Anda di halaman 1dari 19

Laporan

Pendahuluan
Profesi KGD
Nama Mahasiswa : Pipih
Aramuhlisoh

Kasus/Diagnosa Medis:Stroke
Hemoragik
Jenis Kasus : Trauma/Non Trauma
Ruangan : IGD
Kasus ke :

CATATAN KOREKSI PEMBIMBING

KOREKSI I KOREKSI II

(………………………..……...
(…………………………………………………………) ………………………….)

FORMULIR SISTEMATIKA
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2023-2024

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS FALETEHAN


1. DEFINISI PENYAKIT
Stroke hemoragik adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah di sekitar atau di dalam otak, sehingga suplai darah ke
jaringan otak akan tersumbat. Darah yang pecah bisa membanjiri jaringan otak
yang ada disekitarnya, sehingga fungsi otak akan terganggu (Kanggeraldo,
Sari, & Zul, 2018). Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami
kebocoran atau pecahnya pembuluh darah yang ada di dalam otak, sehingga
darah menggenangi atau menutupi ruang-ruang jaringan sel di dalam otak
(Setiawan, 2021).

Stroke hemoragik merupakan stroke yang terjadi karena pecahnya pembuluh


darah, sehingga mengakibatkan darah di otak mengalir ke rongga sekitar
jaringan otak. Seseorang yang menderita stroke hemoragik akan mengalami
penurunan kesadaran, karena kebutuhan oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah ke otak tidak terpenuhi akibat pecahnya pembuluh darah (Ainy &
Nurlaily, 2021).

2. ETIOLOGI
 Ada faktor-faktor yang menyebabkan stroke (Arum, 2015) diantaranya :
1) Faktor Resiko Medis yang memperparah stroke adalah:
a. Arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah)
b. Adanya riwayat stroke dalam keluarga (factor keturunan)
c. Migraine (sakit kepala sebelah)
2) Faktor Resiko Pelaku
Stroke sendiri bisa terjadi karena faktor risiko pelaku. Pelaku menerapkan
gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Hal ini terlihat pada :
a. Kebiasaan merokok
b. Mengosumsi minuman bersoda dan beralkohol
c. Suka menyantap makanan siap saji (fast food/junkfood)
d. Kurangnya aktifitas gerak/olahraga
e. Suasana hati yang tidak nyaman, seperti sering marah tanpa alasan yang
jelas
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2023-2024

3) Faktor risiko yang dapat dimodifikasi


a. Obesitas
b. Merokok
4) Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
a. Usia Semakin bertambahnya usia, semakin besar resiko terjadinya stroke.
b. Jenis Kelamin Dibanding dengan perempuan, laki-laki cenderung
beresiko lebih besar mengalami stroke.
c. Riwayat Keluarga Jika salah satu anggota keluarga menderita stroke,
maka kemungkinan dari keturunan keluarga tersebut dapat mengalami
stroke.

3. MANIFESTASI KLINIS
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat, jumlah darah kolateral (sekunder atau aksesori).
Gejala klinis adalah sebagai berikut :
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (hemiparesis) yang timbul
mendadak
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan
hemisensorik)
c. Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau
koma)
d. Afasia (bicara tidak lancar, kurang ucapan, atau kesulitan memahami
ucapan)
e. Disartia (bicara pelo atau cadel)
f. Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler)
g. Mual dan muntah
h. Nyeri kepala
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2023-2024

4. PATOFISIOLOGI
Otak merupakan bagian tubuh yang sangat sensisitif oksigen dan glukosa karena
jaringan otak tidak dapat menyimpan kelebihan oksigen dan glukosa seperti halnya
pada otot. Meskipun berat otak sekitar 2% dari seluruh badan, namun
menggunakan sekitar 25% suplay oksigen dan 70% glukosa. Jika aliran darah ke
otak terhambat maka akan terjadi iskemia dan terjadi gangguan metabolisme otak
yang kemudian terjadi gangguan perfusi serebral. Area otak disekitar yang
mengalami hipoperfusi disebut penumbra. Jika aliran darah ke otak terganggu,
lebih dari 30 detik pasien dapat mengalami tidak sadar dan dapat terjadi kerusakan
jaringan otak yang permanen jika aliran darah ke otak terganggu lebih dari 4 menit
(Tarwoto, 2013).

Untuk mempertahankan aliran darah ke otak maka tubuh akan melakukan dua
mekanisme tubuh yaitu mekanisme anatomis dan mekanisme autoregulasi.
Mekanisme anastomis berhubungan dengan suplai darah ke otak untuk pemenuhan
kebutuhan oksigen dan glukosa. Sedangkan mekanisme autoregulasi adalah
bagaimana otak melakukan mekanisme/usaha sendiri dalam menjaga
keseimbangan. Misalnya jika terjadi hipoksemia otak maka pembuluh darah otak
akan mengalami vasodilatasi (Tarwoto, 2013)

Sebalikya keadaan vasodilatasi memberi efek pada tekanan intracranial.


Kekurangan oksigen dalam otak (hipoksia) akan menimbulkan iskemia. Keadaan
iskemia yang relative pendek/cepat dan dapat pulih kembali disebut transient
ischemic attacks (TIAs). Selama periode anoxia (tidak ada oksigen) metabolism
otak cepat terganggu. Sel otak akan mati dan terjadi perubahan permanen antara 3-
10 menit anoksia.

5. KLASIFIKASI
Stroke Hemoragik terbagi 2, sebagai berikut (Pudiastuti, 2011).
1) Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral adalah perdarahan dari salah satu arteri otak ke dal
am jaringan otak. Lesi ini menyebabkan gejala yang terlihat mirip dengan s
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2023-2024

troke iskhemik. Diagnosis perdarahan intraserebral tergantung pada neuroi


maging yang dapat dibedakan dengan stroke iskhemik. Stroke ini lebih um
um terjadi di negara-negara berkembang daripada Negara-negara maju, pen
yebabnya masih belum jelas namun variasi dalam diet, aktivitas fisik, peng
obatan hipertensi, dan predisposisi genetik dapat mempengaruhi penyakit st
roke tersebut.
2) Perdarahan ekstra serebral (Subarakhnoid)
Perdarahan subarachnoid dicirikan oleh perdarahan arteri di ruang antara d
ua meningen yaitu piameter dan arachnoidea. Gejala yang terlihat jelas pen
derita tiba-tiba mengalami sakit kepala yang sangat parah dan biasanya terj
adi gangguan kesadaran. Gejala yang menyerupai stroke dapat sering terjad
i tetapi jarang. Diagnosis dapat dilakukan dengan neuroimaging dan lumbal
puncture.

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik menurut (Sutarwi, Bakhtiar, & Rochana, 2020)
a. Angiografiserebral
Identifikasi penyebab spesifik stroke, seperti pedarahan atau penyumbatan
arteri.
b. Single-photon emission computed tomography (SPECT)
Mendeteksi daerah abnormal dan daerah otak yang mendeteksi, menemukan,
dan mengukur stroke (sebelum muncul pada pemindaian CTScan).
c. Computed tomography scan (CT-Scan)
Pemindaian ini menunjukkan lokasi edema, lokasi hematoma, keberadaan dan
lokasi pasti infark atau iskemia di jaringan otak. Pemeriksaan ini harus segera
kurang dari 12 jam dilakukan pada kasus dugaan perdarahan subarachnoid.
Bila hasil CT Scan tidak menunjukkan adanya perdarahan subarachnoid, maka
langsung dilanjutkan dengan tindakan fungsi lumbal untuk menganalisa hasil
cairan serebrospinal dalam kurun waktu 12 jam. Kemudian dilanjutkan
pemeriksaan spektrofotometri cairan serebrospinal untuk mendeteksi adanya
xanthochro xanthochromia.
d. MRI
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2023-2024

Hasil yang diperoleh dengan menilai lokasi dan derajat perdarahan otak
menggunakan gelombang magnet adalah lesi dan infark karena perdarahan.
MRI tidak dianjurkan untuk mendeteksi perdarahan dan tidak disarankn untuk
mendeteksi perdarahn subarachnoid.
e. Elektroencefalography
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak atau mungkin
memperlihatkan lesi yang spesifik
f. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar pineal daerah yang berlawanan dari masa
yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat trhombus serebral. Klasifikasi
parsial dinding, aneurisme pada perdarahan subarchnoid.
g. Ultrasonography doopler
Mengidentifikasi penyakit ateriovena (masalah system kronis/aliran darah,
muncul plaque/aterosklerosis).
h. Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel
kiri yang merupakan tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
Menggambarkan kelenjar pineal daerah berlawanan dari massa yang meluas.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Fungsi lumbal : Tekanan normal biasanya ada trhombosis, emboli dan TIA.
Sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yang mengandung darah
menunjukkan adanya perdarahan subarchnoid atau intrakranial. Kadar protein
total meningkat pada kasus trhombosis sehubungan dengan proses inflamasi.
b. Pemeriksaan darah rutin
c. Pemeriksaan kimia darah : Pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia

8. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan Medis
a. Menurunkan kerusakan iskemik serebral
Tindakan awal difokuskan untuk menyelamatkan sebanyak mungkin area
iskemik dengan memberikan oksigen, glukosa dan aliran darah yang
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2023-2024

adekuat dengan mengontrol atau memperbaiki disritmia serta tekanan


darah.
b. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 derajat menghindari flexi dan rotasi
kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
c. Pengobatan
1) Anti Koagulan : Heparin untuk menurunkan kecenderungan perdarahan
pada fase akut
2) Obat Anti Trombotik : Pemberian ini diharapkan mencegah terjadi
trombolitik atau embolik
3) Diuretika : Untuk menurunkan edema serebral
d. Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki peredaran darah otak.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Posisi kepala dan badan 15-30 derajat. Posisi miring apabila muntah dan
boleh mulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
b. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat.
c. Tanda-tanda vital usahakan stabil
d. Bedrest
e. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
f. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau cairan suction yang berlebih.

9. PEMERIKSAAN FISIK (Berdasarkan ABCD/Kasus Kegawatdaruratan)


 Pengkajian primer
a. Airway
Mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai control
servikal jika dicurigai adanya fraktur servical atau basis cranii. Ukur
frekuensi nafas pasien dan dengarkan jika ada nafas tambahan. Kaji adanya
sumbatan jalan napas, karena adanya penurunan kesadaran/koma sebagai
akibat dari gangguan transport oksigen ke otak .
b. Breathing
Mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi
adekuat. Jika pasien merasa sesak segera berikan terapi oksigen sesuai
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2023-2024

indikasi.Pada pasien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran koma


didapatkan kemampuan batuk yang menurun , peningkatan produksi secret ,
sesak nafas , penggunaan otot bantu nafas dan peningkatan frekuensi
pernafasan
c. Circulation
Mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan. Kaji adanya
kesemutan dibagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi, nadi lemah,
tekanan darah menurun.Pada pasien stroke biasanya terjadi peningkatan
tekanan darah dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah > 200
mmHg).
d. Disability
Kaji status umum dan neurologi dengan memeriksa atau cek GCS dan cek
reflek pupil.Pada pasien stroke menyebabkan berbagai deficit neurologis ,
bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat ) ,
ukuran are yang perfusinya tidak adekuat , dan aliran darah kolateral
( sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik
sepenuhnya .
e. Exposure
Kaji adanya trauma pada seluruh tubuh pasien. Kaji tanda vital pasien.
2) Pengkajian sekunder
a. Identitas
Mengkaji biodata pasien yang berisi kan nama klien dan nama penanggung
jawab, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, alamat, golongan darah,
pendidikan terakhir, tanggal masuk RS, agama, status perkawinan,
pekerjaan, nomor register,dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan atau gejala saat awal dilakukan pengkajian
yang menyebabkan pasien berobat (Hidayat, 2021). Pasien stroke
dimungkinkan mengalami gangguan transfer oksigen atau cerebro blood
flow (CBF) menurun sehingga mengakibatkan penurunan perfusi jaringan ,
sehingga dapat mengakibatkan iskemik (Pudiastuti, 2011). Pada pasien
stroke hemoragik biasanya menunjukan tanda dan gejala seperti sakit
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2023-2024

kepala, muntah, pusing (vertigo), gangguan kesadaran . dan gangguan


fungsi tubuh (deficit neurologis).
c. Riwayat Riwayat penyakit terdahulu : catatan tentang penyakit yang pernah
dialami pasien sebelum masuk rumah sakit.
d. Riwayat penyakit sekarang : catatan tentang riwayat penyakit pasien saat
dilakukan pengkajian.
e. Riwayat penyakit keluarga : catatan tentang penyakit keluarga yang
berhubungan dengan penyakit pasien saat ini.
 Pemeriksaan fisik
a. Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa
mata keruh.
b. Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka akibat bed rest yang lama , kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
c. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. d) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atauberkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
d. Sistem gastrointestinal
Terdapat adanya kesulitan menelan , nafsu makan menurun , mual muntah
pada fase akut . Mual sampai muntah disebabkan oleh peningkatan
produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi
. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltic
usus .
e. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine.
f. Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri.
g. Sistem neurologis
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2023-2024

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,


reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
 Pengkajian responsiveness (kemampuan untuk bereaksi) pengkajian
mengunakan level kesadaran kuantitatif yaitu
 Compos Mentis(conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya,
dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
 Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
 Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriakteriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
 Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila
dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal.
 Stupor (stupor koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
 Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah,
mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya), dengan
mengunakan Glasgow Coma Scal), Respon pasien yang perlu diperhatikan
mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata , bicara dan motorik.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2023-2024

10. PATOFLOW
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2023-2024

12. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN

Ds : Factor pencetus stroke (hipertensi) Pola napas tidak efektif


 Keluarga mengatakan ↓
pasien baru ditemukan
Penimbunan lemak/kolesterol
tidak sadar tadi pagi di meningkat dalam darah
kamar karena dikira

tidur, dikatakan tidak
ditemukan muntah dan Lemak yang sudah nekrotik dan
berdegenerasi
sakit kepala sejak
kemarin ↓

 Menurut keluarga Infiltrasi limfosit (thrombus)


sebelum mengalami ↓
penurunan kesadaran
Pembuluh darah menjadi kaku
pasien sempat

mengalami kelemahan
pada sebagian tubuh Pembuluh darah menjadi pecah
kiri yang terlihat ↓
kurang aktif
Stroke hemoragik
dibandingkan tangan

kanan
 Keluarga mengatakan TIK meningkat
pasien sesak ↓
Penekanan pusat pengaturan napas
DO : ↓
 Pasien tampak sesak Gangguan system saraf pernapasan
 Tekanan darah :
170/100 mmHg ↓
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2023-2024

 Nadi: 121 x/menit Pola napas tidak efektif


 Suhu : 36.5C
 RR : 32x/mnt
 SPO2 : 93%
 Akral perifer : Hangat
 Tampak gelisah
 CRT ≤ 2 detik

Ds : Factor pencetus stroke (hipertensi) Risiko perfusi serebral


 Keluarga mengatakan tidak efektif

pasien baru ditemukan
tidak sadar tadi pagi di Penimbunan lemak/kolesterol
kamar karena dikira meningkat dalam darah
tidur, dikatakan tidak

ditemukan muntah dan
sakit kepala sejak Lemak yang sudah nekrotik dan
kemarin berdegenerasi
 Menurut keluarga
sebelum mengalami ↓
penurunan kesadaran Infiltrasi limfosit (thrombus)
pasien sempat
mengalami kelemahan ↓
pada sebagian tubuh
kiri yang terlihat Pembuluh darah menjadi kaku
kurang aktif ↓
dibandingkan tangan
kanan Pembuluh darah menjadi pecah
 Keluarga mengatakan

pasien sesak
Stroke hemoragik
DO :

 GCS = E2V2M4 (8)
 Tingkat kesadaran TIK meningkat
somnolen

 Tekanan darah :
170/100 mmHg Risiko perfusi serebral tidak
 Tidak terdapat efektif
perdarahan eksternal,
dicurigai adanya
perdarahan di otak
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2023-2024

 Nadi: 121 x/menit


 Suhu : 36.5C
 RR : 32x/mnt
 SPO2 : 93%
 Akral perifer : Hangat
 Tampak gelisah
 CRT ≤ 2 detik
 Hasil CT-scan :
Intracerebral hemorrage
dengan volume
perdarahan ± 8,6 cc.

13. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul dan Prioritas Diagnosa

a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan ditandai
dengan dispnea, penggunaan otot bantu napas, fase ekspirasi memanjang, pola napas
abnormal dan ortopnea.
b. Risiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan hipertensi
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2023-2024

14. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No Diagnosa Keperawatan Perencanaan
(SDKI) Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
(SLKI) (SIKI)
1 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi  Mendeteksi tanda awal bahaya
Manajemen Jalan Napas
berhubungan dengan selama 1x6 jam maka “Pola  Membantu mengeluarkan cairan
depresi pusat pernapasan napas membaik”dengan Observasi darah agar mudah untuk
ditandai dengan kriteria hasil:  Monitor pola napas (frekuensi, dikeluarkan
dispnea,penggunaan otot  Dipsnea menurun kedalaman, usaha napas)  Mempertahankan hidrasi dan
bantu napas, fase  Penggunaan otot bantu mencairkan sekresi
 Monitor bunyi napas
ekspirasi memanjang, napas menurun tambahan (misalnya: gurgling,  Memposisikan pasien semi
pola napas abnormal dan  Pemanjangan fase fowler jika tidak ada
mengi, wheezing, ronchi
ortopnea. ekspirasi menurun kontraindikasi
kering)
 Frekuensi napas  Memberikan oksigen sesuai
Terapeutik
membaik kebutuhan
 Kedalaman napas  Pertahankan kepatenan jalan

membaik napas dengan head-tilt dan


chin-lift (jaw thrust jika curiga
trauma fraktur servikal)
 Posisikan semi-fowler atau
fowler
 Lakukan penghisapan lender
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2023-2024

kurang dari 15 detik


 Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
 Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

 Anjurkan asupan cairan 2000


ml/hari, jika tidak ada
kontraindikasi
 Ajarkan Teknik batuk efektif

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2023-2024

2. Risiko perfusi serebral Setelah dilakukan intervensi  Mengetahui kestabilan pasien


Manajemen peningkatan
tidak efektif ditandai selama 1x6 jam maka “Perfusi  Mengkaji adanya
tekanan intrakranial
dengan hipertensi serebral meningkat” dengan kecenderungan pada tingkat
kriteria hasil : Observasi kesadaran dan risiko
 Tingkat kesadaran  identifikasi penyebab peningkatan tekanan
meningkat peningkatan TIK (mis. intracranial (TIK)
 Tekanan intra kranial Lesi, gangguan  Napas yang tidak teratur
menurun metabolisme, edema merupakan tanda peningkatan
 Sakit kepala menurun serebral) tekanan intracranial (TIK)
 Gelisah menurun  monitor tanda dan gejala  Memberikan sedasi dan anti
 Kesadaran membaik peningkatan TIK (mis. konvulsan, jika perlu
 Tekanan darah sistolik Tekanan darah meningkat,

membaik tekanan nadi melebar,


bradikardia, pola napas
 Tekanan darah diastolik
ireguler, kesadaran
membaik
menurun)
 Monitor status pernapasan
 Monitor intake dan output
cairan
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2023-2024

Terapeutik
 Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
 Berikan posisi semi fowler
 Cegah terjadinya kejang
 Hindari pemberian cairan
IV hipotonik
 Pertahankan suhu tubuh
normal
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
sedasi dan anti konvulsan,
jika perlu

 Kolaborasi pemberian
diuretik osmosis, jika perlu
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2023-2024

DAFTAR PUSTAKA

Ainy, R. E. N., & Nurlaily, A. P. (2021). Asuhan Keperawatan Pasien Stroke Hemoragik dalam Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis: Oksigenasi.
Journal of Advanced Nursing and Health Sciences, 2(1), 21-25. https://jurnal.ukh.ac.id/index.php/KN/article/view/723/448.

American Heart Association. (2015). Guidelines For The Prevention Og Stroke Inpatient In Stroke With Stroke And Transient Ischemic Attack.
Diakses pada 11 Februari 2021

Andra, S. W & Yessie M. P (2013). Keperawatan Medikal Bedah 1 (Keperawatan Dewasa). Yogyakarta:Nuha Medika

A, Sylvia., M, Lorraine. (2015). Patofisiologi Edisi 6 Vo 2 Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. Jakarta : EGC.

Arum. (2015). STROKE, Kenali, Cegah dan Obati. Yogyakarta : Notebook

Iskandar Junaidi. (2018). Pedoman Pertolongan Pertama Saat Gawat Darurat Medis, Jakarta: Andi BP.

Kanggeraldo, J., Sari, R., & Zul, M. (2018). Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Penyakit Stroke Hemoragik dan Iskemik Menggunakan Metode
Dempster Shafer. Jurnal Resti, 498–505.

Mutiarasari D. (2019). Ischemic Stroke: Symptomps, Risk Factors, and Prevention. Medika Tadulako, Jurnal Ilmiah Kedokteran. Vol. 6, No.1. p.
61

Setiawan, N. S., & Fitrianto, A. R. (2021). Pengaruh Work From Home ( WFH ) terhadap Kinerja Karyawan pada Masa Pandemi COVID-19.
Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(5), 3229–3242.

S. Sutarwi, Y. Bakhtiar, and N. Rochana, “Sensitivitas dan Spesifitas Skor Stroke Literature Review,” Gaster, vol. 18, no. 2, p. 186, 2020, doi:
10.30787/gaster.v18i2.521

Tarwoto. (2013). Keperawatan Medikal Bedah : Gangguan Sistem Persyarafan Edisi II. Jakarta : Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai