TUGAS 1
IDENTIFIKASI SENYAWA ALKALOIDA
(Ekstrak Alstonia scholaris)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitokimia
KELOMPOK : 3
KELAS : B
DOSEN PEMBIMBING :
PENDAHULUAN
2.1. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan mengidentifikasi senyawa golongan alkaloida
pada tanaman Alstonia scholaris.
2.1. LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki aneka ragam sumber daya organic baik berupa hewan,
tumbuhan, mikroorganisme, maupun organism laut. Sebagian besar masyarakat
belum mengetahu senyawa apa yang terkandung di dalam sumber daya organic ini.
Tingginy keanekaragaman di Indonesia emungkinkan daoat ditemukanya berbagai
jenis senyawa kimia. Beberapa diantara senyawa kimia telah banyak di temukan dan
dapat membantu perkembangan kimia organic bahan alam.
Pada tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah berkembang
menjadi satu disiplin ilmu tersendiri, berada diantara kimia organik bahan alam dan
biokimia tumbuhan, serta berkaitan dengan keduanya. Bidang perhatiannya adalah
aneka ragam senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan, yaitu
mengenai struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya,
penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologisnya (Harborne, 1984).
Alkaloid adalah senyawa yang paling banyak ditemukan di alam. Senyawa
alkaloid paling besar ditemukan tersebar diberbagai macam tumbuh-tumbuhan
tingkat tinggi. Paling banyak berada pada tumbuhan dikotil, sedangkan untuk
tanaman monokotil mempunyai kandungan alkaloida dalam jumlah yang sedikit.
Salah satu tanaman yang akan dilakukan idetifikasi kali ini adalaha tanaman
Pulai (Alstonia scholar). Tanaman ini banyak kita jumpai dipulau jawa dan sumatera.
Tanaman ini banyak digunakan untuk pengobatan bagi masyarakat sekitar, karena
ditanaman ini mengandung banyak sekali senyawa yang dapat berfungsi untuk
pengobatan. Tumbuhan umumnya mengandung senyawa aktif dalam bentuk
metabolit sekundur seperti Alkaloida, saponin, tannin, dan lainya. Untuk mengatuhi
kandungan alkaloida pada tanaman ini maka perlu dilakukan identifikasi senyawa
alkaloida.
2.1. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan alkaloida ?
2. Bagaimana cara pembuatan sampel ?
3. Bagamana mengidentifikasi senyawa alkaloida dengan reaksi pengendapan ?
4. Bagaimana mengidentifikasi senyawa alkaloida dengan Kromatografi Lapis
Tipis?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Super divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Family : Apocynaceae
Genus : Alstonia
Spesies : Alstonia scholaris R. Br
(Farmakope Herbal Indonesia Ed. 1, 2008)
Pulai adalah tumbuhan dengan nama ilmiah Alstonia scholaris, rumbuhan ini
merupakan tumbuhan keras yang hidup diseluruh pelodok nusantara. Kulitnya dari
tanaman ini biasanya untuk masyarakat sekitar digunakan sebagai obat sakit radang
tenggorokan dan lainya.
Tumbuhan pulai secara luas digunakan sebagai obat berbagai penyakit.
Adapun daun pulai digunakan untuk mengatasi bengkak, bisul, dan borok (Heyne
1997; Wiart 2002). Daun pulai juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit
diabetes, asma, dan rematik (Pratyush et al. 2011). Kulit batang pulai digunakan untuk
mengatasi demam, malaria, dipepsia, dan batuk berdahak. Ekstrak etanol kulit batang
pulai mengandung metabolit sekunder alkaloid, flavonoid, polifenol, terpenoid, dan
steroid (Marliana dan Ismail 2011). Senyawa alkaloid pada kulit batang pulai antara
lain ditamin, ecitamin, dan ecitanin (Cai et al. 2010).
Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah Kumpulan sel batu tunggal dan berkelompok, sel gabus dan
sel batu, parenkim korteks dengan amilum, serabut danjari-jari empelur, butir amilum dan
kristal kalsium oksalat berbentuk prisma.
(Farmakope Herbal Indonesia Ed. 1, 2008)
Sifat Fisika
Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan Kristal dengan titik lebur
tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid berbentuk amorf, dan
beberapa seperti nikotin dan konini berupa cairan.
Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks,
spesies aromatic berwarna. Pada umumnya basa bebas alkaloid hanya larut dalam
pelarut organic, meskipun beberapa pseudoalkaloid dan protoalkaloid larut dalam air.
Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.
Sifat Kimia
Kebanyakan alakaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya
pasangan electron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan
nitrogen bersifat melepaskan electron, sebagai contoh gugus alkil maka ketersediaan
electron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami
dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Dalam Hasil dari
reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi
dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu
yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organic atau anorganik sering
mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada
dalam bentuk garamnya.
2.5 Cara Identifikasi alkaloida
A. Reaksi pengendapan
Terbentuknya endapan pada uji Mayer, Wagner dan Dragendorf berarti
terdapat alkaloid didalamnya. Tujuan penambahan HCl adalah karena alkaloid
bersifat basa sehingga biasanya diekstrak dalam pelarut yang mengandung asam
(Harborne,J.B.1987)
Tabel 2.1 Reaksi pengendapan
UJI FITOKIMIA PEREAKSI HASIL
Mayer Terbentuk endapan putih
Alkaloid Terbentuk warna coklat
Wagner
kemerahan
Hasil positif alkaloid pada uji Mayer ditandai dengan terbentuknya endapan
putih. Diperkirakan endapan tersebut adalah kompleks kalium-alkaloid. Pada
pembuatan pereaksi Mayer, larutan merkurium(II) klorida ditambah kalium iodida
akan bereaksi membentuk endapan merah merkurium(II) iodida. Jika kalium iodida
yang ditambahkan berlebih maka akan terbentuk kalium tetraiodomerkurat(II).
(Svehla.1990)
Alkaloid mengandung atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron
bebas sehingga dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan
ion logam. (Marliana dkk. 2005)
Pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer, diperkirakan nitrogen pada alkaloid
akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat(II) membentuk
kompleks kalium-alkaloid yang mengendap. Perkiraan reaksi yang terjadi pada uji
Mayer ditunjukkan pada Gambar 2.5.
Perhitungan nilai Rf :
Nilai Rf sangat karakteristik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut
dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel.
Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah,
begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawayang
lebih polar akan tertahan kuat pada fase diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang
redah. Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2-0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus
dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya (Gandjar, 2007).
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1. Alat dan Bahan
Alat :
1. Penjepit kayu
2. Pinset
3. Alumunium foil
4. Pipet tetes
5. Vial 10 mL
6. KLT
7. Plat Kaca
8. Tissue dan kain lap
9. Label
10. Penangas air
11. Batang pengaduk
12. Kertas saring
Bahan :
1. Ekstrak Alstonia Scholaris
2. Etanol
3. HCl 2N
4. NaCl
5. Pereaksi Mayer
6. Pereaksi Wagner
7. Kloroform
8. Methanol
9. Silica gel 60 F254
10. Larutan pembanding Tetrahidroalstonin
11. Pereaksi Dragendorff
3.2. Prosedur Kerja
A. Preparasi Sampel
1. Ekstrak sebanyak 0,9 gram ditambah etanol ad larut, ditambah 5 ml HCl 2N,
dipanaskan diatas penangas air selama 2-3 menit, sambil diaduk.
2. Setelah dingin ditambah 0,3 gram NaCl, diaduk rata kemudian disaring.
3. Filtrat ditambah 5 ml HCl 2N. Filtrat dibagi tiga bagian dan disebut sebagai
larutan IA, IB, dan IC.
B. Reaksi Pengendapan
1. Larutan IA ditambah pereaksi Mayer, larutan IB ditambah dengan pereaksi
Wagner dan larutan IC dipakai sebagai blanko.
2. Adanya kekeruhan atau endapan menunjukkan adanya alkaloid.
Setelah dingin
Tambahkan 0,3 gram NaCl, aduk rata, kemudian saring
B. Reaksi Pengendapan
Prosedur KLT
Totolkan larutan uji (0,1% dalam metanol.P)
Menentukan tempat penotolan dan larutan pembanding (Tetrahidroalstonin
dan jarak rambat
0,1% dalam metanol.P) dengan jarak antara
1,5 cm sampai 2 cm dari tepi bawah lempeng,
dan biarkan mongering
Bejana ditutup dan dibiarkan hingga Jika fase gerak telah mencapai batas
fase gerak merambat sampai batas jarak jarak rambat, maka kertas saring
rambat dikeluarkan dan dikeringkan di udara
Diukur dan dicatat jarak tiap bercak Bercak diamati dengan sinar tampak
dari titik penotolan serta dicatat panjang menggunakan ultraviolet gelombang
gelombang untuk tiap bercak yang pendek (254nm) kemudian dengan
diamati
ultraviolet gelombang panjang (366nm)
Dihitung harga Rf
DAFTAR PUSTAKA
Swastiratu, cindy. 2015. Inhibisi Ekstrak Pulai (Alstonia scholaris) terhadap aktivitas
siklooksigenase-2 secara in vitro. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Depkes RI.Materia Medika IndonesiaEdisi IV&VI. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
Heyne, K.,1987,Tumbuhan Berguna Indonesia, Volume II, Yayasan Sarana Wana Jaya :
Diedarkan oleh Koperasi Karyawan, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta.