TINJAUAN PUSTAKA
A. Sediaan Farmasi
Sediaan farmasi adalah obat,bahan obat,obat tradisional dan kosmetik
(Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan).
1. Pengertian kosmetik
Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ
genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki
bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik
(Tranggono dan Latifah, 2007:6).
2. Manfaat kosmetik
Bila dasar kecantikan adalah kesehatan, maka penampilan kulit yang
sehat adalah bagian yang langsung dapat kita lihat, karena kulit merupakan
organ tubuh yang paling luar dan berfungsi sebagai pembungkus tubuh.
Dengan demikian pesmakaian kosmetika yang tepat untuk perawatan kulit,
rias atau dekoratif akan sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh
(Wasitaatmadja, 1997:63).
3. Penggolongan Kosmetik
a. Penggolongan kosmetik menurut bahan penyusun (Tranggono dan latifah
2007:6) sebagai berikut:
1) Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern.
2) Kosmetik tradisional betul-betul tradisional, misalnya mangir,lulur, yang
dibuat dari bahan alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun-
temurun.
b. Penggolongan kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit (Tranggono dan
latifah 2007:6) sebagai berikut :
1) Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetic)
Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk
di dalamnya :
6
7
B. Kosmetik Pelembab
1. Pengertian kosmetik pelembab
Kosmetika pelembab perlu dikenakan terutama pada kulit kering atau
kulit normal yang cenderung kering terutama jika si pemakai akan lama di
dalam lingkungan yang mengeringkan kulit, misalnya ruangan ber-AC.
Menurut (Tranggono dan Latifah, 2007:75) kosmetika pelembab dibedakan
atas dua tipe yaitu:
a. Kosmetika yang didasarkan pada lemak
Kosmetika yang didasarkan pada lemak akan membentuk lapisan lemak
dipermukaan kulit untuk mencegah penguapan air kulit dan menyebabkan
kulit menjadi lembab dan lembut
b. Kosmetika yang didasarkan pada gliserol atau humektan sejenis
Kosmetika yang didasarkan pada gliserol atau humektan sejenis akan
membentuk lapisan yang bersifat higroskopis yang akan menyerap uap air dari
udara dan mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit
nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum corneum kulit.
2. Bahan dasar kosmetika pelembab
Umumnya kosmetik pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati, hewan
maupun sintesis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk
melenturkan lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi penguapan
air dari sel kulit namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan kegunaan
minyak kulit semula (Wasitaatmadja, 1997:111).
Dasar pelembab kulit memberikan efek emolien yakni mencegah
kekeringan dan kerusakan kulit akibat sinar matahari atau kulit menua,
sekaligus membuat kulit terlihat bersinar (Wasitaatmadja, 1997:112). Emolien
didefinisikan sebagai zat yang dioleskan pada kulit untuk menghilangkan
gejala kekeringan. Kekeringan dapat terjadi pada semua kelompok usia dari
anak kecil ke orang tua ketika musim dingin kulit dapat menjadi kasar
(Balsam, 1972 dalam Hasan 2018:9).
C. Bibir
Bibir adalah bagian wajah yang sensitif. Tidak seperti kulit yang memiliki
melanin sebagai pelindung dari sinar matahari, bibir tidak memiliki pelindung.
Oleh karena itu, saat udara terlalu panas atau terlalu dingin, bibir bisa menjadi
kering dan pecah-pecah. Selain tidak enak dipandang, bibir yang pecah-pecah
juga menimbulkan rasa nyeri dan tidak nyaman (Muliyawan dan Suriana,
2013:149).
1. Anatomi dan Fisiologi Kulit Bibir
Kulit bibir mengandung sel melanin yang sangat sedikit, pembuluh
darah lebih jelas terlihat melalui kulit bibir yang memberi warna bibir
kemerahan yang indah. Lapisan korneum pada kulit biasanya memiliki 15
sampai 16 lapisan untuk tujuan perlindungan. Lapisan korneum pada bibir
mengandung sekitar 3 sampai 4 lapisan dan sangat tipis dibanding kulit
wajah biasa. Kulit bibir tidak memiliki folikel rambut dan tidak ada
kelenjar keringat yang berfungsi untuk melindungi bibir dari lingkungan
luar (Kadu, 2014:1-2).
2. Sifat Bibir
Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri tersendiri, karena lapisan sangat
tipit. Stratum germinativum tumbuh dengan kuat dan korium mengandung
papila dengan aliran darah yang banyak tepat di bawah permukaan kulit bibir
setelah dalam terdapat kelenjar liur, sehingga bibir akan nampak selalu basah
(Depkes RI, 1985:195).
Sangat jarang terdapat kelenjar lemak pada bibir menyebabkan bibir
hamper bebas lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering lapisan
sangat akan cendrung mongering, pecah-pecah, yang memungkinkan zat yang
melekat padanya mudah berpenetrasi ke stratum germinativum, dan aliran
darah lebih banyak mengaliri di daerah permukaan kulit lainya. Karena itu
hendaknya berhati-hati dalam memilih bahan yang digunakan untuk sediaan
pewarna bibir, terutama dalam hal memilih lemak, pigmen, dan zat yang
digunakan untuk maksud pembuatan sediaan tersebut. (Depkes RI, 1985:196).
3. Bibir Kering
Bibir kering dan pecah-pecah merupakan gangguan yang umum terjadi
pada bibir. Penyebab umum terjadinya bibir kering dan pecah-pecah yaitu
kerusakan sel keratin karena sinar matahari dan dehidrasi. Sel keratin
merupakan sel yang melindungi lapisan luar pada bibir. Paparan sinar
matahari menyebabkan pecahnya lapisan permukaan sel keratin. Sel keratin
yang pecah akan rusak. Sel yang rusak akan terjadi secara terus menerus
sampai sel tersebut terkelupas dan tumbuh sel yang baru (Jacobsen, dkk
2011:14).
Selain itu, penyebab bibir kering dan pecah-pecah adalah dehidrasi. Air
merupakan material yang sangat penting terhadap kelembaban kulit.
Dehidrasi terjadi karena asupan cairan yang tidak cukup atau kehilangan
cairan yang berlebihan disebabkan oleh pengaruh lingkungan (Jacobsen, dkk
2011:15).
D. Lip Balm
1. Pengertian Lip Balm
Lip balm merupakan sediaan kosmetik dengan komponen utama seperti
lilin, lemak dan minyak dari ekstrak alami atau yang disintesis dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya kekeringan dengan meningkatkan kelembaban
bibir dan melindungi pengaruh buruk lingkungan pada bibir (Kwunsiriwong,
2016:2).
Aplikasi lip balm tidak memberikan efek warna seperti lipstik. Lip balm
hanya memberikan sedikit kesan basah dan cerah pada bibir. Lip Balm
memang dirancang untuk melindungi dan menjaga kelembaban bibir.
Kandungan yang terdapat dalam lip balm adalah zat pelembab dan vitamin
untuk bibir (Muliyawan dan Suriana, 2013:146).
Saat lip balm dioleskan ke bibir, ia bertindak sebagai sealant mencegah
hilangnya kelembaban melalui penguapan. Perlindungan ini
memungkinkan bibir untuk rehidrasi melalui akumulasi kelembaban pada
antarmuka lip balm-stratum corneum (Madans dkk, 2012:3).
2. Manfaat Penggunaan Lip Balm
a. Lip balm memberikan nutrisi yang dibutuhkan agar bibir tetap lembut dan
sehat
b. Lip balm dapat digunakan oleh laki-laki maupun perempuan
c. Produk lip balm membantu melindungi bibir dari keadaan luka, kering, pecah-
pecah dan cuaca dingin dan kering
d. Kontak produk dengan kulit tidak akan menyebabkan gesekan atau
kekeringan, dan harus memungkinkan pembentukan lapisan homogen di atas
bibir untuk melindungi lendir labial yang rentan terhadap faktor lingkungan
seperti radiasi UV, kekeringan dan polusi
e. Penggunaan kosmetik bibir alami untuk memperbaiki penampilan wajah dan
kondisi kulit bibir (Fernandes dkk., 2013:294).
3. Komponen Lip Balm
Lip balm merupakan pelembab bibir yang dikemas dalam bentuk semi
padat (semi solid) yang di bentuk dari bahan utama minyak, lemak, dan lilin
(Kadu,2014:3).
Adapun komponen utama dalam lip balm terdiri dari:
a. Lilin
Secara kimia, wax (lilin) adalah campuran hidrokarbon dan asam lemak yang
kompleks dikombinasikan dengan ester. Lilin lebih keras, kurang berminyak
dan lebih rapuh daripada lemak. Lilin sangat tahan terhadap kelembaban,
oksidasi dan bakteri. Ada empat kategori dari lilin sebagai berikut: (a) Lilin
hewani, contohmya yaitu lilin lebah, lanolin, Spermaceti; (B) Lilin nabati,
contohnya yaitu carnauba, candelilla, jojoba; (C) Lilin mineral, contohnya
yaitu ozokerite, parafin, mikrokristalin, ceresin; (D) Lilin sintetis, contohnya
yaitu polyethylene, carbowax, acrawax, stearon. Lilin yang paling banyak
digunakan untuk kosmetik adalah lilin lebah (beeswax), carnauba dan
candelilla wax. Secara fisik, lilin ditandai dengan titik leleh tinggi (50 -
100oC). Lilin yang paling banyak digunakan adalah beeswax yang merupakan
emolien yang bagus dan pengental. Dua wax alami lainnya sering digunakan
dalam kosmetik adalah lilin carnauba dan candelilla. Keduanya lebih keras
dan memiliki titik leleh yang lebih tinggi membuat mereka lebih stabil (Kadu
dkk, 2014:3).
b. Lemak
Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi
untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut,
mengurangi efek berkeringat dan pecah pada lip balm. Fungsi yang lain dalam
proses pembuatan lip balm adalah sebagai pengikat dalam basis antara fase
minyak dan fase lilin dan sebagai bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak
padat yang biasa digunakan dalam basis lip balm adalah lemak coklat, lanolin,
lesitin, minyak terhidrogenisasi dan lain-lain (Kadu dkk, 2014:4).
c. Minyak
Asam lemak dapat berupa asam lemak jenuh atau tidak jenuh yang
menentukan stabilitas dari minyak. Minyak dengan asam lemak jenuh tingkat
tinggi (laurat, miristat, palmitat dan asam stearat) termasuk minyak kelapa,
minyak biji kapas, dan minyak kelapa sawit. Minyak dengan tingkat asam
lemak tak jenuh yang tinggi (asam oleat, arakidonat, linoleat) misalnya
minyak canola, minyak zaitun, minyak jagung, minyak almond, minyak jarak
dan minyak alpukat. Minyak dengan asam lemak jenuh lebih stabil dan tidak
menjadi anyir secepat minyak tak jenuh. Namun, minyak dengan asam lemak
tidak jenuh lebih halus, lebih mahal, kurang berminyak, dan mudah diserap
oleh kulit (Kadu dkk, 2014:4).
d. Zat Tambahan Dalam Lip Balm
Zat tambahan dalam lip balm adalah zat yang ditambahkan dalam formula lip
balm untuk menghasilkan lip balm yang baik, yaitu dengan cara menutupi
kekurangan yang ada tetapi dengan syarat zat tersebut harus inert, tidak toksik,
tidak menimbulkan alergi, stabil dan dapat bercampur dengan bahan lain
dalam formula lip balm. Zat tambahan yang digunakan yaitu pengawet dan
humektan.
1) Pengawet
Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh didalam sediaan lip balm
sebenarnya sangat kecil karena lip balm tidak mengandung air. Akan tetapi
ketika lip balm diaplikasikan pada bibir kemungkinan terjadi kontaminasi
pada permukaan lip balm sehingga terjadi pertumbuhan mikroorganisme. Oleh
karena itu perlu ditambahkan pengawet di dalam formula lip balm. Pengawet
yang sering digunakan yaitu metil paraben dan propil paraben (Butler, 2000
dalam Syakdiah, 2018:13).
2) Humektan
Humektan adalah material water soluble dengan kemampuan absorbsi air
yang tinggi. Humektan dapat menggerakkan air dari atmosfer. Humektan yang
baik memiliki kemampuan untuk meningkatkan absorbsi air dari lingkungan
untuk hidrasi kulit. Contoh humektan adalah gliserin, sorbitol, dan propilen
glikol (Butler, 2000 dalam Syakdiah, 2018:13).
e. Formula dasar yang dipilih pada pembuatan lip balm
Formula dasar yang dipilih pada pembuatan lip balm dalam penelitian ini
dengan komposisi sebagai berikut:
1) Formula pelembab bibir
R/ Beeswax white 33
Cetyl alcohol 12
Sesame oil 20
Castor oil 29
Perfume oil 2
Tetrabromflurescein 4
Prosedur : Larutkan tetrabrom dalam castor oil. Lelehkan beeswax white,
cetyl alcohol, sesame oil bersama-sama. Setelah leleh campuran keduanya,
lalu tambahkan parfume oil.(A Formulary of Cosmetic Preparation, page 223).
2) Formula pelembab bibir
R/ Lanolin, beeswax, 95,0
jojoba oil 95,0
Benzofenon 0,10
Parfum, antioksidan secukupnya
(Wasitaatmaja, 1997:126)
3) Formula pelembab bibir
R/ Gliserin 5
Cera flava 10
Nipagin 0,18
Lanolin 15
Oleum cacao ad 100
Prosedur : Lelehkan lemak coklat pada suhu (31-34∙C), lelehkan cera flava
pada suhu (62-64∙C) lalu campurkan pada lelehan basis lemak coklat,
masukan nipagin, lanolin, dan gliserin lalu aduk kemudian masukan ke dalam
wadah (Syakdiah, 2018:17).
4) Formula pelembab bibir
R/ Rose Base Oil 2539 55.4g
Emery 1723 10.8g
Rosswax 2641 29.3g
SDA Alcohol #40 2.0g
Solar Chem O 1.5g
Propylene Glycol 1.0g
Parfum q.s
Prosedur : Lelehkan semua bahan dlam bejana stainles steel, campur bahan
secaraa menyeluruh tambahkan parfum dan masukkan dalam wadah
(Ernest,1992 dalam Hasan,2018:11).
5) Formula pelembab bibir
R/ gliserin 5
Cera alba 5
Cera flava 6
Nipagin 0,18
Nipasol 0,02
BHT 0,05
PEG 4000:400 Ad 100
(Ratih dkk, 2014:2)
f. Formula dan Komponen Lip balm yang digunakan
1) Formula pelembab bibir
R/ Gliserin 5
Cera flava 10
Nipagin 0,18
Lanolin 15
Oleum cacao ad 100
Prosedur : Lelehkan lemak coklat pada suhu (31-34∙C), lelehkan cera flava
pada suhu (62-64∙C) lalu campurkan pada lelehan basis lemak coklat,
masukan nipagin, lanolin, dan gliserin lalu aduk kemudian masukan ke dalam
wadah (Syakdiah, 2018:17).
1 Humektan Gliserin
2 Pengeras Cera flava
3 Zat pengawet Nipagin
4 Pelumas Lanolin
5 Basis Oleum cacao
(Rowe dkk, 2009:53,200. Depkes, 1995:57,551)
2) Gliserin
Pemeriannya yaitu cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis,
hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), higroskopis dan netral
terhadap lakmus. Kelarutannya yaitu dapat bercampur dengan air dan etanol,
praktis tidak larut dalam kloroform, eter, minyak lemak dan minyak menguap
(Depkes, 1995:413).
Gliserin digunakan secara luas pada formulasi farmasetikal meliputi sediaan
oral, telinga, mata, topikal dan parenteral. Pada sediaan topikal dan kosmetik,
gliserin digunakan sebagai humektan dan emolien (Rowe dkk, 2009:200).
3) Cera flava
Cera flava atau lilin kuning adalah hasil pemurnian malam dari sarang
madu lebah Apis mellifera Linne. Pemeriannya yaitu padatan berwarna kuning
sampai coklat keabuan, berbau enak seperti madu, agak rapuh bila dingin dan
patah membentuk granul, patahan non-hablur, menjadi lunak oleh suhu tangan
(Depkes, 1995:186).
Cera Flava digunakan pada produk makanan dan kosmetik. Cera flava
umumnya digunakan pada sediaan topikal dengan konsentrasi 5-20% sebagai
bahan pengeras. Cera flava dianggap sebagai bahan yang tidak toksik dan
tidak mengiritasi baik pada sediaan topikal maupun sediaan oral (Rowe dkk,
2009:53).
4) Nipagin
Nipagin atau metil paraben memiliki pemerian yaitu hablur kecil, tidak
berwarna, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa
terbakar. Kelarutannya yaitu sukar larut dalam air dan benzen, mudah larut
dalam etanol dan dalam eter, larut dalam minyak, propilen glikol, dan dalam
gliserol. Suhu leburnya antara 125-128 °C. Khasiatnya adalah sebagai zat
tambahan (zat pengawet) (Depkes, 1995:551).
5) Lanolin
Lanolin atau lemak bulu domba adalah zat serupa lemak yang
dimurnikan, diperoleh dari bulu domba Ovis aries Linne yang dibersihkan dan
dihilangkan warna dan baunya. Pemeriannya yaitu massa seperti lemak,
lengket, warna kuning dan bau khas (Depkes, 1995:57).
6) Oleum cacao
Oleum cacao atau lemak coklat merupakan lemak coklat padat yang
diperoleh dengan pemerasan panas biji Theobroma cacao L. yang telah
dikupas dan dipanggang. Pemeriannya yaitu lemak padat, putih kekuningan,
bau khas aromatik, rasa khas lemak dan agak rapuh. Suhu lebur yaitu 31-34°C
(Depkes, 1979:45).
g. Prosedur Pembuatan Sediaan
Basis sediaan dalam penelitian ini yaitu lemak coklat dilelehkan di atas
penangas air pada suhu lelehnya yaitu sekitar 31-34oC. Lemak coklat
dimasukkan ke cawan penguap sambil diaduk sampai seluruh lemak coklat
meleleh sempurna. Cera flava dilelehkan pada suhu lelehnya yaitu sekitar 62-
64oC, kemudian dimasukkan ke dalam lelehan basis tersebut. Nipagin, lanolin
dan gliserin dimasukan ke dalam lelehan basis sambil terus diaduk. Minyak
buah merah dimasukkan terakhir sambil diaduk. Setelah itu dimasukkan ke
dalam wadah lip balm lalu dibiarkan pada suhu ruangan sampai membeku
(Ratih dkk, 2014:2).
G. Evaluasi sediaan
Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan
lip balm. Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi: pemeriksaan
organoleptis yang mencakup pengamatan terhadap perubahan bentuk,
warna dan bau dari sediaan, pemeriksaan homogenitas, suhu lebur, uji pH,
uji stabilitas sediaan, uji iritasi, dan uji efektivitas sediaan terhadap kulit
dengan menggunakan alat moisture checker serta uji kesukaan sediaan
(Ratih dkk, 2014:3-5).
1. Pemeriksaan Homogenitas Sediaan
Masing-masing sediaan diperiksa homogenitasnya dengan cara
mengoleskan sejumlah tertentu sediaan pada kaca yang transparan dengan
luas tertentu (2,5 x 2,5cm). Sediaan harus menunjukkan susunan yang
homogen dan tidak terlihat adanya butir-butir kasar (Ditjen POM, 1979
dalam Jasmarita, 2017:26).
2. Suhu Lebur Sediaan
Suhu lebur lip balm yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang
mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36-380C.Tetapi karena harus
memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama
suhu daerah tropis, suhu lebur lip balm dibuat tinggi, yaitu berkisar antara 50-
700C (SNI,1998:3)
Metode pengamatan suhu lebur lip balm yang digunakan dalam penelitian
adalah dengan cara memasukkan sebanyak 1 gram lip balm ke dalam oven
dengan suhu awal 500C selama 15 menit, diamati apakah melebur atau tidak,
setelah itu suhu dinaikkan 10C setiap 15 menit dan diamati pada suhu berapa
lip balm mulai melebur (Linda, 2012:40)
3. Uji pH Sediaan
Hendaknya pH kosmetik diusahakan sama atau sedekat mungkin dengan
pH fisiologi “mantel asam” kulit, yaitu antara 4,5-6,5. Kosmetik demikian
disebut kosmetik dengan “pH-balanced”. Semakin alkalis atau semakin asam
bahan yang mengenai kulit, semakin sulit untuk menetralisirnya dan kulit akan
menjadi lelah karenanya. Kulit dapat menjadi kering, pecah-pecah, sensitif
dan mudah terkena infeksi (Tranggono dan Latifah, 2007:21)
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter
dengan cara:
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar
netral (pH 7,01) dan larutan dapar asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan
harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan akuades, lalu
dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu
ditimbang 1 g sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml akuades, lalu
dipanaskan. Setelah suhu larutan normal, elektroda dicelupkan dalam
larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan.
Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003
dalam Linda, 2012:41).
4. Uji Stabilitas Sediaan
Sediaan lip balm yang telah jadi, dievaluasi selama 28 hari yang
meliputi pengamatan organoleptis (warna, bau, bentuk) apakah terjadi
perubahan selama penyimpanan pada suhu kamar (Ratih dkk, 2014:4).
5. Uji Iritasi Sediaan
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan lip balm yang mengandung
minyak buah merah dengan maksud untuk mengetahui bahwa lip balm
yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada bibir atau tidak. Iritasi dapat
dibagi menjadi 2 kategori yaitu iritasi primer yang akan segera timbul
sesaat setelah terjadi pelkatan atau penyentuhan pada kulit, dan iritasi
sekunder yang reaksinya baru timbul beberapa jam setelah penyentuhan
atau pelekatan pada kulit (Depkes RI, 1985 dalam Syakdiah, 2018:20).
Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka
(open patch) pada bagian lengan bawah bagian dalam terhadap 10 panelis
yang bersedia dan menulis surat pernyataan. Contoh surat pernyataan dapat
dilihat pada lampiran 13. Uji tempel terbuka dilakukan dengan
mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu
(2,5x2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini
dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama dua hari berturut-turut (Tranggono
dan Latifah, 2007:167).
Reaksi yang diamati adalah terjadinya eritema, papula, vesikula atau
edema. Menurut (Tranggono dan Latifah, 2007:167).Terdapat tanda-tanda
untuk mencatat reaksi uji tempel yang dapat dilihat pada klasifikasi berikut.
Klasifikasi :
- : Tidak ada reaksi
+ : Eritema
++ : Eritema dan papula
+++ :Eritema, papula dan vesikula
++++ :Edema dan vesikula
6. Uji Kesukaan (Hedonic Test) Sediaan
Uji kesukaan dilakukan secara visual terhadap 20 orang panelis. Setiap
panelis diminta untuk mengoleskan formula sediaan yang dibuat pada kulit
pergelangan tangan panelis. Kemudian, panelis memilih variasi formula mana
yang paling disukai. Panelis menuliskan 1 bila tidak suka, 2 bila netral, 3 bila
suka. Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan
pengolesan, aroma, homogenitas, dan kelembaban yang dirasakan pada kulit.
Kemudian dihitung persentase kesukaan terhadap masing-masing sediaan
(Setyaningsih, dkk 2010:59).
H. Kerangka Teori
Sediaan Farmasi
Lip balm
Evaluasi Sediaan :
Evaluasi sediaan
Formulasi Sediaan Lip blam dengan
variasi konsentrasi ekstrak lidah 1. Homogenitas (Ditjen
POM,1979)
buaya sebagai pelembab bibir 2. Suhu Lebur (SNI,1998:3)
3. Uji pH (Tranggono dan
F0 :Ekstrak Lidah Buaya 0% Latifah, 2007)
F1: Ekstrak Lidah Buaya 6% 4. Uji Stabilitas
F2: Ekstrak Lidah Buaya 8% (Ratih dkk,2014)
5. Uji Kesukaan
F3 :Ekstrak Lidah Buaya 10%
(Setyaningsih, dkk 2010:59).