Anda di halaman 1dari 5

DASAR TEORI

Stabilitas obat adalah derajat degradasi suatu obat dipandang dari segi kimia.
Stabilitas obat dapat diketahui dari ada tidaknya penurunan kadar selama penyimpanan.
Pada pembuatan obat harus diketahui waktu paro suatu obat. Waktu paro suatu obat
dapat memberikan gambaran stabilitas obat, yaitu gambaran kecepatan terurainya obat
atau kecepatan degradasi kimiawinya. Panas, asam-asam, alkali-alkali, oksigen, cahaya,
kelembaban dan faktor-faktor lain dapat menyebabkan rusaknya obat. Mekanisme
degradasi dapat disebabkan oleh pecahnya suatu ikatan, pergantian spesies, atau
perpindahan atom-atom dan ion-ion jika dua molekukul bertabrakan dalam tabung reaksi
(Moechtar ,1989)
Ada dua hal yang menyebabkan ketidakstabilan obat, yang pertama adalah labilitas
dari bahan obat dan bahan pembantu, termasuk struktur kimia masing-masing bahan dan
sifat kimia fisika dari masing-masing bahan. Yang kedua adalah faktor-faktor luar,
seperti suhu, cahaya, kelembaban, dan udara, yang mampu menginduksi atau
mempercepat reaksi degradasi bahan. Skala kualitas yang penting untuk menilai
kestabilan suatu bahan obat adalah kandungan bahan aktif, keadaan galenik, termasuk
sifat yang terlihat secara sensorik, secara miktobiologis, toksikologis, dan aktivitas
terapetis bahan itu sendiri. Skala perubahan yang diijinkan ditetapkan untuk obat yang
terdaftar dalam farmakope. Kandungan bahan aktif yang bersangkutan secara
internasional ditolerir suatu penurunan sebanyak 10% dari kandungan sebenarnya
(Voight, R., 1994).

PERHITUNGAN

Au x Bb x Fu
Kadar Zat Aktif Parasetamol = x % Kemurnian Baku
Ab x Bu x Fb
Keterangan :Au = Area Sampel

Ab = Area Baku

Fb = Faktor Pengenceran Baku

Fu = Faktor Pengenceran Sampel

Kemurnian Baku = 99,98 %


Bb = Bobot Baku

Bu = Bobot Sampel

BU = V. yang dipipet X Kadar Parasetamol

V. dalam etiket
2 ml
= x 120 mg
4 ml

= 48 mg
Kadar Zat Aktif Parasetamol I = 221963 x 10,1 x 5000
238549,2 x 48 x 1000 x 99,98%
= 96,90 %
Kadar Zat Aktif Parasetamol I = 22573 x 10,1 x 5000
238549,2 x 48 x 1000 x 99,98%
= 98,56 %
Kadar rata-rata = Kadar I + Kadar II
2

96,90% + 98,56%

2
= 97,73%
Kadar zat aktif parasetamol dalam parasetamol sirup adalah :

97,73% Syarat : tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari

110,0% Kesimpulan : memenuhi syarat ( MS )


PEMBAHASAN

Dari data larutan sampel parasetamol setelah dilakukan penetapan kadar dengan

menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dengan volume pemipetan sebanyak 2

ml, volume penyuntikan 20 µl dan faktor pengenceran 5000 ml diperoleh area pada

parasetamol I adalah 221963 cm dan area pada parasetamol II adalah 225763 cm, dari

kedua area tersebut dapat diperoleh kadar zat aktif parasetamol dari masing-masing

area tersebut yaitu kadar parasetamol I sebesar 96,90% dan kadar parasetamol II

sebesar 98,56%, sehingga dapat diperoleh kadar rata-ratanya yaitu 97,73%. Dengan

kadar rata-rata parasetamol sebesar 97,73% ini berarti bahwa kadar zat aktif

parasetamol dalam obat sediaan oral tersebut memenuhi syarat sesuai dengan

Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV Tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 90,0% dan

tidak lebih dari 110,0%.

Kesimpulan

1. Kadar zat aktif parasetamol dalam obat sediaan oral adalah : 97,73%
2. Metode yang digunakan dalam menentukan kadar zat aktif parasetamol dalam obat
sediaan oral adalah Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
STABILITAS OBAT

PENETAPAN KADAR ZAT AKTIF PARASETAMOL DALAM


OBAT SEDIAAN ORAL DENGAN

METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

Disusun Oleh :

BELLA SASKIA FEBRI . P

E0016011

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKes BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2018

Anda mungkin juga menyukai