Anda di halaman 1dari 20

PRAKTIKUM FITOKIMIA

TUGAS 1
IDENTIFIKASI SENYAWA ALKALOIDA
(Ekstrak Alstonia scholaris)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitokimia

KELOMPOK : 3

KELAS : B

1. NOVA KRISDAYANTI (201710410311053)

DOSEN PEMBIMBING :

SITI ROFIDA, S.Si, M.Farm., Apt.

Drs. HERRA STUDIAWAN, M.Si., Apt.

AMALIYAH DINA ANGGRAENI, M.FARM., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

2.1. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan mengidentifikasi senyawa golongan alkaloida
pada tanaman Alstonia scholaris.
2.1. LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki aneka ragam sumber daya organic baik berupa hewan,
tumbuhan, mikroorganisme, maupun organism laut. Sebagian besar masyarakat
belum mengetahu senyawa apa yang terkandung di dalam sumber daya organic ini.
Tingginy keanekaragaman di Indonesia emungkinkan daoat ditemukanya berbagai
jenis senyawa kimia. Beberapa diantara senyawa kimia telah banyak di temukan dan
dapat membantu perkembangan kimia organic bahan alam.
Pada tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah berkembang
menjadi satu disiplin ilmu tersendiri, berada diantara kimia organik bahan alam dan
biokimia tumbuhan, serta berkaitan dengan keduanya. Bidang perhatiannya adalah
aneka ragam senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan, yaitu
mengenai struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya,
penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologisnya (Harborne, 1984).
Alkaloid adalah senyawa yang paling banyak ditemukan di alam. Senyawa
alkaloid paling besar ditemukan tersebar diberbagai macam tumbuh-tumbuhan
tingkat tinggi. Paling banyak berada pada tumbuhan dikotil, sedangkan untuk
tanaman monokotil mempunyai kandungan alkaloida dalam jumlah yang sedikit.
Salah satu tanaman yang akan dilakukan idetifikasi kali ini adalaha tanaman
Pulai (Alstonia scholar). Tanaman ini banyak kita jumpai dipulau jawa dan sumatera.
Tanaman ini banyak digunakan untuk pengobatan bagi masyarakat sekitar, karena
ditanaman ini mengandung banyak sekali senyawa yang dapat berfungsi untuk
pengobatan. Tumbuhan umumnya mengandung senyawa aktif dalam bentuk
metabolit sekundur seperti Alkaloida, saponin, tannin, dan lainya. Untuk mengatuhi
kandungan alkaloida pada tanaman ini maka perlu dilakukan identifikasi senyawa
alkaloida.
2.1. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan alkaloida ?
2. Bagaimana cara pembuatan sampel ?
3. Bagamana mengidentifikasi senyawa alkaloida dengan reaksi pengendapan ?
4. Bagaimana mengidentifikasi senyawa alkaloida dengan Kromatografi Lapis
Tipis?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Alstoniae scholaris (Pulai)

Gambar 2.1 Alstoniae Cortex

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Super divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Family : Apocynaceae
Genus : Alstonia
Spesies : Alstonia scholaris R. Br
(Farmakope Herbal Indonesia Ed. 1, 2008)

Pulai adalah tumbuhan dengan nama ilmiah Alstonia scholaris, rumbuhan ini
merupakan tumbuhan keras yang hidup diseluruh pelodok nusantara. Kulitnya dari
tanaman ini biasanya untuk masyarakat sekitar digunakan sebagai obat sakit radang
tenggorokan dan lainya.
Tumbuhan pulai secara luas digunakan sebagai obat berbagai penyakit.
Adapun daun pulai digunakan untuk mengatasi bengkak, bisul, dan borok (Heyne
1997; Wiart 2002). Daun pulai juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit
diabetes, asma, dan rematik (Pratyush et al. 2011). Kulit batang pulai digunakan untuk
mengatasi demam, malaria, dipepsia, dan batuk berdahak. Ekstrak etanol kulit batang
pulai mengandung metabolit sekunder alkaloid, flavonoid, polifenol, terpenoid, dan
steroid (Marliana dan Ismail 2011). Senyawa alkaloid pada kulit batang pulai antara
lain ditamin, ecitamin, dan ecitanin (Cai et al. 2010).

2.2 Kandungan Kimia Tanaman Pulai (Alstonia scholaris)


Bagian akar, kulit, batang, getah dan daun pulai memiliki rasa pahit dikarenakan
adanya kandungan echeretine dan echlcherme. Pada beberapa bagian sudah diketahui
kandungan senyawanya antara lain Alkaloid berupa ditamine, ditaine, dan echi-keetchine.
Pada kulit batang terdapat kandungan saponin, flavonoida, dan polifenol.
Manfaat dari senyawa kimia pada tanaman pulai :
1. Alkaloida antara lain echitamin dalam Alstonia scholaris, alstonin dalam Alstonia
costricta, dan alstonidin dalam Alstonia costricta.
2. Golongan triterpena yaitu amirin, amirin asetat, lupeol asetat dan beberapa
fitosterol, golongan saponin dan senyawa lakton (zuraidah dkk, 2010)
3. Pada kulit batang pulai mengandung saponin. Antrakinon, tannin, kardinolida,
minyak atsiri, alkalaoida, flavonoida, dan polifenol.
4. Untuk zat pahit terdapat kandungan echeretine dan echicerine.
5. Daun pulai mengandung beberapa senyawa antara lain arcubin atau irridoids,
kumarin, plobatamin, fenolat, alkaloid, flavonoid, saponin,tannin, dan steroid
(kahyade, 2008)

2.3 Identitas simplisia


Pemerian
Berupa potongan kulit kayu, menggulung atau kadang-kadang berbcntuk pipa, tebal
sampai lebih kurang 3 mm, warna cokelat kehitaman; tidak berbau; rasa pahit yang tidak
mudah hilang. Permukaan luar sangat kasar, tidak rata, mudah mengelupas, banyak retak-
retak membujur dan melintang; warna permukaan hijau kelabu, cokelat mud a atau
cokelat kehitaman; lenti sel berbentuk lonjong, warna putih kelabu, terletak melintang.
Permukaan dalam bergaris halus, juga terdapat retak-retak melintang; warna permukaan
hilling kecokelatan sampai cokelat kelabu tua. Mudah dipatahkan, bekas patahan kasar
dan agak berserat (Farmakope Herbal Indonesia Ed. 1, 2008).

Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah Kumpulan sel batu tunggal dan berkelompok, sel gabus dan
sel batu, parenkim korteks dengan amilum, serabut danjari-jari empelur, butir amilum dan
kristal kalsium oksalat berbentuk prisma.
(Farmakope Herbal Indonesia Ed. 1, 2008)

Gambar 2.2 Fragmen Serbuk Simplisia Kulit Pule


Senyawa Identitas
Tetrahidroasltonin
Struktur kimia :

Gambar 2.3 Struktur Kimia Tetrahidroalstonin


2.4 Alkaloid
Merupakan senyawa organic yang banyak terdapat dalam tumbuhan bersifat basa
yang struktur kiminya mempunyai system lingkaran heterosiklik dengan nitrogen sebagai
hetero atomnya dan secara khas memiliki beberapa racun, stimulant dan memiliki
beberapa efek penghilang rasa sakit alkaloid sangat luas penyebaranya hingga saat ini
telah ditemukan 5500 alkaloid. Penyebaran alkaloid juga hamper seluruh bagian dari
tanaman dan pada umumnya mempunyai aktvitas biologis yang kuat sehingga alkaloid
sangat luas penggunaanya sebagai obat-obatan.

Gambar 2.4 Struktur Kimia Alkaloid


Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada
umumnya alkaloid mencangkup senyawa basa yang mengandung satu atau lebih atom
nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari system siklik. Alkaloid
biasanya tanpa warna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk Kristal,
tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (Teyler, V. E, 1988).

Pembagian golongan alkaloid (Materia Medika Indonesia IV, 1980) :


1. Berdasarakan jenis cincin heterosiklik nitrogen
1.) Golongan Piridina : Piperine, trigonelline, arecoline, cytosine,
lobeline, nikotina.
2.) Golongan Pyrroldine : Hygrine, cuschohygrine, nikotina.
3.) Golongan Tropane : Atropine, kokiana, scopolamine.
4.) Golongan Kuinolina : Kuinina, kuinidina, dihidrokuinina,
dihidrokuidina, strychnine, brucine,
veratrine, cevadine.
5.) Golongan Isokuinolina : Alkaloid-alkaloid opium (papaverine,
narcotine, narceine), hydrastin, emetine.
6.) Alkaloid Fenatrena : Alkaloid- alkaloid opium ( morfin, codein)
7.) Golongan Phenethylamine : Mescaline, ephedrine, dopamine.
8.) Golongan Indola :  Tryptamine : serotonine, psilocybin.
 Egolines (Alkaloid-alkaloid dari
ergot) : ergin, ergotamine, lysergic
Acid.
 Beta-carboline : harmine,
harmaline, tetrahydroharmine.
 Alkaloid Vinca : Vinkristin,
Vinblastine.
2. Berdasarkan jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan
 Alkaloida tembakau
 Alkaloida amarylidiaceae
 Alkaloida erythrine dan lainya.
3. Berdasarkan asal-usul biogenetik
Dari biosintesa alkaloida menunjukan bahwa alkaloida berasal dari beberapa
asam amino yang dapat dibedakan menjadi :
 Alkaloida alisiklik (berasal dari asam-asam amino ornitrn dan lisin)
 Alkaloida aromatic jenis fenilalanin (beraal dari fenilalanin, tirosin &
3,4-dihidrofenilalanin) alkaloida aromatic jenis indol (berasal dari
triptopan)
4. Menurut Hegnauer, merupakan system klasifikasi yang paling banyak diterima :
1.) Alkaloida Sesungguhnya
Golongan ini bersifat racun, aktivitas fisiologinya yang sangat kuat dan
luas, bersifat basa dan nitrogen terdapat sebagai heterosiklik. Alkaloid ini
secara biosintesis merupakan turunan asam amino. Alkaloid ini yang paling
banyak dikenal adalah kelompok morfin yang diisolasi dari tumbuhan,
contohnya : heroin, kodein, reseprin, dan vinkristin.
2.) Protoalkaloid
Alkaloid ini secara biosintesa diturunkan dari asam amino dan
dianggap sabgai derivate amina sederhana, atom nitrogen di luar cincin
dengan contohnya meskalin, epedrin, N,N-dimetiltriptamin.
3.) Pseudoalkaloid
Secara biosintesa tidak merupakan derivate asam amino sehingga
disebut pesudoalkaloid (alkaloid semu). Psuedoalkaloid yang paling banyak
ditemui dalam kehidupan sehari-hari adalah kafein yang tedapat pada teh dan
kopi.

Sifat Fisika
Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan Kristal dengan titik lebur
tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid berbentuk amorf, dan
beberapa seperti nikotin dan konini berupa cairan.
Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks,
spesies aromatic berwarna. Pada umumnya basa bebas alkaloid hanya larut dalam
pelarut organic, meskipun beberapa pseudoalkaloid dan protoalkaloid larut dalam air.
Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.

Sifat Kimia
Kebanyakan alakaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya
pasangan electron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan
nitrogen bersifat melepaskan electron, sebagai contoh gugus alkil maka ketersediaan
electron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami
dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Dalam Hasil dari
reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi
dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu
yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organic atau anorganik sering
mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada
dalam bentuk garamnya.
2.5 Cara Identifikasi alkaloida
A. Reaksi pengendapan
Terbentuknya endapan pada uji Mayer, Wagner dan Dragendorf berarti
terdapat alkaloid didalamnya. Tujuan penambahan HCl adalah karena alkaloid
bersifat basa sehingga biasanya diekstrak dalam pelarut yang mengandung asam
(Harborne,J.B.1987)
Tabel 2.1 Reaksi pengendapan
UJI FITOKIMIA PEREAKSI HASIL
Mayer Terbentuk endapan putih
Alkaloid Terbentuk warna coklat
Wagner
kemerahan

Hasil positif alkaloid pada uji Mayer ditandai dengan terbentuknya endapan
putih. Diperkirakan endapan tersebut adalah kompleks kalium-alkaloid. Pada
pembuatan pereaksi Mayer, larutan merkurium(II) klorida ditambah kalium iodida
akan bereaksi membentuk endapan merah merkurium(II) iodida. Jika kalium iodida
yang ditambahkan berlebih maka akan terbentuk kalium tetraiodomerkurat(II).
(Svehla.1990)
Alkaloid mengandung atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron
bebas sehingga dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan
ion logam. (Marliana dkk. 2005)
Pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer, diperkirakan nitrogen pada alkaloid
akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat(II) membentuk
kompleks kalium-alkaloid yang mengendap. Perkiraan reaksi yang terjadi pada uji
Mayer ditunjukkan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Reaksi Alkaloid dengan Reagen Mayer


Hasil positif alkaloid pada uji Wagner ditandai dengan terbentuknya endapan
coklat muda sampai kuning. Diperkirakan endapan tersebut adalah kalium-alkaloid.
Pada pembuatan pereaksi Wagner, iodin bereaksi dengan ion I- dari kalium iodide
menghasilkan ion I3- yang berwarna coklat. Pada uji Wagner, ion logam K+ akan
membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid membentuk
kompleks kalium- alkaloid yang mengendap. Reaksi yang terjadi pada uji Wagner
ditunjukkan pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Reaksi Alkaloid dengan Reagen


Wagner

2.6 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)


Pada Kromatografi Lapis Tipis (KLT), zat penjerap merupakan lapisan tipis serbuk
halus yang dilapiskan pada lempeng kaca, plastik atau logam secara merata, umllmnya
digunakan lempeng kaca. Lempeng yang dilapisi dapat dianggap sebagai kolom
kromatografi terbllka dan pemisahan yang tercapai dapat didasarkan pada adsorpsi,
partisi, atau kombinasi kedua efek, yang tergantung dari jenis lempeng, cara pembuatan,
dan jenis pelarut yang digunakan. KL T dengan lapis tip is penukar ion dapat digunakan
untuk pemisahan senyawa polar. Perkiraan identifikasi diperoleh dengan pengamatan
bercak dengan harga Rf yang identik dan ukuran yang hampir sama, dengan menotolkan
bahan uji dan pembanding pada lempeng yang sarna. Pembandingan visual ukuran bercak
dapat digunakan untuk memperkirakan kadar secara semi kuantitatif. Pengukllran
kuantitatif dimungkinkan, bila digunakan densitometer, atau bercak dapat dikerok dari
lempeng, kemudian diekstraksi dengan pelarut yang sesllai dan diukur secara
spektrofotometri. Pada KLT dua dimensi, lempeng yang telah dikembangkan diputar 90°
dan dikembangkan lagi, umumnya menggunakan bejana lain yang dijenllhkan dengan
sistem pelarut yang berbeda. (Farmakope Herbal Indonesia Ed. 1, 2008)
Fungsi Kromatografi Lapis Tipis :

1. Untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida-


lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas.
2. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom.
3. Analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom
4. Identifikasi senyawa secara kromatografi
5. Dan isolasi senyawa murni skala kecil
(Fessenden, 2003)

Kelarutan senyawa dalam pelarut bergantung pada reaksi antara molekul-molekul


senyawa pelarut. Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya silica gel. Hal ini
tergantung pada besar reaksi antara senyawa dengan silica gel. Kromatografi Lapis Tipis
menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan adsorben seperti silica gel, alumunium
oksida (alumina) maupun selulosa. Adsorben berperan sebagai fase diam, sedangkan fase
geraknya adalah eluen. Pemilihan eluen didasarkan pada polaritas senyawa dan biasanya
merupakan campuran beberapa cairan yang berbeda polaritas, sehingga didapatkan
perbandingan tertentu. Kepolaran eluen sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi)
yang diperoleh (Gandjar, 2007)

Perhitungan nilai Rf :

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛


𝑅𝑓 =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛

Nilai Rf sangat karakteristik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut
dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel.
Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah,
begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawayang
lebih polar akan tertahan kuat pada fase diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang
redah. Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2-0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus
dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya (Gandjar, 2007).
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1. Alat dan Bahan
Alat :
1. Penjepit kayu
2. Pinset
3. Alumunium foil
4. Pipet tetes
5. Vial 10 mL
6. KLT
7. Plat Kaca
8. Tissue dan kain lap
9. Label
10. Penangas air
11. Batang pengaduk
12. Kertas saring
Bahan :
1. Ekstrak Alstonia Scholaris
2. Etanol
3. HCl 2N
4. NaCl
5. Pereaksi Mayer
6. Pereaksi Wagner
7. Kloroform
8. Methanol
9. Silica gel 60 F254
10. Larutan pembanding Tetrahidroalstonin
11. Pereaksi Dragendorff
3.2. Prosedur Kerja
A. Preparasi Sampel
1. Ekstrak sebanyak 0,9 gram ditambah etanol ad larut, ditambah 5 ml HCl 2N,
dipanaskan diatas penangas air selama 2-3 menit, sambil diaduk.
2. Setelah dingin ditambah 0,3 gram NaCl, diaduk rata kemudian disaring.
3. Filtrat ditambah 5 ml HCl 2N. Filtrat dibagi tiga bagian dan disebut sebagai
larutan IA, IB, dan IC.

B. Reaksi Pengendapan
1. Larutan IA ditambah pereaksi Mayer, larutan IB ditambah dengan pereaksi
Wagner dan larutan IC dipakai sebagai blanko.
2. Adanya kekeruhan atau endapan menunjukkan adanya alkaloid.

C. Kromatigrafi Lapis Tipis


(Farmakope Herbal Indonesia Jilid I. 2008. Halaman 165)
Pengujian kualitatif senyawa alkaloid ekstrak Alstonia scholaris dengan
metode kromatografi lapis tipis sesuai dengan Farmakope Herbal Indonesia Edisi
1 tahun 2008
1. Timbang ± 1 gram serbuk simplisia
2. Direndam sambil dikocok diatas penangas air dengan 10mL pelarut yang
sesuai selama 10 menit kemudian diasaring
3. Filtrat dimasukkan kedalam labu ukur 10mL, kemudian tambahkan pelarut
ad garis tanda
Prosedur KLT (Farmakope Herbal Indonesia Jilid I. 2008. Halaman 165)
1. Digunakan alat sablon untuk menentukan tempat penotolan dan jarak
rambat
2. Totolkan larutan uji (0,1% dalam metanol.P) dan larutan pembanding
(Tetrahidroalstonin 0,1% dalam metanol.P) dengan jarak antara 1,5 cm
sampai 2 cm dari tepi bawah lempeng, dan biarkan mongering
3. Ditempelkan kertas saring dalam bejana kromatografi
4. Dimasukkan sejumlah larutan pengembang ke dalam bejana kromatografi
5. Bejana ditutup dan dibiarkan hingga fase gerak merambat sampai batas
jarak rambat
6. Jika fase gerak telah mencapai batas jarak rambat, maka kertas saring
dikeluarkan dan dikeringkan di udara
7. Bercak diamati dengan sinar tampak menggunakan ultraviolet gelombang
pendek (254nm) kemudian dengan ultraviolet gelombang panjang (366nm)
8. Diukur dan dicatat jarak tiap bercak dari titik penotolan serta dicatat
panjang gelombang untuk tiap bercak yang diamati
9. Dihitung harga Rf.
3.3. Bagan Alir
A. Preparasi Sampel

Timbang ekstrak sebanyak 0,9 gram

Tambah etanol ad larut

Tambahkan 5 mL HCl 2 N, dipanaskan diatas penangas air


selama 2-3 menit, sambil diaduk

Setelah dingin
Tambahkan 0,3 gram NaCl, aduk rata, kemudian saring

Filtrat ditambah 5 mL HCl


Dibagi jadi 3 bagian (larutan 1A, 1B, dan 1C)

B. Reaksi Pengendapan

Larutan 1A tambah pereaksi


Mayer

Larutan 1B tambah Pereaksi Adanya kekeruhan atau endapan


Wagner menunjukan alkaloid

Larutan 1C dipakai untuk


blanko
C. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Timbang ± 1 gram serbuk simplisia

Direndam sambil dikocok di atas penangas air dengan


10ml pelarut yang sesuai selama 10 menit

Filtrat dimasukkan ke dalam labu ukur 10ml, lalu


tambahkan pelarut ad garis tanda

Prosedur KLT
Totolkan larutan uji (0,1% dalam metanol.P)
Menentukan tempat penotolan dan larutan pembanding (Tetrahidroalstonin
dan jarak rambat
0,1% dalam metanol.P) dengan jarak antara
1,5 cm sampai 2 cm dari tepi bawah lempeng,
dan biarkan mongering

Dimasukkan sejumlah larutan


Ditempelkan kertas saring dalam
pengembang ke dalam bejana bejana kromatografi
kromatografi

Bejana ditutup dan dibiarkan hingga Jika fase gerak telah mencapai batas
fase gerak merambat sampai batas jarak jarak rambat, maka kertas saring
rambat dikeluarkan dan dikeringkan di udara

Diukur dan dicatat jarak tiap bercak Bercak diamati dengan sinar tampak
dari titik penotolan serta dicatat panjang menggunakan ultraviolet gelombang
gelombang untuk tiap bercak yang pendek (254nm) kemudian dengan
diamati
ultraviolet gelombang panjang (366nm)

Dihitung harga Rf
DAFTAR PUSTAKA

Swastiratu, cindy. 2015. Inhibisi Ekstrak Pulai (Alstonia scholaris) terhadap aktivitas
siklooksigenase-2 secara in vitro. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Depkes RI.Materia Medika IndonesiaEdisi IV&VI. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan
Makanan.

Harborne, J.B. 1984. Phytochemical Methods: A Guide to Modern Technique of Plant


Analysis. (2nd edn). Chapman and Hall. London.

Heyne, K.,1987,Tumbuhan Berguna Indonesia, Volume II, Yayasan Sarana Wana Jaya :
Diedarkan oleh Koperasi Karyawan, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, 147-149,


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.Hasil

Tabel 4.1 hasil uji Kromatografi Lapis Tipis

Sebelum Setelah Setelah Setelah Diberi Setelah Diberi


Dieluasi dieluasi dieluasi Penampak Penampak Noda
(UV 254) (UV 365) Noda (UV 365)
(Visual)

Hasil Uji Pengendapan

Gambar 4.1 Hasil Uji Pengendapan


4.2.Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai