Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI

PEMBUATAN FACE TONER

Disusun oleh:
Kelompok 2A

Nasyidah Hannum Hasibuan ( 1113102000020 )


Muhammad Akbar S. ( 1113102000022 )
Nurul Fitria Pakpahan ( 1113102000024 )
Ervina Octaviani ( 1113102000025 )
Muzi Latunil Isma ( 1113102000047 )

Dosen Pembimbing Praktikum :


Nelly Suryani, Ph. D., Apt.
Via Rifkia, M.Farm., Apt.
Lilis, M.Farm.
Estu Maharani, M.Farm., Apt

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
JUNI /2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Menurut Wall dan Jellinek, 1970, kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang
lalu.Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk
kecantikan juga untuk kesehatan.Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai
secara besar-besaran pada abad ke-20 (Trenggono, 2007).
Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian
luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, dan rongga mulut antara lain untuk
membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya tetap dalam
keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau
menyembuhkan suatu penyakit (Trenggono,2007).
Segala jenis kosmetik mempunyai tujuan yang sama, yaitu memelihara atau
menambah kecantikan kulit salah satunya melalui pemakaian kosmetik dekoratif yang dapat
mengubah penampilan agar tampak lebih cantik serta noda maupun kelainan pada kulit dapat
tertutupi. Salah satu jenis dari kosmetik dekoratif yaitu face tonik (Trenggono, 2007).
Face tonik atau face toner adalah suatu bahan yang digunakan untuk melembabkan
dan mebersihkan kulit. Selain sebagai pelembab, face toner juga memiliki manfaat lain
seperti mengangkat sisa-sisa kotoran di wajah yang tidak bisa diangkat oleh milk cleanser,
membersihkan wajah sehingga tidak tampak kusam, menyeimbangkan pH kulit, menciutkan
pori-pori kulit, menyegarkan kulit, melembabkan kulit, menambah selapis perlindungan,
membantu mengurangi dan mencegah timbulnya komedo.

1.2.Tujuan Praktikum

Membuat formulasi sediaan face toner dengan memanfaatkan penggunaan ekstrak mentimun
sebagai zat aktif yang berfungsi sebagai penyegar kulit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kosmetika
Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti ”berhias”. Bahan
yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan
alami yang terdapat di sekitarnya.Namun, sekarang kosmetika tidak hanya dari bahan
alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan (Mitsui, T.,
(1997)).
Definisi kosmetika menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/ MenKes/
Permenkes/ 1998 adalah sebagai berikut: “Kosmetika adalah sediaan atau paduan bahan
yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan
organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah
daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik,
memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan
suatu penyakit.”
Kosmetika biasanya mengandung bahan seperti lemak, minyak, ester lilin,
minyak ester humektan, pewarna, dan lain-lain. Hal-hal yang harus dipertimbangkan
dalam memilih bahan baku kosmetika salah satunya adalah sangat baik dan aman untuk
digunakan serta stabil terhadap pengaruh oksidasi dan pengaruh luar
lainnya(Wasitaatmadja, S M., 1997).
Tujuan awal penggunaan kosmetika adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk
menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut dapat dilakukan
dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terpapar oleh pandangan sehingga terlihat
lebih menarik dan sekaligus juga menutupi kekurangan (cacat) yang ada. (Tranggono,
R.I, Latifah, F., 2007).

2.1.1 Kosmetika Dekoratif


Kosmetika dekoratif semata-mata hanya melekat pada alat tubuh yang
dirias dan tidak bermaksud untuk diserap ke dalam kulit serta mengubah secara
permanen kekurangan (cacat) yang ada.Kosmetika dekoratif terdiri atas bahan aktif
berupa zat warna dalam berbagai bahan dasar (bedak, cair, minyak, krim, tingtur,
aerosol) dengan pelengkap bahan pembuat stabil dan parfum (Wasitaatmadja, S
M., 1997).
Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi
menjadi:
1) Kosmetika rias kulit (wajah);
2) Kosmetika rias bibir;
3) Kosmetika rias rambut;
4) Kosmetika rias mata; dan
5) Kosmetika rias kuku.
Peran zat warna dan zat pewangi sangat besar dalam kosmetika
dekoratif.Pemakaian kosmetika dekoratif lebih untuk alasan psikologis daripada
kesehatan kulit.

Tabel 2.1.1Batas Kadaluwarsa Beberapa Jenis Kosmetik Dekoratif

2.1.2 Persyaratan Kosmetik Dekoratif


Persyaratan untuk kosmetika dekoratif antara lain:
a. Warna yang menarik
b. Bau yang harum menyenangkan
c. Tidak lengket
d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau
e. Tidak merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku, dan lainnya.
2.1.3 Pembagian Kosmetik Dekoratif
Pembagian kosmetika dekoratif yaitu:
a. Kosmetika dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan
pemakaiannya sebentar. Misalnya: bedak, pewarna bibir, pemerah pipi, eye
shadow, dan lain-lain.

b. Kosmetika dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu yang
lama baru luntur. Misalnya: kosmetika pemutih kulit, cat rambut, pengeriting
rambut, pelurus rambut, dan lain-lain.

2.2 Face Toner


Face Tonik adalah suatu bahan yang digunakan untuk melembabkan dan
membersihkan kulit. Penyegar mampu membersihkan sisa-sisa kotoran dan membuat
kulit lebih kencang karena pori-pori menutup.

2.2.1 Manfaat dari Face Toner


Adapun manfaat penggunaan face tonerialah :
a) mengangkat sisa-sisa kotoran di wajah yang tidak bisa diangkat oleh susu
pembersih
b) membersihkan wajah sehingga tidak tampak kusam
c) menyeimbangkan pH kulit,
d) menciutkan pori – pori kulit,
e) menyegarkan kulit dan melembabkan kulit
f) menambah selapis perlindungan dan mencegah bulu tumbuh kedalam
g) membantu mengurangi dan mencegah timbulnya komedo.

2.2.2 Persyaratan Face Toner


Dari sudut pandang kualitas, Face toner harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a) Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi
b) Harus tidak berbau, paling tidak nyaman bagi pemakai
c) Harus stabil selama pemakaian pada kulit
d) Larutan jernih
e) Menyegarkan kulit
f) Tidak memberikan kesan lengket
g) Aroma dan warna yang sesuai dan menarik
h) Sebaiknya mempunyai pH 4-7

2.2.3 Komponen dalam Sediaan Face Toner


Sedangkan formula toner biasanya terdiri dari:
1. Pelarut (biasa air atau dicampur dengan alkohol)
2. Humectan
3. pH adjuster (asam atau basa)
4. Solubiliser
5. Active
6. pengawet
7. Estetika warna, parfum

2.3 Praformulasi

2.3.1 Mentimun
Mengandung 90% air, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi,
vitamin A, vitamin B1, vitamin B2 dan vitamin C serta beberapa zat seperti
saponin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi dan belerang. Mentimun dapat
menyegarkan juga membersihkan noda di wajah, mengecilkan pori pori di wajah,
dan mengangkat kelebihan minyak diwajah.
Mentimun adalah salah satu jenis sayur-sayuran yang dikenal di hampir
setiap negara.Tanaman ini berasal dari Himalaya, Asia Utara, dan meluas ke
seluruh daratan baik tropis atau subtropis.Tanaman ini merupakan tanaman
semusim yang bersifat menjalar atau merambat dengan perantaraan alat pemegang
seperti ajir atau tali plastik. Tanaman mentimun memiliki batang yang berwarna
hijau, lunak dan berbulu dengan panjang yang bisa mencapai 1,5 m. daunnya
berbentuk bulat lebar dengan bagaian ujung yang meruncing berbentuk jantung,
kedudukan daun pada batang tanaman berselang seling antara satu daun dengan
daun diatasnya. Bunga mentimun berumah satu, karena bunga jantan dan betina
letaknya terpisah tetapi masih dalam satu pohon yang sama. Bentuk bunganya
mirip terompet dengan mahkota berwarna kuning cerah.
Klasifikasi botani tanaman menitmun adalah sebagai berikut : Divisi :
Spermatophyta; Sub divisi : Angiospermae; Kelas : Dicotyledonae; Keluarga :
Cucubitaceae; Genus : Cucumis, Spesies : Cucumis sativus L.
(Sumber : http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/122084245.pdf)

2.3.2 Alkohol 96%


Sinonim : Ethyl alcohol; ethyl hydroxide; grain alcohol; methyl
carbinol.
Rumus empiris : C2H6O
BM : 46.07
Rumus struktur :

Titik didih :78,15 ° C


Mudah terbakar : mudah mudah terbakar, terbakar dengan api, biru
tanpa asap.
Kelarutan :larut dengan kloroform, eter, gliserin, dan air (dengan
kenaikan temperatur dan kontraksi volume).
Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan: Solusi etanol berair dapat disterilkan dengan
otoklaf atau filtrasi dan harus disimpan dalam wadah
kedap udara, di tempat yang dingin.
Tidak kompatibel : dalam kondisi asam, solusi etanol dapat bereaksi
keras dengan bahan oksidator. Campuran dengan alkali
dapat menggelapkan warna karena reaksi dengan
jumlah sisa aldehida. Garam organik atau akasia dapat
diendapkan dari larutan mengandung air atau dispersi.
Larutan Etanol juga kompatibel dengan wadah
aluminium dan dapat berinteraksi dengan beberapa
obat-obatan.
Aktivitas antimicrobial :etanol adalah bakterisida dalam campuran air pada
konsentrasi antara 60% dan 95% v / v, konsentrasi
optimum umumnya dianggap 70% v / v. Aktivitas
antimikroba ditingkatkan dalam kehadiran asam edetic
atau edetate salts.Etanol tidak aktif di hadapan
surfaktan nonionik dan tidak efektif melawan spora
bakteri.
Tabel Penggunaan alkohol

Use Concentration (% v/v)

Antimicrobial preservative ≥10

Disinfectant 60–90

Extracting solvent in galenical manufacture Up to 85

Solvent in film coating Variable

Solvent in injectable solutions Variable

Solvent in oral liquids Variable

Solvent in topical products 60–90

(Sumber: Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi Keenam)

2.3.3 NaOH
Natrium hidroksida mengandung tidak kurang dari 97,5% alkali jumlah
dihitung sebagai NaOH, dan tidak lebih dari 2,5% Na2CO3
Berat molekul : 40
Organoleptis : berbentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping,
kering, keras, rapuh, dan menunjukkan susunan hablur,
mudah meleleh basah, sangat alkalis dan korosif,
segera menyerap CO2, berwarna putih.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%)
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Inkompatibilitas : NaOH merupakan basa kuat dan inkompatibel dengan
bahan yang mengalami hidrolisis atau oksidasi akan
bereaksi dengan asam, eter dan ester.
(Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi Keenam)
2.3.4 Tween 80
Sinonim :Polyoxyethylene Sorbitan Fatty Acid
Esters;Polysorbate 80; Polysorbatum 80
Rumus struktur :

Fungsi :Agen pengemulsi, surfaktan non ionik, agen


solubilisasi, agen pembasah, agen
pendispersi/pensuspensi.
Deskripsi : Polysorbates mempunyai karakteristik berbau dan
panas, kadang berasa bitter taste.
pH : 6.0–8.0 dalam 5% b/v aqueous solution
Nilai HLB : 15
Kelarutan : Larut dalam etanol, air; tidak larut dalam minyak
mineral, minyak sayur.
Stabilitas dan penyimpanan : Polysorbates stabil untuk elektrolit dan lemah dalam
asam & basa; saponifikasi terjadi dengan asam dan
basa kuat. Asam oleat ester sensitif untuk teroksidasi.
Polysorbates bersifat higroskopis.Polysorbates
sebaiknya disimpan dalam wadah yang tertutup baik,
terlindung dari cahaya, sejuk dan kering.
Ketidak cocokan : Perubahan warna atau pengendapan terjadi dengan
berbagai zat, khususnya phenol, tannins, aspal, dan
bahan seperti aspal. Aktivitas antimikroba dari
pengawet paraben akan dikurangi dengan adanya
polysorbates.
Tabel Penggunaan Tween 80:

Penggunaan Concentration (%)

Agen pengemulsi

Digunakan sendiri dalam emulsi minyak dalam air 1–15

Digunakan kombinasi dengan emulsifier hidrofilik


1–10
dalam emulsi minyak dalam air

Digunakan untuk meningkatkan pengikatan air dalam


1–10
salep

Agen solubilisasi

Untuk komponen aktif yang kelarutannya jelek dalam


1–10
basis lipofilik

Agen pembasah

Untuk komponen aktif yang tidak larut dalam basis


0.1–3
lipofilik

(Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi Keenam)

2.3.5 Propilen Glikol


Sinonim : 1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2-hydroxypropanol;
methyl ethylene glycol; methyl glycol; propane-1,2-
diol, (−)-1,2-Propanediol (+)-1,2-Propanediol
Rumus empiris : C3H8O2
Berat Molekul : 76,09
Pemerian : Propilenglikol berwarna jernih atau tidak berwarna,
kental, praktis tidak berbau, cairan yang manis, agak
terasa getir seperti gliserin. Propilenglikol mempunyai
titik didih 188oC.
Kelarutan : dapat dicampur dengan aseton, kloroform, etanol
95%, gliserin dan air; larut dalam 6 bagian eter, tidak
bercampur dengan minyak mineral tetapi akan
melarutkan beberapa minyak essensial.
Stabilitas : propilenglikol stabil dalam wadah tertutup tetapi pada
temperatur tinggi dan dalam keadaan wadah terbuka
maka propilenglikol akan mudah teroksidasi dan akan
menaikkan produk seperti propionaldehid, asam laktat,
asam piruvat dan asam asetat.
Fungsi : Sebagai pengawet antimikroba, humektan, pelarut,
penstabil untuk vitamin dan sebagai pelarut campur.
Tabel Penggunaan Propilen glikol

Penggunaan Bentuk takaran Konsentrasi (%)

Humectant Topikal ≈15

Pengawet larutan, semisolids 15–30

Pelarut atau pelarut campur Larutan aerosol 10–30

Larutan oral 10–25

Parenteral 10–60

Topikal 5–80

Propilenglikol digunakan sebagai pelarut extracta dan pengawet pada


berbagai sediaan parenteral dan nonparenteral. Propilenglikol merupakan pelarut
umum yang digunakan selain gliserin dan untuk melarutkan berbagai material
seperti kortikosteroid, fenol, golongan sulfa, barbiturat, vitamin A dan D,
kebanyakan alkaloid dan berbagai anastesi lokal.
(Sumber :Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi Keenam)

2.3.6 Nipasol
Mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 100,5%
C10H12O3dihitungterhadap zat yang dikeringkan.
Sinonim :Propil p-hidroksi benzoate; propil parabean; Propil
pasasept; chemocide PK; solbrol P; Propil chemosept
Rumus Molekul & BM : C10H12O3 / 180,21
Rumus Struktur :

Pemerian : serbuk hablur putih; tidak berbau; tidak berasa


Kelarutan : sangat sukar larut dalam air; larut dalam 3,5 bagian
etanol (95%)P; dalam 3 bagian asetonP; dalam 140
bagian Gliserol P;dan dalam 40 bagian minyak lemak,
mudah larut dalam larutan alkali hidroksida.
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Fungsi : Pengawet
Range kadar penggunaan : Penggunaan nipasol sebagai zat pengawet adalah 0,1-
0,2 %
pH : Propil Paraben menunjukkan aktifitas antimikroba
pada pH antara 4-8.
(Sumber :Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi Keenam)

2.3.7 Nipagin
Nama Lain :E218; 4-hydroxybenzoic acid methyl ester; methyl p-
hydroxybenzoate; Nipagin M; Uniphen P-23.
Nama Kimia : Methyl-4-hydroxybenzoate
Rumus empiris : C8H8O3
Rumus Struktur :

Berat molekul : 152,15


Organoleptis : berbentuk kristal atau bubuk kristal, tidak berwarna
atau putih, berbau atau hampir tidak berbau, rasa
terbakar sedikit.
pH : 4-8
Kelarutan :
Pelarut Kelarutan pada suhu 250C

Etanol 1:2
Etanol (95%) 1:3
Etanol (50%) 1:6
Eter 1 : 10
Gliserin 1 : 60
Minyak mineral Parktis tidak larut
Minyak kacang 1 : 200
Propilen glikol 1:5
Air 1 : 400
1 : 50 pada suhu 500C
1 : 30 pada suhu 900C

Fungsi : pengawet (antimikroba). Biasanya digunakan


kombinasi sebagai pengwet dengan perbandingan
metal paraben (0,185) dan propel paraben (0,02%)
Penggunaan Konsentrasi (100%)

Sediaan topical 0,02-0,3


Larutan oral dan suspense 0,015-0,2
Sediaan rectal 0,1-0,18
Stabilitas dan penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup baik, kering dan
sejuk.
Ketidakcocokan : Aktivitas antimikroba dan metil paraben jauh
berkurang dengan adanya surfaktan nonionik, seperti
polisorbat 80, sebagai akibat dari micellization
aktivitas. Namun, propilen glikol (10%) telah
ditunjukkan untuk mempotensiasi antimikroba yang
dari paraben di hadapan surfaktan nonionik dan
mencegah interaksi antara metil dan 80
polisorbat.Incompatibilitas lain dengan zat, seperti
bentonit, magnesium trisilicate, talk, tragacanth,
natrium alginat, minyak esensial, sorbitol, dan atropine
juga bereaksi dengan berbagai gula.
(Sumber: Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi Keenam)

2.3.8 Aquadest

Sinonim : Air Suling


Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18.02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak bebau, dan tidak
berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
Inkompatibilitas : Dengan logam alkali dan oksida (CaO, MgO ) garam
anhidrat, kalsium karbida, obat-obatan dan eksipien
yang rentan terhadap hidrolisis
Titik didih : (373, 15 k ) 100 0 C
0
Titik leleh :0 C
Kalor jenis : 4,86 J/ kg. K )
Fungsi : Sebagai fase air
(Sumber : Farmakope Indonesia IV)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1.Waktu dan Tempat Praktikum

Hari, tanggal : Kamis, 9 juni 2016


Tempat praktikum : Laboratorium Penelitian II FKIK UIN Jakarta
Waktu : Pukul 14.30 – 16.30 wib

3.2.Alat dan bahan

Ekstrak mentimun Beakerglass


Etanol 96 % Kaca arloji
Tween 80 Cawan penguap
NaOH 30% Spatel
Propilen glikol Neraca analitik
Nipagin Pipet tetes
Nipasol Kertas saring
Parfum
Aquadest

3.3.Penimbangan bahan sediaan face toner

NO Nama Bahan Jumlah Cara perhitungan


1 Ekstrak 5% 5
5%= 𝑋 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 5 𝑔𝑟𝑎𝑚
mentimun 100

2 Etanol 96 % 5 % 5
5%= 𝑋 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 5 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
3 Tween 80 0,2 % 0,2
0.2 % = 𝑋 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,2 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
4 NaOH 30 % Qs -
5 Propilen glikol 3% 3
3%= 𝑋 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 3 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
6 Nipasol 0,01 % 0,01
0,01 % = 𝑋 100 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
= 0,01 𝑔𝑟𝑎𝑚
7 Nipagin 0,2 % 0,2
0,2 % = 𝑋 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,2 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
8 Parfum Qs -
9 Aquadest Ad 100 % 100 % = 100 gram − ( 5 + 5 + 0,2 + 3 +
0,01 + 0,2 )
= 86,59 gram

3.4. Prosedur kerja

3.4.1. Pembuaatan ekstrak mentimun

dicuci buah mentimun dengan air hingga bersih

diperas buah mentimun kemudian dilarutkan dengan etanol 90 %

ditimbang ekstrak mentimun sebanyak 3 gram dan dicek PH ekstrak mentimun


untuk pembuatan sediaan face toner
3.4.2 pembuatan sediaan face toner ekstrak mentimun

disiapkan alat dan bahan dilarutkan nipagin dan


dilarutkan tween 80
pembuatan sediaan face nipasol kedalam etanol
kedalam aquadest (M2)
toner (M1 )

dimasukkan ekstrak
dicampurkan M1 dan M2
mentimun ke dalam
dicek PH dengan PH , kemudian dimasukkkan
campuran tersebut,
indikator propilen glikol dan di
kemudian di aduk hingga
aduk hingga homogen
homogen

Ditambahkan NaOH yang Disaring sediaan dengan ditambahkan aquadest


sudah dilarutkan dengan kertas saring agar sedikit demi sedikit sabil
aquadest hingga PH menjadi jernih di atas disaring hingga volume
sediaan 5,5 gelas ukur 100 ml sediaan 100 ml

sediaan dimasukkan
kedalam wadah lalu ditambahkan farfum
dilakukan evaluasi kedalam sediaan
sediaan

3.5.Evaluasi sediaan
 Uji pH
Pengujian pH dilakukandengan menggunakan pH indikator universal.
 Penampilan sediaan face toner
Pengamatanorganoleptisterdiridariwarna,
baudanbentukdarisediaan.(DepartemenKesehatan RI, 1995).
 Daya bersih
Dilakukan dengan mengoleskan lipstick pada tangan kemudian dibersihkan dengan
kapas.
 Uji kejernihan
Dengan melihat sediaan apakah ada partikel di dalamnya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Evaluasi PH ekstrak mentimun dengan pH Evaluasi PH sediaan face toner dengan pH
indikator indikator

pH ekstrak sediaan face toner = 5 pH sediaan face toner = 6


Kejernihan Evaluasi warna, bau dan bentuk

Warna : putih bening


Bau/aroma : beraroma buah mentimun, karena
Sediaan face toner terlihat jernih
ekstrak yang digunakan adalah buah mentimun
Bentuk : cair
Evaluasi Daya Bersih Gambar desain sediaan face toner

Tampak bagian Tampak bagian


depan belakang
Daya bersih cukup baik

4.2. Pembahasan
Pada pembuatan sediaan ini dilakukan pembuatan sediaan face toner dengan zat aktif
ekstrak etanol 70% buah mentimun (Cucumis sativus L.). Buah mentimun digunakan sebagai
zat aktif karena memiliki banyak senyawa kimia yang dapat memberikan manfaat untuk kulit
khususnya daerah wajah. Seperti senyawa-senyawa golongan karbohidrat (monosakarida, dan
oligosakarida), yang bersifat higroskopis berfungsi sebagai TEWL (Trans-epidermal Water
Loss) regulatory atau pengatur penguapan kadar air dalam epidermis. Monosakarida dan
oligosakarida akan membentuk ikatan hidrogen dengan menyerap air dari permukaan kulit
dan lingkungan. Dengan mekanisme seperti ini, ikatan hidrogen akan mencegah penguapan
air dalam kulit secara langsung akibat dehidrasi. Senyawa-senyawa tersebut juga akan
membentuk film tipis untuk mencegah dan memperlambat penguapan air dalam kulit (Fiume.
2014)
Selain sebagai pengontrol penguapan cairan dalam kulit, mentimun memiliki
senyawa-senyawa fenol, Vitamin C dan Vitamin E yang berfungsi sebagai antioksidan dan
anti-aging.Senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan memiliki kemampuan
untuk mengurangi paparan radikal bebas akibat lingkungan dan sinar UV dan untuk mengikat
logam, yang pada akhirnya untuk mencegah reaksi katalisasi radikal bebas. Vitamin C (asam
askorbat) merupakan antioksidan kuat dengan aktivitas antioksidan yang sangat berguna
dalam pengobatan photoaging. Vitamin C memiliki sifat fotoprotektif mirip dengan vitamin
E. Vitamin C dapat menetralkan radikal bebas yang dihasilkan oleh radiasi UV-B dan UV-A.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan tonner yaitu ekstrak mentimun dan
ekstrak jeruk nipis sebagai active, alcohol sebagai pelarut dan untuk memberikan efek
penyegaran, aquadest sebagai pelarut, tween 80 sebagai solubiser, propilen glikol sebagi
humektan, NaOH sebagai pH adjuster, Nipagin dan nipasol sebagai pengawet, dan parfum
untuk memperbaiki aroma.
Alkohol tidak aktif jika dicampurkan dengan surfaktan nonionik seperti tween 80,
tidak efektif melawan spora bakteri. Konsentrasi tween yang sedikit dalam formula
diharapkan tidak menyebabkan adanya interaksi antara tween dan Alkohol.Tween 80
digunakan sebagai agen solubiliser. Aktivitas antimikroba dari pengawet paraben seperti
nipagin dan nipasol akan dikurangi dengan adanya polysorbates, sebagai akibat dari
aktivitasmicellization.Akan tetapi, konsentrasi tween yang sedikit dalam formula diharapkan
tidak menyebabkan adanya interaksi antara tween dan paraben.Namun, propilen glikol (10%)
menunjukkan dapat mempotensiasi antimikroba dari paraben di pada surfaktan nonionik dan
mencegah interaksi antara metil dan tween 80, penggunaan kombinasi nipagin dan nipasol
dalam formula juga diharapkan meningkatkan aktivitas antimikroba walaupun dengan adanya
tween.Alasan dipilihnya nipagin dan nipasol sebagai pengawet juga karena nipagin dan
nipasol aktif sebagai pengawet dalam rentang pH 4-8.
Pada tahap pertama dibuat ekstrak dari buah mentimun.Buah mentimun sebanyak 100
gram di cuci bersih dan dikeringanginkan.Setelah itu, dikupas kulit dan dibuang biji serta
bagian pangkal bagian ujung atasnya sehingga didapatkan daging buah yang bersih.Buah
mentimun di potong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam blender.Selanjutnya, ditambahkan
etanol 70% sebanyak 20 ml ke dalam blender.Kemudian dihaluskan perlahan dengan blender
hingga terpotong kecil-kecil tidak sampai halus. Setelah didapatkan kondisi yang diinginkan,
jus mentimun dipindahkan ke wadah gelap dan tertutup rapat untuk proses ekstraksi. Ekstrak
yang digunakan merupakan ekstrak cair karena ekstrak cair lebih mudah digunakan dan lebih
efisien digunakan untuk sediaan face toner. Setelah ekstrak siap, kemudian dicek pH dari
ekstrak dengan menggunakan indicator pH universal dan didapatkan nilai pH dari ekstrak
senilai 5.
Setelah pembuatan ekstrak siap, kemudian ditimbang bahan-bahan yang akan
digunakan dan disiapkan alat-alat untuk pembuatan sediaan. Yang pertama dilarutkan adalah
dilarutkan nipagin (metil paraben) dan nipasol (propil paraben) dengan etanol 96% didalam
cawan penguap. Tahap ini dianggap sebagai M1 (massa 1). Selanjutnya adalah dilarutkan
Tween 80 dengan sedikit aquadest didalam wadah yang berbeda.Tahap ini dianggap sebagai
M2. Setelah kedua massa masing-masing terlarut sempurna, dicampurkan kedua massa
tersebut didalam wadah besar (lumpang) kemudian diaduk sambil ditambahkan propilen
glikol dan diaduk hingga homogen. Setelah kedua massa tercampur, ditambahkan ekstrak
mentimun yang telah disiapkan sebelumnya, lalu aduk hingga homogen. Setelah tercampur
seluruhnya, dicek pH campuran dengan menggunakan indicator pH universal. Pada sediaan
ini ditargetkan untuk mencapai pH 5,5 yang sesuai dengan pH fisiologis wajah (pH fisiologis
kulit 5 – 6,5). Setelah di cek, didapatkan pH campuran sebesar 5.Selanjutnya karena ingin
didapatkan pH yang sesuai, kemudian ditambahkan larutan NaOH sebagai pengatur
pH.Setelah ditambah kemudian di cek kembali pH sediaan dan didapatkan pH 6. Setelah pH
sesuai, ditambahkan parfum sesuai selera dan kemudian disaring dengan kertas saring dan
dipindahkan ke dalam botol sediaan untuk menyaring kotoran selama proses pembuatan
sediaan. Kemudian setelah sediaan masuk ke dalam botol, sediaan digenapkan dengan
menggunakan aquadest sisa hingga 100ml. Setelah digenapkan, kemudian sediaan dikemas
dan diberi label dan sediaan sudah siap diuji.
Setelah sediaan jadi, kemudian sediaan diuji meliputi uji organoleptic, uji pH, dan uji
daya bersih. Yang pertama dilakukan adalah uji pH yang telah dilakukan selama proses
pembuatan sediaan, yaitu pH sediaan memiliki nilai 6. Pada pengujian selanjutnya adalah uji
organoleptic meliputi warna, bau, dan bentuk sediaan. Sediaan face toner yang telah dibuat
memiliki warna putih benting, beraroma mentimun dan sedikit aroma lemon segar, dan
berbentuk cair. Pengujian selanjutnya adalah uji daya bersih. Uji daya bersih dilakukan
dengan cara pengaplikasian sediaan pada kulit yang telah di aplikasikan lipstick sebelumnya.
Setelah diuji, sediaan face toner memiliki daya bersih yang cukup baik.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Face toner merupakan sediaan yang digunakan untuk menyempurnakan
penggunaan pembersih, membersihkan sisa pembersih yang tertinggal serta
memberikan kesegaran pada kulit. Penyegar merupakan sediaan larutan air atau
campuran air dan alkohol. Ekstrak mentimun mengandung polifeno yang bersifat
astringen. Toner yang dihasilkan yaitu jernih dan berbau mentimun, dan setelah
diujikan daya bersih yang dihasilkan cukup baik. Dan toner memberikan efek
menyegarkan setelah penggunaan.

5.2 Saran
Dapat dilakukan modifikasi formula dengan menambahkan esktrak lain yang
dapat meningkatkan efek astringen sediaan atau memberikan manfaat lain dari
penggunaan sediaan face toner.
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta:Departemen Kesehatan RI.


Hal.83, 85, 86, 195-197

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI.

Rowe, C. R., Paul J. Sheskey, dan Marian E. Quinn. (2009). Handbook of Pharmaceutical
Excipients.Edisi keenam. Washington: Pharmeceutical Press.

Tranggono, R.I, Latifah, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.

Wasitaatmadja, S M., 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, Jakarta : Universitas Indonesia
Press. Hal: 26, 28, 122, 124.

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/122084245.pdf mengenai Formulasi sari mentimun


(Cucumis sativus L.) sebagai krim masker dengan berbagai konsentrasi emulgator
nonionic oleh Nursiah Hasyim dan Karunia, dkk Fakultas Farmasi Universitas
Hasanuddin dan Fakultas farmasi Universitas Muslim Indonesia; didownload pada
tanggal 12 Juni 2016.

Anda mungkin juga menyukai