PRAKTIKUM KOSMETOLOGI
CANGKANG SAWIT
Dosen Pengampu :
Apt. Nur Ermawati, M.Farm
Disusun Oleh :
Asisten Praktikum :
Nabila Karima, Amd., Farm
Imam Fatkhi, Amd., Farm
PRODI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2021
1.1. FORMULASI DAN PEMBUATAN SEDIAAN SABUN PADAT ARANG AKTIF
CANGKANG SAWIT
1.2. TUJUAN
sabun cair terhadap sifat fisika dan kimia sediaan sabun cair
Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi, terdiri dari
dua komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C16 dan sodium atau
potasium. Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara kalium
atau natrium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang
dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang
dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (soft soap). Sabun dibuat dengan dua
cara yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak. Proses saponifikasi minyak
akan memperoleh gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida
dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak bebas
dengan alkali.
Sabun yang baik harus memiliki daya bersih yang tinggi dan tetap efektif
walaupun dipakai pada temperatur dan tingkat kesadahan air yang berbeda-beda,
(Shrivastava, 1982). Sabun batang yang baik harus memiliki kekerasan yang cukup untuk
memaksimalkan pemakaian (user cycles) dan ketahanan yang cukup terhadap penyerapan
air (water reabsorption) ketika sedang tidak digunakan, dan pada saat yang sama juga
mampu menghasilkan busa dalam jumlah yang cukup untuk mendukung daya bersihnya
sabun transparan, sabun translusen, dan sabun herbal. Jenis sabun tersebut dapat
dibedakan dengan mudah dari penampakannya. Sabun opaque adalah jenis sabun yang
biasa digunakan sehari-hari yang berbentuk kompak dan tidak tembus cahaya, sabun
transparan merupakan sabun yang paling banyak meneruskan cahaya jika pada batang
sabun dilewatkan cahaya, sedangkan sabun translusen merupakan sabun yang sifatnya
berada di antara sabun transparan dan sabun opaque. Sabun transparan mempunyai harga
yang relatif lebih mahal dan umumnya digunakan oleh kalangan menengah atas. Sabun
transparan juga dapat digolongkan kedalam sabun aromaterapi, sedangkan sabun herbal
Sabun pada umumnya dapat dibuat melalui dua metode. Metode tersebut adalah
1. Metode Batch
Pada proses batch, alat yang digunakan adalah suatu wadah yang besar yang
berfungsi sebagai tempat pendidihan bahan baku. Tempat pendidihan ini disebut juga
ketel, sehingga proses batch pada pembuatan sabun disebut proses ketel. Ketel ini
berbentuk bulat yang dilengkapi dengan coil pemanas. Bahan baku dimasukkan dari
atas alat beserta kaustik soda (NaOH) dan air untuk proses pembuatan sabun.
Pemanasan dilakukan selama beberapa jam, sehingga diperoleh sabun murni yang
dapat diolah menjadi berbagai bentuk sabun. Pada proses batch ada 2 (dua) proses
Saponification
2. Metode Kontinu
Pada proses kontinyu, pembuatan sabun diawali dengan mengubah bahan baku
minyak menjadi asam lemak dan ditambahkan NaOH, sehingga diperoleh produk
berupa sabun murni. Pembuatan asam lemak terjadi di dalam hidrolizer atau proses
ini disebut proses hidrolisa. Ada 2 (dua) metode yang dikembangkan untuk proses
Arang aktif merupakan suatu padatan berpori yang terbuat dari bahan yang
adsorpsinya yang tinggi telah banyak dimanfaatkan salah satunya sebagai bahan
penunjang sediaan kosmetik, diantaranya adalah sebagai kosmetik pembersih yaitu sabun
padat. Kandungan arang aktif di dalam sediaan sabun padat diketahui mampu
mengecilkan pori, membantu pengelupasan selsel kulit mati sehingga mencerahkan kulit
Salah satu bahan baku yang memiliki kandungan karbon yang relatif tinggi serta
dapat dimanfaatkan menjadi arang aktif adalah cangkang sawit. Arang aktif yang berasal
dari cangkang sawit memiliki kualitas yang baik. Lestari dkk. (2019) melaporkan daya
serap arang aktif cangkang sawit terhadap iodine dengan ukuran 200 mesh yang
diaktivasi secara fisika pada suhu 600C adalah sebesar 766,4 mg/g. Nilai ini memenuhi
syarat SNI No. 06-3730 yaitu minimal 750 mg/g dan lebih unggul dibandingkan dengan
arang aktif lain seperti yang berasal dari tempurung kelapa dan kayu kelapa. Tempurung
kelapa hanya sebesar 580 mg/g (Jamilatun dan Setyawan, 2014) dan kayu kelapa sebesar
544,2 – 665,1 mg/g (Polli, 2017). Daya adsorpsi arang aktif terhadap iodin merupakan
parameter untuk menunjukkan kualitas daya serap arang aktif terhadap zat pengotor
(Rumidatul, 2006). Selain itu, arang aktif cangkang sawit juga mengandung serat yang
membantu mengangkat sel-sel kulit mati sehingga kulit menjadi lebih bersih (Khumaida,
2008)
Arang adalah suatu bahan padat berpori yang merupakan hasil pembakaran
bahan yang mengandung unsur karbon, sedangkan arang aktif adalah arang yang
diaktifkan dengan cara perendaman dalam bahan kimia atau dengan cara
mengalirkan uap panas ke dalam bahan, sehingga pori bahan menjadi lebih terbuka
dengan luas permukaan berkisar antara 300 sampai 2000 m2 /g. Permukaan arang
aktif yang semakin luas berdampak pada semakin tingginya daya serap terhadap
bahan gas atau cairan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25- 1000% terhadap
berat arang aktif. Karena hal tersebut maka arang aktif banyak digunakan oleh
kalangan industri. Hampir 60% produksi arang aktif di dunia ini dimanfaatkan oleh
industri-industri gula dan pembersihan minyak dan lemak, kimia dan farmasi.
Pemerian : Serbuk atau hablur, putih atau kuning pucat, bau lemah
dan khas.
3. Asam stearat
Minyak sawit adalah minyak nabati yang didapatkan dari mesocarp buah
pohon kelapa sawit, umumnya dari spesies Elaeis guineensis, dan sedikit dari
spesies Elaeis oleifera dan Attalea maripa. Minyak sawit secara alami berwarna
merah karena kandungan alfa dan beta-karotenoid yang tinggi. Minyak sawit
berbeda dengan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) yang dihasilkan dari inti
buah yang sama. Minyak kelapa sawit juga berbeda dengan minyak kelapa yang
dihasilkan dari inti buah kelapa (Cocos nucifera). Perbedaan ada pada warna
(minyak inti sawit tidak memiliki karotenoid sehingga tidak berwarna merah), dan
kadar lemak jenuhnya. Minyak sawit mengandung 41% lemak jenuh, minyak inti
sawit 81%, dan minyak kelapa 86%. Minyak sawit termasuk minyak yang memiliki
kadar lemak jenuh yang tinggi. Minyak sawit berwujud setengah padat pada
laurat (0.1%), asam miristat (1%), asam stearat (5%), dan asam palmitat (44%)
5. NaOH
BM : 40,00
6. Etanol 96%
khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun
BM : 46,07
7. Gliserin
larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemah dan dalam minyak
menguap
stabil sebagai campuran dalam air, dalam metanol 95% dan propilen glikol
8. Gula pasir
Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran putih, tidak
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, agak
sukar larut dalam etanol (95%)P mendidih, sukar larut dalam etanol (95%)P.
9. Aquadest
1.5. FORMULASI
No Nama Bahan F1 F2 F3 F4
1 Arang aktif cangkang sawit 3 2 1 0
2 Sodium Lauril Sulfat 0 1 2 3
3 Asam stearat 10 10 10 10
4 Minyak kelapa sawit 25 25 25 25
5 NaOH 15 15 15 15
6 Etanol 20 20 20 20
7 Gliserin 20 20 20 20
8 Gula pasir 4 4 4 4
9 Pewangi 0,1 0,1 0,1 0,1
10 Aquadest Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100
1.6.1 Alat
No Nama Alat
1 Blender
2 Waterbath
3 Timbangan
4 Pillen plank
5 Pillen roller
6 Mortir dan stampher
7 Cawan porselen
8 Beaker glass
9 Pipet tetes
10 Corong
12 Disolution tester
13 Mangkok
14 Gelas ukur
15 Toples kaca
1.6.2 Bahan
No Nama bahan
1 Arang aktif
2 Asam stearat
3 Minyak kelapa
4 SLS
5 NaOH
6 Gliserin
7. Gula Pasir
8 Pewangi
9 Etanol
10 Aquadest
2. Minyak kelapa sawit dipanaskan hingga suhu 70C lalu dicampur dengan asam
3. Gliserin, gula pasir, dan SLS yang dilarutkan dengan air panas kemudian
4. Campuran diaduk dengan mixer kecepatan 120 rpm dan ditambahkan etanol 96%
5. Campuran didinginkan dan dimasukkan serbuk arang aktif cangkang sawit dan
6. Campuran didiamkan selama 24 jam dan sabun dikeluarkan dari cetakan untuk
dievaluasi.
1.7.2 Evaluasi Sediaan
A. Oraganoleptis
Uji penampilan dilakukan dengan melihat secara langsung warna, bentuk, dan
B. Uji Kekerasan
kg/cm2 ).
skala penetrometer.
C. Stabilitas busa
E. Uji Pembasah
dasar wadah. Persyaratan daya pembasah yaitu tidak lebih dari 30 detik
Evaluasi F1 F2 F3 F4 Parameter
Warna Warna Warna
Warna Stabil tidak
hitam, hitam, hitam,
transparan, terjadi perubahan
mengkilat, mengkilat, mengkilat,
aroma warna, bau dan
Organoleptis aroma aroma aroma
greentea, bentuk sediaan
greentea, greentea, greentea,
bentuk (Depkes
bentuk bentuk bentuk
padat RI,1979).
padat padat padat
Nilai pH sabun
pH 9,78 9,77 9,73 9,73 padat adalah 9-11
(BSN, 1996).
Stabilitas 13-220 mm
3,23 4,07 5,6 5,87
Busa (cm) (SNI,1996).
Tidak ada standar
Kekerasan
22,06 21,9 18,89 16,85 kekerasan sediaan
(N/cm2)
sabun padat.
tidak lebih dari
Pembasahan
29,56 29,11 28,92 28,57 30 detik
(detik)
(Febriyenti.2014).
1.9. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini akan dibuat sedian sabun padat dengan zat aktif arang
aktif cangkang sawit dan sodium lauril sulfat dengan tujuan mengetahui pengaruh
penambahan bahan atau konsentrasi bahan dalam sediaan sabun padat terhadap sifat fisik
dan kimia sediaan. Penelitian sebelumnya terhadap arang aktif cangkang sawit daya
adsorpsi arang aktif terhadap iodin dan zat pengotor memenuhi syarat SNI. Selain itu,
arang aktif cangkang sawit juga mengandung serat yang membantu mengangkat sel-sel
membersihkan kulit, dibuat dari bahan dasar berbasis minyak dan direaksikan dengan
basah yang ditambahkan surfaktan, pengawet, penstabil busa, pewangi dan pewarna yang
diperbolehkan, dan dapat digunakan untuk mandi tanpa menimbulkan iritasi pada kulit.
Salah satu zat yang memiliki kemampuan sebagai zat pembersih adalah karbon
aktif serta sodium lauril sulfat. Arang aktif merupakan suatu padatan berpori yang terbuat
dari bahan yang mengandung karbon aktif berupa komponen senyawa organik.
Kemampuan daya adsorpsinya yang tinggi telah banyak dimanfaatkan salah satunya
sebagai bahan penunjang sediaan kosmetik, salah satunya sebagai zat pembersih sabun
padat. Kandungan arang aktif di dalam sediaan sabun padat diketahui mampu
mengecilkan pori, membantu pengelupasan selsel kulit mati sehingga mencerahkan kulit
dan menghilangkan noda hitam. Dari ke empat formulasi dengan kombinasi arang aktif
yang berbeda beda, hasil yang paling optimum dan memiliki evaluasi yang baik adalah
karna minimnya efek samping yang diberikan. Efektivitas sabun padat kombinasi arang
aktif dengan sodium lauril sulfat sebagai sabun pembersih ini tidak lepas dari bahan
eksipien lainnya pada formulasi. Beberapa eksipien yang membuat sediaan ini
SLS merupakan salah satu kandungan yang berada di dalam kelapa sawit yang
mengalami beberapa proses. Dalam formula ini SLS digunakan sebagai surfraktan
yang memiliki sifat membersihkan. SLS ini menurunkan tegangan permukaan air,
sehingga kotoran dan minyak yang ada pada kulit lebih mudah dibersihkan.
Konsentrasi yang optimum dan baik memenuhi syarat evaluasi yang digunakan pada
2. Asam Stearat
Jenis asam lemak yang paling sering digunakan dalam pembuatan kosmetik yaitu
asam stearat (stearic acid). Berfungsi untuk menambah kekerasan pada sabun mandi
padat dan kekentalan pada sabun cair. Biasa digunakan juga dalam formula kosmetik
untuk menambah kekentalan pada lotion, kekerasan pada lipstick, dll. Dalam
Selain di produk makanan, minyak kelapa sawit juga dapat ditemukan dalam sabun,
pasta gigi, kosmetik, dan perawatan wajah. Pada pembuatan sabunbatang cold
process,minyak kelapa sawit ditambahkan untuk membuat sabun menjadi padat dan
memungkinkan untuk berbusa jika ditambahkan bahan lainnya. Karna minyak kelapa
sawit merupakan basis dari pembuatan sabun padat maka dalam formulasi digunakan
4. NaOH 15%
Kegunaan NaOH dalam sabun padat yaitu membantu proses saponifikasi dan
mempengaruhi kualitas sabun di antaranya kadar asam lemak bebas dan alkali
bebas. Kadar asam lemak bebas dan alkali bebas yang menyebabkan iritasi pada
kulit. Pada formulasi ini NaOH digunakan sebanyak 15% untuk menghasilkan sabun
5. Gliserin
higroskopis yang dapat mengikat air dan mengurangi jumlah air yang meninggalkan
seksama dengan metode hot process. Hot process Merupakan metode pembuatan sabun
sudah menghasilkan panas karena reaksi, tetapi membutuhkan waktu yang lama hingga
sabun menjadi keras dan siap digunakan. Pembuatan sabun dimulai dengan memanaskan
minyak kelapa sawit hingga suhu 70oC lalu ditambahkan dengan asam stearat dan NaOH
15% kemudian campuran ini dihomogenkan. Gliserin, gula pasir, dan SLS yang
dilarutkan dengan air panas kemudian ditambahkan pada campuran tersebut. Campuran
diaduk dengan mixer kecepatan 120 rpm dan ditambahkan etanol 96% perlahan sampai
campuran terlihat transparan. Campuran didinginkan dan dimasukkan serbuk arang aktif
cangkang sawit dan parfum dan diaduk hingga homogen, kemudian dituangkan ke dalam
cetakan sabun silikon, busa yang ikut tertuang dibersihkan secara manual. Campuran
didiamkan selama 24 jam dan sabun dikeluarkan dari cetakan untuk dievaluasi.
Apabila sediaan telah jadi selanjutnya dilakukan evaluasi pada sediaan sebagai
berikut :
a. Organoleptis
Uji penampilan dilakukan dengan melihat secara langsung warna, bentuk, dan bau
sabun cair yang terbentuk. Menurut FI edisi III, standar sabun padat yang ideal
yaitu stabil tidak terjadi perubahan warna, bau dan bentuk sediaan. Uji organoleptis
dilakukan dengan cara mengamati hasil sediaan dengan panca indra, hasilnya
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dari segi aroma dan bentuk sediaan, tetapi
berbeda warna antara F1, F2, dan F3 dengan F4. Pada F4 ditunjukan dengan warna
transparan. Hal ini dikarenakan tidak adanya penambahan arang aktif cangkang
b. Kekerasan
sawit dan SLS terhadap kekerasan sediaan. Semakin tinggi konsentrasi arang aktif
cangkang sawit, maka semakin meningkat kekerasan sabun. Hal ini disebabkan
oleh penggunaan arang aktif cangkang sawit dalam bentuk serbuk sehingga
meningkatkan kepadatan sediaan sabun yang dihasilkan. Kekerasan sabun padat ini
juga dipengaruhi oleh penggunaan minyak sawit sebagai bahan utama. Sabun padat
arang aktif cangkang sawit memiliki tingkat kekerasan lebih tinggi dibandingkan
dengan sabun arang komersil yang menunjukkan bahwa sabun tidak mudah
c. Stabilitas busa
Tujuan uji stabilitas ini adalah untuk mengetahui stabilitas yang diukur dengan
tinggi busa dalam tabung reaksi dengan skala dengan rentan waktu tertentu dan
busa yang dihasilkan, dilakukan dengan mengambil 5g sediaan sabun padat dari
formula uji dan kontrol yang dimasukkan ke dalam wadah tabung ukur kemudian
ditambahkan air sebanyak 120 mL. lakukan proses pengadukan dengan pengaduk
sebagai ketahanan suatu gelembung, untuk stabilitas busa setelah lima menit busa
harus memilik ketinggian busa 13-220 mm baru dapat dikatakan baik. Berdasarkan
hasil evaluasi ketinggian busa yang dihasilkan dari sediaan ini mulai F1- F4 hanya
berkisar antara 3-6 cm. Artinya stabilitas busa ini masih kurang bagus atau tidak
memenuhi parameter.
d. pH
Nilai pH merupakan tolok ukur derajat keasaman dan merupakan salah satu
indikator pada sediaan sabun. Sabun dengan pH yang relatif tinggi dapat
meningkatkan daya absorpsi kulit sehingga kulit menjadi iritasi seperti mengelupas,
gatal, luka, dan kulit menjadi kering. Hasil analisis menunjukkan bahwa variasi
kombinasi arang aktif cangkang sawit dan SLS tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap nilai pH. Nilai pH ini menunjukkan bahwa sediaan sabun yang dihasilkan
bersifat basa yang sesuai dengan nilai persyaratan pH sediaan sabun yaitu 9-11
e. Pembasahan
bahwa waktu yang diperoleh cenderung semakin cepat dari F1, F2, F3, dan F4
karena perbedaan konsentrasi SLS dalam sediaan. SLS berfungsi sebagai bahan
pembasah sehingga semakin meningkat konsentrasi SLS maka semakin cepat sabun
kombinasi arang aktif cangkang sawit dan SLS tidak berpengaruh nyata terhadap
daya pembasah sabun. Nilai uji pembasah tiap formula ini memenuhi persyaratan
1.10. KESIMPULAN
telah diuji sifat fisika dan kimianya ada beberapa uji yang belum memenuhi syarat.
Sehingga masih perlu dilakukan optimasi formula lagi untuk menghasilkan sediaan yang
memenuhi semua syarat uji. Hasil uji fisika dan kimia dari sediaan sebagai berikut :
Formula yang paling baik memenuhi persyaratan evaluasi sifat fisik, stabilitas
pada penyimpanan dan efektivitas daya bersih terdapat pada formula F2 (arang aktif
cangkang sawit 2% dan SLS 1%). Kombinasi arang aktif cangkang sawit dan SLS
2. pH sediaan 9,77 dan masih masuk dalam range pH sabun yang baik yaitu 9 - 11
3. Stabilitas busa memiliki hasil 4,07 cm sedangkan persyaratan stabilitas busa yang
bagus pada 13 – 220 mm, artinya stabilitas ini belum memenuhi syarat uji
5. Pembasahan sabun memiliki waktu 29,11 detik, hasil ini masih memenuhi syarat
antioksidan sabun padat transparan yang diperkaya dengan ekstrak kasar karotenoid
2. Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I. (2009). Handbook of Cosmetics Science
and Technology, 3rd Edition. Informa Healthcare USA, Inc, New York.
3. Badan Standarisasi Nasional. (1996). Standar Mutu Sabun Mandi, SNI 06-3532-
4. Butler, H. (2000). Poacher’s Parfumes, Cosmetics and Soap, 10th Edition. Kluwer
5. Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI, Jakarta.
Oxford.
7. Febriyenti, L. I. Sari., R. Nofita. (2014). Fomulasi sabun transparan minyak ylang-
ylang dan uji efektivitas terhadap bakteri penyebab jerawat. Jurnal Sains Farmasi &
8. Gusviputri, A., P. N., Meliana, A., dan N. Indraswati. (2013). Pembuatan sabun
dengan lidah buaya (Aloe vera) sebagai antiseptik alami. Widya Teknik, 12(1): 11-
21.
Plus, Jakarta.
10. Hernani, T. K. Bunasor dan Ftriati. (2010). Formula sabun transparan anti jamur
dengan bahan aktif ekstrak lengkuas (Alpinia Galanga L. Swartz). Buletin Litro,
21(2): 192-205.
11. Jamilatun, S., Setyawan, M. (2014). Pembuatan arang aktif dari tempurung kelapa
dan aplikasinya untuk penjernihan asap cair. Spektrum Industri, 12(1): 74-83.
12. Khumaida. (2008). Kajian Proses Pembuatan Sabun Scrub Menggunakan Serat
13. Lestari, U., F. Farid dan P. M. Sari. (2017). Formulasi dan uji sifat fisik lulur body
scrub arang aktif dari cangkang sawit (Elaeis guineensis Jacg.) sebagai
14. Lestari, U., F. Farid dan A. Fudholi. (2019). Formulation and effectivity test of
15. Löffer, H and R. Happle. (2003). Profile of irritant patch testing with detergents:
sodium lauryl sulfate, sodium laureth sulfate and alkyl polyglucoside. Contact
16. Polii, F. F. (2017). Pengaruh suhu dan lama aktivasi terhadap mutu arang aktif dari
Dasar Minyak Jelantah Serta Hasil Uji Iritasinya Pada Kelinci. Prosidings, Hal: 31-
48.
18. Qisti, Rachmiaty. (2009). Sifat Kimia Sabun Transparan dengan Penambahan Madu
20. Rumidatul, Alfi. (2006). Efektivitas Arang Aktif Sebagai Adsorber Pada
21. Shancez, N., R. Fayne, B. Burroway, B.W. (2019). Charcoal: an ancient material
22. Sari, T. Indah., J. P. Kasih, dan T. J. N. Sari. (2010). Pembuatan sabun padat dan
sabun cair dari minyak jarak. Jurnal Teknik Kimia, 17(1): 28-33.
23. Setyaningsih, H. 1995. Pengolahan Limbah Batik Dalam Proses Kimia Dan
24. Standar Nasional Indonesia. (1996). Arang Aktif Teknis, SNI 06-3730-1995. Badan
25. Standar Nasional Indonesia. (2016). Standar Mutu Sabun Mandi Padat, SNI 3532-
charcoal from palm shell (Elaeis guineensis jacg) as teeth withening for nicotine
58(2): 9-12.
mandi padat dari ekstrak etanol buah mengkudu (Morinda Citrifolia L.) segar.
29. Warra, A. A., L. G. Hasan, S.Y. Gunu, S.A. Jega. (2010). Cold-process synthetis
30. Wijana dan Muhammad Rohmadi. (2009). Analisis Wacana Pragmatik Kajian