Twitter : @soebhali
http://bit.ly/PenatalaksanaanPasienUrologi
edisi 08102019
Petunjuk praktis ini disusun untuk memudahkan Dokter Muda menangani kasus yang
umum ditemukan di SMF Urologi RSU. A. Wahab Sjahranie Samarinda. BUKAN sebagai
buku hitam persiapan ujian. ;p
Pada prinsipnya, seorang Dokter Muda yang bertugas di bagian Urologi adalah DOKTER
yang merawat pasien di bawah bimbingan konsulen urologi. Pergunakanlah kesempatan
itu dengan sebaik-baiknya. Artikel ini dapat dipergunakan sebagai pedoman perawatan
pasien, tapi untuk keilmuan tetap harus membaca buku ya
To cure seldom,
To relieve often,
To comfort always...
• Lakukan pemeriksaan fisik ulang untuk memastikan keadaan pasien, sekalian juga
untuk belajar pemeriksaan fisik :D bandingkan dengan pemeriksaan fisik yg
dilakukan konsulen/PPDS bedah di poli / UGD
• Pastikan komponen diagnostik seperti foto, ct scan dan lainnya tersedia. Dapat
dilakukan penegakan diagnostik ulang dengan data yang tersedia
• Baca laporan operasi untuk mengetahui hal-hal khusus yang terjadi pada
saat tindakan, sehingga untuk perawatannya di ruangan akan menyesuaikan.
• Hari operasi dihitung sebagai hari ke-0. Hari berikutnya dianggap sebagai hari ke-
1 post operasi.
• Mobilisasi seawal mungkin (kalau hari pertama sudah dapat mobilisasi tidak
perlu ditunda)
• Terapi oral seawal mungkin (saat pasien sudah bisa makan minum dan tidak
kembung, terapi dapat diganti oral.
• Saat pasien sudah dapat mobilisasi jalan dengan baik, dapat direncanakan pulang
• Pada pasien yang jelas febris, atau ditemukan pus / nanah saat operasi atau setelah
operasi, ya perlu diberikan antibiotik.
Foley Catheter
• Kateter uretra pada bagian urologi pada dasarnya dipasang dengan beberapa
indikasi yaitu :
1. untuk drainase urine.
2. untuk splinting (misalnya pada pasien operasi uretra)
3. untuk monitoring produksi urine (biasanya pada pasien dengan kelaian ginjal
atau jantung)
• Kateter yang terbuat dari silikon (berwarna bening) bisa dipertahankan sampai 6
minggu
• Pasien post operasi yang membuka buli misalnya vesicolitotomy atau freyer
prostatectomy, kateter dilepas pada hari ke 7 post operasi. Pada pasien seperti ini
biasanya dapat dipulangkan hari ke 2-3 post op dengan kateter Tetap terpasang.
• Pada pasien yang menjalani operasi pada uretra, lamanya pemasangan kateter
bervariasi tergantung tingkat kesulitan operasi. Sebaiknya baca laporan operasi
atau selalu konfirmasi ke operator mengenai lamanya pemasangan kateter
Sistostomi
• Pemasangan sistostomi biasanya dilakukan pada
1. pasien yang gagal dipasang kateter per uretra
2. pasien ruptur uretra
3. pasien dengan operasi buli yang kondisi dinding buli jelek, misal karena infeksi
4. pasien dengan operasi uretra yang memerlukan diversi urine sementara
• Pasien yang disistostomi karena gagal pasang kateter uretra dan kecurigaan ruptur
uretra, harus dilakukan bipolar voiding uretrosistografi untuk memastikan
penyebab kegagalan pemasangan
• Sebaiknya setelah kateter uretra dilepas kateter sistostomi diklem supaya kita bisa
mengevaluasi pancaran urine dari uretra.
• Sama seperti kateter uretra, bila memerlukan pemasangan kateter sistostomi lebih
dari 2 minggu sebaiknya sistostomi diganti tiap 2 minggu
• Mengganti kateter sistostomi tidak perlu takut. Setelah 2 minggu biasanya telah
terbentuk saluran yang baik sehingga sangat kecil kemungkinan terjadi false route
pada penggantian kateter sistostomi.
• Drain dilepas terakhir kali karena traktus urinarius adalah suatu saluran. Fungsi
drain dalam operasi urologi selain mengalirkan sisa perdarahan operasi (seperti
pada operasi di luar traktus urinarius) juga untuk mengalirkan urine jika terjadi
kebocoran pada daerah operasi.
• Drain dapat menjadi indikator adanya kebocoran daerah operasi karena itu pada
kebanyakan kasus direkomendasikan melepas drain terakhir kali, setelah
produksinya kurang dari 20mm per hari.
1. pasien di poliklinik
Main feature:
Keluhan:
BAK sulit
BAK sering
Pada pasien yang masih bisa BAK selalu lakukan pemeriksaan skor IPSS (International prostatic
symptom score) untuk mengukur secara subyektif berat ringannya keluhan pasien.
Pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan genetalia eksterna, cari kelainan yang dapat menyebabkan bladder outlet
obstruction, mis: meatal stenosis, striktur uretra yang kadang ditandai dengan pengerasan
ventral penis.
Waspadai adanya hernia inguinalis dan hemoroid yang dapat menyertai BPH
Dalam pemeriksaan rectal toucher ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Di poli urologi selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan penunjang USG utk melihat adakah
komplikasi yg dpt terjadi misalnya :
Batu buli
Retensio urine
Divertikel buli
Hidronefrosis
mengukur PVR (post voiding residual). Bila PVR lebih dari 100 cc pasang kateter uretra
Intepretasi uroflowmetri:
• Qmax <15 , >5 cc/detik : ada gangguan, bila disebabkan oleh BPH bisa diberikan alfa
blocker
• Qmax < 5 cc/detik: obstruksi berat, biasanya diperlukan diagnostik lebih lanjut misalnya
uretrografi (bila curiga striktur uretra) atau TRUP (bila kemungkinan penyebabnya dari
BPH)
Sampai di sini ada 3 kemungkinan yang dpt terjadi pada pasien BPH
• Operasi (pada pasien LUTS berat, retensio urine berulang atau dengan komplikasi lain)
• TWC (Trial Without Catheter, opsional pada pasien yang baru pertama kali retensio urine)
Mempersiapkan operasi (pada pasien dengan retensio urine atau komplikasi lainnya)
Laboratorium : DL, UL, RFT (ureum, kreatin, as. urat), LFT (SGOT, SGPT), GDP-2JPP,
PSA, HbSAg , HIV, bleeding time, cloting time.
Pada pasien yang tidak direncanakan operasi biasanya hanya dilakukan pemeriksaan DL, UL, RFT,
PSA untuk screening
Trivia : sebenarnya pemeriksaan PSA untuk skrining rutin masih banyak yang mempertanyakan.
Namun demi kepentingan lembaga pendidikan kita lakukan di sini
PSA meningkat bukan berarti kanker prostat. Hal-hal yang dapat menyebabkan peningkatan PSA:
• kanker prostat
• infeksi / prostatitis
• koitus
• manipulasi prostat
Harnal OCAS (tamsulosin) 1x0,4mg (masuk fornas jadi bias untuk pasien BPJS)
Rekomendasi pemberian sebaiknya kombinasi alfa blocker dan 5 alfa reduktase inhibitor. Biasanya
pasien BPJS bisa dapat terapi kombinasi. Rekomendasi Harnal OCAS 1x0,4mg dan Avodart
1x0,5mg.
Catatan : penyebutan merk obat di atas berhubungan dengan ketersediaan obat di RSU. AWS, tanpa
bermaksud mempromosikan merk obat tertentu.
Catatan : fitoterapi seperti saw palmetto dan obat2an herbal lain sudah tidak direkomendasikan
penggunaannya oleh sejak Guideline EAU 2010
Pada pasien yang direncanakan TWC (Trial Without Catheter) dapat diberikan alpha blocker
(Cardura atau Harnal OCAS) selama 7 hari. setelah 7 hari dapat dicoba lepas kateter sambil
dievaluasi apakah bisa miksi spontan. Bila retensio urine lagi, dipasang kembali DC. Bila pasien
bisa miksi spontan, maka pasien dapat menunggu operasi tanpa memakai kateter.
Pasien BPH LUTS ringan - sedang yang mendapatkan terapi alfa blocker seperti hytrin
atau cardura sudah akan merasakan perbaikan keluhan di hari berikutnya
Pemberian terapi alpha blocker bersifat symptomatis. bila terapi dihentikan maka keluhan
akan datang lagi. edukasi kepada pasien bahwa terapi pada pembesaran prostat jinak adalah
terapi jangka panjang
• Gangguan fungsi ginjal yang disebabkan oleh Bladder Outlet Obstruction (BOO)
• Hematuria berulang
• Hernia inginalis
Pasien di poli urologi yang direncanakan operasi TURP masuk ke ruangan 1 hari sebelum tanggal
yang dijadwalkan.
Administratif (perlu dicatat apakah pasien dg umum, BPJS, atau asuransi lainnya)
Jangan lupa vital signs. bila tensi sistolik >160 atau diastolik >100 konsulkan ulang
kardiologi dari ruangan
Pastikan laboratorium, radiologis, konsulan kardiologi apakah sudah lengkap dari poli. bila
ada yang kurang segera periksakan.
Kembali cek vital sign. pastikan tidak ada hal2 yang dapat membatalkan operasi
Periksa keadaan klinis pasien. bila kesan anemis, cek Hb cito. Bila Hb <8, transfusi prc.
Pastikan irigasi NaCl 0,9% lancar. semakin merah, semakin deras irigasinya. bila relatif
jernih boleh agak pelan.
Waspadai TURP syndrome, yang terjadi karena cairan irigan terlalu banyak yang masuk
ke sistemik. TURP syndrome adalah gejala yang timbul karena timbulnya relative
hiponatremia karena terjadinya dilusi cairan tubuh oleh cairan irigan (aquadest) yang
bersifat hipotonis. Gejalanya sama seperti gejala hiponatremia pada umumnya, yaitu
peningkatan tekanan darah, penurunan nadi serta pada kasus yang berat dapat disertai
penurunan kesadaran. Saat ini kebanyakan operasi TURP di RSU AWS menggunakan
mesin bipolar, sehingga irigan yang digunakan adalah NaCl dan kemungkinan terjadinya
TRUP syndrome sangant kecil.
Pasien sementara bed rest dulu, boleh miring kanan-kiri, kaki yang dipasangi traksi (plester
kateter) tidak boleh dilipat.
Boleh mulai minum sedikit-sedikit, bila tidak kembung boleh dicoba makan
Aff traksi (plester yang menempel di paha untuk menahan kateter) (bila ada) 6 - 24 jam
setelah operasi, pindah fiksasi kateter ke arah inguinal
Saat ini tidak semua pasien post op TURP dilakukan traksi. Diperhatikan pasien post
operasi apakah menggunakan traksi atau tidak
Evaluasi urine. bila jernih , stop irigasi. bila masih merah teruskan irigasi.
Menentukan merah tidaknya urine, coba letakkan kertas yang ada tulisannya di balik selang
kantong urine. bila tulisan bisa terbaca berarti urine jernih. bila tidak terbaca teruskan
irigasi. (urine jernih tidak berarti harus bening seperti aqua, agak merah sedikit selama
tulisan terbaca boleh stop irigasi)
Bila tidak ada komplikasi, terapi boleh diganti terapi oral. rekomendasi : ibuprofen
2x400mg, kalnex 2x500mg. bila ada keluhan dispepsia bisa diberikan omeprazole 1x20mg.
Bila pasien febris dapat diberikan antibiotik, rekomendasi ciprofloxacin 2x500mg
Bila jernih, irigasi boleh dilepas, saluran irigasi di three way catheter dilipat supaya urine
tidak keluar dari situ.
Post op hari 3
Bila setelah lepas kateter ternyata masih retensio urine, pasang dc 18fr, boleh pulang
dengan terapi ditambahkan alfa blocker kontrol 1 minggu, lepas kateter di poli
Obat pulang sama seperti obat oral di ruangan, berikan dosis 5 hari.
Pesan : makan bebas, minum banyak, mobilisasi jalan (tidak boleh hanya berbaring di
rumah), TIDAK BOLEH MENGEJAN.
Terangkan pada pasien selama beberapa hari BAK akan terasa agak nyeri, serta sampai 3
minggu ke depan kadang-kadang urine akan kemerahan, itu wajar sekali
Bila kateter buntu, bisa dicoba spul dg menggunakan spuit 50cc catheter tip (ujungnya
besar, di tengah). masukkan NaCl 10cc, lalu disedot. evaluasi adakah clot yang keluar.
Bila dengan cara tersebut di atas masih belum bisa, dapat dicoba cara lain yaitu lepas traksi,
kosongkan balon kateter (post op TURP balon kateter 40cc, jaga jangan sampai kateter
lepas melainkan dorong semua ke dalam buli sampai batas percabangan kateter. lalu coba
spul lagi. bila berhasil, isi kembali balon.kateter 40 cc, pasang traksi lagi
Bila dengan cara di atas tetap tidak bisa, lapor konsulen urologi
Kontrol 1
Periksa Keluhan pasien seperti frekuensi miksi, Warna urin, bisa menahan kencing atau
tidak .
Bila ada keluhan sulit menahan kencing dapat diberikan obat flu yang mengandung
pseudoefedrin yang banyak dijual di pasaran.
Bila pasien mengeluhkan urgency bisa diberikan antimuscarinic seperti vesicare 1x5mg
Kontrol 2
Evaluasi hasil patologi, bila jinak maka pelaksanaan selesai, bila ganas dilanjutkan dengan
protokol keganasan.
Terapi simtomatik
Sebenarnya seharusnya prostatektomi terbuka sudah sangat jarang dikerjakan. Namun ada saatnya
banyak dikerjakan prostatektomi terbuka misalnya karena alat TUR sedang rusak atau prostat yang
sangat besar.
Teknik yang biasa dipakai adalah prostatektomi retropubik yg dikembangkan oleh Terence Millin
pada tahun 1945. prostatektomi transvesika (freyer) dikerjakan bilaa BPH disertai dengan batu buli
yang sangat besar. Batu buli yang tidak terlalu besar bisa dilakukan litotripsi terlebih dahulu.
Pasien di poli urologi yang direncanakan operasi Open Prostatektomi masuk ke ruangan 1 hari
sebelum tanggal yang dijadwalkan.
Administratif (perlu dicatat apakah pasien dg umum, BPJS, atau asuransi lainnya)
Ulangi pemeriksaan fisik untuk mengetahui perubahan yang mungkin terjadi selama
menunggu antrian operasi (apakah timbul hernia, hemoroid, dll)
Jangan lupa vital signs. bila tensi sistolik >160 atau diastolik >100 konsulkan ulang
kardiologi dari ruangan
Pastikan laboratorium, radiologis, konsulan kardiologi apakah sudah lengkap dari poli. bila
ada yang kurang segera periksakan.
Biasanya bila Hb >12 tidak perlu disiapkan darah, Jika Hb di atas 10 dan di bawah 12,
dapat disiapkan darah Whole Blood yang dititipkan di PMI ( tidak perlu diambil, cukup
disiapkan saja)
Berikan penjelasan tentang perawatan pra operasi, persiapan operasi dan tindakan operasi
yang akan dijalani pasien
Daftarkan pasien ke OK
Kembali cek vital sign. pastikan tidak ada hal2 yang dapat membatalkan operasi
• Periksa pula vital signs. Bila pasien tampak kesakitan dapat diberikan tambahan analgesik,
berupa injeksi analgesik ekstra (sesuai laporan operasi).
• Pastikan irigasi NaCl 0,9% lancar. semakin merah, semakin deras irigasinya. bila relatif
jernih boleh agak pelan.
• Ajari keluarga cara mengganti botol NaCl irigasi, namun pastikan tetap melapor setiap
mengganti botol irigasi
• Pasien sementara bed rest dulu, boleh miring kanan-kiri, kaki yang dipasangi traksi
(plester kateter) tidak boleh dilipat.
• Boleh mulai minum sedikit-sedikit, bila tidak kembung boleh dicoba makan
Aff traksi
Evaluasi urine. Bila jernih, stop irigasi. bila masih merah teruskan irigasi.
Bila tidak ada komplikasi, terapi boleh diganti terapi oral. Rekomendasi terapi analgesik
ibuprofen 2x400mg dan kalau urine masih kemerahan dapat ditambahkan kalnex 2x500mg.
Bila mual dapat diberikan omeprazole 1x40mg
Bila jernih, irigasi boleh dilepas, saluran irigasi di three way catheter dilipat supaya urine
tidak keluar dari situ.
Post op hari 4
• Mobilisasi aktif
• Mobilisasi aktif
• Obat pulang sama seperti obat oral di ruangan, berikan dosis 5 hari.
• Pesan : makan bebas, minum banyak, mobilisasi jalan (tidak boleh hanya berbaring di
rumah), TIDAK BOLEH MENGEJAN.
Periksa Keluhan pasien seperti frekuensi miksi, Warna urin, bisa menahan kencing atau
tidak .
Lihat keadaan luka bekas operasi. Bila luka baik biasanya bisa dilakukan angkat jahitan
selang seling
Bila luka operasi jelek (basah, bernanah de el el) pertimbangkan untuk membuka jahitan
seperlunya. Motivasi pasien untuk makan makanan tinggi protein. Rekomendasi putih telur
sehari 6 biji.Bila ada pus / nanah dapat dipertimbangkan pemberian antibiotik. Saran
ciprofloxacin 2x500 mg.
Bila luka op baik terapi antibiotik tidak diperlukan, cukup analgesik saja ibuprofen 2x400
mg
Bila pasien terlihat anemis atau febris dapat diperiksakan lab DL, UL, RFT
Evaluasi hasil patologi, bila jinak maka pelaksanaan selesai, bila ganas dilanjutkan dengan
protokol keganasan.
1. Di poliklinik
Main feature:
Keluhan
Nyeri pinggang
Pemeriksaan
Pemeriksaan yang penting adalah nyeri ketok. Terutama untuk batu di ginjal dan ureter.
Biasanya pemeriksaan usg dapat menjadi skrining yang baik untuk batu saluran kemih.
Setiap kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan usg adalah indikasi untuk pemeriksaan
lebih lanjut.
Di masal lalu, bila ada kecurigaan batu akan dilakukan pemeriksaan intravenous pyelografi
(IVP). Namun saat ini, gold standard pemeriksaan batu saluran kemih adalah MSCT
urologi tanpa kontras.
Pemeriksaan DL, UL, ureum dan kreatinin karena IVP syaratnya fungsi ginjal harus normal
Bila direncanakan pemiksaan MSCT urologi tanpa kontras, tidak perlu persiapan khusus. Namun
pemeriksaan DL, UL, RFT dapat dilakukan sebagai skrining.
Pada kedatangan pasien yang kedua biasanya diagnosa batu sudah dapat ditegakkan.
Kemungkinannya adalah :
Batu ginjal
Batu pyelum
Batu ureter
Batu buli
Batu uretra
Biasanya saat ini sudah dapat direncanakan tindakan pada pasien. Adapun tindakan yang biasanya
direncanakan adalah :
Batu ginjal : Retrograde intrarenal Surgery (RIRS) (bila batu sederhana, kurang dari 2 cm),
Percutaneous Nephrolithotomi (PCNL) atau nefrolitotomi (bivalve nefrolitotomi bila batu
staghorn)
Batu ureter : ureterolitotmi / ureterorenoscopy (URS) pada batu kecil, kadang dapat
dipertimbangkan ureterolitotomi terbuka
Batu Uretra : cystoscopy dorong batu litotripsi atau uretrototomi (tergantung ukuran batu)
Laboratorium : DL, UL, RFT (ureum, kreatin, as. urat), LFT (SGOT, SGPT), GDP-2JPP,
HbsAg, antiHIV, bleeding time, cloting time.
Radiologis : thorax
Bila dari Skrining persiapan operasi ditemukan kelainan, ditindaklanjuti dengan mengkonsulkan
ke bagian yg berwenang
2. Perawatan di ruangan
Yang perlu diperhatikan adalah pada kasus batu ureter yang radioopaque (terlihat pada foto polos
abdomen) sebelum tindakan harus dilakukan foto polos abdomen ulang untuk mengetahui posisi
akhir batu. Foto dilakukan pada hari operasi sebelum dilakukan tindakan. Setelah foto pasien
langsung dikirim ke kamar operasi dan sebaiknya bed rest total, tidak bergerak lagi.
1. Persiapan administratif
Apakah kelengkapan surat2 pasien telah dicek? Misal : surat jaminan BPJS, asuransi,
perusahaan dan lain2
Karena pasien masuk ke ruangan setelah dilengkapi di poli urologi, kecuali pasien yang
masuk dari UGD.
3. Ulangi pemeriksaan fisik untuk memastikan status fisik pasien saat masuk.
4. Pastikan foto2 diagnostik pasien yang ada (CT scan, IVP, foto polos, RPG dll) tersedia .
Bila belum ada harus segera dicari karena operasi tidak akan dilakukan tanpa foto tersebut.
Jika Hb di atas 10 dan di bawah 12, dapat disiapkan darah Whole Blood yang dititipkan di
PMI ( tidak perlu diambil, cukup disiapkan saja)
6. Pada pasien dengan batu ureter yang radioopaque harus dilakukan BNO pre operatif.
Foto BNO ini dilakukan pada hari operasi, sebelum pasien masuk ke kamar operasi. Setelah
difoto, pasien harus tidur dengan sesedikit mungkin bergerak sampai dilakukan operasi,
supaya posisi batu tidak berubah.
7. Daftarkan pasien ke OK
- Kembali cek vital sign. pastikan tidak ada hal2 yang dapat membatalkan operasi
- Periksa keadaan klinis pasien. Bila terlihat anemis, periksa Hb cito. Bila Hb di bawah 8 dpt
dimasukkan WB yang sudah disiapkan di PMI.
- Periksa pula vital signs. Bila pasien tampak kesakitan dapat diberikan tambahan analgesik,
berupa injeksi analgesik ekstra (sesuai laporan operasi). Bila masih kesakitan dpt diberikan
drip tramadol 1 ampul tiap kolf infus. Usaha terakhir yang dpt dilakukan bila pasien masih
- Bila terpasang ureterorenocutan splint (biasanya berupa NGT kecil ke dalam ginjal) , lihat
di laporan operasi kira2 berapa hari dipertahankan
- Bila bising usus ada (biasanya dalam 6 jam) dapat diberikan minum sedikit2. Bila setelah
itu tidak kembung boleh makan minum. Sekali lagi harap diingat, baca laporan operasi, apakah
ada masalah ketika operasi, misalnya laserasi usus dan lain2.
- Pasien biasanya sudah boleh mulai duduk (bantu pasien untuk duduk)
- Makan minum bebas bila tidak ada instruksi lain di laporan operasi
- Bila pasien kembung dapat dibantu dengan pemberian alinamin F 3x1 amp
- Jangan lupa melepas foley catheter bila kemarin blm dilepas, pastikan urine sudah jernih.
Saat ini splint ureterorenocutan (bila ada) juga bisa dilepas.
- Diet bebas (bila tidak ada penyakit penyerta lain seperti Diabetes Melitus)
- Lepas drain
- Edukasi pasien tidak ada pantangan. Bila tetangga bilang tidak boleh makan ini itu, secara
eksplisit katakan kalau itu salah
Trivia
Pemberian diet sebenarnya tidak perlu diet lunak. Langsung diet nasi tidak apa-apa
kecuali bila pasien merasa mual
Yang penting diketahui adalah drain dilepas terakhir setelah kateter dan lain-lainnya
dilepas. Bila sudah minimal dilepas sebelum pulang
Bila terjadi sepsis lakukan pemeriksaan kultur darah dan kultur urine, ganti antibiotik
menjadi golongan quinolon, rekomendasi ciprofloxacin drip 2x200mg
Jangan lupa BNO pre op pada pasien dg batu ureter yg opaque, serta BNO post op utk
smua pasien dengan batu opaque
- Lihat keadaan luka bekas operasi. Bila luka baik biasanya bisa dilakukan angkat jahitan
selang seling
- Bila luka operasi jelek (basah, bernanah de el el) pertimbangkan untuk membuka jaitan
seperlunya. Motivasi pasien untuk makan makanan tinggi protein. Rekomendasi putih telur
sehari 6 biji
- Bila luka op baik terapi antibiotik tidak diperlukan, cukup analgesik saja ibuprofen 2x400
mg
- Bila pasien terlihat anemis atau febris dapat diperiksakan lab DL, UL, RFT
- Terapi analgesik
1. Persiapan administratif
Apakah kelengkapan surat2 pasien telah dicek? Misal : surat jaminan BPJS,
asuransi, perusahaan dan lain2
Karena pasien masuk ke ruangan setelah dilengkapi di poli urologi, kecuali pasien
yang masuk dari UGD.
3. Ulangi pemeriksaan fisik untuk memastikan status fisik pasien saat masuk.
4. Pastikan foto2 diagnostik pasien yang ada (MSCT Urologi,IVP, foto polos, RPG dll)
tersedia . Bila belum ada harus segera dicari karena operasi tidak akan dilakukan
tanpa foto tersebut.
Jika Hb di atas 10 dan di bawah 12, dapat disiapkan darah Whole Blood yang
dititipkan di PMI ( tidak perlu diambil, cukup disiapkan saja)
7. Daftarkan pasien ke OK
- Kembali cek vital sign. pastikan tidak ada hal2 yang dapat membatalkan operasi
- Periksa keadaan klinis pasien. Bila terlihat anemis, periksa Hb cito. Bila Hb di
bawah 8 dpt dimasukkan WB yang sudah disiapkan di PMI.
- Periksa pula vital signs. Bila pasien tampak kesakitan dapat diberikan tambahan
analgesik, berupa injeksi analgesik ekstra (sesuai laporan operasi). Bila masih
kesakitan dpt diberikan drip tramadol 1 ampul tiap kolf infus. Usaha terakhir yang dpt
- Pada pasien post PCNL akan terpasang nefrostomi di bekas luka operasi
menggunakan foley catheter 16-18 Fr. Monitor produksi dan kualitas nefrostomi.
Dicatat jumlah urine yang keluar dari nefrostomi dan warna nya. Hati-hati bila sangat
merah atau darah yang keluar dari nefrostomi, segera laporkan pada dokter jaga /
konsulen urologi.
- Bila bising usus ada (biasanya dalam 6 jam) dapat diberikan minum sedikit2. Bila
setelah itu tidak kembung boleh makan minum. Sekali lagi harap diingat, baca laporan
operasi, apakah ada masalah ketika operasi, misalnya laserasi usus dan lain2.
- Terapi injeksi dilanjutkan. Bila tidak ada febris antibiotik dapat dihentikan
- Pasien biasanya sudah boleh mulai duduk (bantu pasien untuk duduk)
- Makan minum bebas bila tidak ada instruksi lain di laporan operasi
- Monitor jumlah dan kualitas urine yang keluar dari nefrostomi. Waspada bila urine
yang dari nefrostomi sangat merah
- Bila nefrostomi jernih dapat dicoba klem nefrostomi. Evaluasi setelah beberapa
jam apakah ada urine yang merembes dari sekitar luka operasi / nefrostomi
- Bila nefrostomi jernih dapat dicoba klem nefrostomi. Evaluasi setelah beberapa
jam apakah ada urine yang merembes dari sekitar luka operasi / nefrostomi
- Bila hari 1 sudah klem nefrostomi, dan tidak ada rembesan dari sekitar nefrostomi,
dapat lepas nefrostomi dan pasien pulang.
- bila urine dari nefrostomi masih sangat merah dapat diberikan tambahan terapi
oral kalnex 2x500mg
- Diet bebas (bila tidak ada penyakit penyerta lain seperti Diabetes Melitus)
- Edukasi pasien untuk mobilisasi jalan, jangan hanya berbaring di rumah. Pada
pasien post PCNL bila di rumah hanya berbaring saja luka operasi tidak akan menutup.
Harus dipakai berjalan karena kotraksi otot di sekitar luka akan sangat cepat menutup
lukanya.
- Edukasi pasien tidak ada pantangan. Bila tetangga bilang tidak boleh makan ini
itu, secara eksplisit katakan kalau itu salah.
- Lihat keadaan luka bekas operasi. Lihat apakah masih ada urine yang merembes
dari luka bekas operasi PCNL nya
- Bila luka operasi jelek (basah, bernanah de el el) atau urine masih keluar harus
waspada. Motivasi pasien untuk makan makanan tinggi protein. Rekomendasi putih
telur sehari 6 biji. Motivasi pasien juga untuk rajin mobilisasi jalan
- Bila luka op baik terapi antibiotik tidak diperlukan, cukup analgesik saja ibuprofen
2x400 mg
- Bila pasien terlihat anemis atau febris dapat diperiksakan lab DL, UL, RFT
- Terapi analgesik
- Bila pada kontrol kedua ini urine masih keluar dari bekas operasi maka harus
dilakukan Ureterorenoskopi untuk mengevaluasi ureter, kemungkinan
dilakukan pemasangan DJ stent.
1. Diagnostik
Pada penatalaksaan batu ginjal, batu ginjal dipecah dengan sinar laser. Ada 3 macam cara
memecahkan batu ginjal dengan menggunaka laser :
2. Drilling : batu ‘dibor’ dengan laser, sampai menjadi pecahan pecahan kecil yang
dapat diambil dengan basket atau dilanjutkan tidakan popcorning
3. Popcorning : tindakan memecah pecahan batu menjadi lebih kecil lagi, dengan
harapan bisa keluar sendiri melalui ureter
Persiapan:
Seperti biasa pasien dipersiapkan di poliklinik, sama seperti penatalaksanaan batu ureter lainnya
1. Persiapan administratif
Apakah kelengkapan surat2 pasien telah dicek? Misal : surat BPJS, asuransi, perusahaan
dan lain2
Karena pasien masuk ke ruangan setelah dilengkapi di poli urologi, kecuali pasien yang
masuk dari UGD.
3. Ulangi pemeriksaan fisik untuk memastikan status fisik pasien saat masuk.
Hal ini perlu dilakukan karena saat menunggu operasi kadang pasien mengalami perubahan
kondisi, misalnya nyeri yang sdh hilang (mungkin batu sudah keluar / ekspulsi). Jangan
lupa vital signs harus diulang pemeriksaannya juga sebab kadang kala ada kelainan yang
tidak ditemukan di poliklinik ternyata dapat ditemukan di ruangan.
4. Pastikan foto2 diagnostik pasien yang ada (IVP, CT scan, foto polos, RPG dll) tersedia .
Bila belum ada harus segera dicari karena operasi tidak akan dilakukan tanpa foto tersebut.
6. Hubungi bagian radiologi sehari sebelumnya untuk memberitahukan acara URS, karena
pada kebanyakan kasus URS memerlukan C-Arm yang operatornya adalah radiografer dari
bagian radiologi.
7. Daftarkan pasien ke OK
- Kembali cek vital sign. pastikan tidak ada hal2 yang dapat membatalkan operasi
• Periksa keadaan klinis pasien. Bila terlihat anemis, periksa Hb cito. Bila Hb di bawah 8 dpt
dimasukkan WB yang sudah disiapkan di PMI.
• Bila tindakannya RIRS dan litotripsy (pecah batu) saja, maka sebenarnya pasiennya sudah
dapat early mobilisation. Secepatnya terapi ganti oral. Rekomendasi ibuprofen 2x400mg.
Bila tindakan berjalan lancar biasanya tidak diperlukan antibiotik oral
• bila di laporan operasi terdapat pemasangan DJ stent, lakukan BNO post operatif.
Post operasi hr 1
• bila terpasang DJ stent, jangan lupa mengingatkan berulang-ulang pada pasien bahwa ada
selang terpasang dalam tubuhnya, dalam waktu 2 bulan harus dilepas lagi karena jika lebih
dari dua bulan akan membatu.
Pasien post RIRS biasanya kontrol 1 minggu setelah operasi untuk evaluasi keluhan. Pada
pasien dengan DJ stent jangan diperiksakan urine lengkap karena hasilnya tidak bisa diintepretasi
(tentu, akan banyak eritrosit dan leukosit karena DJ stent nya). Biasanya hanya evaluasi keluhan,
kecuali pada pasien dengan gagal ginjal perlu diperiksakan ulang ureum dan kreatinin serum. Baca
baik baik resume, karena kadang diperlukan tindakan tambahan.
Persiapan:
Seperti biasa pasien dipersiapkan di poliklinik, sama seperti penatalaksanaan batu ureter lainnya
8. Persiapan administratif
Apakah kelengkapan surat2 pasien telah dicek? Misal : surat BPJS, asuransi, perusahaan
dan lain2
10. Ulangi pemeriksaan fisik untuk memastikan status fisik pasien saat masuk.
Hal ini perlu dilakukan karena saat menunggu operasi kadang pasien mengalami perubahan
kondisi, misalnya nyeri yang sdh hilang (mungkin batu sudah keluar / ekspulsi). Jangan
lupa vital signs harus diulang pemeriksaannya juga sebab kadang kala ada kelainan yang
tidak ditemukan di poliklinik ternyata dapat ditemukan di ruangan.
11. Pastikan foto2 diagnostik pasien yang ada (IVP, foto polos, RPG dll) tersedia . Bila belum
ada harus segera dicari karena operasi tidak akan dilakukan tanpa foto tersebut.
Jika Hb di atas 10 dan di bawah 12, dapat disiapkan darah Whole Blood yang dititipkan di
PMI ( tidak perlu diambil, cukup disiapkan saja)
13. Sama seperti pada PCNL, siapkan kontras iopamiro 200cc dari ruangan
14. Hubungi bagian radiologi sehari sebelumnya untuk memberitahukan acara URS, karena
pada kebanyakan kasus URS memerlukan C-Arm yang operatornya adalah radiografer dari
bagian radiologi.
- Kembali cek vital sign. pastikan tidak ada hal2 yang dapat membatalkan operasi
- Bila batu ureter opaque, lakukan BNO pre operatif saat pasien diantar menuju kamar
operasi
• Periksa keadaan klinis pasien. Bila terlihat anemis, periksa Hb cito. Bila Hb di bawah 8 dpt
dimasukkan WB yang sudah disiapkan di PMI.
• Bila tindakannya ureterorenoskopi dan litotripsy (pecah batu) saja, maka sebenarnya
pasiennya sudah dapat early mobilisation. Secepatnya terapi ganti oral. Rekomendasi
ibuprofen 2x400mg. Bila tindakan berjalan lancar biasanya tidak diperlukan antibiotik oral
• bila di laporan operasi terdapat pemasangan DJ stent, lakukan BNO post operatif.
Post operasi hr 1
• bila terpasang DJ stent, jangan lupa mengingatkan berulang-ulang pada pasien bahwa ada
selang terpasang dalam tubuhnya, dalam waktu 2 bulan harus dilepas lagi karena jika lebih
dari dua bulan akan membatu.
Pasien post URS biasanya kontrol 1 minggu setelah operasi untuk evaluasi keluhan. Pada
pasien dengan DJ stent jangan diperiksakan urine lengkap karena hasilnya tidak bisa diintepretasi
(tentu, akan banyak eritrosit dan leukosit karena DJ stent nya). Biasanya hanya evaluasi keluhan,
kecuali pada pasien dengan gagal ginjal perlu diperiksakan ulang ureum dan kreatinin serum.
Batu buli adalah salah satu kelainan yang cukup sering ditemui di poli urologi RSU AWS. Biasanya
disebabkan oleh stasis urine, infeksi kronis atau BPH. Infeksi dapat menyebabkan batu buli karena
bakteri yg mati dinding selnya dapat menjadi inti batu.
2. Diagnostik
a. Anamnesa
- Biasanya usia belum terlalu tua, di bawah 50 thn. Jika usia di atas 50thn kemungkinan batu
buli disebabkan oleh BPH.
- BAK nyeri
- sempat tidak bisa BAK mendadak, setelah dipasang DC kembali normal (sebelumnya batu
uretra yg menyumbat, didorong DC menjadi batu buli)
TIPS : pada pasien muda dengan keluhan LUTS selalu usahakan cari adanya batu buli sebelum
merambah ke diagnosa lain.
b. Pemeriksaan fisik
Biasanya normal, kecuali pada batu buli yg sgt besar mungkin batu teraba pada palpasi di supra
pubik
c. Pemeriksaan laboratorium
TIPS : bila batu buli menyebabkan urosepsis, tangani sepsisnya sambil disiapkan operasi urgen
untuk menghilangkan sumber infeksi
- Pada usg ditemukan gambaran batu di buli, ditandai dengan echoic shadow yg jelas di
bawah batu
- Setiap kelainan di traktus urinarius yang ditemukan pada BNO-IVP harus ditindaklanjuti,
kalau bisa diselesaikan sekaligus.
e. Penatalaksanaan
- Pada batu kecil berukuran kurang dari 1.5cm dapat dilakukan tindakan litotripsi
(endoskopik)
- Pada batu yang berukuran lebih dari 1,5cm dilakukan tindakan vesicolitotomi (operasi
terbuka).
TRIVIA :
Jika batu buli disertai dengan BPH dpt sekaligus dilakukan tindakan pada prostatnya. Jika prostat
tidak terlalu besar, dapat dilakukan TUR prostat diikuti litotripsi / vesicolitotomi. Jika prostat besar
(>60gram) dapat dilakukan vesicolitotomi dan open prostatektomi menurut freyer (transvesika)
f. Tindakan
Vesicolitotomi
Persiapan di poli
- Pemeriksaan radiologis foto thorax dan foto polos abdomen (jika belum ada)
- Penjadwalan operasi
- Pastikan pasien ada yg menemani ( tidak sendirian selama menjalani perawatan di RS)
- Cek kelengkapan medis dan administratif : hasil laboratorium, usg, foto roentgen,
kelengkapan surat jaminan BPJS/asuransi lain/perusahaan
- Bila tindakan yang direncanakan hanya vesikolitotomi tanpa tindakan lain, biasanya tidak
perlu persiapan darah. Namun bila direncanakan TURP atau open prostatektomi, sebaikanya
disiapkan darah whole blood (WB) 2 kolf yang disimpan di PMI (tidak perlu diambil sebelum
diperlukan)
- Prinsipnya setiap operasi yang membuka buli pertahankan DC 7 hari atau lebih.
- Hari 0 post op : evaluasi vital sign, cek DL post op, evaluasi produksi drain. Bila disertai
operasi pada prostat, jaga irigasi jangan sampai kehabisan. Bila Hb<8 transfusi WB.
- Hari 1 post op: evaluasi vital sign, evaluasi produksi drain. Bila disertai operasi pada
prostat, lepaskan traksi, fiksasi kateter ke inguinal, pelankan irigasi, boleh mulai duduk, makan
minum bebas
- Hari 2 post op: evaluasi vital sign, evaluasi produksi drain, bila urine jernih terapi dapat
diganti terapi oral, saran ciprofloxacin 2x500mg, ibuprofen 2x400mg, ranitinide 2x1 tab (bila
perlu). Bila disertai operasi prostat dan urine jernih, stop irigasi
- Hari 3-6 post op: evaluasi vital sign, evaluasi produksi drain, mobilisasi jalan, waspada
tanda2 sepsis dan kebocoran. Biasanya bias pulang denga kateter dan drain, kemudian aff dc
di poli
- Ruptur buli
- Ruptur uretra
Pada ruptur buli, bila operator rasa ruptur kecil dan dan retroperitoneal, biasanya tindakan
konservatif, pasang dc dan dipertahankan 7-14 hari. Itu bila batu sudah keluar semua. Bila batu
masih ada dapat dilakukan vesicolitotomi dan sekaligus repair ruptur buli.
Bila ruptur cukup besar dapat langsung dilakukan repair rupture secara terbuka
- Pasien vesikolitotomi biasanya kontrol 2 kali. Yang pertama angkat jahitan separo, trus
seminggu kemudian angkat jahitan semua. Terapi oral cukup analgesik aja kalo ga ada
komplikasi
Tidak semua kasus Batu Saluran Kemih (BSK) memerlukan tindakan operatif. pada
beberapa kasus ada tempat untuk melakukan terapi medikamentosa ekspektatif. Namun
penatalaksanaan terapi medikamentosa pada BSK harus dilakukan dengan indikasi tepat
dan monitoring ketat. Ketidakdisiplinan monitoring ada terapi medikamentosa BSK dapat
menyebabkan kerusakan ginjal yang lebih parah
- Ukuran batu bila di ginjal tidak boleh lebih dari 1 cm (saya pribadi lebih menyukai angka
0,8cm)
- pada batu ginjal, batu terbuat murni dari asam urat (batu radiolusen, kadar as. urat darah
tinggi, pH urine di bawah 6)
- pada pasien batu ureter, posisi di ureter distal dan ukuran sebaiknya tidak melebihi 0,6cm
Jangan pernah memberi terapi BSK bila diagnosa batu belum tegak. Jangan pernah
memberi terapi BSK hanya berdasarkan temuan kristal di dalam pemeriksaan Urine
Lengkap (UL) atau dari hidronefrosis yang ditemukan pada USG. Tegakkan diagnosa batu
MINIMAL dengan foto polos abdomen. Bila meragukan, lakukan pemeriksaan
Intravenous Pyelografi / Urografi (IVP / IVU) atau <SCT urologi tanpa kontras.
Trivia :
- Temuan kristal pada pemeriksaan sedimen urine tidak patognomonik untuk BSK.
Dehidrasi bisa menimbulkan kristal juga
- Hidronefrosis pada USG tidak selalu batu. bisa tumor ureter atau stenosis.
- jika hanya dari USG trus diberi terapi, apa yakin kalo itu batu? kalau batu, apa yakin
kalau kecil?
- turunkan kadar asam urat darah secara agresif, bisa diberikan allopurinol 1x300mg
- basa kan urine dengan menggunakan tablet natrium bicarbonat (NaBic) 3x2 atau 4x2
tablet per hari
- evaluasi terapi dalam 1-3 bulan secara radiologis (IVP ulang / MSCT)
- dapat diberikan terapi alfa bloker tamsulosin (harnal OCAS) 1x0,4mg sampai 3x0,4mg
- karena pasase batu akan nyeri, berikan pula analgesik, rekomendasi saya ibuprofen
2x400mg diminum bila nyeri, ditambah ketoprofen supp II bila kolik
- terangkan pada pasien ketika batu ureternya bergerak akan sangat nyeri, sehingga pasien
tidak kaget saat timbul kolik..
– evaluasi USG 2-4 minggu. JANGAN LEBIH LAMA DARI ITU KARENA DAPAT
MEMPERBERAT KERUSAKAN GINJAL. Bila USG masih tampak hidronefrosis,
harus dilakukan tindakan operatif.
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan dimana meatus uretra externa tidak terletak di
tip glans penis. Kelainannya biasanya ditandai dengan :
Berat ringannya hipospadia ditandai oleh jarak meatus uretra dari tip glans penis (makin
proksimal / jauh makin berat kelainannya) serta parahnya chorde dan kelengkungan
(makin lengkung makin berat). Berat di sini berarti semakin sulit operasinya.
• Tipe coronal
• Tipe penile
• Tipe penoscrotal
• Tipe perineal
• penis bengkok
• penis pendek
Trivia : kalau pernah membaca berita anak yang sejak lahir sudah tersunat, kemungkinan
besar itu adalah hipospadia. Mungkin yang tipe ringan sehingga chorde-nya tidak terlalu
jelas
Karena itu pada kasus-kasus tertentu (misalnya pada glans penis yang sangat kecil) tidak
dipaksakan meletakkan meatus uretra yg baru di tip glans. Bila dipaksakan pada kasus ini
maka dapat timbul stenosis meatus uretra, yang dapat menyebabkan kegagalan operasi
uretroplasty.
Diagnostik :
• pada pasien dengan chordee yang berat atau penis yang sangat kecil perlu
dilakukan pemeriksaan kromosom untuk menyingkirkan kemungkinan sex
ambigua
Terapi:
• bila chordee ringan atau meatus uretra di subcoronal mungkin tidak perlu
dilakukan tindakan
• tindakan chordectomy – uretroplasty (satu atau dua tahap); biasanya kalau masih
penoscrotal diusahakan satu tahap. Tindakan dua tahap dilakukan bila chordee
sangat berat atau meatus uretra di perineum
• Koyanagi nonomura
• onlay
• penjelasan ke pasien dan orang tua bahwa operasi uretroplasty adalah operasi
rekonstruktif yang angka keberhasilannya tidak bisa mencapai 100%.
kemungkinan gagal selalu ada. Bila gagal maka akan dilakukan operasi
selanjutnya.
Post op hari ke 0
• periksa bebat operasi, jika ada perdarahan aktif segera lapor ke operator
• Full bed rest sampai hari ke – 4, bila perlu dapat diberikan sedatif oral seperti
diazepam
• evaluasi glans penis apakah tampak tanda hipoperfusi (karena bebat yang terlalu
kencang)
• yang dievaluasi dari luka adalah : adakah dehisence (terbuka), nanah/pus, hematom
• luka tidak perlu ditutup lagi,cukup diberikan krim antibiotik, misalnya gentamycin
cream
• terapi boleh ganti oral. Pemberian antibiotik oral juga diberikan. Saran : cefixime,
ibuprofen. Dosis menyesuaikan berat badan
• pertahankan DC
post op hari ke – 7
• lepas kateter
• evaluasi saat miksi adakah urine yang keluar dari luka operasi
• bila timbul fistel, edukasi pasien akan dilakukan repair fistel 6 bulan kemudian
• pasien boleh pulang, terapi oral diteruskan sampai 5 hari post KRS
• crustae yang terdapat di luka operasi kalau masih ada dapat dibersihkan
• bila ada fistel kembali edukasi pasien untuk operasi repair fistel 6 bulan lagi
• terapi simptomatis, bila tidak ada tanda infeksi tidak perlu diberikan antibiotik
Striktur uretra adalah penyempitan uretra yang dapat disebabkan berbagai hal. Secara
umum dapat dibagi 2 yaitu :
• Striktur uretra anterior uretra pars bulbosa ke depan, biasa disebabkan oleh trauma
straddle injury atau infeksi)
Feature
• bila terjadi pada usia muda, dapat disebabkan oleh trauma / straddle injury, infeksi
(uretritis)
• bila terjadi pada usia tua dapat disebabkan oleh komplikasi jangka panjang dari
instrumentasi saluran kencing seperti TUR prostat atau ureterorenoscopy
Keluhan
• BAK mengejan
• BAK bercabang
• Sering BAK
Pada prinsipnya gejalanya sama seperti gejala yang disebabkan pembesaran prostat.
Sebagai salah satu kelainan Bladder Outlet Obstruction (BOO), striktur uretra juga
memberikan gejala LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms).
Diagnostik:
• Pada pasien retensio urine yang tak dapat dipasang DC dan sudah dilakukan
cystostomy dilakukan Bipolar Voiding Uretrosistografi
Bipolar Voiding Uretrosistografi dilakukan pada semua pasien yang telah dilakukan
sistostomi karena kegagalan pemasangan kateter uretra. Tujuannya untuk melihat letak
dan panjang sumbatan yang terjadi di uretra. Dilakukan di bagian radiologi dengan
memasukkan kontras lewat uretra dan sistostomi, dan di satu saat pasien diminta miksi
sehingga bladder neck terbuka.
Penatalaksanaan :
• Uretrotomi interna menurut Sachse (bila striktur pendek kurang dari 1 cm dan
tidak tertutup total)
• Johansen Procedure 2 tahap dengan varian buccal mucosa graft bila striktur
panjang
• Biasanya tidak perlu persiapan khusus, cukup pemeriksaan darah rutin dan
pembekuan darah (bleeding time clotting time).
Administratif (perlu dicatat apakah pasien dg BPJS, asuransi, perusahaan ato umum)
Jangan lupa vital signs. bila tensi sistolik >160 atau diastolik >100 konsulkan ulang
kardiologi dari ruangan
Daftarkan pasien ke OK
Kembali cek vital sign. pastikan tidak ada hal2 yang dapat membatalkan operasi
• Baca laporan operasi untuk mengetahui hal-hal khusus yang mungkin terjadi
selama tindakan (misalnya perubahan prosedur, komplikasi dan lain sebagainya),
serta biasanya ditulis pertahankan kateter berapa hari.
• Cek vital signs pasien. Bila anemis periksakan Hb. Bila Hb kurang dari 8 dapat
dimasukkan transfusi PRC (Packed Red Cell) atau WB (Whole Blood) sampai Hb
di atas 8. pada pasien2 tertentu dapat diusahakan Hb di atas 10 (biasanya pasien
dengan insufisiensi fungsi jantung)
• Periksa DC, cek jumlah dan kualitas urine (misal: warna kemerahan, atau malah
tidak terisi urine)
• Pada operasi yang sulit kadang dilakukan irigasi. Perlakukan seperti irigasi pada
TUR prostat.
• Terapi post op seperti laporan operasi, biasanya antibiotik dan analgesik saja selama
satu hari (extended prophylaxis)
• jangan lupa evaluasi luka operasi pada pasien dengan end-to-end anastomosis.
Luka ada di perineum
• Bila keadaan baik, operasi tanpa komplikasi, sebenarnya pasien sudah bisa pulang
• Terapi diganti oral. Pada tindakan yang tanpa komplikasi biasanya pemberian
analgesik saat nyeri saja sudah cukup. Rekomendasi Ibuprofen 2x400mg bila nyeri
• Pada pasien EPA diberikan antibiotic sampai 5 hari post op. Rekomendasi
ciprofloxacin 2x500mg selama 5 hari
• pada pasien dengan komplikasi perawatan pasien diteruskan sampai keadaan baik
• prinsipnya, mobilisasi seawal mungkin, terapi ganti oral seawal mungkin, sedapat
mungkin tidak diberikan antibiotik
• bila striktur sederhana, sebenarnya hari pertama sdh bisa pulang dengan kateter
terpasang. Tapi kadang urine masih merah atau pasien masih kesakitan maka bisa
saja pulang hari kedua atau ketiga.
• biasanya lepas kateter di poli 1 minggu setelah operasi cukup acceptable kecuali
ada pesanan khusus di laporan operasi
Johansen Procedure
Johansen procedure dilakukan pada pasien dengan striktur uretra yang sangat
panjang yang tidak memungkinkan dilakukan sachse atau end-to-end anastomosis uretra.
Prosedur Johansen dilakukan dalam 2 tahap :
• Tahap 1 : uretra dibuka / dibelah sampai ke ujung striktur, dibiarkan terbuka selama
6 bulan. Pada tahap pertama ini dapat dilakukan graft buccal mukosa untuk
memberikan bakal uretra yang lebih baik.
Pemeriksaan saat MRS pada prinsipnya sama seperti pada pasien striktur uretra yang akan
dilakukan prosedur sachse atau end-to-end anastomose
• Cek Hb post op. Bila hb < 8 boleh diberikan PRC sampai Hb di atas 8
• Bila keadaan baik boleh ganti terapi oral. Rekomendasi ibuprofen 2x400mg.
• pada johansen tahap 2, evaluasi adakah kebocoran di bagian ventral uretra. Kateter
dilepas di poli urologi setelah hari ke-7
• biasanya tidak perlu ditutup lagi luka operasi. Cukup diberikan gentamycin cream
• Pasien Neurogenic Bladder yang tidak mampu mengosongkan buli secara spontan
• Pasien post operasi uretra, biasanya yang berulang, bertujuan supaya tidak timbul
stritur atau striktur ulang.
Cara CIC :
• Cuci kateter (16 atau 18 Fr) dengan sabun cair sampai bersih, bilas dengan air bersih
Keluhan utama
Belum punya anak
Pemeriksaan Fisik
Pasien dalam posisi berdiri tegak (untuk melihat dilatasi vena).
Yang pertama kali dilihat adalah Skrotum
Inspeksi :
o Adanya distensi kebiruan dari dilatasi vena (bisa juga tidak terlihat)
o Pada beberapa kasus skrotum tampak asimetri
Palpasi :
o Dilakukan dengan/tanpa valsava manuever.
o Varikokel yang dapat diraba dapat dideskripsikan sebagai “bag of worms”
(teraba seperti gumpalan cacing)
Auskultasi :
Analisis Sperma
Hasil :
o Menurunnya motilitas sperma,
o Meningkatnya jumlah sperma muda (immature)
o Terdapat kelainan bentuk sperma (tapered).
Klasifikasi Varikokel
Grade Temuan dari pemeriksaan fisik
Grade I Ditemukan dengan palpasi, dengan valsava
Grade II Ditemukan dengan palpasi, tanpa valsava, tidak terlihat dari kulit skrotum
Grade III Dapat dipalpasi tanpa valsava, dapat terlihat di kulit skrotum
Pentalaksanaan
Perlu diingat!
o Dibeberapa literatur, nyeri kronis atau ketidaknyamanan dari varikokel
yang besar merupakan salah satu indikasi operasi. Namun pada
kenyataannya, tindakan operasi tidak menghilangkan keluhan nyeri.
Pasien post op biasanya masih akan merasa nyeri yang sama seperti sebelum
operasi
o Perlu KIE pasien mengenai tujuan operasi yang bukan untuk
menghilangkan nyeri, tetapi hanya untuk memperbaiki produksi
sperma!
Persiapan Operasi
Pada pasien yang disiapkan operasi maka dilakukan pemeriksaan :
Laboratorium : DL, RFT (ureum, kreatin, as. urat), LFT (SGOT, SGPT), GDP-2JPP,
HbSAg, 112, bleeding time, clotting time.
Konsul kardiologi utk resiko operasi
Pada kerusakan testis yang belum parah, evaluasi pascabedah vasoligasi tinggi dari
Palomo didapatkan 80% terjadi perbaikan volume testis, 60-80% terjadi perbaikan analisis
semen, dan 50% pasangan menjadi hamil.
Sikatriks penis yang dimaksud di sini adalah suatu kelainan yang ditimbulkan karena
tindakan menyuntikkan bahan-bahan cair tertentu (biasanya minyak tumbuhan seperti
minyak urang aring atau minyak kemiri) ke dalam jaringan subcutan penis. penyuntikan
ini biasanya bertujuan memperbesar ukuran penis. tindakan ini pada awalnya biasanya
tidak menimbulkan keluhan, namun setelah beberapa lama dapat memberikan efek yang
tidak diinginkan.
Feature
gejala yang dikeluhkan pasien bervariasi tergantung onset dari timbulnya gejala
Keluhan pada tahap awal : biasanya timbul sebagai gejala infeksi sebagai akibat injeksi
secara tidak steril. keluhannya biasanya bersifat lokal di penis yaitu :
• nyeri
• panas
• kemerahan
• kadang sampai timbul pus di subcutan penis
Keluhan tahap lanjut dari penyuntikan ini biasanya merupakan hasil dari proses
penyembuhan dari kelainan tahap awal tadi. reaksi radang di subcutan penis dapat
menjadi jaringan ikat di penis yang dapat memberikan berbagai kelujan seperti :
• nyeri saat ereksi
• bentuk penis yang 'jelek'
• ereksi tidak maksimal (karena tertahan oleh jaringan sikatriks)
• kesulitan mencapai orgasme karena nyeri
• pada beberapa kasus keluhan datang dari istri yang mengeluh nyeri saat
berhubungan seks
Pemeriksaan
biasanya inspeksi dan palpasi akan dapat menemukan kelainan yang dikeluhkan pasien.
Pemeriksaan fisik :
• pada tahap awal dapat ditemukan kulit penis yang meradang, sampai dapat
ditemukan pus di subcutan
• pada tahap lanjut dapat ditemukan kulit penis yang mengeras. dapat sampai
sekeras batok kelapa :)
• pengerasan ini dapat menjalar sampai ke skrotum dan suprapubik
Pemeriksaan laboratorium
biasanya tidak diperlukan pemeriksaan lab khusus untuk diagnostik. yang diperlukan
hanyalah pemeriksaan laboratorium untuk persiapan operasi yaitu :
• Darah Lengkap
• bleeding time dan clotting time
• RFT
• LFT
• HBSAg
• antiHIV
Penatalaksanaan
Sikatriks penis ini penangannya gampang gampang susah. prinsipnya adalah tindakan
pembedahan pada jaringan yang berubah menjadi jaringan ikat . jaringan tersebut harus
dibuang semua tanpa sisa. sisa sedikit saja dapat menyebabkan timbut gejala lain setelah
tindakan.
biasanya tindakan pembedahan rekonstruksi dilakukan dengan dua tahap :
post op hari 1
• Evaluasi dan kosongkan drain
• Evaluasi apakah ada rembesan darah yang tampak pada dressing / balutan
• Bila pasien masih kesakitan dapat dipertimbangkan pemberian analgesik ekstra
• Bila pasien sudah tidak nyeri terapi dapat diganti terapi oral. saran : ciprofloxacin
2x500mg, ibuprofen 2x400mg.
• Makan minum bebas
post op hari 4
• lepas bebat penis. tidak perlu dipasang bebat atau ditutup lagi (rawat terbuka)
• bila ada insisi di suprapubik dapat ditutup kasa bersih
• evaluasi apakah ada bagian yang terbuka, basah atau nekrosis
Post Op hari ke 5
• Bila tidak ada keluhan, lepas kateter dan drain, pasien boleh pulang
• terapi pulang seperti terapi oral di ruangan, selama 5 hari
• Bila terdapat luka dehisence atau pus, pasien tetap pulang, dengan tambahan
rendam duduk menggunakan PK. Resepkan PK pulv no. IV, signa remdam duduk
2 kali sehari. Edukasi pasien masukkan sedikit PK (seujung sendok teh saja) ke
dalam baskom berisi air bersih, lalu rendam duduk maksimal 3 menit di situ.
• Jangan lupa edukasi makan makanan tinggi protein, kalau perlu putih telur sehari
6 buah.
• Kontrol di poli 1 minggu setelah KRS
Artikel ini dibuat untuk membantu dokter muda dan dokter di RSU. A. Wahab Sjahranie
menangani kegawatdaruratan urologi di RSU AWS. Diharapkan dapat pula diterapkan di
tempat tugas masing-masing. Karena itu diusahakan penanganan yang semudah dan
seringkas mungkin.
1. Retensio urine
Retensio urine adalah ketidakmampuan seseorang mengosongkan kandung kencing saat
kapasitas maksimal kandung kencing tercapai.
Pada orang dewasa kapasitas kandung kencing sekitar 400-500cc. Pada anak kecil dapat
dihitung menggunakan formula koff : (umur dalam tahun + 2) x 30cc
Banyak kelainan yang dapat menyebabkan terjadinya retensio urine, tapi pada dasarnya
terbagi 2 penyebab utama yaitu :
• Batu uretra
Pada artikel ini dibahas hal-hal yang dapat dilakukan seorang dokter muda / dokter
umum dalam menangani retensio urine
Penting : pasien dengan kecurigaan ruptur uretra (misalnya dengan adanya bloody
discharge) merupakan kontraindikasi pemasangan foley kateter. Sebaliknya, bertentangan
dengan beberapa pandangan yg beredar di beberapa kalangan, kecurigaan batu uretra
BUKAN kontraindikasi pemasangan kateter
• desinfeksi
• lubrikasi
• jangan lupa memasukkan aquadest sebagai isi balon kateter, bukan NaCl atau
cairan lainnya
Biasanya yang coba dilakukan adalah dengan pemasangan kateter foley. Rekomendasi
foley kateter yang dipakai adalah yang berukuran 16Fr. Bila gagal bisa dicoba dinaikkan
Bila sudah dicoba menaikkan ukuran kateter dan masih gagal, dapat dicoba menekan
kateter agak lama secara gentle. Kadang pada pria tua sphinkter nya peka sehingga
mudah spasme. Dengan menekan kateter sphinkter selama 1-2 menit diharapkan
sphinkter akan membuka dan kateter bisa masuk. Jika usaha ini juga gagal, sebaiknya
jangan dipaksakan melainkan dilanjutkan ke usaha selanjutnya yaitu dengan menambah
lubrikasi.
B. Lubrikasi Uretra
Lubrikasi uretra dengan menggunakan KY gel dan lidocain bertujuan membuka uretra
sehingga lebih memudahkan pemasangan kateter.
• Spuit 20cc
• KY gel 10cc
masukkan KY gel ke dalam spuit 20cc, kemudian ambil lidocain dengan menggunakan
spuit yang sama. Campurkan sampai merata, lalu masukkan ke dalam uretra. Bila tidak
ada hambatan, biasanya kesulitan pemasangan bukan karena sumbatan mekanis seperti
batu uretra atau striktur uretra. Selanjutnya dapat dicoba dilakukan insersi kateter uretra
seperti yang dijelaskan di bagian 1.
bila terasa ada hambatan, maka sebaiknya tidak dilanjutkan usaha pemasangan kateter
uretra, melainkan langsung pada punksi supra pubik.
C. Punksi Suprapubik
Punksi suprapubik adalah usaha terakhir drainase urine pada pasien retensio urine yang
dapat dilakukan dokter muda / dokter umum.
• punksi dilakukan 2 jari di atas simfisis pubis, midline, tegak lurus terhadap kulit
abdomen.
• fiksasi surflo sebaik-baiknya supaya dapat berfungsi dengan baik cukup lama
• biasanya akan dapat bertahan 1-2hari. Cukup untuk merujuk pasien untuk
mendapatkan pertolongan lebih lanjut dari dokter spesialis bedah / urologi
• Sama seperti dengan surflo, desinfeksi lalu lakukan punksi 2 jari di atas sinfisis
pubis, tegak lurus kulit.
• Sedot urin sampai spuit penuh, lepaskan spuit dari jarumnya dan pertahankan
jarum jangan sampai terlepas dari dari kulit.
• Buang urine di spuit, lalu pasang lagi spuit ke jarum, sedot urine yang masih ada
dalam buli
• lakukan berulang sampai buli kosong, lalu secepatnya rujuk pasien untuk
mendapat pertolongan lebih lanjut dari dokter spesialis bedah / urologi.
• Diagnostik yang baik untuk menentukan apakah retensio urine terjadi karena batu,
infeksi, clot atau yang lainnya. Biasanya dilakukan foto polos abdomen dan usg
untuk mencari penyebabnya.
• sedapat mungkin tidak dicoba pemasangan kateter uretra, kecuali semua usaha
sudah tidak berhasil
• sebagian besar penyebab retensio urine pada anak laki-laki adalah infeksi saluran
kemih. Retensio urine terjadi antara lain karena radang yang menyebabkan
spasme dari sphinkter uretra
• karena itu pemberian analgesik dan antibiotik (setelah pemeriksaan urine lengkap
untuk memastikan infeksi) biasanya akan dapat membantu
• setelah pemberian analgesik dan antibiotik, dievaluasi 8-12 jam. Bila tetap tidak
bisa miksi, dapat dilakukan punksi suprapubik.
Trivia
• hal ini dapat dijadikan dasar penghitungan berapa lama buli akan terisi penuh lagi
setelah dilakukan punksi suprapubik
• bila berat pasien 50kg, berarti kira-kira produksi urine 50cc/jam. Dalam 8 jam
baru buli terisi penuh lagi, waktu yang cukup panjang untuk merujuk pasien
2. Kolik ureter
Kolik adalah rasa nyeri yang intensitasnya sangat tinggi, sering pasien
mendeskripsikannya sebagai perasaan seperti diremas-remas. Kolik ureter terjadi
biasanya karena peristaltik ureter yang meningkat sebagai usaha ureter mengeluarkan
sesuatu dari intraluminal. Biasanya batu ureter. Sangat penting membedakan kolik ureter
(kanan) dengan tanda lain yang mungkin disebabkan oleh appendisitis akuta. Karena
penatalaksanaannya SANGAT BERBEDA.
• Bila belum membaik dapat diberikan injeksi tramadol 1 ampul, yang didahului
dengan pemberian ondancentron 1 ampul untuk mengantisipasi efek mual dari
tramadol
• bila nyeri berkurang, pasien dapat dirujuk ke poli urologi untuk penangan lebih
lanjut. Berikan NSAID kuat seperti ibuprofen 2x400mg bila nyeri untuk
membantu bila pasien mulai merasakan nyeri lagi
• biasanya pemberian tramadol drip 1 amp/500cc NaCl 0,9% dapat dilakukan bila
dengan cara di atas kolik tidak teratasi.
Trivia :
• Sampaikan pada pasien saat paling nyeri adalah saat batu akan keluar dari ureter.
Setelah nyeri yang sangat itu kadang pasien akan menemukan ekspulsi batu.
3. Koreksi elektrolit
Koreksi di sini biasanya diperlukan pada pasien dengan Chronic Kidney Disease. Tidak
berhubungan langsung dengan urologi, tapi banyak pasien gagal ginjal yang menjadi
pasien urologi
Koreksi asidosis
menggunakan NaBic 100cc / meylon
BB x BE x 0,3
hasil dalam mEq, separuh diberikan dalam 8 jam, sisanya dalam 16 jam
NaBic 1mEq/cc
koreksi hipokalemia :
BB x selisih kalium x 0,3 ditambah kebutuhan basal 1-3 mEq per kgBB
koreksi hiponatremia