Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KULIAH LAPANGAN KIMIA BAHAN ALAM

Disusun Oleh :

ADHITHYA RIZKI FEBIANSYAH ( 20 01 01 02)


ARIKA SEPIA ( 20 01 01 08)
ASTRID ARYN SARI LILIAN PUTRI ( 20 01 01 09)
ANGGELIA JERINKA ( 20 01 01 064)
ANNISA UMMU ARIQAH ( 20 01 01 065)
BERTA RIANI ( 20 01 01 124)
ASRI SIESKA NOPRIYANTI ( 20 01 01 123)
CHRISTINA GRACE ( 20 01 01 181)
CINDY ADELIA ( 20 01 01 182 )
RISKY TATA ISLAMI ( 20 01 01 045)
TRI APRIANI ( 20 01 01 113)

DOSEN PEMBIMBING :
apt. EMA RATNA SARI, M. Farm.
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI
PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan “LAPORAN
KIMIA BAHAN ALAM” dengan lancar dan baik. Semoga laporan ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
yang dikhususkan bagi teman sejawat farmasi dan pembaca pada umumnya.
Harapan kami, laporan ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan
bagi pembaca. Kami mengakui bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami mohon maaf apabila ada kekeliruan baik dalam kata-kata maupun
dalam penulisan laporan ini. Untuk itu diharapkan bagi pembaca untuk memberi
saran yang membangun demi kesempurnaan Laporan yang baik dan benar.
Kami mengucapkan terima kasih kepada, Pihak STIFI Bhakti Pertiwi
karena telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan proses
Kuliah Lapangan di Lembah Harau, Payakumbuh, Sumatera Barat. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu kelancaran
proses Kuliah Lapangan ini yaitu Dosen STIFI Bhakti Pertiwi, Analis STIFI
Bhakti Pertiwi, Asisten Dosen STIFI Bhakti Pertiwi, dan Dosen Pembimbing
Universeitas Andalas, Asisten Dosen Universitas Andalas, maupun pihak dari
tempat Lembah Harau yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Palembang, Agustus 2022


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kuliah lapangan merupakan suatu kegiatan perkuliahan atau penelitian
yang dilakukan di lapangan (langsung pada tempat observasi) agar materi yang
sedang dipelajari dapat dikuasai secara langsung melalui penelitian ilmiah.
Kuliah lapangan Kimia Bahan Alam ini penting untuk dilaksanakan
karena mata kuliah Kimia Bahan Alam itu perlu meneliti objek-objek yang ada di
lapangan contohnya yaitu di Payakumbuh, Sumatera Barat.
Sesuai dengan materi kuliah lapangan Kimia Bahan Alam, maka fokus
dari praktikum lapangan yang sudah dilakukan untuk mengetahui herbarium
adalah material tumbuhan yang telah diawetkan dan disimpan. Fitokimia adalah
segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan
termasuk sayur dan buah-buahan.
Pemilihan tempat kuliah lapangan yaitu di Lembah Harau, Payakumbuh,
Sumatera Barat, karena meninjau tempat yang masih berupa hutan yang masih
sedikit dijamah oleh masyarakat luas dan memiliki berbagai ragam tumbuhan
yang dapat digunakan sebagai sampel untuk uji fitokimia yang telah dipelajari di
mata kuliah Kimia Bahan Alam.
Pelaksanaan Uji Fitokimia ini dilakukan untuk mengetahui kandungan
Alkaloid, Flavonoid, Saponin, Steroid dan Terpenoid yang terkandung di dalam
tumbuhan yang berada di alam, dan mahasiswa mendapatkan pengalaman secara
langsung dalam cara pelaksanaan uji fitokimia.
1.2 Tujuan Kuliah Lapangan

1. Memberikan pengetahuan dan wawasan yang lebih bagi mahasiswa


dalam bidang ilmu mata kuliah Kimia Bahan Alam (KBA).
2. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dengan turun langsung ke
lapangan.
3. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengenal langsung ma
cam – macam jenis tanaman dan spesiesnya dengan terjun langsung ke l
apangan

1.3 Manfaat Kuliah Lapangan

1. Untuk mengetahui langkah-langkah membuat Herbarium.


2. Untuk mengetahui cara pelaksanaan Uji Fitokimia.
3. Untuk mengetahui kandungan yang Alkaloid, Flavonoid, Saponin,
Fenolik, Steroid, dan Terpenoid yang terdapat pada tumbuhan di alam.
4. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam tumbuhan di hutan wisat
a Lembah Harau.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Metabolit Seakunder Tanaman
2.1.1 Flavonoid

Alkaloid adalah senyawa yang mengandung substansi dasar


nitrogen basa biasanya dalam bentuk cincin heterosiklik. Alkaloid
terdistribusi secara luas pada tanaman diperkirakan 15 sampai 20%.
Tanaman yang mengandung banyak alkaloid merupakan turunan asam
amino lisin, nikotin. Asam amino di sintesis dalam tanaman dengan
proses dekarboksilasi menjadi amina kemudian berubah menjadi
aldehid oleh amina oksida. Tanaman yang mengandung alkaloid
biasanya memiliki rasa pahit dan memiliki risiko beracun.
Alkaloid dapat digolongkan menjadi 3 golongan yaitu :
1. Alkaloid sejati, yaitu senyawa yang mempunyai cincin nitrogen h
eterosiklik, bersifat basa dan berasal dari asam amino.
2. Alkaloid gabungan, yaitu turunan asam amino, atom nitogen tidak
dalam bentuk cincin heterosiklik. Alkaloid gabungan bersifat basa,
diturunkan dalam biosintesis asam amino.
3. Alkaloid semu, yaitu basa tumbuhan yang mengandung nitrogen
heterosiklik, memiliki aktifitas dan tidak mempunyai hubungan bi
osintesis dengan asam amino. Alkaloid semu diturunkan dari seny
awa-senyawa terpenoid turunan asam asetat poliketonlifatik.

2.1.2 Flavonoid

Flavonoid adalah suatu kelompok yang termasuk ke dalam


senyawa fenol yang terbanyak di alam, senyawa-senyawa flavonoid
ini bertanggung jawab terhadap zat warna ungu, merah, biru, dan
sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Berdasarkan strukturnya
senyawa flavonoid merupakan turunan induk" flavon" yakni nama
sejenis flavonoid yang tersebar jumlahnya dan lizim ditemukan, yang
terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan primula. Sebagian besar
flavonoid yang trdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula
sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dijumpai
berupa senyawa tunggal Disamping itu sering ditemukan campuran
yang terdiri dari flavonoid berbeda kelas. (Putri, 2011)

2.1.3 Saponin

Saponin merupakan suatu senyawa glikosida kompleks yaitu


senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil
organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan
non gula (aglikon), saponin ini terdiri dua kelompok saponin
triterpenoid dan saponin steroid. Saponin banyak digunakan untuk
bahan pencuci kain (batik) dan sebgai shampo. Saponin dapat
diperoleh dari tumbuhan melalui metode ekstraksi. Senyawa metabolit
sekunder yang terdapat dalam tumbuhan merupakan zat bioaktif yang
berkaitan dengan kandungan kimia dalam tumbuhan, sehingga
sebagian dapat digunakan sebagai bahan obat.

2.1.4 Fenolik

Senyawa fenolik merupakan senyawa yang banyak ditemukan


pada tumbuhan. Fenolik memiliki cincin aromatik satu atau lebih
gugus hidroksi (OH). Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama
senyawa induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakan lebih dari satu
sehingga disebut polifenol. Senyawa fenolik meliputi aneka ragam
senyawa yang berasal dari tumbuhan yang mempunyai ciri sama, yaitu
cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus OH.
2.1.5 Steroid

Senyawa steroid adalah senyawa turunan (derivat) lipid yang


tidak terhidrolisis. Senyawa yang terdapat steroid, misalnya kolesterol,
ergosterol, danestrogen. Pada umumnya steroid berfungsi sebagai
hormon. Secara sederhana steroid dapat diartikan sebagai kelas
senyawa organic bahan alam yang kerangka srtukturnya berfungsi
sebgai hormon. Secara sederhana dapat diartikan sebagai kelas
senyawa organik bahan alam yang kerangka strukturnya terdiri dari
androstan (klopentanofenantren, mempunyai empat cincin perdu).
 Mengandung gugus fungsi oksigen (sebagai O atau OH) pada C
 Mengandung gugus samping pada C17
 Banyak yang mengandung ikatan rangkap C.-C, atau C, C

2.1.6 Terpenoid

Golongan senyawa ini dapat dipisahkan dari tumbuhan


sumbernya melalui destilaso uap atau secra ekstraksi dan dikenal
dengan nama minyak atsiri. Beberapa contoh minyak atsiri, misalnya
minyak yang diperoleh dari cengkeh, bunga mawar, serai kamfe, sedar
(tumbuhan cedrus) dan sirih Senyawa organik bahan alam golongan
minyak atsiri sangat banyak digunakan dalam industri wangi-wangian,
makanan dan obat-obatan Banyak tumbuhan (bunga, daun, biji atau
akar) yang berbau harum. Bau harum itu berasal dari senyawa yang
terdiri dari 10 dan 15 karbon yang disebut terpenoid.
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
KIMIA BAHAN ALAM I

PEMERIKSAAN SENYAWA-SENYAWA METABOLIT SEKUNDER


(ALKALOID, FLAVONOID, FENOLIK, SAPONIN, STEROID, TERPENOID)

Disusun Oleh :

AGISTA OKTIANTI

21 01 01 006

LABORATORIUM KIMIA BAHAN ALAM


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI
PALEMBANG
2022
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, baik itu bahan hayati
maupun non hayati. Di wilayah hutan tropis Indonesia terdapat sekitar 30.000
spesies tumbuhan. Tumbuhan telah digunakan oleh manusia untuk memenuhi
berbagai keperluan hidup, baik untuk kebutuhan makanan sehari-hari maupun
obat-obatan tradisional yang digunakan oleh masyarakat di Indonesia. Indonesia
juga mempunyai iklim tropis yang mendukung sumber daya alam hayati yang
sangat beraneka ragam kandungan senyawa kimianya.
Pada kesempatan ini, mahasiswa STIFI BHAKTI PERTIWI melaksanakan
Kuliah Lapangan di tempat Wisata Alam Lembah Harau, Payakumbuh, Sumatera
Barat. Pada tempat ini terdapat berbagai jenis tumbuhan dengan berbagai spesies
dan family. Spesies yang didapatkan akan dilakukan pengujian Fitokimia dan
akan diawetkan menjadi Herbarium.
Sampel yang didapat diantaranya adalah, . Pada sampel yang saya
dapatkan akan dilakukan uji fitokimia untuk mengetahui kandungan metabolit
sekunder yang ada di dalam sampel tersebut dan diawetkan menjadi herbarium.
Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, yang artinya kebun
botani yang dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistem klasifikasi.
Herbarium merupakan salah satu spesimen dari bahan tumbuhan yang dimatikan
dan diawetkan melalui metode tertentu. Herbarium biasanya dilengkapi dengan
data untuk mempermudah pengenalan tanaman saat telah kering , juga dapat
dimanfaatkan saat tanaman kehilangan identitasnya kita masih dapat
mengidentifikasi tanaman tersebut melalui data yang ada.
Selain herbarium, dilakukan uji fitokimia, uji ini bertujuan untuk
mengaetahui kandungan metabolit yang ada di dalam tanaman sampel kandungan
metabolit dalam tanaman seperti alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin, steroid,
terpenoid dengan metode tertentu.
B. Tujuan Kuliah Lapangan
1. Memberikan pengetahuan dan wawasan yang lebih bagi mahasiswa da
lam bidang ilmu mata kuliah Kimia Bahan Alam (KBA).
2. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dengan turun langsung k
e lapangan.
3. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengenal langsung m
acam – macam jenis tanaman dan spesiesnya dengan terjun langsung k
e lapangan.

C. Manfaat Kuliah Lapangan


1. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam tumbuhan di hutan wisa
ta Lembah Harau.
2. Mahasiswa dapat membedakan jenis tanaman yang ia dapat dengan me
ngetahui spesiesnya.
3. Mahasiswa dan kampus STIFI Bhakti Pertiwi dapat memperluas jaring
an Kerjasama dengan sesama mahasiswa dari Universitas lain.
TINJAUAN PUSTAKA

Ziziphus Mauritiana
(Tanaman Bidara)

Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Diviso : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Rhamnaceae
Genus : Ziziphus
Spesies: ZiziphusMauritiana

Deskripsi
Tanaman bidara merupakan salah satu semak atau pohon berduri dengan tinggi 15
m, diameter batang ±40 cm. Kulit pohon berwarna abu-abu gelap atau hitam dan
pecah-pecah tidak beraturan. Daun bidara memiliki panjang 4-6 cm dan lebar 2,5-
4,5 cm. Tangkai dari daun bidara memiliki bulu dan pada pinggiran daun terdapat
gigi yang sangat halus. Tanaman bidara juga memiliki buah berbiji satu, bulat
berbentuk seperti bulat telur dengan ukuran kira-kira 6x4 cm dan berwarna
kekuningan sampai kemerahan atau kehitaman.
Manfaat
Tumbuhan bidara memiliki banyak kegunaan yang secara tradisional tumbuhan
ini digunakan sebagai tonik. Semua bagian tanaman bidara banyak
digunakan untuk pengobatan tradisional seperti akar, kulit batang, daun, buah dan
biji. Daun bidara digunakan untuk mengobati diare, penurun panas, antiobesitas
dan antikanker (Goyal et al. 2012).
Kandungan Kimia
Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan bidara antara lain alkaloid,
fenol, flavonoid, saponin, kuercetin dan terpenoid. Tumbuhan bidara memiliki
kandungan senyawa saponin yang merupakan senyawa glikosida kompleks yang
terdiri dari senyawa hasil dari kondensasi gula dengan senyawa hidroksil organik
yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan nongula (aglikon).
Tumbuhan bidara memiliki kandungan fenolat dan flavonoid yang memiliki
banyak manfaat. Senyawa fenolat merupakan senyawa yang memiliki cincin
aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksi, senyawa tersebut berasal dari
suatu tanaman yang memiliki ciri sama. Salah satu manfaat senyawa fenolat yaitu
digunakan sebagai obat antikanker

UJI FITOKIMIA

1. Tujuan Percobaan

Agar mahasiswa mampu memahami dan mampu melakukan sendiri


bagaimana mengidentifikasi dan mendeteksi bermacam-macam tumbuhan
dengan uji gitu kimia atau uji kandungan kimia di lapangan.

2. Tinjauan Pustaka
2.1 Mekanime Reaksi Alkaloid dengan Mayer
Alkaloid mengandung atom nitrogen yang mempunyai pasangan el
ektron bebas sehingga dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen
koordinat dengan ion logam. Pada dasarnya prinsip pengujian senyawa al
kaloid pada reaksi pengendapan dengan ion logam berat. Atom nitrogen
(bersifat basa) yang ada pada struktur alkaloid mempunyai kemampuan u
ntuk berinteraksi dengan ion logam. Hal ini dikarenakan atom nitrogen m
empunyai pasangan elektron bebas sehingga mengemban muatan negatif
dan bersifat reaktif terhadap ion logam. Pada uji alkaloid dengan pereaksi
Mayer, diperkirakan nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion log
am K+ dari kalium tetraiodomerkurat(II) membentuk kompleks kalium-a
lkaloid yang mengendap. Hal ini dikarenakan ion merkuri merupakan ion
logam berat yang mampu mengendapakan senyawa alkaloid yang bersifa
t basa Hasil positif : ditandai dengan terbentuknya endapan putih. Diperki
rakan endapan tersebut adalah kompleks kalium-alkaloid.

2.2 Mekanime Reaksi Fenolik dengan FeCl3


FeCl3 dengan senyawa golongan fenolik akan bereaksi membentuk
kompleks berwarna ungu sampai biru. Fenolik akan bereaksi dengan FeC
l3yang kemudian menghasilkan kompleks berwarna ungu. Dimana reaksi
ni terjadi karena gugus OH pada senyawa fenolik akan berikatan dengan
Fe3+ yang ada apada FeCl3 sehingga membentuk FeOH, maka terbentuk
lah kompleks berwarna ungu.
2.3 Mekanisme Reaksi Flavonoid
Uji flavonoid ini juga disebut dengan metode Wilstater cyanidin. U
ji ini untuk menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya, yaitu menghidr
olisis O-glikosil yang akan tergantikan oleh H+ dari asam (HCl) karena s
ifatnya elektrofilik akan terbentuk OH kemudian +ditambahkan serbuk
Mg akan tereduksi kemudian melepaskan H, O akan berikatan dengan M
g membetnuk garam Flavilyum berwarna merah , akibat kompleks Mg de
ngan oksida yang sudah terseduksi

2.4 Mekanisme Reaksi Saponin

Senyawa saponin ditandai dengan terbentuknya busa stabil. Busa


yang timbul disebabkan saponin mengandung senyawa yang sebagian
larut dalam pelarut polar atau hidrofilik dan senyawa yang larut dalam
pelarut non polar atau hidrofobik. Senyawa yang memiliki gugus polar
dan non polar bersifat aktif permukaan sehingga saat saponin dikocok
dengan pelarutnya dapat membentuk misel. Struktur misel terjadi karena
gugus polar menghadap ke luar sedangkan gugus non polarnya
menghadap ke dalam, maka dari itu terlihat seperti busa
Uji saponin ini dilakukan dengan metode Forth. Timbulnya busa
menunjukkan adanya glikosida yang punya kemampuan untuk
membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan
senyawa lainnya. Pada uji ini dinyatakan positif, apabila ditambahkan
HCl 2 N, setelah penambahan HCl pekat busa akan tetap ada.
Penambahan HCl ini bertujuan untuk menambah kepolaran sehingga
gugus hidrofil pada saponin akan beikatan lebih stabil dan busa yang
terbentuk menjadi stabil. Jika setelah penambahan HCl busa tersebut
hilang, maka menunjukkan positif protein, karena jika positif saponin
setelah penambahan HCl busa akan tetap ada.

2.5 Mekanisme Reaksi Steroid dan Terpenoid


Reaksi yang terjadi pada pengujian senyawa terpenoid dan steroid
dengan menggunakan pereaksi Liebermen-Buchard yang berisi anhidrida
dan H2SO4 adalah dimana gugus sterol pada senyawa steroid ketika dibe
rikan asam asetat anhidrida maka hydrogen akan teroksidasi oleh asam y
ang kemudian membentuk ikatan asetil. Ikatan asetil ini tidak bertahan la
ma, yang mana C yang berikatan dengan O akan lepas dan membentuk ik
atan rangkap. Dimana pada saat ini gugus hidrogen beserta electron lepas
dan pada saat ini juga senyawa mengalami resonansi yang menyebabkan
adisi elektrofilik yang mana ikatan rangkap akan terkonjugasi dan mengh
asilkan kompleks berwarna biru muda (steroid) dan senyawa ini dapat dil
ihat dibawah lampu UV.

3. Prosedur Kerja
3.1 Alat

- Pipet tetes besar - Tabung reaksi besar


- Pipet tetes kecil - Tabung reaksi besar
- Lumpang dan alu - Plat tetes
- Kapas - Gunting
- Bunsen - Penjepit kayu
- Korek api - Botol reagen
- Label - Spatel
- Pot salep - Rak tabung

3.2 Bahan
- Asam Sulfat - Sampel
- Asam Sulfat pekat - Kloroform
- Etanol - FeCl3
- Kloroform Amoniak - Norit
- Reagen Mayer - Logam Mg
- Aquadest - HCI
- Pasir Bersih - Asam Asetat Anhidrat
3.3 Cara Kerja
3.3.1. Alkaloid
- Potong sampel kecil-kecil dan gerus (3 atau 4 lembar daun)
- Tambahkan pasir netral dan gerus lagi sampai halus
- Tambahkan 10 ml kloroform.
- Digerus/diasuk perlahan.
- Tambahkan 10 ml kloroform amoniak 0,05 N
- Digerus/diaduk perlahan
- Saring dengan kapas, larutannya dipipet ke dalam tabung reaksi
- Tambah 10 tetes asam sulfat 2 N
- Aduk perlahan, melarutkan senyawa pada tiap-tiap lapisan.
- Tambahkan 1-2 tetes pereaksi mayer (KI + merkuri klorida)
+ terbentuk kabut putih
++ larutan putih seperti susu
+++ endapan putih
++++ supernatant

3.3.2. Flavonoid
- Ambil kira-kira sebagian kecil dari lapisan air (1 ml) dan dipind
ahkan dengan pipet ke dalam tabung reaksi kecil
- Masukkan 1-2 tetes asam klorida pekat dan 1-2 butir logam Mg
- Terbentuknya warna pink sampai merah menandakan adanya fla
vonoid (kecuali untuk isoflavon)
- Catat hasil pengamatan dalam buku kerja.

3.3.3. Fenolik
- Dari fraksi air diambil 1 s/d 3 tetes dan masukkan ke dalam plat
tetes yang bersih.
- Tambahkan kemudian ke dalamnya 2 tetes pereaksi FeCl3.
- Terbentuknya warna biru-biru gelap menandakan adanya kandu
ngan golongan senyawa fenolik (semakin banyak OH semakin g
elap warnanya).
- Catat hasil pengamatan dalam buku kerja.

3.3.4. Saponin
- Dari fraksi air, ambil dengan pipet bersih 2 ml lapisan air dan m
asukkan ke dalam tabung reaksi kecil.
- Tutup mulut tabung reaksi dengan penyumbat karet dan kocok d
engan kuat sehingga terbentuk busa.
- Terbentuknya busa yang tidak segera hilang apabila di diamkan
(±15 menit) menunjukkan adanya senyawa saponin.
- Catat hasil pengamatan yang dilakukan.

3.3.5. Steroid dan Terpenoid (Liberman-Bouchard)


- Siapkan sebuah Pasteur bersih, dengan memasukkan sedikit kap
as diujung bagian dalamnya, dan masukkan arang aktif (norit) sa
mpai memenuhi 1/3 dari panjang pipet.
- Ambil 1/2 pipet lapisan kloroform dan masukkan hati-hati ke dal
am pipet yang sudah dipersiapkan sebelumnya (berisi norit).
- Biarkan kloroform menetes dengan perlahan melalui ujung pipet,
apabila tak mau menetes, gunakan karet pipet untuk memberika
n tekanan sehingga kloroform dapat menetes keluar.
- Filtrat kloroform yang menetes harus jernih menandakan norit s
udah cukup aktif untuk mengikat klorofil dan filtrat yang keluar
dimasukkan ke dalam tiga lobang pada plat tetes, biarkan sampa
i kering .
- Apabila kloroform sudah menguap sempurna dan kering, tamba
hkan masing-masing ke dalam lobang plat tetes:
a. satu lobang ditambahkan asam sulfat pekat;
b. satu lobang hanya tambahkan anhidrida asetat;
c. satu lobang tambahkan anhidrida asetat dan kemudian as
am sulfat pekat (jangan terbalik)
- Terbentuknya warna hijau-biru menandakan adanya steroid, sed
angkan bila terbentuk warna merah menunjukkan adanya kandu
ngan terpenoid. Warna ungu menandakan positif terpenoid dan s
teroid.
- Catat hasil pengamatan yang dilakukan.

HASIL PENGAMATAN

METABOLIT SEKUNDER HASIL


ALKALOID POSITIF
FLAVONOID POSITIF
FENOLIK NEGATIF
SAPONIN POSITIF
STEROID NEGATIF
TERPENOID NEGATIF

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM


KIMIA BAHAN ALAM I

PEMERIKSAAN SENYAWA-SENYAWA METABOLIT SEKUNDER


(ALKALOID, FLAVONOID, FENOLIK, SAPONIN, STEROID, TERPENOID)

Disusun Oleh :

AFIFAH AMELIA
21 01 01 005

LABORATORIUM KIMIA BAHAN ALAM


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI
PALEMBANG
2022

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, baik itu bahan hayati
maupun non hayati. Di wilayah hutan tropis Indonesia terdapat sekitar 30.000
spesies tumbuhan. Tumbuhan telah digunakan oleh manusia untuk memenuhi
berbagai keperluan hidup, baik untuk kebutuhan makanan sehari-hari maupun
obat-obatan tradisional yang digunakan oleh masyarakat di Indonesia. Indonesia
juga mempunyai iklim tropis yang mendukung sumber daya alam hayati yang
sangat beraneka ragam kandungan senyawa kimianya.
Pada kesempatan ini, mahasiswa STIFI BHAKTI PERTIWI melaksanakan
Kuliah Lapangan di tempat Wisata Alam Lembah Harau, Payakumbuh, Sumatera
Barat. Pada tempat ini terdapat berbagai jenis tumbuhan dengan berbagai spesies
dan family. Spesies yang didapatkan akan dilakukan pengujian Fitokimia dan
akan diawetkan menjadi Herbarium.
Sampel yang didapat diantaranya adalah, . Pada sampel yang saya
dapatkan akan dilakukan uji fitokimia untuk mengetahui kandungan metabolit
sekunder yang ada di dalam sampel tersebut dan diawetkan menjadi herbarium.
Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, yang artinya kebun
botani yang dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistem klasifikasi.
Herbarium merupakan salah satu spesimen dari bahan tumbuhan yang dimatikan
dan diawetkan melalui metode tertentu. Herbarium biasanya dilengkapi dengan
data untuk mempermudah pengenalan tanaman saat telah kering , juga dapat
dimanfaatkan saat tanaman kehilangan identitasnya kita masih dapat
mengidentifikasi tanaman tersebut melalui data yang ada.
Selain herbarium, dilakukan uji fitokimia, uji ini bertujuan untuk
mengaetahui kandungan metabolit yang ada di dalam tanaman sampel kandungan
metabolit dalam tanaman seperti alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin, steroid,
terpenoid dengan metode tertentu.

B. Tujuan Kuliah Lapangan


1. Memberikan pengetahuan dan wawasan yang lebih bagi mahasiswa da
lam bidang ilmu mata kuliah Kimia Bahan Alam (KBA).
2. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dengan turun langsung k
e lapangan.
3. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengenal langsung m
acam – macam jenis tanaman dan spesiesnya dengan terjun langsung k
e lapangan.

C. Manfaat Kuliah Lapangan


1. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam tumbuhan di hutan wisa
ta Lembah Harau.
2. Mahasiswa dapat membedakan jenis tanaman yang ia dapat dengan me
ngetahui spesiesnya.
3. Mahasiswa dan kampus STIFI Bhakti Pertiwi dapat memperluas jaring
an Kerjasama dengan sesama mahasiswa dari Universitas lain.
TINJAUAN PUSTAKA
Syzygium Polyanthum
(Salam)

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies: Syzygium polyanthum
Deskripsi
Pohon bertajuk rimbun, tinggi mencapai 25 - 30m, berakar tunggang, batang
bulat, permukaan licin. Kulit batang berwarna cokelat abu-abu, memecah atau
bersisik. Daun tunggal, letak berhadapan, bertangkai yang panjangnya 0,5 - 1 cm.
Helaian daun berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telur sungsang, ujung
meruncing, pangkal runcing, tepi rata, panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm, pertulangan
menyirip, permukaan atas licin berwarna hijau muda (Herbie, 2015; Putra, 2015).
Daun bila diremas berbau harum. Bunga dari salam merupakan bunga majemuk
tersusun dalam malai yang keluar dari ujung ranting, warnanya putih, baunya
harum. Buahnya buah buni, bulat berdiameter 8-9 mm, warnanya hijau (muda)
dan berubah menjadi merah gelap setelah masak. Biji bulat, penampang sekitar 1
cm, warnanya coklat (Herbie, 2015; Putra, 2015).
Manfaat
Manfaat daun salam adalah membantu menambah kesehatan sistem kekebalan
tubuh,membantu memperlancar pencernaan,mengurangi faktor risiko diabetes
tipe2,membantu memperlancar pernafasan,membantu melawan infeksi
jamur,membantu mengurangi stress dan kecemasan,membantu mengontrol
peradangan,membantu melindungi kesehatan jantung,mengatasi masalah
rambut,mengandung zat antikanker,membantu mencegah batu ginjal,membantu
meredekan asam urat,membantu menurunkan hipertensi,sumber antioksidn serta
mambantu penyembuhan luka.
Kandungan Kimia
Berdasarkan beberapa penelitian, daun salam diketahui mengandung alkaloid,
flavonoid, saponin, tanin, steroid, terpenoid, minyak atsiri (0,05%), sitral, dan
eugenol (Herbie, 2015; Evendi, 2017; Silalahi, 2017).

UJI FITOKIMIA

1. Tujuan Percobaan

Agar mahasiswa mampu memahami dan mampu melakukan sendiri


bagaimana mengidentifikasi dan mendeteksi bermacam-macam tumbuhan
dengan uji gitu kimia atau uji kandungan kimia di lapangan.

2. Tinjauan Pustaka
2.1 Mekanime Reaksi Alkaloid dengan Mayer
Alkaloid mengandung atom nitrogen yang mempunyai pasangan el
ektron bebas sehingga dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen
koordinat dengan ion logam. Pada dasarnya prinsip pengujian senyawa al
kaloid pada reaksi pengendapan dengan ion logam berat. Atom nitrogen
(bersifat basa) yang ada pada struktur alkaloid mempunyai kemampuan u
ntuk berinteraksi dengan ion logam. Hal ini dikarenakan atom nitrogen m
empunyai pasangan elektron bebas sehingga mengemban muatan negatif
dan bersifat reaktif terhadap ion logam. Pada uji alkaloid dengan pereaksi
Mayer, diperkirakan nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion log
am K+ dari kalium tetraiodomerkurat(II) membentuk kompleks kalium-a
lkaloid yang mengendap. Hal ini dikarenakan ion merkuri merupakan ion
logam berat yang mampu mengendapakan senyawa alkaloid yang bersifa
t basa Hasil positif : ditandai dengan terbentuknya endapan putih. Diperki
rakan endapan tersebut adalah kompleks kalium-alkaloid.

2.2 Mekanime Reaksi Fenolik dengan FeCl3


FeCl3 dengan senyawa golongan fenolik akan bereaksi membentuk
kompleks berwarna ungu sampai biru. Fenolik akan bereaksi dengan FeC
l3yang kemudian menghasilkan kompleks berwarna ungu. Dimana reaksi
ni terjadi karena gugus OH pada senyawa fenolik akan berikatan dengan
Fe3+ yang ada apada FeCl3 sehingga membentuk FeOH, maka terbentuk
lah kompleks berwarna ungu.
2.3 Mekanisme Reaksi Flavonoid
Uji flavonoid ini juga disebut dengan metode Wilstater cyanidin. U
ji ini untuk menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya, yaitu menghidr
olisis O-glikosil yang akan tergantikan oleh H+ dari asam (HCl) karena s
ifatnya elektrofilik akan terbentuk OH kemudian +ditambahkan serbuk
Mg akan tereduksi kemudian melepaskan H, O akan berikatan dengan M
g membetnuk garam Flavilyum berwarna merah , akibat kompleks Mg de
ngan oksida yang sudah terseduksi

2.4 Mekanisme Reaksi Saponin

Senyawa saponin ditandai dengan terbentuknya busa stabil. Busa


yang timbul disebabkan saponin mengandung senyawa yang sebagian
larut dalam pelarut polar atau hidrofilik dan senyawa yang larut dalam
pelarut non polar atau hidrofobik. Senyawa yang memiliki gugus polar
dan non polar bersifat aktif permukaan sehingga saat saponin dikocok
dengan pelarutnya dapat membentuk misel. Struktur misel terjadi karena
gugus polar menghadap ke luar sedangkan gugus non polarnya
menghadap ke dalam, maka dari itu terlihat seperti busa
Uji saponin ini dilakukan dengan metode Forth. Timbulnya busa
menunjukkan adanya glikosida yang punya kemampuan untuk
membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan
senyawa lainnya. Pada uji ini dinyatakan positif, apabila ditambahkan
HCl 2 N, setelah penambahan HCl pekat busa akan tetap ada.
Penambahan HCl ini bertujuan untuk menambah kepolaran sehingga
gugus hidrofil pada saponin akan beikatan lebih stabil dan busa yang
terbentuk menjadi stabil. Jika setelah penambahan HCl busa tersebut
hilang, maka menunjukkan positif protein, karena jika positif saponin
setelah penambahan HCl busa akan tetap ada.

2.5 Mekanisme Reaksi Steroid dan Terpenoid


Reaksi yang terjadi pada pengujian senyawa terpenoid dan steroid
dengan menggunakan pereaksi Liebermen-Buchard yang berisi anhidrida
dan H2SO4 adalah dimana gugus sterol pada senyawa steroid ketika dibe
rikan asam asetat anhidrida maka hydrogen akan teroksidasi oleh asam y
ang kemudian membentuk ikatan asetil. Ikatan asetil ini tidak bertahan la
ma, yang mana C yang berikatan dengan O akan lepas dan membentuk ik
atan rangkap. Dimana pada saat ini gugus hidrogen beserta electron lepas
dan pada saat ini juga senyawa mengalami resonansi yang menyebabkan
adisi elektrofilik yang mana ikatan rangkap akan terkonjugasi dan mengh
asilkan kompleks berwarna biru muda (steroid) dan senyawa ini dapat dil
ihat dibawah lampu UV.
3.Prosedur Kerja
2.6 Alat

- Pipet tetes besar - Tabung reaksi besar


- Pipet tetes kecil - Tabung reaksi besar
- Lumpang dan alu - Plat tetes
- Kapas - Gunting
- Bunsen - Penjepit kayu
- Korek api - Botol reagen
- Label - Spatel
- Pot salep - Rak tabung

2.7 Bahan
- Asam Sulfat - Sampel
- Asam Sulfat pekat - Kloroform
- Etanol - FeCl3
- Kloroform Amoniak - Norit
- Reagen Mayer - Logam Mg
- Aquadest - HCI
- Pasir Bersih - Asam Asetat Anhidrat

2.8 Cara Kerja


3.3.1. Alkaloid
- Potong sampel kecil-kecil dan gerus (3 atau 4 lembar daun)
- Tambahkan pasir netral dan gerus lagi sampai halus
- Tambahkan 10 ml kloroform.
- Digerus/diasuk perlahan.
- Tambahkan 10 ml kloroform amoniak 0,05 N
- Digerus/diaduk perlahan
- Saring dengan kapas, larutannya dipipet ke dalam tabung reaksi
- Tambah 10 tetes asam sulfat 2 N
- Aduk perlahan, melarutkan senyawa pada tiap-tiap lapisan.
- Tambahkan 1-2 tetes pereaksi mayer (KI + merkuri klorida)
+ terbentuk kabut putih
++ larutan putih seperti susu
+++ endapan putih
++++ supernatant

3.3.2. Flavonoid
- Ambil kira-kira sebagian kecil dari lapisan air (1 ml) dan dipind
ahkan dengan pipet ke dalam tabung reaksi kecil
- Masukkan 1-2 tetes asam klorida pekat dan 1-2 butir logam Mg
- Terbentuknya warna pink sampai merah menandakan adanya fla
vonoid (kecuali untuk isoflavon)
- Catat hasil pengamatan dalam buku kerja.
3.3.3. Fenolik
- Dari fraksi air diambil 1 s/d 3 tetes dan masukkan ke dalam plat
tetes yang bersih.
- Tambahkan kemudian ke dalamnya 2 tetes pereaksi FeCl3.
- Terbentuknya warna biru-biru gelap menandakan adanya kandu
ngan golongan senyawa fenolik (semakin banyak OH semakin g
elap warnanya).
- Catat hasil pengamatan dalam buku kerja.

3.3.4. Saponin
- Dari fraksi air, ambil dengan pipet bersih 2 ml lapisan air dan m
asukkan ke dalam tabung reaksi kecil.
- Tutup mulut tabung reaksi dengan penyumbat karet dan kocok d
engan kuat sehingga terbentuk busa.
- Terbentuknya busa yang tidak segera hilang apabila di diamkan
(±15 menit) menunjukkan adanya senyawa saponin.
- Catat hasil pengamatan yang dilakukan.

3.3.5. Steroid dan Terpenoid (Liberman-Bouchard)


- Siapkan sebuah Pasteur bersih, dengan memasukkan sedikit kap
as diujung bagian dalamnya, dan masukkan arang aktif (norit) sa
mpai memenuhi 1/3 dari panjang pipet.
- Ambil 1/2 pipet lapisan kloroform dan masukkan hati-hati ke dal
am pipet yang sudah dipersiapkan sebelumnya (berisi norit).
- Biarkan kloroform menetes dengan perlahan melalui ujung pipet,
apabila tak mau menetes, gunakan karet pipet untuk memberika
n tekanan sehingga kloroform dapat menetes keluar.
- Filtrat kloroform yang menetes harus jernih menandakan norit s
udah cukup aktif untuk mengikat klorofil dan filtrat yang keluar
dimasukkan ke dalam tiga lobang pada plat tetes, biarkan sampa
i kering .
- Apabila kloroform sudah menguap sempurna dan kering, tamba
hkan masing-masing ke dalam lobang plat tetes:
a. satu lobang ditambahkan asam sulfat pekat;
b. satu lobang hanya tambahkan anhidrida asetat;
c. satu lobang tambahkan anhidrida asetat dan kemudian as
am sulfat pekat (jangan terbalik)
- Terbentuknya warna hijau-biru menandakan adanya steroid, sed
angkan bila terbentuk warna merah menunjukkan adanya kandu
ngan terpenoid. Warna ungu menandakan positif terpenoid dan s
teroid.
- Catat hasil pengamatan yang dilakukan.

HASIL PENGAMATAN

METABOLIT SEKUNDER HASIL


ALKALOID POSITIF
FLAVONOID POSITIF
FENOLIK NEGATIF
SAPONIN POSITIF
STEROID POSITIF
TERPENOID POSITIF

Anda mungkin juga menyukai