Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sediaan Farmasi
Sediaan farmasi adalah obat,bahan obat,obat tradisional dan kosmetik
(Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan).
1. Pengertian kosmetik
Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ
genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki
bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik
(Tranggono dan Latifah, 2007:6).
2. Manfaat kosmetik
Bila dasar kecantikan adalah kesehatan, maka penampilan kulit yang
sehat adalah bagian yang langsung dapat kita lihat, karena kulit merupakan
organ tubuh yang paling luar dan berfungsi sebagai pembungkus tubuh.
Dengan demikian pesmakaian kosmetika yang tepat untuk perawatan kulit,
rias atau dekoratif akan sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh
(Wasitaatmadja, 1997:63).
3. Penggolongan Kosmetik
a. Penggolongan kosmetik menurut bahan penyusun (Tranggono dan latifah
2007:6) sebagai berikut:
1) Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern.
2) Kosmetik tradisional betul-betul tradisional, misalnya mangir,lulur, yang
dibuat dari bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun-
temurun.
b. Penggolongan kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit (Tranggono dan
latifah 2007:6) sebagai berikut :
1) Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetic)
Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk
di dalamnya :

6
7

a) Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): sabun, penyegar kulit


(freshener).
b) Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer):misalnya, moisturizing
cream, night cream, anti-wrinkle cream, lip balm.
c) Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan
sunscreen foundation, sun block cream / lotion.
d) Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling),misalnya
scrub cream.
2) Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)
Kosmetik dekoratif semata-mata hanya melekat pada alat tubuh yang
dirias dan tidak bermasud untuk diserap ke dalam kulit serta mengubah secara
permanen kekurangan (cacat) yang ada. Kosmetik dekoratif terdiri atas bahan
aktif berupa zat warna dalam berbagai bahan dasar (bedak, minyak, krim)
dengan pelengkap bahan pembuat stabil dan parfum. Berdasarkan bagian
tubuh yang dirias, kosmetik dekoratif dapat dibagi menjadi:
a) Kosmetik rias kulit (wajah)
b) Kosmetik rias bibir
c) Kosmetik rias rambut
d) Kosmetik rias mata
e) Kosmetik rias kuku.

B. Kosmetik Pelembab
1. Pengertian kosmetik pelembab
Kosmetika pelembab perlu dikenakan terutama pada kulit kering atau
kulit normal yang cenderung kering terutama jika si pemakai akan lama di
dalam lingkungan yang mengeringkan kulit, misalnya ruangan ber-AC.
Menurut (Tranggono dan Latifah, 2007:75) kosmetika pelembab dibedakan
atas dua tipe yaitu:
a. Kosmetika yang didasarkan pada lemak
Kosmetika yang didasarkan pada lemak akan membentuk lapisan lemak
dipermukaan kulit untuk mencegah penguapan air kulit dan menyebabkan
kulit menjadi lembab dan lembut
b. Kosmetika yang didasarkan pada gliserol atau humektan sejenis
Kosmetika yang didasarkan pada gliserol atau humektan sejenis akan
membentuk lapisan yang bersifat higroskopis yang akan menyerap uap air dari
udara dan mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit
nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum corneum kulit.
2. Bahan dasar kosmetika pelembab
Umumnya kosmetik pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati, hewan
maupun sintesis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk
melenturkan lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi penguapan
air dari sel kulit namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan kegunaan
minyak kulit semula (Wasitaatmadja, 1997:111).
Dasar pelembab kulit memberikan efek emolien yakni mencegah
kekeringan dan kerusakan kulit akibat sinar matahari atau kulit menua,
sekaligus membuat kulit terlihat bersinar (Wasitaatmadja, 1997:112). Emolien
didefinisikan sebagai zat yang dioleskan pada kulit untuk menghilangkan
gejala kekeringan. Kekeringan dapat terjadi pada semua kelompok usia dari
anak kecil ke orang tua ketika musim dingin kulit dapat menjadi kasar
(Balsam, 1972 dalam Hasan 2018:9).

C. Bibir
Bibir adalah bagian wajah yang sensitif. Tidak seperti kulit yang memiliki
melanin sebagai pelindung dari sinar matahari, bibir tidak memiliki pelindung.
Oleh karena itu, saat udara terlalu panas atau terlalu dingin, bibir bisa menjadi
kering dan pecah-pecah. Selain tidak enak dipandang, bibir yang pecah-pecah
juga menimbulkan rasa nyeri dan tidak nyaman (Muliyawan dan Suriana,
2013:149).
1. Anatomi dan Fisiologi Kulit Bibir
Kulit bibir mengandung sel melanin yang sangat sedikit, pembuluh
darah lebih jelas terlihat melalui kulit bibir yang memberi warna bibir
kemerahan yang indah. Lapisan korneum pada kulit biasanya memiliki 15
sampai 16 lapisan untuk tujuan perlindungan. Lapisan korneum pada bibir
mengandung sekitar 3 sampai 4 lapisan dan sangat tipis dibanding kulit
wajah biasa. Kulit bibir tidak memiliki folikel rambut dan tidak ada
kelenjar keringat yang berfungsi untuk melindungi bibir dari lingkungan
luar (Kadu, 2014:1-2).

Gambar 2.1 Struktur Kulit Bibir (Satheesh, 2011:1)

2. Sifat Bibir
Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri tersendiri, karena lapisan sangat
tipit. Stratum germinativum tumbuh dengan kuat dan korium mengandung
papila dengan aliran darah yang banyak tepat di bawah permukaan kulit bibir
setelah dalam terdapat kelenjar liur, sehingga bibir akan nampak selalu basah
(Depkes RI, 1985:195).
Sangat jarang terdapat kelenjar lemak pada bibir menyebabkan bibir
hamper bebas lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering lapisan
sangat akan cendrung mongering, pecah-pecah, yang memungkinkan zat yang
melekat padanya mudah berpenetrasi ke stratum germinativum, dan aliran
darah lebih banyak mengaliri di daerah permukaan kulit lainya. Karena itu
hendaknya berhati-hati dalam memilih bahan yang digunakan untuk sediaan
pewarna bibir, terutama dalam hal memilih lemak, pigmen, dan zat yang
digunakan untuk maksud pembuatan sediaan tersebut. (Depkes RI, 1985:196).
3. Bibir Kering
Bibir kering dan pecah-pecah merupakan gangguan yang umum terjadi
pada bibir. Penyebab umum terjadinya bibir kering dan pecah-pecah yaitu
kerusakan sel keratin karena sinar matahari dan dehidrasi. Sel keratin
merupakan sel yang melindungi lapisan luar pada bibir. Paparan sinar
matahari menyebabkan pecahnya lapisan permukaan sel keratin. Sel keratin
yang pecah akan rusak. Sel yang rusak akan terjadi secara terus menerus
sampai sel tersebut terkelupas dan tumbuh sel yang baru (Jacobsen, dkk
2011:14).

Bibir kering dan


pecah-pecah hingga berdarah
Bibir kering dan
pecah-pecah

Gambar 2.2 Bibir Kering (Jacobsen, dkk 2011:15)

Selain itu, penyebab bibir kering dan pecah-pecah adalah dehidrasi. Air
merupakan material yang sangat penting terhadap kelembaban kulit.
Dehidrasi terjadi karena asupan cairan yang tidak cukup atau kehilangan
cairan yang berlebihan disebabkan oleh pengaruh lingkungan (Jacobsen, dkk
2011:15).

D. Lip Balm
1. Pengertian Lip Balm
Lip balm merupakan sediaan kosmetik dengan komponen utama seperti
lilin, lemak dan minyak dari ekstrak alami atau yang disintesis dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya kekeringan dengan meningkatkan kelembaban
bibir dan melindungi pengaruh buruk lingkungan pada bibir (Kwunsiriwong,
2016:2).
Aplikasi lip balm tidak memberikan efek warna seperti lipstik. Lip balm
hanya memberikan sedikit kesan basah dan cerah pada bibir. Lip Balm
memang dirancang untuk melindungi dan menjaga kelembaban bibir.
Kandungan yang terdapat dalam lip balm adalah zat pelembab dan vitamin
untuk bibir (Muliyawan dan Suriana, 2013:146).
Saat lip balm dioleskan ke bibir, ia bertindak sebagai sealant mencegah
hilangnya kelembaban melalui penguapan. Perlindungan ini
memungkinkan bibir untuk rehidrasi melalui akumulasi kelembaban pada
antarmuka lip balm-stratum corneum (Madans dkk, 2012:3).
2. Manfaat Penggunaan Lip Balm
a. Lip balm memberikan nutrisi yang dibutuhkan agar bibir tetap lembut dan
sehat
b. Lip balm dapat digunakan oleh laki-laki maupun perempuan
c. Produk lip balm membantu melindungi bibir dari keadaan luka, kering, pecah-
pecah dan cuaca dingin dan kering
d. Kontak produk dengan kulit tidak akan menyebabkan gesekan atau
kekeringan, dan harus memungkinkan pembentukan lapisan homogen di atas
bibir untuk melindungi lendir labial yang rentan terhadap faktor lingkungan
seperti radiasi UV, kekeringan dan polusi
e. Penggunaan kosmetik bibir alami untuk memperbaiki penampilan wajah dan
kondisi kulit bibir (Fernandes dkk., 2013:294).
3. Komponen Lip Balm
Lip balm merupakan pelembab bibir yang dikemas dalam bentuk semi
padat (semi solid) yang di bentuk dari bahan utama minyak, lemak, dan lilin
(Kadu,2014:3).
Adapun komponen utama dalam lip balm terdiri dari:
a. Lilin
Secara kimia, wax (lilin) adalah campuran hidrokarbon dan asam lemak yang
kompleks dikombinasikan dengan ester. Lilin lebih keras, kurang berminyak
dan lebih rapuh daripada lemak. Lilin sangat tahan terhadap kelembaban,
oksidasi dan bakteri. Ada empat kategori dari lilin sebagai berikut: (a) Lilin
hewani, contohmya yaitu lilin lebah, lanolin, Spermaceti; (B) Lilin nabati,
contohnya yaitu carnauba, candelilla, jojoba; (C) Lilin mineral, contohnya
yaitu ozokerite, parafin, mikrokristalin, ceresin; (D) Lilin sintetis, contohnya
yaitu polyethylene, carbowax, acrawax, stearon. Lilin yang paling banyak
digunakan untuk kosmetik adalah lilin lebah (beeswax), carnauba dan
candelilla wax. Secara fisik, lilin ditandai dengan titik leleh tinggi (50 -
100oC). Lilin yang paling banyak digunakan adalah beeswax yang merupakan
emolien yang bagus dan pengental. Dua wax alami lainnya sering digunakan
dalam kosmetik adalah lilin carnauba dan candelilla. Keduanya lebih keras
dan memiliki titik leleh yang lebih tinggi membuat mereka lebih stabil (Kadu
dkk, 2014:3).
b. Lemak
Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi
untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut,
mengurangi efek berkeringat dan pecah pada lip balm. Fungsi yang lain dalam
proses pembuatan lip balm adalah sebagai pengikat dalam basis antara fase
minyak dan fase lilin dan sebagai bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak
padat yang biasa digunakan dalam basis lip balm adalah lemak coklat, lanolin,
lesitin, minyak terhidrogenisasi dan lain-lain (Kadu dkk, 2014:4).
c. Minyak
Asam lemak dapat berupa asam lemak jenuh atau tidak jenuh yang
menentukan stabilitas dari minyak. Minyak dengan asam lemak jenuh tingkat
tinggi (laurat, miristat, palmitat dan asam stearat) termasuk minyak kelapa,
minyak biji kapas, dan minyak kelapa sawit. Minyak dengan tingkat asam
lemak tak jenuh yang tinggi (asam oleat, arakidonat, linoleat) misalnya
minyak canola, minyak zaitun, minyak jagung, minyak almond, minyak jarak
dan minyak alpukat. Minyak dengan asam lemak jenuh lebih stabil dan tidak
menjadi anyir secepat minyak tak jenuh. Namun, minyak dengan asam lemak
tidak jenuh lebih halus, lebih mahal, kurang berminyak, dan mudah diserap
oleh kulit (Kadu dkk, 2014:4).
d. Zat Tambahan Dalam Lip Balm
Zat tambahan dalam lip balm adalah zat yang ditambahkan dalam formula lip
balm untuk menghasilkan lip balm yang baik, yaitu dengan cara menutupi
kekurangan yang ada tetapi dengan syarat zat tersebut harus inert, tidak toksik,
tidak menimbulkan alergi, stabil dan dapat bercampur dengan bahan lain
dalam formula lip balm. Zat tambahan yang digunakan yaitu pengawet dan
humektan.
1) Pengawet
Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh didalam sediaan lip balm
sebenarnya sangat kecil karena lip balm tidak mengandung air. Akan tetapi
ketika lip balm diaplikasikan pada bibir kemungkinan terjadi kontaminasi
pada permukaan lip balm sehingga terjadi pertumbuhan mikroorganisme. Oleh
karena itu perlu ditambahkan pengawet di dalam formula lip balm. Pengawet
yang sering digunakan yaitu metil paraben dan propil paraben (Butler, 2000
dalam Syakdiah, 2018:13).
2) Humektan
Humektan adalah material water soluble dengan kemampuan absorbsi air
yang tinggi. Humektan dapat menggerakkan air dari atmosfer. Humektan yang
baik memiliki kemampuan untuk meningkatkan absorbsi air dari lingkungan
untuk hidrasi kulit. Contoh humektan adalah gliserin, sorbitol, dan propilen
glikol (Butler, 2000 dalam Syakdiah, 2018:13).
e. Formula dasar yang dipilih pada pembuatan lip balm
Formula dasar yang dipilih pada pembuatan lip balm dalam penelitian ini
dengan komposisi sebagai berikut:
1) Formula pelembab bibir
R/ Beeswax white 33
Cetyl alcohol 12
Sesame oil 20
Castor oil 29
Perfume oil 2
Tetrabromflurescein 4
Prosedur : Larutkan tetrabrom dalam castor oil. Lelehkan beeswax white,
cetyl alcohol, sesame oil bersama-sama. Setelah leleh campuran keduanya,
lalu tambahkan parfume oil.(A Formulary of Cosmetic Preparation, page 223).
2) Formula pelembab bibir
R/ Lanolin, beeswax, 95,0
jojoba oil 95,0
Benzofenon 0,10
Parfum, antioksidan secukupnya
(Wasitaatmaja, 1997:126)
3) Formula pelembab bibir
R/ Gliserin 5
Cera flava 10
Nipagin 0,18
Lanolin 15
Oleum cacao ad 100
Prosedur : Lelehkan lemak coklat pada suhu (31-34∙C), lelehkan cera flava
pada suhu (62-64∙C) lalu campurkan pada lelehan basis lemak coklat,
masukan nipagin, lanolin, dan gliserin lalu aduk kemudian masukan ke dalam
wadah (Syakdiah, 2018:17).
4) Formula pelembab bibir
R/ Rose Base Oil 2539 55.4g
Emery 1723 10.8g
Rosswax 2641 29.3g
SDA Alcohol #40 2.0g
Solar Chem O 1.5g
Propylene Glycol 1.0g
Parfum q.s
Prosedur : Lelehkan semua bahan dlam bejana stainles steel, campur bahan
secaraa menyeluruh tambahkan parfum dan masukkan dalam wadah
(Ernest,1992 dalam Hasan,2018:11).
5) Formula pelembab bibir
R/ gliserin 5
Cera alba 5
Cera flava 6
Nipagin 0,18
Nipasol 0,02
BHT 0,05
PEG 4000:400 Ad 100
(Ratih dkk, 2014:2)
f. Formula dan Komponen Lip balm yang digunakan
1) Formula pelembab bibir
R/ Gliserin 5
Cera flava 10
Nipagin 0,18
Lanolin 15
Oleum cacao ad 100
Prosedur : Lelehkan lemak coklat pada suhu (31-34∙C), lelehkan cera flava
pada suhu (62-64∙C) lalu campurkan pada lelehan basis lemak coklat,
masukan nipagin, lanolin, dan gliserin lalu aduk kemudian masukan ke dalam
wadah (Syakdiah, 2018:17).

Tabel.2.1 Fungsi komponen Lib balm


No. Fungsi Komposisi

1 Humektan Gliserin
2 Pengeras Cera flava
3 Zat pengawet Nipagin
4 Pelumas Lanolin
5 Basis Oleum cacao
(Rowe dkk, 2009:53,200. Depkes, 1995:57,551)
2) Gliserin
Pemeriannya yaitu cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis,
hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), higroskopis dan netral
terhadap lakmus. Kelarutannya yaitu dapat bercampur dengan air dan etanol,
praktis tidak larut dalam kloroform, eter, minyak lemak dan minyak menguap
(Depkes, 1995:413).
Gliserin digunakan secara luas pada formulasi farmasetikal meliputi sediaan
oral, telinga, mata, topikal dan parenteral. Pada sediaan topikal dan kosmetik,
gliserin digunakan sebagai humektan dan emolien (Rowe dkk, 2009:200).
3) Cera flava
Cera flava atau lilin kuning adalah hasil pemurnian malam dari sarang
madu lebah Apis mellifera Linne. Pemeriannya yaitu padatan berwarna kuning
sampai coklat keabuan, berbau enak seperti madu, agak rapuh bila dingin dan
patah membentuk granul, patahan non-hablur, menjadi lunak oleh suhu tangan
(Depkes, 1995:186).
Cera Flava digunakan pada produk makanan dan kosmetik. Cera flava
umumnya digunakan pada sediaan topikal dengan konsentrasi 5-20% sebagai
bahan pengeras. Cera flava dianggap sebagai bahan yang tidak toksik dan
tidak mengiritasi baik pada sediaan topikal maupun sediaan oral (Rowe dkk,
2009:53).
4) Nipagin
Nipagin atau metil paraben memiliki pemerian yaitu hablur kecil, tidak
berwarna, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa
terbakar. Kelarutannya yaitu sukar larut dalam air dan benzen, mudah larut
dalam etanol dan dalam eter, larut dalam minyak, propilen glikol, dan dalam
gliserol. Suhu leburnya antara 125-128 °C. Khasiatnya adalah sebagai zat
tambahan (zat pengawet) (Depkes, 1995:551).
5) Lanolin
Lanolin atau lemak bulu domba adalah zat serupa lemak yang
dimurnikan, diperoleh dari bulu domba Ovis aries Linne yang dibersihkan dan
dihilangkan warna dan baunya. Pemeriannya yaitu massa seperti lemak,
lengket, warna kuning dan bau khas (Depkes, 1995:57).
6) Oleum cacao
Oleum cacao atau lemak coklat merupakan lemak coklat padat yang
diperoleh dengan pemerasan panas biji Theobroma cacao L. yang telah
dikupas dan dipanggang. Pemeriannya yaitu lemak padat, putih kekuningan,
bau khas aromatik, rasa khas lemak dan agak rapuh. Suhu lebur yaitu 31-34°C
(Depkes, 1979:45).
g. Prosedur Pembuatan Sediaan
Basis sediaan dalam penelitian ini yaitu lemak coklat dilelehkan di atas
penangas air pada suhu lelehnya yaitu sekitar 31-34oC. Lemak coklat
dimasukkan ke cawan penguap sambil diaduk sampai seluruh lemak coklat
meleleh sempurna. Cera flava dilelehkan pada suhu lelehnya yaitu sekitar 62-
64oC, kemudian dimasukkan ke dalam lelehan basis tersebut. Nipagin, lanolin
dan gliserin dimasukan ke dalam lelehan basis sambil terus diaduk. Minyak
buah merah dimasukkan terakhir sambil diaduk. Setelah itu dimasukkan ke
dalam wadah lip balm lalu dibiarkan pada suhu ruangan sampai membeku
(Ratih dkk, 2014:2).

E. Tumbuhan Lidah Buaya

Gambar 2.3. Tanaman Lidah Buaya


https://faktualnews.co/2018/07/24/manfaat-lidah-buaya-untuk-
kecantikan/90005/
Tumbuhan lidah buaya (Aloe vera L.) telah dikenal masyarakat sejak
berabad-abad lamanya. Tumbuhan ini dapat hidup di daerah panas atau dingin,
baik di daratan rendah atau pegunungan. Tumbuhan lidah buaya juga mudah
sekali tumbuh, tidak memerlukan perawatan khusus (Soviati,2008:1)
Klasifikasi Lidah Buaya (Aloe vera L.) (Depkes RI, 2008:85)
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Bangsa : Monocotyledoneae
Family : Liliales
Ordo : Liliaceae
Marga : Aloe
Spesies : Aloe vera Linn.
Lidah buaya (Aloe vera L.) merupakan jenis tumbuhan yang biasa
digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan perawatan kulit.
Tanaman ini bermanfaat sebagai bahan baku, industri farmasi dan kosmetik,
serta sebagai bahan baku obat tradisional, makanan, dan minuman kesehatan
(Natsir, 2013:10).
1. Morfologi Tumbuhan Lidah Buaya
a. Batang
Batang merupakan salah satu bagian dari tumbuhan. Selain sebagai tempat
pelekatan daun, bunga dan buah, batang juga berfungsi sebagai jalan
pengangkutan air dan zat-zat mineral yang terlarut didalamnya. Batang lidah
buaya berukuran pendek dan tidak terlihat karena tertutup oleh daun-daun
yang rapat dan sebagian terbenam juga di tanah. Lidah buaya yang
bertangkai panjang juga muncul dari batang melalui celah-celah atau ketiak
daun. Batang lidah buaya juga dapat distek untuk proses perbiakan tanamaan
(Arifin,2015;6-7).
b. Daun
Daun tanaman lidah buaya berbentuk pita dengan helaian yang memanjang.
Tanaman lidah buaya tahan terhadap kekeringan karna di dalam daun
banyak tersimpan cadangan air yang dapat dimanfaatkan . Bentuk daunya
menyerupai pedang dengan ujung meruncing , permukaan daun dilapisi lilin,
dengan duri lemas diujungnya. Panjang duan lidah buaya dapat mencapai 50-
70 cm, dengan berat 0,5 kg-1kg. daun melingkar rapat disekelilingi batang
bersaf-saf. Ciri-ciri daun tanaman lidah buaya :
1) Berdaging tebal dan tidak bertulang
2) Berwarna hijau keabu-abuan dan mempunyai lapisan lilin dipermukaanya
3) Bersifat sukulen, yakni mengandung air, getah, atau lendir yang
mendominasi daun, rata dibagian atas dan membuat (cembung) dibagian
bawah. (Arifin, 2015:7).
c. Bunga
Bunga lidah buaya berwarna kuning atau kemerahaan berupa pipa yang
mengumpulkan, keluar dari ketiak daun. Bunga ini berukuran kecil,
tersusun dalam rangkaian, dan panjang bunga bisa mencapai 1 meter. Bunga
biasanya muncul bila lidah buaya ditanam dipegunungan, sedangkan di
dataran rendah, tanaman lidah buaya jarang berbunga (Soviati,2008:10).
d. Akar
Akar tanaman lidah buaya berbentuk serabut. Akar serabut tanaman ini
cukup pendek dan tumbuh disekitar permukaaan tanah. Panjang akar
berkisar antara 50cm-100cm. karena letaknya dipermukaan tanah, pada
musim kemarau , embun yang menempel dapat dihisap langsung oleh
akar tanaman. Oleh karena sifatnya ini, untuk dapat tumbuh subuh dan
sehat, tanaman lidah buaya menghendaki tanah yang gembur di bagian
atasnya(Soviati,2008:11).
2. kegunaan Tumbuhan Lidah Buaya
a. Melindungi kulit dari dehidrasi
Kandungan lignin yang ada dalam gel (lendir) tumbuhan lidah buaya mampu
melindungi kulit dari dehidrasi dan menjaga kelembabanya (Soviati, 2008:56).
b. Antibakteri alami
Aloin dan aloe-emodin adalah antrakuinon utama pada tanaman lidah buaya.
Memiliki sruktur polifenol, yang dapat menghambat sintesis protein sel
bakteri, sehingga memiliki aktivitas sebagai antibakteri yang kuat (Fani dan
Kohanteb, 2012:19).
c. Antiseptik
Saponin yang terdapat dalam lidah buaya adalah zat sabun yang memiliki sifat
pembersih dan antiseptic (Fani dan Kohanteb, 2012:19).
d. Memperbaiki system pencernaan
Menurut seorang pakar dari IPB, Ir. Sutrisno Koswara, mengkonsumsi lidah
buaya dapat membantu memperlancar system pencernaan, ini disebabkan
manfaat dari zat aloemoedin dan aloebarbadiod, senyawa yang termasuk
golongan antrakuinin (Soviati, 2008:56)
3. Kandungan
Tabel.2.2 Kandungan gel lidah buaya (Aloe vera.L)
Zat Kegunaan
Vitamin B1, B2, Bahan penting untuk menjalankan fungsi tubuh secara
Niasinamida, B6, normal dan sehat.
cholin, asam folat
Asam amino Bahan untuk pertumbuhan dan perbaikan dan untuk sintesa
bahan lain.
Enzim oksidase, Mengatur proses kimia dalam tubuh dan menyembuhkan
amylase, katalase, luka dalam dan luar.
lipase, protease
Selulosa, glukosa, Mengatur proses kimia dalam tubuh dan menyembuhkan
mannose, luka dalam dan luar
aldopentosa,
ramnosa
Lignin Mempunyai kemampuan penyerapan yang tinggi, sehingga
memudahkan peresapan gel ke kulit atau mukosa dan
kandungan lignin yang ada dalam gel lidah buaya mampu
melindungi kulit dari dehidrasi dan menjaga kelembabanya.
Saponin Mempunyai kemampuan membersihkan dan bersifat
antiseptik, bahan pencuci yang sangat baik.
Sumber : (Furnawanthi, 2003 dalam melliawati, 2018:3)
Senyawa yang berfungsi sebagai pelembab bibir yaitu: Lignin
Lignin merupakan polimer senyawa fenolik organik aromatic alam paling
banyak ditemukan pada tumbuhan pembuluh. Lignin bersama dengan selulosa
dan hemiselulosa. Diketahui merupakan komponen utama dinding sel serat
semua spesies kayu dan tumbuhan rumput dalam dunia tumbuhan (Kar,
ashutosh 2002:69). Struktur kimia lignin sangat kompleks dan tidak berpola
sama. Gugus aromatic di temukan pada lignin, yang saling dihubungkan
dengan rantai alifatik, yang terdiri dari 2-3 karbon. Proses pirolisis lignin
meghasilkan senyawa kimia aromatis berupa fenol, terutama kresol (Depkes,
RI,1995).

Gambar 2.4 Struktur lignin dari softwood (Perez et al, 2002:55)


Lignin tidak larut dalam air dan asam mineral kuat, larut dalam pelarut
organik seperti etanol, dan larut dalam alkali encer(Surest dan Satriawan,
2010:2). Sifat fisik lignin yaitu tidak dapat mencair, tetapi akan melunak dan
menjadi hangus bila di panaskan, sehingga senyawa lignin tidak tahan pada
suhu tinggi(Sjostrom, 1995 dalam Budiyanto,2018:14)
F. Ekstraksi
Proses Penarikan Kandungan Bahan Alam
1. Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses penyarian zat aktif dari bagian tanaman obat
yang bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam tanaman
obat tersebut. Ekstrak merupakan proses pemisahaan zat dari campuranya
dengan menggunakan pelarut tertentu (Marjoni, 2016:15).
Ekstrak adalah suatu produk hasil pengembalian zat aktif melalui proses
ekstraksi menggunakan pelarut, dimana pelarut yang digunakan diuapkan
kembali sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat (Marjoni, 2016:23).
Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi menjadi 2 cara yaitu
cara dingin dan cara panas.
a. Cara dingin
1) Maserasi
Maserasi berasal dari kata “macerate” artinya melunakkan. Maserasi
adalah cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia tersebut dalam
cairan penyari pada suhu biasa atau pemanasaan. Cairan penyari yang
direkomendasikan adalah etanol atau campuran etanol-air. Keuntungan dari
maserasi adalah pengerjaanya mudah dan peralatanya murah dan sederhana.
Sedangkan kekuranganya antara lain waktu yang di perlukan untuk
mengekstraksi baham cukup lama, penyari kurang sempurna, pelarut yang
digunakan jumlahnya banyak jika harus dilakukan remaserasi (Badan POM,
2013:10)
Kecuali dinyatakan lain, maserasi dilakukan dengan cara dimasukan
sepuluh bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang
cocok, tutup, biarkan selama 5 hari terlindungi dari cahaya sambil sering
diaduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga di
peroleh 100 bagian. Pindahakan dalam bejana tertutup dan biarkan di tempat
sejuk terlindungi dari cahaya matahari selama 2 hari, lalu endap tuangkan atau
saring kemudian diuapkan pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50c
hingga konsistensi yang dikehendaki (Anief, 2010:169).
2) Perkolasi
Perkolasi umumnya digunakan untuk mengekstraksi serbuk kering
terutama simplisia yang keras seperti kulit, batang, kulit buah, biji, kayu dan
akar. Penyari yang digunakan umumnya adalah etanol atau campuran etanol
air. Dibandingkan dengan metode maserasi, metode ini tidak memerlukan
tahapan penyaringan perkolat, hanya kerugiannya adalah waktu yang
dibutuhkan lebih lama dan jumlah penyari yang digunakan lebih banyak
(Badan POM, 2013:11).
b. Cara Panas (Depkes RI, 2000:11)
1) Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan
dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses
pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi
sempurna.
2) Sokhlet
Sokhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinum
dengan jumlah pelarut relative konstan dengan adanya pendingin balik.
3) Digesti
Digesti adalah metode ekstraksi dengan menggunakan pemanasan pada
suhu 40-50c. Metode ini digunakan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan
terhadap pemanasan (Badan POM, 2013:12).
4) Infundasi
Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah
tercemar oleh bakteri dan jamur sehingga sari yang di peroleh dengan cara ini
harus segera diproses sebelum 24 jam (Badan POM, 2013:9). Untuk infusa
dipanaskan selama 10 menit pada uhu 90 c dan untuk dekokta suhu yang sama
selama 30 menit (Badan POM, 2013:10).
2. Ekstraksi daun lidah buaya (Aloe vera Linn.)
a. Ekstrak Kental Daun Lidah Buaya
Ekstrak kental daun lidah buaya (Aloe vera L.) adalah ekstrak yang dibuat dari
daging daun lidah buaya (Aloe vera L.) (Kemenkes RI, 2010:60). Pembuatan
ekstrak kental daun lidah buaya :
Potong pada pangkal dan ujung daun lidah buaya yang telah dicuci. Kupas
kulit, iris daging daun, masukan 1 bagian irisan daging daun kedalam
maserator, tambahkan 10 bagian etanol P . Rendam selam 6 jam pertama
sambal sesekali diaduk, diamkan hingga 24 jam, pisahkan maserat dngan cara
penyaringan. Ulangi proses penyarian sekurang-kurangnya 2 kali dengan jenis
dan jumlah pelarut yang sama. Kumpulkan semua maserat, uapkan dengan
penguap vakum atau penguap tekanan rendah hingga diperoleh ektrak kental.
Gunakan etanol P sebagai pelarut (Kemenkes RI, 2010:60).
b. Ekstraksi Kering Getah Daun Lidah Buaya
Ekstrak kering getah daun lidah buaya adalah ekstrak yang dibuat dari getah
daun lidah buaya (Aloe vera L.) (Kemenkes RI, 2010:62). Pembuatan ektraks
kering getah daun lidah buaya :
Ambil daun lidah buaya serta pangkalnya, timbang sekitar 30 kg, iris
pangkalnya secara melintang dalam keadaan segar, tamping getah yang keluar
dibawahnya dengan wadah nirkarat. Biarkan getah menetes selama 6 jam.
Potong kembali secara melintang selebar 3-4 cm, jika tetesan berhenti. Getah
akan mengering dan disebut jadam. Rendam jadam dengan etanol P selama 8
jam untuk menghilangkan kontaminan jamur dan bakteri, keringkan dengan
tangas air. Ekstrak kering siap untuk berbagai uji. Gunakan etanol P sebagai
pelarut (Kemenkes RI, 2010:62).

G. Evaluasi sediaan
Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan
lip balm. Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi: pemeriksaan
organoleptis yang mencakup pengamatan terhadap perubahan bentuk,
warna dan bau dari sediaan, pemeriksaan homogenitas, suhu lebur, uji pH,
uji stabilitas sediaan, uji iritasi, dan uji efektivitas sediaan terhadap kulit
dengan menggunakan alat moisture checker serta uji kesukaan sediaan
(Ratih dkk, 2014:3-5).
1. Pemeriksaan Homogenitas Sediaan
Masing-masing sediaan diperiksa homogenitasnya dengan cara
mengoleskan sejumlah tertentu sediaan pada kaca yang transparan dengan
luas tertentu (2,5 x 2,5cm). Sediaan harus menunjukkan susunan yang
homogen dan tidak terlihat adanya butir-butir kasar (Ditjen POM, 1979
dalam Jasmarita, 2017:26).
2. Suhu Lebur Sediaan
Suhu lebur lip balm yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang
mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36-380C.Tetapi karena harus
memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama
suhu daerah tropis, suhu lebur lip balm dibuat tinggi, yaitu berkisar antara 50-
700C (SNI,1998:3)
Metode pengamatan suhu lebur lip balm yang digunakan dalam penelitian
adalah dengan cara memasukkan sebanyak 1 gram lip balm ke dalam oven
dengan suhu awal 500C selama 15 menit, diamati apakah melebur atau tidak,
setelah itu suhu dinaikkan 10C setiap 15 menit dan diamati pada suhu berapa
lip balm mulai melebur (Linda, 2012:40)
3. Uji pH Sediaan
Hendaknya pH kosmetik diusahakan sama atau sedekat mungkin dengan
pH fisiologi “mantel asam” kulit, yaitu antara 4,5-6,5. Kosmetik demikian
disebut kosmetik dengan “pH-balanced”. Semakin alkalis atau semakin asam
bahan yang mengenai kulit, semakin sulit untuk menetralisirnya dan kulit akan
menjadi lelah karenanya. Kulit dapat menjadi kering, pecah-pecah, sensitif
dan mudah terkena infeksi (Tranggono dan Latifah, 2007:21)
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter
dengan cara:
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar
netral (pH 7,01) dan larutan dapar asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan
harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan akuades, lalu
dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu
ditimbang 1 g sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml akuades, lalu
dipanaskan. Setelah suhu larutan normal, elektroda dicelupkan dalam
larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan.
Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003
dalam Linda, 2012:41).
4. Uji Stabilitas Sediaan
Sediaan lip balm yang telah jadi, dievaluasi selama 28 hari yang
meliputi pengamatan organoleptis (warna, bau, bentuk) apakah terjadi
perubahan selama penyimpanan pada suhu kamar (Ratih dkk, 2014:4).
5. Uji Iritasi Sediaan
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan lip balm yang mengandung
minyak buah merah dengan maksud untuk mengetahui bahwa lip balm
yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada bibir atau tidak. Iritasi dapat
dibagi menjadi 2 kategori yaitu iritasi primer yang akan segera timbul
sesaat setelah terjadi pelkatan atau penyentuhan pada kulit, dan iritasi
sekunder yang reaksinya baru timbul beberapa jam setelah penyentuhan
atau pelekatan pada kulit (Depkes RI, 1985 dalam Syakdiah, 2018:20).
Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka
(open patch) pada bagian lengan bawah bagian dalam terhadap 10 panelis
yang bersedia dan menulis surat pernyataan. Contoh surat pernyataan dapat
dilihat pada lampiran 13. Uji tempel terbuka dilakukan dengan
mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu
(2,5x2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini
dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama dua hari berturut-turut (Tranggono
dan Latifah, 2007:167).
Reaksi yang diamati adalah terjadinya eritema, papula, vesikula atau
edema. Menurut (Tranggono dan Latifah, 2007:167).Terdapat tanda-tanda
untuk mencatat reaksi uji tempel yang dapat dilihat pada klasifikasi berikut.
Klasifikasi :
- : Tidak ada reaksi
+ : Eritema
++ : Eritema dan papula
+++ :Eritema, papula dan vesikula
++++ :Edema dan vesikula
6. Uji Kesukaan (Hedonic Test) Sediaan
Uji kesukaan dilakukan secara visual terhadap 20 orang panelis. Setiap
panelis diminta untuk mengoleskan formula sediaan yang dibuat pada kulit
pergelangan tangan panelis. Kemudian, panelis memilih variasi formula mana
yang paling disukai. Panelis menuliskan 1 bila tidak suka, 2 bila netral, 3 bila
suka. Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan
pengolesan, aroma, homogenitas, dan kelembaban yang dirasakan pada kulit.
Kemudian dihitung persentase kesukaan terhadap masing-masing sediaan
(Setyaningsih, dkk 2010:59).
H. Kerangka Teori

Sediaan Farmasi

Obat Kosmetik Obat Tradisional

Perawatan / skin care


Dekoratif
/ riasan

Wajah Bibir Badan

Lip balm

Formula pelembab bibir Lip blam


(Komponen buah merah
pada penelitian Syakdiah,
2018:17)
R/ Gliserin 5
Formulasi dengan Cera flava 10
bahan alam
Formulasi Sediaan Ekstrak Nipagin 0,18
Daun Lidah Buaya Lanolin 15
Konsentrasi F0(0%), F1(6%), Oleum cacao ad 100
F2 (8%)dan F3(10%).

Evaluasi Sediaan :

Homogenitas (Ditjen POM,1979)


Suhu Lebur (SNI,1998:3)
Uji pH (Tranggono dan Latifah, 2007)
Uji Stabilitas(Ratih dkk,2014)
Uji Kesukaan(Setyaningsih,
dkk 2010:59).
Uji Iritasi(Ditjen POM,1985)

Gambar. 2.5. Kerangka Teori


I. Kerangka Konsep

Evaluasi sediaan
Formulasi Sediaan Lip blam dengan
variasi konsentrasi ekstrak lidah 1. Homogenitas (Ditjen
POM,1979)
buaya sebagai pelembab bibir 2. Suhu Lebur (SNI,1998:3)
3. Uji pH (Tranggono dan
F0 :Ekstrak Lidah Buaya 0% Latifah, 2007)
F1: Ekstrak Lidah Buaya 6% 4. Uji Stabilitas
F2: Ekstrak Lidah Buaya 8% (Ratih dkk,2014)
5. Uji Kesukaan
F3 :Ekstrak Lidah Buaya 10%
(Setyaningsih, dkk 2010:59).

Gambar . 2.6. Kerang Konsep


J. Definisi Operational

Tabel .2.4 Definisi Operasional Penelitian


No. Variable Definisi Cara Ukur Alat ukur Hasil ukur skala
Penelitian
Formulasi Pembuatan Menimbang Neraca 4 formulasi Rasio
1 sediaan lipblam formulasi ekstrak gel analitik lipblam hasil
menggunakan sediaan lidah buaya modifikasi
ekstrak gel lidah lipblam fariasi formula dasar
buaya menggunakan konsentrasi
ekstrak gel sebagai
lidah buaya pelembab
dengan fariasi bibir atau
konsentrasi emolien
(0%,6%,8% (F0,F1,F2,
dan 10%) dan F3)
sebagaai
pelembab bibir
/ emolien

2 Homogenitas Penampilan Observasi Checklist 1=Homogen Ordinal


susunan terhadap 2=Tidak
partikel sediaan Lip homogen
sediaan balm yang
lipblam dioleskan
dengan diatas kaca
konsentrasi objek oleh
0%, 6%, 8% peneliti
dan dengan
10%diamati melihat tidak
pada kaca adanya butir-
objek butir kasar.
terdispersi
secara merata
atau tidak
3 Uji suhu lebur Besarnya nilai Pengukuran Oven Nilai suhu Interval
titik lebur (dalam angka)
sediaan
lipblam
dengan
konsentrasi
0%, 6%, 8%
dan 10%
4 pH Besarnya nilai Pengukuran pH meter Nilai pH meter Rasio
keasaman- (Dalam angka)
basaan
terhadap
lipblam
dengan
konsentrasi
0%, 6%, 8%
dan 10%
5 Uji stabilitas
a. Bau Penampilan Observasi Checklist 1=terjadi Ordinal
aroma melalui perubahan
indra 2=tidak terjadi
penciuman perubahan
terhadap bau
yang terlihat
oleh peneliti
dari sediaan
lip balm
dengan
konsentrasi
0%, 6%, 8%
dan
10%selama 4
minggu.

b. Bentuk Penampilan Observasi Checklist 1=terjadi Ordinal


unsur rupa perubahan
sediaan dari 2=tidak terjadi
peneliti yang perubahan
menunjukan
bentuk
sediaan
lipbalm
dengan
konsentrasi
0%, 6%, 8%
dan
10%selama
4minggu
penyimpanan.

c. Warna Penampilan Observasi Checklist 1=terjadi Ordinal


terhadap perubahan
warna sediaan 2=tidak terjadi
lipbalm perubahan
dengan
konsentrasi
0%, 6%, 8%
dan 10%
selama
4 minggu
penyimpan
an
6 Uji kesukaan Penilaian Observasi checklist 1= tidak suka Ordinal
terhadap yang 2= netral
tingkatan dilakukan 3= suka
suka atau oleh panelis
tidaknya
sediaan
lipblam
dengan
konsentras
i 0%, 6%,
8% dan
10%

Anda mungkin juga menyukai