang

homogen dan tidak terlihat adanya endapan, butiran atau partikel kasar

yang tidak larut selama penyimpanan. Berdasarkan hasil pengamatan

sediaan lipstik memenuhi parameter uji homogenitas.

4. Uji kekerasan

Tabel 4. Uji kekerasan sediaan lipstik ekstrak bunga kembang sepatu


Formula Uji kekerasan

A 3 menit 21 detik

B 3 menit 9 detik

Keterangan : A = Ekstrak bunga kembang sepatu


B = Blanko

Pada pengamatan uji kekerasan, menurut mardianti 2011 rata-

rata kekerasan sediaan lipstik yang berada di pasaran diperoleh rentang

kekerasan lipstik standar yaitu 120-3600 detik. Apabila lipstik lebih

34
rendah dari standar kekerasan maka akan menyebabkan lipstik menjadi

mudah patah tidak dapat mempertahankan bentuk sehingga sulit

diaplikasikan pada bibir. Sedangkan apabila lipstik terlalu besar dari

standar maka penggunaan akan sulit diaplikasikan. Uji kekerasan

dilakukan dengan menggunakan alat dengan cara meletakkan batang

lipstik di tengah lempengan alat, kemudian di tambahkan beban, setiap

30 detik ditambahkan beban sampai lipstik patah. Tujuan pengujian ini

untuk mengetahui ketahanan sediaan lipstik dalam menghadapi tekanan

yang didapatkan baik berupa proses pengemasan maupun penyimpanan

(Vishwakarna dkk, 2011). Pada tabel 4, sediaan lipstik formula A dan B

menghasilkan sediaan yang memenuhi standar kekerasan sediaan lipstik

yaitu 3 menit 21 detik dan 3 menit 9 detik. Berdasarkan hasil

pengamatan sediaan lipstik memenuhi parameter uji kekerasan lipstik.

5. Uji pH

Tabel 5. Uji pH sediaan lipstik ekstrak bunga kembang sepatu


Formula Uji pH

A 6,24

B 5,85

Keterangan : A = Ekstrak bunga kembang sepatu


B = Blanko

Pada pengamatan uji pH, nilai pH kulit untuk lipstik berkisar antara 4,5-

6,5. Jika memiliki pH lebih kecil dari pH 4,5 dapat menimbulkan iritasi

kulit. Sedangkan jika pH kulit lebih besar dari 6,5 akan menimbulkan

kulit kering (Risnawati dkk, 2015). Pengujian pH dilakukan dengan

35
melarutkan 1 gram lipstik kedalam 100 ml aquadest. Dilakukan

pengujian menggunakan alat pH meter. Pada tabel 5. Nilai pH yang

dihasilkan adalah 6,24 dan 5,85 yang memenuhi range pH kulit untuk

bibir. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, sediaan lipstik

memenuhi parameter uji pH lipstik.

36
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uji evaluasi fisik sediaan lipstik ekstrak bunga

kembang sepatu, dapat disimpulkan bahwa sedian lipstik stabil dari

aspek organoleptis, daya oles, homogenitas, kekerasan, dan pH.

B. SARAN

Perlu diperhatikan dalam pencampuran bahan pada setiap fase

agar tidak terjadi kesalahan, kebersihan alat yang digunakan serta

kehati-hatian dalam praktikum.

37
DAFTAR PUSTAKA

Adliani, N dkk, (2012). Formulasi Lipstik Menggunakan Zat Warna dari


Ekstrak Bunga Kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm. Journal
of Pharmaceutics and Pharmacology, Volume 1(2): 87-94.

Agoes, A., 2010, Tanaman Obat Indonesia, hal 73-76, Salemba Medika:
Jakarta.

Ahmed dkk, 2010, Antibacterial activity of the ethanol extracts of Hibiscus


rosa-sinensis leaves and flowers against clinical isolates of bacteria,
Departement of Biochemistry and Molecular Biology, Jahangirnagar
University Savar, Dhaka 1342, Bangladesh.

Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia.

Anonim, 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia.

BPOM, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat


dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.

Chauchan A. S, 2010, Determination of Lead and Cadmium in


CosmeticProducts, Journal of Chemical and Pharmaceutical Research,
USA.

Dalimartha, S. (2005). Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Jakarta: Penerbit


Puspa Swara.

Elsner, P., dan Maibach, H. I. (2000). Cosmeceuticals: Drug vs Cosmetic


Mercell dekker, Inc, Vol. 23, New York.

Febrianto Yahya dan Apriliani Fifi. 2020, Jurnal Farmasi Udayana Formulasi
Sediaan Lipstik Menggunakan Ekstrak Kulit Buah Naga Merah

38
LAMPIRAN

A. Kemasan

Komposisi :

B e a u t y li p s
Ekstrak bunga NO.REG.
kembang
B e a u t y li p s

NA1822130
sepatu, 0006
paraffin wax,
EXP.DATE
beeswax, setil
alkohol, 04,12,202
lanolin, tween NO.BATCH:
80, span 60,
propilenglikol, 2041226
propil
paraben. Penyimpanan

simpan di
tempat
sejuk

39
B. Gambar simplisia

C. maserasi pada suhu ruang

D. Ekstraksi

PENGOVENAN HASIL PENGOVENAN

40
E. Pembuatan sediaan

DILEBURKAN PENCETAKAN

F. Evaluasi
a) uji organolepik

41
b) Uji homogenitas

c)

Uji daya oles

d) Uji kekerasan

42
e) Uji pH

43
G. Hasil sediaan

44

Anda mungkin juga menyukai