Anda di halaman 1dari 34

FARMASI

KLINIS
Drug Induced Dosen Pengampu :
Renal Disease
Kelompok 3: Tiara Tri Agustini,
M.Farm.,Apt

2
Penelitian ini merupakan penelitian kasus-
kontrol menggunakan rancangan hospital based
case control study dengan menelusuri ke
belakang apakah ada kaitan antara riwayat 3

penggunaan analgetik dan OAINS dengan


kejadian gagal ginjal kronik pada pasien yang
melakukan hemodialisis di rumah sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
Pasien kasus adalah pasien gagal
ginjal kronik dengan hemodialisis
secara rutin

Pasien kontrol adalah pasien dengan


ginjal normal melakukan rawat inap
dengan kondisi trauma, sadar dan 4
infeksi ringan.

Kriteria inklusi pasien


adalah usia 15-75
tahun.
5
Usia pasien 46–75 tahun
mempunyai risiko mengalami
Jenis kelamin laki- laki
gagal ginjal kronik 2,5 kali lebih
mempunyai risiko mengalami
besar dari usia pasien 15–45
gagal ginjal kronik 2 kali dari
tahun. Hal ini menunjukkan
jenis kelamin perempuan, hal ini
bahwa semakin bertambah
kemungkinan karena laki-laki 6
usia, semakin berkurang fungsi
kurang hati-hati dalam
ginjal karena disebabkan
penggunaan obat dan secara
terjadinya penurunan
sosial kurang memperhatikan
kecepatan ekskresi glomerulus
kesehatan.
dan penurunan fungsi tubulus
pada ginjal.
7

Penggunaan analgetik mempunyai risiko 0,08 lebih kecil mengalami gagal


ginjal kronik. Hal ini kemungkinan penggunaannya tidak secara berlebihan,
oleh karena itu perlu ditinjau lama dan jumlah tablet penggunaan analgetik
pada pasien sehingga diketahui jumlah paparan yang menyebabkan
terjadinya gagal ginjal kronik.
8

variabel lama penggunaan analgetik tidak berkaitan dengan kejadian


gagal ginjal kronik (OR 1,35;p>0,05). Secara klinik lama penggunaan
analgetik >10 tahun memberikan peluang 1,4 kali lebih besar mengalami
gagal ginjal kronik. Hal ini menunjukkan bahwa lama penggunaan
analgetik >10 tahun meningkatkan risiko terjadinya gagal ginjal kronik.
9

pada pasien yang menggunakan analgetik lebih dari >500 tablet


mempunyai risiko 23 kali lebih besar mengalami gagal ginjal kronik.
Kebiasaan menggunakan analgetik meningkatkan terjadinya penyakit
gagal ginjal kronik.
1
0

riwayat penggunaan OAINS berkaitan dengan kejadian gagal ginjal


kronik (OR 4,47;p<0,05). Obat anti inflamasi non steroid menghambat
sintesis prostaglandin yang mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi
pada medula ginjal.
1
1

pada pasien yang menggunakan OAINS lebih dari 10 tahun maka


dapat meningkatkan kejadian gagal ginjal kronik, semakin lama
pasien menggunakannya, maka semakin menghambat sintesis
prostaglandin.
1
2

bahwa jumlah tablet OAINS berkaitan dengan kejadian gagal ginjal


kronik kronik (OR 12,0;p<0,05). Secara klinik pasien yang
menggunakan OAINS lebih dari >500 tablet mempunyai risiko 12 kali
lebih besar mengalami gagal ginjal kronik.
Analgetik dan obat anti inflamasi non steroid mempunyai mekanisme
kerja menghambat sintesis prostaglandin. Penggunaan kombinasi
analgetik dan OAINS kemungkinan meningkatkan risiko gagal ginjal
kronik. Hasil analisis bivariat kaitan antara riwayat penggunaan
analgetik dan OAINS
1
3
Penggunaan kombinasi analgetik dan
OAINS meningkatkan risiko terjadinya
gagal ginjal kronik 5,1 kali.
Penghambatan sistensi prostaglandin
yang kuat oleh OAINS dalam jangka 1
waktu pendek sudah dapat 4

menyebabkan vasokonstriksi renal,


menurunkaan aliran darah ke ginjal dan
potensial menimbulkan iskemia
glomerular.
1
5

lama penggunaan analgetik dan anti inflamasi non steroid >10 tahun
mempunyai risiko 0,5 kali lebih kecil mengalami gagal ginjal kronik.
Kemungkinan pada penelitian ini, penggunaan analgetik dan OAINS
selama kurang dari 10 tahun sudah menyebabkan terjadinya gagal
ginjal kronik, sehingga pasien gagal ginjal kronik menghentikan
penggunaan.
1
6

diperoleh (OR 1,1;p>0,05), maka secara statistik tidak ada kaitan


yang bermakna antara jumlah tablet analgetik dan anti inflamasi non
steroid dengan kejadian gagal ginjal kronik. Secara klinik jumlah tablet
penggunaan analgetik dan anti inflamasi non steroid > 500 tablet
mempunyai risiko 1,1 kali mengalami gagal ginjal kronik.
METODE
PENYELESAIAN
KASUS
SOAP
SUBJECT

Penelitian ini merupakan penelitian


analitik dengan rancangan hospital
1
based case control study Panelitian 8

dilakukan pada bulan Januari–


Desember 2009.
sampel kasus adalah pasien
gagal ginjal kronik dengan
hemodialisis sebanyak 60.

sampel kontrol adalah pasien 1


9
rawat inap dengan ginjal
normal berdasarkan data
serum kreatinin sebanyak 60
orang.
OBJECTIVE

Dalam penelitian ini tidak


dicantumkannya data
pemeriksaan terhadap pasien 2
0
yang menjadi kelompok kasus
maupun kelompok kontrol
Data dianalisis dengan menggunakan tabel 2 x 2 dan chi-square
untuk mengetahui odds ratio yang menilai kaitan antara riwayat
penggunaan analgetik, penggunaan obat anti inflamasi non
2
steroid serta penggunaan kombinasi analgetik dan obat anti 1

inflamasi non steroid, riwayat penyakit faktor risiko gagal ginjal


kronik dengan kejadian gagal ginjal kronik di RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
Assesment

1. Peneliti bertujuan melihat kaitan


penggunaan analgetik, OAINS serta
Kombinasi antara Analgetik dan OAINS
terhadap kejadian GGK.
2
2. Obat yang digunakan untuk Analgetik : 2

Parasetamol dan Antalgin, sedangkan


OAINS adalah asam mefenamat, natrium
diklofenak, kalium diklofenak, piroxicam,
tenoxicam, meloxicam, ibuprofen, dan
ketoprofen
Analisa kerasionalan obat

Tepat Pasien
Tepat Indikasi

Tepat Obat

Waspada Efek Samping

Tepat Dosis

23
Penggunaan Analgetik
pada pasien
hemodialisa

24
Tepat Indikasi

Nama obat Indikasi Mekanisme kerja


Paracetamol Antipiretik, analgetik Bekerja di pusat saraf dengan menghambat
enzim COX1,COX2 dan COX3 yg berperan
dalam pembentukan prostaglandin.
Antalgin Analgetik Bekerja sentral pada otak untuk menghilangkan
nyeri merupakan inhibitor selektif dari
prostaglandin Fa2
Asam mefenamat
Natrium diklofenak
Kalium diklofenak
Piroxicam Menghambat enzim siklooksigenase
Anti inflamasi,
Tenoxicam (COX) sehingga menghambat
Meloxicam analgetik
Ibuprofen
pembentukan prostaglandin
Ketoprofen

25
Tepat Obat

Nama obat Alasan pemilihan


Paracetamol Digunakan untuk mengurangi rasa nyeri
Antalgin Digunakan untuk mengurangi rasa nyeri
Asam mefenamat
Natrium diklofenak
Kalium diklofenak
Piroxicam Digunakan untuk tujuan mengurangi atau
Tenoxicam menghilangkan radang maupun nyeri
Meloxicam
Ibuprofen
Ketoprofen

26
Tepat Pasien

Nama obat Kontra Indikasi


Paracetamol Hipersensitif dan gangguan fungsi hati
Antalgin Hipersensitif, wanita hamil trisemester
pertama,
Asam mefenamat
Gangguan Lambung, gagal jantung berat,
Natrium diklofenak
pada pasien gagal ginjal, gagal hati 2
Kalium diklofenak 7
dibutuhkan ke hati-hatian. Pada gagal
Piroxicam
ginjal ringan sampai sedang dosis dijaga
Tenoxicam
serendah mungkin dan fungsi ginjal
Meloxicam
dipantau, sedangkan pada gagal ginjal
Ibuprofen
berat seaiknya dihindarkan jika mungkin.
Ketoprofen
Tepat dosis

Dalam penelitian ini tidak dicantumkannya


data dosis penggunaan obat terhadap pasien
yang menjadi kelompok kasus maupun
kelompok kontrol
2
8
Waspada Efek Samping

Nama obat Efek Samping


Paracetamol Mual. Muntah, urine berwarna gelap,
reaksi alergi timbul ruam atau bengkak.
Antalgin Gangguan pencernaan, nyeri ulu hati,
sakit kepala
Asam mefenamat 2
Natrium diklofenak 9

Kalium diklofenak
Piroxicam Radang lambung, tukak lambung,
Tenoxicam konstipasi, nyeri dada.
Meloxicam
Ibuprofen
Ketoprofen
Plan
TERAPI NON FARMAKOLOGI :

1. Pembatasan Diet Protein (asupan protein pada pasien dengan GFR


<25 ml/menit = 0,6 g/kg/hari)
2. Pembatasan Diet Garam (diet garam dapat meningkatkan BP, GFR 3
0
dan menurunkan aliran plasma ginjal)
3. Menghindari makanan berpurin tinggi (pengumpalan purin pada ginjal
sehingga tidak akan mampu menyaring racun/kotoran).
4. Konsumsi banyak air mineral
5. Rutin olahraga (racun dapat dikeluarkan melalui keringat)
5. Natrium dibatasi jika hipertensi

Diet pada Gagal Ginjal Kronik : (1-3 gram )

1. Energi Cukup ( 35 kkal/kgBB ) 6. Kalium dibatasi ( 40-70 mEq ),

2. Protein rendah (0,6-1,5 g/kgBB ) hiperkalemia (kalium darah >5,5

3. Lemak cukup (20-30% dari mEq) 3


1

kebutuhan energi total) 7. Cairan dibatasi (±500 mL)

4. Karbohidrat cukup 8. Vitamin cukup, bila perlu


diberikan suplemen asam folat,
vitamin B6 dan D )
MONITORING

1. Mempertahankan curah jantung dan tekanan


darah yang cukup
2. Pengobatan yang terkait penurunan aliran
darah renal harus dihentikan. Menghindari 3
2
penggunaan zat nefrotoksik.
3. Terapi penggantian ginjal (Renal
Replacement Therapy / RRT) seperti
hemodialysis dan dialysis peritoneal.
4. RRT dengan jeda (intermitten) seperti
hemodialysis
Kesimpulan

FR ANALGETIK AINS Kombinasi


Penggunaan p : 0,080 p : 0,048 P : 0,027
OR : 0,08 OR : 4,47 OR : 5,12
Lama p : 0,688 p : 0,496 p : 0,602
Penggunaan OR: 1,35 OR: 0,364 OR: 0,5
Jumlah p : 0,01 p : 0,036 p : 0,964
Tablet OR : 22,917 OR : 12 OR : 1,058

33
THANKS! 3
4

Any questions?

Anda mungkin juga menyukai