Anda di halaman 1dari 21

BAB I

ALKALOIDA

I. 1. Definisi Alkaloida

Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan


heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang berasal
dari hewan). Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan
antibiotik biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. Dan dengan prinsip yang sama,
senyawa netral yang secara biogenetik berhubungan dengan alkaloid termasuk digolongan
ini.

I. 2. Sifat Alkaloida

1. Sifat Fisika

Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1
atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa amin
primer, sekunder maupun tersier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya
tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya) Kebanyakan alkaloid yang telah
diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai
kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan
koniin berupa cairan.
Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, species
aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada
umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa
pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener
sangat larut dalam air.

2. Sifat Kimia

Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan
elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat
melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen
naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan
senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang
berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan

1
elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan
sedikit asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida.
K

I. 3. Klasifikasi Alkaloida

Sistem klasifikasi yang diterima, menurut Hegnauer, alkaloid dikelompokkan sebagai:

1. AlkaloidSesungguhnya
Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas
pisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa; lazim mengandung Nitrogen dalam
cincin heterosiklik ; diturunkan dari asam amino ; biasanya terdapat “aturan” tersebut adalah
kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin
heterosiklik dan alkaloid quartener, yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.
2. Protoalkaloid
Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen dan asam
amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh berdasarkan
biosintesis dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian ”amin biologis” sering digunakan
untuk kelompok ini. Contoh, adalah meskalin, ephedin dan N,N-dimetiltriptamin.
3. Pseudoalkaloid. Meskipun terdapat beberapa perkecualian.
Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa biasanya bersifat basa.
Ada dua seri alkaloid yang penting dalam khas ini, yaitu alkaloid steroidal (contoh: konessin
dan purin (kaffein)).

Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid dibedakan atas:

1. Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik


Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang termasuk pada golongan ini
adalah:
a. AlkaloidPiridin-Piperidin
Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen, dengan struktur inti:.
Golongan ini dibagi dalam 4 sub golongan : 1. Turunan Piperidin, meliputi piperini yang
diperoleh dari Piperis nigri Fructus; yang berasal dari tumbuhan Piperis nigri (fam :
Piperaceae) berguna sebagai bumbu dapur. 2. Turunan Propil-Piperidin, meliputi koniin yang
diperoleh dari Conii Fructus; yang berasal dari tumbuhan Conium maculatum (Fam:
Umbelliferae) berguna sebagai antisasmodik dan sedatif. 3. Turunan Asam Nikotinan,

2
meliputi arekolin yang diperoleh dari Areca Semen; yang berasal dari tumbuhan Areca
catechu (fam: Palmae) berguna sebagai anthelmentikum pada hewan. 4. Turunan Pirinin &
Pirolidin, meliputi nikotin yang diperoleh dari Nicoteana Folium; yang berasal dari tumbuhan
Nicotiana tobaccum (fam: Solanaceae) berguna sebagai antiparasit, insektisida dan
antitetanus. Tumbuhan yang juga mengandung alkaloid ini adalah kuli dari Punica granatum
(fam: Punicaceae) yang berguna sebagai taenifuga.
b. Alkaloid Tropan
Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun sumsum tulang
belakang, struktur intinya:
1) Hiosiamin dan Skopolamin
Berasal dari tumbuhan Datura stramonium, D. Metel (fam Solanaceae), tumbuh
pada daerah yang memiliki suhu yang panas daun dan bijinya mengandung alkaloid
Skopolamin; berfungsi sebagai antispasmodik dan sedative. Pada tumbuhan Hyoscyamus
muticus dan H. Niger (fam Solanaceae), tumbuh didaerah Amerika Selatan dan Kanada
dikenal dengan nama “Henbane” daun dan bijinya digunakan sebagai relaksan pada otot.
2) Kokain
Senyawa ini berfungsi sebagai analgetik narkotik yang menstimulasi pusat syaraf,
selain itu juga berfungsi sebagai antiemetik dan midriatik. Zat ini bersal dari daun tumbuhan
Erythroxylum coca, E. Rusby dan E. Novogranatense (fam Erythroxylaceae). Kokain lebih
banyak disalahgunakan (drug abuse) oleh sebagian orang dengan nama-nama yang lazim
dikalangan mereka seperti snow, shabu-shabu, crak dan sebagainya.
3) Atropin, Apotropin dan Belladonina Atropa dari bahasa Yunani yaitu terdiri
dari kata “Atropos” yang berarti tidak dapat dibengkokkan atau disalahgunakan, ini
disebabkan karena belladona merupakan obat yang sangat beracun dan dapat menyebabkan
kematian. Belladonna barasal dari bahasa Italia “Bella” artinya cantik dan “Donna” artinya
wanita. Bila cairan buah diteteskan pada mata akan menyebabkan dilatasi dari pupil mata
sehingga menjadi sangat menarik Akar dan daun tumbuhan Atropa belladonna (fam
Solanaceae) merupakan sumber dari senyawa ini, digunakan sebagai antispamolitik,
antikolinergik, anti asma dan midriatik. Zat ini merupakan hasil dari hiosiamin selama
ekstraksi sehingga tak dapat ditemukan dalam tanaman. Atropin yang dihasilkan secara
sintetik lebih mahal daripada yang berasal dari ekstraksi dari tanaman dan tidak dapat
disaingi harganya.

3
c. AlkaloidQuinolin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dengan struktur inti seperi
dibawahini:
1) Kinina, Kinidina, Sinkonidin, Sinkonidina
Senyawa ini pada umumnya berguna sebagai anti malaria, alkaloid ini terdapat
pada kulit batang (cotex) dari tumbuhan Cinchona succirubra (fam : Rubiaceae). Ada
beberapa jenis dari Cinchona diantaranya C. Calisaya yang berwarna kuning berasal dari Peru
dan Bolivia, C. Officinalis dan C. Ledgeriana lebih banyak di Indonesia yang ditanam di
pulau jawa. Sebelum PD II Indonesia menyuplai 90% kebutuhan kina di dunia, ketika Jepang
memutuskan suplai ini maka diusahan beberapa obat antimalaria sintetik (kloroquin, kunaikri
dan primakrin) untuk menggantika kina.
2) Akronisina
Berasal dari kulit batang tumbuhan Acronychia bauery (fam : Rutaceae,
berfungsi sebagai antineoplastik yang tealah diujikan pada hewan coba dan diharapkan
mampu merupakan obat yang efektif untuk kemoterapi neoplasma pada manusia.
3) Camptothecin
Diperoleh dari buah, sebagian kayu atau kulit dari pohon Camptotheca
acuminata (fam : Nyssaceae), suatu pohon yang secara endemik tumbuh di daratan cina.
Ekstrak dari tumbuhan ini ternyata mempunyai keaktifan terhadap leukemia limpoid.
4) Viridicatin
Merupakan subtansi antibiotik dari mycelium jamur Penicillium viridicatum
(fam : Aspergillaceae), senyawa ini aktif untuk semua jenis Plasmodium (kecuali P. vivax)
penyebab malaria. Penggunaan senyawa ini memiliki efek samping berupa Cindronism yaitu
pendengaran berkuran.
d. AlkaloidIsoquinolin
Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen dengan struktur inti :
1) Morfin
Penggunaan morfin khusus pada nyeri hebat akut dan kronis , seperti pasca
bedah dan setelah infark jantung, juga pada fase terminal dari kanker.Morfin sering
diperlukan untuk nyeri yang menyertai : 1). Infark miokard; 2). Mioplasma;3). Kolik renal
atau kolik empedu ; 4). Oklusio akut pembuluh darah perifer , pulmonal atau koroner;5)
perikarditis akut, pleuritis dan pneumotoraks spontan dan 6).

4
2) Emetina
Senyawa ini berfunsi sebagai emetik dan ekspektoran, diperoleh dari akar
tumbuhan Cephaelis ipecacuanha dan C. Acuminata (fam : Rubiaceae).
3) Hidrastina dan Karadina Senyawa ini berasal dari tumbuhan Hydrastis
canadensis (fam : Ranunculaceae) dikenal pula sebagai Yellowroot; bagian yang digunakan
berupa umbi akar berkhasiat sebagai adstrigensia pada radang selaput lendir.
4) Beberina Berupa akar dan umbi akar dari tumbuhan Berberis vulgaris (dari
Oregon), B. Amition (dari Himalaya), dan B. aristaca (India) dari familia Berberidaceae yang
berguna sebagai zat pahit/amara dan antipiretik.

e. Alkaloid Indol
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol dengan inti seperti di bawah ini:
1) Reserpina
Merupakan hasil ekstraksi dari akar tumbuhan Rauwolfia serpentine dari suku
Apocynaceae yang terkadang bercampur dengan fragmen rhizima dan bagian batang yang
melekat padanya. Senyawa ini berfungsi sebagai antihipertensi. Dalam perdagangan terdapat
5 jenis yaitu R. Serpentine, R. Canescens, R. Micratha, dan R. Tetraphylla. Selain sebagai
anti hipertensi juga berfungsi sebagai traqulizer (penenang).
2) Vinblastina, Vinleusina, Vinrosidina, Vinkristina
Diperoleh dari tumbuhan Vinca rosea, Catharanthus roseus (fam : Apocynaceae)
berupa herba yang berkhasiat sebagai antitumor.
3) Sriknina&Brusina
Berasal dari tumbuhan Strychnos nux-vomica dan S. ignatii (fam
:Loganiaceae) yang terdapat di Filifina, Vietnam dan Kamboja. Bagian tanaman yang diambil
berupa ekstrak biji yang telah kering dengan khasiat sebagai tonikum dalam dosis yang kecil
sedangkan dalam pertanian digunakan sebagai ratisida (racun tikus).
4) Fisostigmina & Eserina
Simplisianya dikenal dengan nama Calabar bean, ordeal bean, chop nut dan split
nut berupa biji dari tumbuhan Physostigma venenosum (fam : Leguminosae) yang berkhasiay
sebagai konjungtiva pengobatan glaukoma.
5) Ergotoksina, Ergonovina, & Ergometrina
Alkaloid ini asalnya berbeda dibandingkan dengan yang lain, sebab berasal dari
jamur yang menempel pada sejenis tumbuhan gandum yang kemudian dikeringkan. Jamur ini
berguna sebagai vasokonstriktor untuk penyakit migrain yang spesifik dan juga sebagai

5
oxytoksik. Diperoleh dari sisik jamur yang menempel pada tumbuhan Claviceps purpurea
(fam: Hypocreaceae), jamur ini merupakan parasit pada tumbuhan tersebut, selain itu jamur
ini juga terdapat pada tumbuhan Secale cornutum (fam: Graminae). 6. Kurare Diperoleh dari
kulit batang Stricnos crevauxii, C. Castelnaci, C. Toxifera (fam:loganiaceae) dan
Chondodendron tomentosum (fam: Menispermaceae) yang berguna sebai relaksan pada otot.
f. Alkaloid Imidazol
Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen, dengan inti :
Lingkaran Imidazol merupakan inti dasar dari pilokarpin yang berasal dari daun
tumbuhan Pilocarpus jaborandi atau Jaborandi rermambuco, P. Microphylus atau J. marashm,
dan P. Pinnatifolius atau J. Paraguay dari familia Rutaceae yang berkhasiat sebagai
konjungtiva pada penderita glaukoma.
g. Alkaloid Lupinan
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N.
Alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus, Cytisus scopartus (fam :
Leguminocaea) dan Anabis aphylla (fam : Chenopodiaceae) berupa daun tumbuhan yang
telah dikeringkan berkhasiat sebagai oksitoksik.
h. Alkaloid Steroid
Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang
mengandung 4 cincin karbon. Alkaloid steroid terbagi atas 3 golongan yaitu :
1) Golongan I : Sevadina, Germidina, Germetrina, Neogermetrina, Gemerina,
Neoprotoperabrena, Veletridina.
2) Golongan II : Pseudojervina, Veracrosina, Isorobijervosia.
3) Golongan III : Germina, Jervina, Rubijervina, Isoveratromina
i. Alkaloid Amina
Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan tutrunan
sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino
fenilalanin atau tirosin.
1) Efedrina
Berasal dari herba tumbuhan Ephedra distachya, E. Sinica dan E. Equisetina
(fam : Gnetaceae) berguna sebagai bronkodilator. Tumbuhan ini juga dikenal dengan nama
“Ma Huang” dalam bahasa Cina “Ma” berarti sepat sedangkan „Huang” berati kuning, hal ini
mungkin dihubungkan dengan rasa dan warnan simplisia ini. Selain dari persenyawaan alam,
alkaliod ini juga dibuat dalam bentuk sintetis garam seperti Efedrin Sulfat dan Efedrin HCl

6
yang berbetuk kristal, sifatsifat farmakologiknya sama dengan Efedrin dan dipakai sebagai
simpatomimetik.
2) Kolkisina
Alkaloid ini berasal dari biji tumbuhan Colchicum autumnalei (fam :
Liliaceae) berguna sebagai antineoplasmik dan stimulan SSP, selain pada biji kormus
(pangkal batang yang ada di dalam tanah) tumbuhan ini juga mengandung alkaloid yang
sama.
3) d- Norpseudo Efedrina
Senyawa di atas diperoleh dari daun-daun segar tumbuhan Catha edulis (fam :
Celastraceae) nama lain dari tumbuah ini dalah Khat atau teh Abyssina, tumbuhan ini berupa
pohon kecil atau semak-semak yang berasal dari daerah tropik Afrika Timur. Khasiat dari
simplisia ini adalah stimulan pada SSP.
4) Meskalina
Diperoleh dari sejenis tumbuhan cactus Lophophora williamsii (fam :
Cactaceae) dikenal dengan nama Peyote yang dapat menyebabkan halusinasi dan euphoria
j. Alkaloid Purin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen; dengan inti Susunan inti
heterosiklik yang terdiri dari cincin pirimidin yang tergabung dengan Imidazole.
1) Kafeina (1,3,7, Trimetil Xanthin)
Alkaliod ini diperoleh dari biji kopi Coffe arabica, C. Liberica (fam:
Rubiaceae) mengandung kafein. Aksi dari kopi pada prinsipnya di dasarkan pada daya kerja
kafein, yang bekerja pada susunan syaraf pusat, ginjal, otot – otot jantung. tumbuhan lain
yang juga mengandung caffein seperti camellia sinensis (fam: Theaceae), cola nitida (fam
starculiaceae).
2) Theobromina (3,7 Dimetil Xantin)
Diperoleh dari biji tumbuhan Theobroma cacao (fam: Sterculaceae) yang
berguna sebagai diuretik dan stimulan SSP.
3) Theofilina (1,3 Dimetil Xantin)
Merupakan isomerdari 1,3 dimetil xantin (isomer Theobromina) yang berguna
sebagai bronkodilator dan diuretik)
2. Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik
Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada salah satu atom
karbon pada rantai samping.
a. Alkaloid Efedrin (alkaloid amine)

7
Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen pada salah satu
atom karbon pada rantai samping. Termasuk Mescalin dari Lophophora williamsii,
Trichocereus pachanoi, Sophora secundiflora, Agave americana, Agave atrovirens, Ephedra
sinica, Cholchicum autumnale.
b. Alkaloid Capsaicin
Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu ; Capsicum pubescens, Capsicum
baccatum, Capsicum annuum, Capsicum frutescens, Capsicum chinense.

I. 4. Identifikasi Alkaloida

1. Berdasarkan sifat spesifik.


Alkaloid dalam larutan HCl dengan pereaksi Mayer dan Bouchardhat membentuk
endapan yang larut dalam alkohol berlebih. Protein juga memberikan endapan, tetapi tidak
larut dalam dalam alcohol berlebih.
2. Berdasarkan bentuk basa dan garam-nya / Pengocokan
Alkaloid sebagai basanya tidak larut dalam air, sebagai garamnya larut baik dalam air.
Sebaiknya pelarut yang digunakan adalah pelarut organik : eter dan kloroform. Pengocokan
dilakukan pada pH: 2, 7, 10 dan 14. Sebelum pengocokan, larutan harus dibasakan dulu,
biasanya menggunakan natrium hidroksida, amonia pekat, kadang-kadang digunakan natrium
karbonat dan kalsium hidroksida.
3. Reaksi Gugus Fungsionil
a. Gugus Amin Sekunder
Reaksi SIMON : larutan alkaloida + 1% asetaldehid + larutan na. nitroprussida =
biru-ungu. Hasil cepat ditunjukkan oleh Conilin, Pelletierin dan Cystisin. Hasil lambat
ditunjukkan oleh Efedrin, Beta eucain, Emetin, Colchisin dan Physostigmin.
b. Gugus Metoksi
Larutan dalam Asam Sulfat + Kalium Permanganat = terjadi formaldehid,
dinyatakan dengan reaksi SCHIFF. Kelebihan Kalium Permanganat dihilangkan dengan
Asam Oksalat. Hasil positif untuk Brucin, Narkotin, koden, Chiksin, Kotarnin, Papaverin,
Kinidin, Emetin, Tebain, dan lain-lain.
c. Gugus Alkohol Sekunder
Reaksi SANCHES : Alkaloida + Larutan 0,3% Vanilin dalam HCl pekat,
dipanaskan diatas tangas air = merah-ungu. Hasil positif untuk Morfin, Heroin, Veratrin,
Kodein, Pronin, Dionin, dan Parakonidin.
d. Gugus Formilen

8
Reaksi WEBER & TOLLENS : Alkaloida + larutan Floroglusin 1% dalam Asam
Sulfat (1:1), panaskan = merah. Reaksi LABAT : Alkaloida + Asam Gallat + asam Sulfat
pekat, dipanaskan diatas tangas air = hijau-biru. Hasil positif untuk Berberin, Hidrastin,
Kotarnin, Narsein, Hidrastinin, narkotin, dan Piperin.
e. Gugus Benzoil
Reaksi bau : Esterifikasi dengan alcohol + Asam Sulfat pekat = bau ester. Hasil
positif untuk Kokain, Tropakain, Alipin, Stivakain, Beta eukain, dan lain-lain.
f. Reaksi GUERRT
Alkaloida didiazotasikan lalu + Beta Naftol = merah-ungu. Hasil positif untuk
kokain, Atropin, Alipin, Efedrin, tropakain, Stovakain, Beta eukain, dan lain-lain.
g. Reduksi Semu
Alkaloida klorida + kalomel + sedikit air = hitam Tereduksi menjadi logam raksa.
Raksa (II) klorida yang terbentuk terikat dengan alkaloid Sebagai kompleks. Hasil positif
untuk kokain, Tropakain, Pilokarpin, Novokain, Pantokain, alipin, dan lain lain.
h. Gugus Kromofor
Reaksi KING : Alkaloida + 4 volume Diazo A + 1 volume Diazo B + natrium
Hidroksida = merah intensif. Hasil positif untuk Morfin, Kodein, Tebain dan lain-lain.
Reaksi SANCHEZ : Alkaloida + p-nitrodiazobenzol (p-nitroanilin + Natrium
Nitrit + Natrium Hidrolsida) = ungu kemudian jingga. Hasil positif untuk alkaloida opium
kecuali Tebain, Emetin, Kinin, kinidin setelah dimasak dengan Asam Sulfat 75%.
4. Pereaksi untuk analisa lainnya
a. Iodium-asam hidroklorida
Merupakan pereaksi untuk golongan Xanthin. Digunakan untuk pereaksi
penyemprot pada lempeng KLT (Kromatografi Lapis Tipis) dimana akan memberikan hasil
dengan noda ungu-biru sampai coklat merah.
b. Iodoplatinat
Pereaksi untuk alkaloid, juga sebagai pereaksi penyemprot pada lempeng KLT
dimana hasilnya alkaloid akan tampak sebagai noda ungu sampai biru-kelabu.
c. Pereaksi Meyer (Larutan kalium Tetraiodomerkurat)
Merupakan pereaksi pengendap untuk alkaloid.

I. 5. Kegunaan Alkaloida

Alkaloida telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian terutama
karena pengaruh fisiologisnya terhadap binatang menyusui dan pemakainnya di bidang

9
farmasi, tetapi fungsinya dalam tumbuhan hampir sama sekali kabur. Beberapa pendapat
mengenai kemungkinan perannya ialah sebagai berikut :

1. Salah satu pendapat yang dikemukakan pertama kali, sekarang tidak dianut lagi, ialah
bahwa alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat
hewan.
2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tendon penyimpanan nitrogen
meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut
meskipun sangat kekurangan nitrogen.
3. Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau
pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang mendukung
fungsi ini tidak dikemukakan, ini barangkali merupakan konsep yang direka-reka dan
bersifat “manusia sentries”.
4. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh karena segi struktur, beberapa
alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangsang
perkecambahan, yang lainnya menghambat. Semula disarankan oleh Liebig bahwa
alkaloid, karena sebagian bersifat basa, dapat mengganti basa mineral dalam
mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan. Sejalan dengan saran ini,
pengamatan menunjukkan bahwa pelolohan nikotina ke dalam biakan akar tembakau
meningkatkan ambilan nitrat. Alkaloid dapat pula berfungsi dengan cara pertukaran
dengan kation tanah.
I. 6. Daftar Pustaka
1. Anonim. 1970. Galenika I-II. HMF ARS-PRAEPARANDI.Bandung.
2. Egon Stahl. 1985. Analisis obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Penerbit
ITB. Bandung.
3. Trevor Robinson. 2000. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit
ITB. Bandung.

10
BAB II

GLIKOSIDA

II. 1. Definisi Glikosida

Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula
dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen
(O-glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida, adenosine), jembatan sulfur (S-
glikosida, sinigrin), maupun jembatan karbon (C-glikosida, barbaloin). Bagian gula biasa
disebut glikon sementara bagian bukan gula disebut sebagai aglikon atau genin. Apabila
glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut sebagai glikosida. Jembatan
oksigen yang menghubungkan glikon-aglikon ini sangat mudah terurai oleh pengaruh asam,
basa, enzim, air, dan panas. Glikosida sering diberi nama sesuai bagian gula yang menempel
di dalamnya dengan menambahkan kata –osida. Sebagai contoh, glikosida yang mengandung
glukosa disebut glukosida, yang mengandung arabinosa disebut arabinosida dan seterusnya
(Gunawan dan Mulyani, 2004).

Gambar 1. Struktur glikosida (Gunawan dan Mulyani, 2004).

II. 2. Sifat-Sifat Glikosida

1. Mudah larut dalam air, yang bersifat netral


2. Dalam keadaan murni; berbentuk kristal tak berwarna, pahit
3. Larut dalam alkali encer
4. Mudah terurai dalam keadaan lembab, dan lingkungan asa Pembagian glikosida

II. 3. Penggolongan Glikosida

Penggolongan Glikosida didasarkan pada gugus gulanya dan sebagian lain


didasarkan pada gugus aglikonnya. Namun ada pula penggolongan glikosida dilakukan
berdasarkan pada aktivitas farmakologinya (Gunawan dan Mulyani, 2004).
1. Glikosida steroid
2. Glikosida Antrakuinon

11
a. Uraian umum

Antrakuinon biasanya berada di alam sebagai glikosida yang mempunyai sifat


seperti prodrug, membebaskan aglikon yang mana bertindak sebagai laksatif. Metabolisme
terjadi di usus besar dimana bakteri glikosidase akan membuang gula. Produk yang diperoleh
sedikit diabsorpsi dan bertindak sebagai pembangkit sekresi dan perubahan sekresi pada usus
besar (Supriyatna, 2015).
b. Sumber
Di alam kira-kira telah ditemukan 40 turunan antrakuinon yang berbeda-beda, 30
macam diantarannya mengelompok dalam famili Rubiaceae. Pada tanaman monokotil,
antrakuinon hanya ditemukan dalam famili Liliaceae dan dalam bentukyang tidak lazim,
yaitu C-glikosida barbaloin. Sementara pada tanaman dikotil, antrakuinon ditemukan dalam
famili Rubiaceae, Leguminosae, Rhamnaceae, Ericaceae, Euphorbiaceae, Lythraceae,
Saxifragaceae, Scrophulariaceae dan Verbenaceae (Gunawan dan Mulyani, 2004).

Gambar 2. Struktur asam krosofanat, aloe emodin, rhein dan frangula (Gunawan dan
Mulyani, 2004).

c. Sifat dan bentuk


Daya pencahar dari antrakuinon umumnya lebih tinggi dari pada yang mungkin
diharapkan dari kandungan antraglikosida. Namun, tidak ada angka kesesuaian antara kadar
antrakuinon dengan aktivitasnya. Antrakuinon mengandung berbagai macam campuran yang
menyebabkan daya kerja yang sinergis, tetapi antranol juga memiliki daya kerja yang jauh
lebih tinggi daripada antrakuinon yang setara (Gunawan dan Mulyani, 2004).
d. Manfaat dan Kegunaan dalam bidang Farmasi
1) Aloe (Lidah Buaya)

12
Aloe digunakan sebagai purgativum (pencahar). Aktivitasnya akan
bertambah bila diminum bersama sedikit alkali. Getah berlendir yang masih segar dari daun
A. vera digunakan secara tradisional oleh masyarakat untuk mengobati luka baru, luka
terbakar, lecet dan iritasi pada kulit. Selain itu A. vera juga untuk mengobati luka bakar
akibat pengaruh sinar-x dan radiasi nuklir. Contoh sediaan farmasinya adalah Aloe-Ointment
(Gunawan dan Mulyani, 2004).
3. Glikosida saponin
4. Glikosida resin
5. Glikosida tanin
a. Uraian umum
Tanin terdiri dari senyawa-senyawa kompleks yang tersebar luas di kerajaan
tumbuhan (Kindom Plantae) dan hampir semua famili dari tanaman mengandung tanin. Tanin
biasanya terdapat pada bagian tanaman yang spesifik seperti daun, buah, kulit batang atau
batang. Secara kimia tanin adalah substansi kompleks. Tanin biasanya terbentuk dalam
bentuk campuran polifenol yang sulit dipisahkan karena tidak terkristalisasi. Tanin memiliki
sifat khas yaitu mengendapkan protein dari larutan dan dapat berkombinasi dengan protein
menyebabkan tahan terhadap enzim protelitik. Jika diaplikasikan pada jaringan hidup
menimbulkan efek astringen yang merupakan prinsip dasar terapi tanin (Tyler et al.,1988).
Tanin merupakan senyawa fenol yang larut dalam air dan memiliki berat molekul antara 500
dan 3000 Da (Ismarani, 2012).

Tanin berdasarkan struktur kimianya diklasifikasikan menjadi dua yakni tanin


terhidrolisis dan tanin nonhidrolisis (tanin terkondensasi) yang didasarkan pada inti fenolik
dan bagaimana ikatan diantaranya.
1) Tanin Terhidrolisis
Tanin ini terdiri dari asam galat atau senyawa pholyhydric terkait
diesterifikasi dengan glukosa. Karena ester tersebut mudah dihidrolisis untuk menghasilkan
asam fenolik dan gula, maka disebut sebagai tanin terhidrolisis. Tanin ini dapat terhidrolisis
dengan menggunakan asam sulfat atau asam klorida. Salah satu jenis tanin ini adalah
gallotanin yang merupakan gabungan dari karbohidrat dengan asam galat. Selain membentuk
gallatonin, dua asam galat akan membentuk tanin terhidrolisis yang bisa disebut Ellagitanins
(Tyler et al., 1988).
2) Tanin Nonhidrolisis atau Tanin Terkondensasi

13
Tanin terkondensasi yaitu tanin yang hanya terdiri dari inti fenolik tetapi
kadang terikat pada karbohidart atau protein. Kebanyakan tanin merupakan hasil kondensasi
2 atau lebih flavan-3-ol seperti katekin atau falvan-3,4-diol seperti leukosianidin. Apabila
diperlakukan dengan agen hidrolitik, tanin ini cenderung mengalami polimerisasi menjadi
tidak dapat larut dan produknya biasanya berwarna merah dikenal sebagai phlobaphenes
(Tyler et al.,1988). Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis tetapi dapat terkondensasi
menghasilkan asam klorida. Salah satu contohnya adalah Sorghum procyanidin. Senyawa ini
merupakan trimer yang tersusun dari epiccatechin dan catechin (Ismarani, 2012).
b. Tanaman Yang Mengandung Tanin
Banyak tanaman yang mengandung senyawa tannin salah satunya yang
mengandung tanin yakni daun Averrhoa carambola (Belimbing manis) dan daun jambu biji (
Psidium guajava L). Komposisi kimia di dalam daun jambu biji adalah 9-12% tannin. Dari
kelompok tannin yang paling utama adalah katekin yang diekstrasi dari catechu hitam,
gambir dan teh. Tanin lain yang bermanfaat sebagai antioksidan adalah epikatekin polimer
yang ditemukan pada kacang lentil, anggur (Yuliati, 2009). Tanin adalah komponen yang
banyak terdapat pada teh, cranberries dan buah delima.
c. Sifat tanin
Sifat kimia tanin:
1. Tanin memiliki sifat umum, yaitu memiliki gugus fenol dan bersifat koloid, sehingga
jika terlarut dalam air bersifat koloid dan asam lemah.
2. Umumnya tanin dapat larut dalam air. Kelarutannya besar dan akan meningkat apabila
dilarutkan dalam air panas. Begitu juga tanin akan larut dalam pelarut organik seperti
metanol, etanol, aseton dan pelarut organik lainnya.
3. Tannin akan terurai menjadi pyrogallol, pyrocatechol dan phloroglucinol bila
dipanaskan sampai suhu 210oF-215oF.
4. Tanin dapat dihidrolisa oleh asam, basa, dan enzim.
5. Ikatan kimia yang terjadi antara tannin-protein atau polimer-polimer lainnya terdiri dari
ikatan hidrogen, ikatan ionik, dan ikatan kovalen.
(Ismarani, 2012)
Sifat fisik tanin:
1. Umumnya tanin mempunyai berat molekul tinggi dan cenderung mudah dioksidasi
menjadi suatu polimer, sebagian besar tanin bentuknya amorf dan tidak mempunyai
titik leleh.

14
2. Tannin berwarna putih kekuning-kuningan sampai coklat terang, tergantung dari
sumber tanin tersebut.
3. Tanin berbentuk serbuk atau berlapis-lapis seperti kulit kerang, berbau khas dan
mempunyai rasa sepat (astrigent).
4. Warna tanin akan menjadi gelap apabila terkena cahaya langsung atau dibiarkan di
udara terbuka.
5. Tanin mempunyai sifat atau daya bakterostatik, fungistatik dan merupakan racun.
( Ismararani, 2012)
d. Manfaat Tanin
Tanin adalah senyawa polifenol dari kelompok flavonoid yang berfungsi sebagai
antioksidan kuat, antiperadangan, antikanker (antikarsinogenik). Tanin dikenl juga sebagai
zat samak untuk pengawetan kulit, yang merupakan efek tanin yang utama sebagai
adstringensia yang banyak digunakan sebagai pengencang kulit dalam kosmetik (Yuliati,
2009). Tanin bermanfaat untuk mencegah oksidasi kolesterol LDL di dalam darah sehingga
dapat mengurangi risiko stroke (Astawan dan Andreas, 2008).

6. Glikosida sianopora
7. Glikosida isotiosianat
8. Glikosida flavonol
a. Uraian Umum
Glikosida flavonol adalah glikosida dengan aglikon dari golongan flavonoid.
Glikosida ini merupakan senyawa yang sangat luas penyebarannya di dalam tanaman. Di
alam dikenal adanya sejumlah besar flavonoid yang berbeda-beda dan merupakan pigmen
kuning yang tersebar luas diseluruh tanaman tingkat tinggi. Rutin, kuersetin, atau pun sitrus
bioflavonoid (termasuk hesperidin, heseritin, diosmin dan naringen) merupakan kandungan
flavonoid yang paling dikenal (Gunawan dan Mulyani. 2004).
1) Rutin
Rutin merupakan senyawa flavonoid golongan flavonol glikosida yang
terdiri dari aglikon kuersetin dan disakarida rutinosa. Rutin memiliki nama lain kuersetin 3-
rutinosida dengan rumus molekul C27H30O16 dan berat molekul 610,53 g/mol. Rutin
merupakan bagian dari kelompok vitamin P yang memiliki fungsi sinergis dengan vitamin C
untuk menjaga kesehatan kapiler, membantu membentuk kolagen dalam jaringan ikat,
membantu menyembuhkan luka dan mendukung sistem kekebalan tubuh dan sebagai
antioksidan. Kandungan rutin ditemukan pada gandum, daun dan petiole dari spesies Rheum

15
dan asparagus. Rutin pernah digunakan dalam pengobatan berbagai kondisi yang ditandai
oleh pendarahan kapiler dan peningkatan kerapuhan kapiler (Gunawan dan Mulyani. 2004;
Harborne et al., 1999).

Gambar 9. Struktur Kimia Rutin (Hussain et al., 2009)


2) Kuersetin
Kuersetin (3,4-dihidroksiflavonol) merupakan senyawa flavonoid dari
kelompok flavonol dan terdapat terutama pada tanaman teh, tomat, apel, kakao, anggur dan
bawang yang memiliki sifat antioksidan yang sangat potensial. Dengan mengkonsumsi
kuersetin dalam jumlah yang cukup (50-200 mg per hari) maka dapat bermanfaat memberi
perlindungan karena berperan sebagai senjata pemusnah radikal bebas sehingga dapat
mencegah penuaan dini. Kuersetin menunjukkan aktivitasnya dalam menghambat reaksi
oksidasi low-density lipoprotein (LDL) secara in vitro (Kosasih, 2004), mencegah kerusakan
oksidatif dan kematian sel dengan mekanisme menangkap radikal oksigen, memberi efek
farmakologi sebagai antiinflamasi (Herowati, 2008).

Gambar 10. Struktur Kimia Kuersetin (Herowati, 2008)


3) Bioflavonoid
Bioflavonoid adalah pigmen alami dalam buah-buahan dan sayuran.
Sebagian besar adalah pigmen kuning yang ditemukan dalam buah jeruk dan buah-buah dan
sayuran lainnya. Sumber alami bioflavonoid ditemukan dalam buah-buahan seperti jeruk,
ceri, anggur, raspberry, paprika dan papaya. Bioflavonoid memiliki kemampuan untuk
memperkuat dinding pembuluh darah, penyembuhan luka, membantu penyerapan vitamin C
dan melindungi tubuh terhadap infeksi. Bioflavonoid sitrus pernah diusulkan untuk
16
pengobatan gejala-gejala penyakit demam. Bukti kemanjuran terapetik, sitrus bioflavonoid
dan senyawa yang sekerabat, terutama diarahkan kepada beberapa sediaan penunjang diet
(food supplement) (Gunawan dan Mulyani, 2004).
9. Glikosida sianhidrin
10. Glikosida alkohol, aldehida, lakton, fenol

Glikon pada senyawa glikosida ini merupakan suatu karbohidrat baik berupa

monosakarida maupun karbohidrat jenis lainya. Penamaan glikosida yang berdasarkan

glikonnya biasanya hampir sama dengan na glikonya seperti glukosa menjadi glukosida,

fruktosa menjadi fruktosida. Pembagian glikosida menurut aglikonnya:

1. Glikosida saponin

2. Glikosida sterol kardioaktif

3. Glikosida antrakinon

4. Glikosida sianofor

5. Glikosida thisianat

6. Glikosida flavonol

7. Glikosida alkohol

Glikosida alkohol ditunjukkan oleh aglikonnya yang selalu memiliki gugus


hidroksi. Senyawa yang termasuk glikosida alkohol adalah salicin (Gunawan dan Mulyani,
2004). Salicin adalah glikosida dari beberapa spesies Salix sp. dan Populus sp. Kebanyakan
batang pohon willow dan poplap mengandung salicin. Sumber utama salicin adalah Salix
purpurea dan Salix fragilis. Glikosida populin yang merupakan benzoil salicin dapat
diasosiasikan dengan salicin yang berasal dari tanaman famili Salicaceae (Tyler etal.,1988).
Salicin oleh emulsin dihidrolisis menjadi D-glukosa dan saligenin (salisin alkohol).
Salicin memiliki khasiat sebagai antirematik. Daya kerjanya sangat mirip dengan asam
salisilat dan kemungkinan di dalam tubuh manusia salicin dioksidasi menjadi asam salisilat.
Pengenalan sifat salicin yang demikian ini memberikan penjelasan terhadap pemakaian
korteks salix dan populous oleh masyarakat awam (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Willow bark (salix alba) merupakan tumbuh-tumbuhan yang sudah dikenal sejak
dahulu kala sebagai obat demam. Pada tahun 1824, Leroux berhasil mengisolasi suatu

17
glikosida yang pahit dari tumbuh-tumbuhan ini yang diberi nama salicin. Pada tahun 1838,
Piria membuat asam salisilat dari salicin yang kemudian digunakan sebagai obat penurun
panas dan antirematik. Aspirin adalah nama dagang dari asam salisilat yang pertama
diproduksi oleh Pabrik obat Bayer pada tahun 1899 sebagai obat penurun panas dan antisakit.
Setiap tablet aspirin mengandung asam salisilat 500 mg (Kabo,2008).
8. Glikosida aldehid

a. Uraian umum

Glikosida aldehid merupakan golongan glikosida yang aglikonnya berupa gugus

aldehid. Salinigrin yang terkandung dalan Salix discolorterdiri dari glukosa yang diikat oleh

m-hidroksibenzaldehida sehingga merupakan glikosida aldehida. Salinigrin adalah suatu

isomer dari helisin (0-hidroksibenzaldehida dan glukosa), dan dapat juga diperoleh lewat

oksidasi lemah dari salisin. Amigdalin yang menghasilkan benzaldehida pada hidrolisisnya

dapat pula digolongkan ke dalam kelompok glikosida aldehida.

b. Manfaat

Dalam bidang farmasi, vanillin banyak digunakan sebagai korigen (zat tambahan

sebagai pewarna) dalam sediaan farmasi ataupun sebagai pereaksi pembentuk warna dalam

analisis farmasi.

9. Glikosida lakton

a. Uraian umum

Lakton merupakan ester yang siklik. Glikosida lakton mengandung suatu


lakton yang mengikat glikon. Salah satu contoh senyawa lakton di alam adalalah
kumarin. Walaupun demikian, glikosida yang mengandung kumarin sangat jarang di alam.
Kumarin merupakan metabolit turunan sikimat yang terbentuk ketika fenilalanin dideaminasi
dan dihidroksilasi menjadi asam trans -hidroksisinamat. Ikatan rangkap asam ini segera
dikonversi menjadi bentuk cis melalui isomerisasi yang dikatalisasi oleh cahaya,
menghasilkan pembentukan senyawa yang mempunyai gugus fenol dan asam yang
berdekatan. Gugus-gugus ini kemudian bereaksi secara intramolekuler untuk membentuk
lakton (Gunawan dan Mulyani, 2004).
b. Sumber

18
Beberapa glikosida dari turunan hidroksi kumarin ditemukan dalam bahan
tanaman seperti :
 Skimmin dalam Star anise Jepang (Illicium anisatum)
 Aesculin dalam korteks horse-chestnut (Aesculus hippocastanum)
 Daphnin dalam mezereum (Daphne mezereum)
 Fraxin dari tanaman ash bark (Zanthoxylum americanum)
 Skopolin dari belladonna (Atropa belladonna)
 Limetin dari jeruk (Citrus sp.)
 Skopoletin (6-metoksi-7-hidroksi koumarin) dari tanaman Viburnum prunifolium
 Kantaridin
 Santonin dari Artemisia china
(Gunawan dan Mulyani, 2004)
a) Sifat Fisikokimia
Senyawa kumarin dapat dijumpai dalam bentuk bebas atau terikat sebagai glikosida.
Kristal kumarin berbentuk jarum dan tidak berwarna dengan titik leleh 67°–69° C, titik didih
297°–299° C, mulai menyublim pada suhu 100° C, larut 0,25 g/100 ml pada suhu 25° C, larut
47,00 g/100 ml etanol 70% pada suhu 40° C . Kelarutan kumarin sangat bervariasi, ada yang
larut dalam pelarut polar, ada yang sedikit larut dalam pelarut polar dan ada pula yang larut
dalam pelarut non polar. Peleburan kumarin dengan NaOH menghasilkan asam asetat dan
salisilat, nitrasi membentuk 6-nitrokumarin dan 8-nitrokumarin, sulfonasi di bawah penangas
air memberikan kumarin 6-asam sulfonat dan pada suhu 150° C memberikan 3,6-asam
disulfonat. Halogenasi dalam kloroform pada suhu ruang dengan bromida menghasilkan
kumarin. Kumarin sulit dioksidasi dan stabil dalam asam (Dighe et al., 2010).
c. Manfaat
Skopoletin memiliki aktivitas antispasmodik. Kantaridin dapat digunakan
untuk dermatologik. Santonin dapat digunakan sebagai obat cacing (Gunawan dan Mulyani,
2004).
d. Contoh sediaan Obat
Sediaan tablet santonin 60 mg/tablet untuk obat cacing. Di AS terjadi
keracunan akibat sediaan ini sehingga tidak lagi digunakan (Gunawan dan Mulyani, 2004).

10. Glikosida fenolik

a. Uraian umum

19
Glikosida fenolik adalah glikosida yang memiliki aglikon fenolik. Fenolik
merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada tumbuhan. Fenolik memiliki cincin
aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksi (-OH-) dan gugus-gugus lain penyertanya.
Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama senyawa induknya yaitu fenol. Senyawa fenol
kebanyakan memiliki gugus hidroksi lebih dari satu sehingga disebut sebagai polifenol. Fenol
biasanya dikelompokkan berdasarkan jumlah atom karbon pada kerangka penyusunnya.
Kelompok terbesar dari senyawa fenolik adalah flavonoid yang merupakan senyawa yang
secara umum dapat ditemukan pada semua jenis tumbuhan. Glikosida fenol sering ditemukan
pada produk tumbuhan alami seperti arbutin, gaultherin, salissin, populin, dan glukovanilin
(Kar, 2003).
b. Sumber
Beberapa aglikon dari glikosida alami mempunyani kandungan bercirikan
senyawa fenol. Arbutin yang terkandung dalam uva ursi dan tanaman Ericaceae lain
menghasilkan hidrokuinon sebagai aglikonnya. Hesperidin dalam buah jeruk juga dapat
digolongkan sebagai glikosida fenol (Gunawan dan Mulyani, 2004).
c. Sifat dan Bentuk
Jika dilarutkan ke dalam air akan membentuk koloid dan memiliki rasa asam
dan sepat. Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol yang sukar
dipisahkan sehingga sukar mengkristal (Poedjiadi, 1994). Berikut merupakan struktur arbutin
yang terkandung dalam uva ursi dan tanaman Ericaceae:

Gambar 15. Struktur arbutin yang terkadung dalam Uva ursi (Kar, 2003)

d. Manfaat dan kegunaan dalam bidang farmasi

20
Uva ursi digunakan sebagai diuretikum dan astringensia. Selain itu, uva ursi

juga digunakan dalam pengobatan urethritis dan sistitis. Ketika dieliminasi dari tubuh, obat

ini memberi daya antiseptik pada saluran kencing. Ini juga merupakan penghambat

pembentukan melanin dan produk pencerah kulit (Gunawan dan Mulyani, 2004).

II. 4. Daftar Pustaka


1. Gunawan, Didik dan S. Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1.
Jakarta : Penebar Swadaya. Hal 66-103.
2. Harborne J.B. 1999. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: ITB.
3. Poedjiadi A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.
4. Tjay, T. Hoan dan Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting. Khasiat, Penggunaan dan
Efek Sampingnya. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

21

Anda mungkin juga menyukai