Anda di halaman 1dari 8

http://daek-chin.blogspot.

com/2014/10/asuhan-keperawatan-pasien-
tenggelam.html

Tenggelam adalah suatu peristiwa dimana terbenamnya seluruh atau


sebagian tubuh ke dalam cairan. Pada umumnya tenggelam merupakan kasus
kecelakaan, baik secara langsung maupun karena ada faktor-faktor tertentu seperti
korban dalam keadaan mabuk atau dibawah pengaruh obat, bahkan bisa saja
dikarenakan akibat dari suatu peristiwa pembunuhan (Idries, 1997).
Setiap tahun, sekitar 150.000 kematian dilaporkan di seluruh dunia Akibat
tenggelam, dengan kejadian tahunan mungkin lebih dekat ke 500.000. Beberapa
negara terpadat di dunia gagal untuk melaporkan insiden hampir tenggelam. Ini,
menyatakanbahwa banyak kasus tidak pernah dibawa keperhatian medis, kejadian
di seluruh dunia membuatpendekatan akurat yang hampir mustahil (Shepherd,
2009).
Berdasarkan data statistik yang diambil dari halaman website e-medicine,
satu pertiga daripada korban mati akibat tenggelam pernah mengikuti pelatihan
berenang. Walaupun tenggelam terjadi kepada kedua jenis kelamin, golongan lelaki
adalah tiga kali lebih sering mati akibat tenggelam berbanding golongan wanita. Di
Indonesia, kita tidak banyak mendengar berita tentang anak yang tenggelam di
kolam renang sesuai dengan keadaan sosial ekonomi di Indonesia tetapi mengingat
keadaan Indonesia yang dikelilingi air, baik lautan, danau maupun sungai, tidak
mustahil jika banyak terjadi kecelakaan dalam air seperti hanyut dan tenggelam
yang belum diberitahukan dan ditanggulangi dengan sebaik-baiknya. Hampir setiap
saat, terutama pada saat musim liburan, di objek wisata laut. Banyak terjadi kasus
wisatawan yang tenggelam, karena akibat air pasang atau kecerobohan diri
wisatawan tersebut. Selain itu, kasus tenggelam yang lainnya adalah akibat
buruknya transportasi laut diIndonesia.
Untuk bisa mengetahui serta memperkirakan cara kematian mayat yang
terendam dalam air, diperlukan pemeriksaan autopsi luar dan autopsi dalam
pada tubuh korban serta pemeriksaan tambahan lain sebagai penunjang seperti
pemeriksaan getah paru untuk penemuan diatome danbercak paltouf di permukaan
paru, pemeriksaan histopatologi dan penentuan berat jenis plasma untuk
menemukan tanda intravital tersebut. Hal tersebut tidak mudah,
terutama bagi mayat yang telah lama tenggelam, atau pada mayat yang tidak
lengkap, atau hanya ada satu bagian tubuhnya saja.
Pada pemeriksaan mayat terendam dalam air perlu ditentukan apakah
korban masih hidup saat tenggelam yang terdapat tanda intravital, tanda kekerasan
dan sebab kematiannya. Apabila semua ini digabungkan dapat memberikan
petunjuk kepada kita untuk memperkirakan cara kematiannya. Tanda intravital
yang ditemukan pada korban bukan merupakan tanda pasti korban mati akibat
tenggelam. Terdapat delapan tanda intravital yang dapat menunjukkan korban
masih hidup saat tenggelam. Tanda tersebut adalah ditemukannya tanda cadaveric
spasme, perdarahan pada liang telinga, adanya benda asing (lumpur, pasir,
tumbuhan dan binatang air) pada saluran pernapasan dan pencernaan, adanya
bercak paltoufdi permukaan paru, berat jenis darah pada jantung kanan dan kiri, ada
ditemukan diatome, adanya tanda asfiksia, dan ditemukannya mushroom-like mass
(Kerr, 1954).
Sedangkan tanda pasti mati akibat tenggelam ada limayaitu terdapat tanda
asfiksia, diatome pada pemeriksaan getah paru, bercak paltoufdi permukaan paru,
berat jenis darah yang berbeda antara jantung kiri dan kanan dan mushroom-like
mass (Kerr, 1954). Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan dengan adanya
penelitian ini pihak forensik dan masyarakat umum bisa langsung mengenali
kematian tenggelam dan dapat membedakannya dengan tenggelam akibat
kecelakaan atau tenggelam karena pembunuhan.

1. Konsep Kunci
a. Pengertian Tenggelam
b. Penyebab Tenggelam
c. Klasifikasi Tenggelam
d. Manifestasi Klinis tenggelam
e. Kondisi Umum dan Faktor Resiko Pada Kejadian Korban Tenggelam
f. Komplikasi Tenggelam
g. Kegawatdaruratan Pada Pasien Tenggelam
h. Penanganan Pertama Pada Pasien Tenggelam
i. Penanganan Klinik
j. Penatalaksanaan medis
k. Asuhan Keperawatan Pada Korban Tenggelam
2. Petunjuk
a. Pelajari materi BAB I dengan tekun dan disiplin!
b. Penyajian setiap bab meliputi : judul bab dan konsep-konsep kunci, petunjuk,
kerangka isi, tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus, paparan
materi, tugas dan latihan, rangkuman,dan soal-soal akhir bab dan disertai kunci
jawaban.
c. Dalam uraian materi terdapat tes sambil jalan. Tes ini dapat menjadi tunutnan
pembaca dalam memahami uraian mata ajar bagian demi bagian.
d. Kerjakan soal-soal latihan dan soal akhir bbt dengan tekun dan dispilin!
e. Bacalah sumber-sumber pendukung untuk memperdalam pengetahuan dan
wawasan anda
f. Ikuti turutan penyajian setiap bab tahap demi tahap
g. Selamat belajar dan semoga sukses.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar tenggelam
b. Tujuan Khusus Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami :
a. Mampu menjelaskan pengertian tenggelam
b. Mampu menjelaskan penyebab tenggelam
c. Mampu menjelaskan klasifikasi tenggelam
d. Mampu menjelaskan manifestasi klinis tenggelam
e. Mampu menjelaskan kondisi umum dan faktor resiko pada kejadian korban
tenggelam
f. Mampu menjelaskan komplikasi tenggelam
g. Mampu menjelaskan kegawatdaruratan pada pasien tenggelam
h. Mampu menjelaskan penanganan pertama pada pasien tenggelam
i. Mampu menjelaskan penanganan klinik
j. Mampu menjelaskan penatalaksanaan medis
k. Mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada korban tenggelam

BAB II
PENYAJIAN MATERI

A. PENGERTIAN TENGGELAM
Tenggelam adalah orang yang berhenti bernafas hanya mempunyai waktu 4
menit untuk tetap hidup. (Werner David,1989). Mati tenggelam adalah sebagai
kematian karena asfiksia akibat tenggelam (Betz.L.Cecily,2002). Hampir mati
tenggelam adalah sebagai bertahan hidup, setidaknya sementara, dari efek hipoksia
yang mematikan.(Betz.L.Cecily,2002).
Tenggelam dapat menyebabkan kematian atau kecacatan. Menurut Kongres
Tenggelam Sedunia tahun 2002, tenggelam adalah suatu kejadian berupa gangguan
respirasi akibat tenggelam atau terendam oleh cairan. Menurut Dr. Boedi
Swidarmoko SpP, tenggelam (drowning) adalah kematian karena asfiksia pada
penderita yang tenggelam. Istilah lain, near drowning adalah untuk penderita
tenggelam yang selamat dari episode akut dan merupakan berisiko besar mengalami
disfungsi organ berat dengan mortalitas tinggi.
Menurut ILCOR (internasional Liaison Committee on Resuscitation)
tenggelam didevinisikan sebagai proses yang menyebabkan gangguan pernafasan
primer akibat submersi/imersi pada media cair. Sumersi merupakan keadaan
dimana seluruh tubuh, termasuk sistem pernafasan, berada dalam air atau cairan.
Sedangkan imersi adalah keadaan dimana terdapat air/ cairan pada sistem konduksi
pernafasan yang menghambat udara masuk. Akibat dua keadaan ini, pernafasan
korban terhenti, dan banyak air yang tertelan. Setelah itu terjadi laringospasme.
Henti nafas atau laringosspasme yang berlanjut dapat menyebabkan hipoksia dan
hiperkapnia. Tanpa penyelamatan lebih lanjut, korban dapat mengalami bradikardi
dan akhirnya henti jantung sebagai akibat dari hipoksia.

B. PENYEBAB TENGGELAM
Meurut Levin,dkk. (1993) terdpat banyak penyebab tenggelam antara lain adalah
1. Tergagguanya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan
2. Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera atau kelelahan.
3. Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang.
C. KlASIFIKASI TENGGELAM
a. Berdasarkan Kondisi Paru-Paru Korban
1. Typical Drawning
Keadaan dimana cairan masuk ke dalam saluran pernapasan korban saat korban
tenggelam.
2. Atypical Drawning
a. Dry Drowning
Keadaan dimana hanya sedikit bahkan tidak ada cairan yang masuk ke dalam
saluran pernapasan.
b. Immersion Syndrom
Terjadi terutama pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke dalam air dingin ( suhu <
20°C ) yang menyebabkan terpicunya reflex vagal yang menyebabkan apneu,
bradikardia, dan vasokonstriksi dari pembuluh darah kapiler dan menyebabkan
terhentinya aliran darah koroner dan sirkulasi serebaral.
c. Submersion of the Unconscious
Sering terjadi pada korban yang menderita epilepsy atau penyakit jantung
khususnya coronary atheroma, hipertensi atau peminum yang mengalami trauma
kepala saat masuk ke air .
d. Delayed Dead
Keadaan dimana seorang korban masih hidup setelah lebih dari 24 jam setelah
diselamatkan dari suatu episode tenggelam.
b. Berdasarkan Kondisi Kejadian
1. Tenggelam (Drowning)
Suatu keadaan dimana penderita akan meneguk air dalam jumlah yang banyak
sehingga air masuk ke dalam saluran pernapasan dan saluran nafas atas tepatnya
bagian apiglotis akan mengalami spasme yang mengakibatkan saluran nafas
menjadi tertutup serta hanya dapat dilalui oleh udara yang sangat sedikit.
2. Hampir Tenggelam (Near Drowning)
Suatu keadaan dimana penderita masih bernafas dan membatukkan air keluar.

D. MANIFESTASI KLINIS TENGGLAM


1. Frekuensi pernafasan berkisar dari pernapasan yang cepat dan dangkal sampai
apneu.
2. Syanosis
3. Peningkatan edema paru
4. Kolaps sirkulasi
5. Hipoksemia
6. Asidosis
7. Timbulnya hiperkapnia
8. Lunglai
9. Postur tubuh deserebrasi atau dekortikasi
10. Koma dengan cedera otak yang irreversible
E. KONDISI UMUM DAN FAKTOR RESIKO PADA KEJADIAN KORBAN
TENGGELAM
Onyekwelu (2008), menguraikan bebrapa faktor yang meningkatkan resiko
terjadinya tenggelam yakni :
1. Pria lebih beresiko untuk mengalami kejadian tenggelam terutama dengan usia 18-
24 tahun
2. Kurang pengawasan terhadap anak terutama yang berusia 5 tahun kebawah
3. Tidak memakai pelampung ketika menjadi penumpang angkutan air
4. Kondisi air melebihi kemampuan perenang, arus kuat dan air yang sangat dalam
5. Ditenggelamkan dengan paksa oleh orang lain dengan tujuan membunuh,
kekerasan atau permainan diluar batas.

F. KOMPLIKASI TENGGELAM
Menurut Levin, dkk. (1993), beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada keadaan
near drowning adalah :
1. Ensefalopi Hipoksik
2. Tenggelam Sekunder
3. Pneumonia aspirasi
4. Fibrosis interstisial pulmoner
5. Disrimia ventricular
6. Gagal ginjal
7. Infeksi
8. Nekrosis pankreas

G. KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN TENGGELAM


Onyekwelu (2008) menyatakan beberapa kegawataruratan yang dapat terjadi pada
keadaan near drowning yakni :
1. Perubahan Pada Paru-Paru
Aspirasi paru terjadi pada sekitar 90% korban tenggelam dan 80 – 90% pada korban
hampir tenggelam. Jumlah dan komposisi aspirat dapat mempengaruhi perjalanan
klinis penderita, isi lambung, organism pathogen, bahan kimia toksisk dan bahan
asing lain dapat member cedera pada paru dan atau menimbulkan obstruksi jalan
nafas.
2. Perubahan Pada Kardiovaskuler
Pada korban hampir tenggelam kadang-kadang menunjukkan bradikardi berat.
Bradikardi dapat timbul karena refleks fisiologis saat berenang di air dingin atau
karena hipoksia. Perubahan pada fungsi kardiovaskuler yang terjadi pada hampir
tenggelam sebagian besar akibat perubahan tekanan parsial oksigen arterial (PaO2)
dan gangguan keseimbangan asam-basa.
3. Perubahan Pada Susunan Saraf Pusat
Iskemia terjadi akibat tenggelam dapat mempengaruhi semua organ tetapi penyebab
kesakitan dan kematian terutama terjadi karena iskemi otak. Iskemi otak dapat
berlanjut akibat hipotensi, hipoksia, reperfusi dan peningkatan tekanan intra kranial
akibat edema serebral.Kesadaran korban yang tenggelam dapat mengalami
penurunan. Biasanya penurunan kesadaran terjadi 2 – 3 menit setelah apnoe dan
hipoksia. Kerusakan otak irreversibel mulai terjadi 4 – 10 menit setelah anoksia dan
fungsi normotermik otak tidak akan kembali setelah 8 – 10 menit anoksia. Penderita
yang tetap koma selama selang waktu tertentu tapi kemudian bangun dalam
4. Perubahan Pada Ginjal
Fungsi ginjal penderita tenggelam yang telah mendapat resusitasi biasanya tidak
menunjukkan kelainan, tetapi dapat terjadi albuminuria, hemoglobonuria, oliguria
dan anuria. Kerusakan ginjal progresif akan mengakibatkan tubular nekrosis akut
akibat terjadinya hipoksia berat, asidosis laktat dan perubahan aliran darah ke
ginjal.

5. Perubahan Cairan dan Elektrolit


Pada korban tenggelam tidak mengaspirasi sebagian besar cairan tetapi selalu
menelan banyak cairan. Air yang tertelan, aspirasi paru, cairan intravena yang
diberikan selama resusitasi dapat menimbulkan perubahan keadaan cairan dan
elektrolit. Aspirasi air laut dapat menimbulkan perubahan elektrolit dan
perubahancairan karena tingginya kadar Na dan Osmolaritasnya. Hipernatremia
dan hipovolemia dapat terjadi setelah aspirasi air laut yang banyak. Sedangkan
aspirasi air tawar yang banyak dapat mengakibatkan hipervolemia dan
hipernatremia. Hiperkalemia dapat terjadi karena kerusakan jaringan akibat
hipoksia yang luas.

H. PENANGANAN PERTAMA PADA PASIEN TENGGELAM


1. Prinsip pertolongan di air :
1) Raih ( dengan atau tanpa alat ).
2) Lempar ( alat apung ).
3) Dayung ( atau menggunakan perahu mendekati penderita ).
4) Renang ( upaya terakhir harus terlatih dan menggunakan alat apung ).
2. Penanganan Korban
1) Pindahkan penderita secepat mungkin dari air dengan cara teraman.
2) Bila ada kecurigaan cedera spinal satu penolong mempertahankan posisi kepala,
leher dan tulang punggung dalam satu garis lurus. Pertimbangkan untuk
menggunakan papan spinal dalam air, atau bila tidak memungkinkan pasanglah
sebelum menaikan penderita ke darat.
3) Buka jalan nafas penderita, periksa nafas. Bila tidak ada maka upayakan untuk
memberikan nafas awal secepat mungkin dan berikan bantuan nafas sepanjang
perjalanan.
4) Upayakan wajah penderita menghadap ke atas.
5) Sampai di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan RJP bila perlu.
6) Berikan oksigen bila ada sesuai protokol.
7) Jagalah kehangatan tubuh penderita, ganti pakaian basah dan selimuti.
8) Lakukan pemeriksaan fisik, rawat cedera yang ada.
9) Segera bawa ke fasilitas kesehatan.
3. Pernapasan Berhenti
Penyebab berhentinya pernafasan yang sering dijumpai adalah :
1) Tenggorokan tersumbat
2) Lidah atau cairan kental yang menyumbat tenggorokan pada orang yang tidak
sadar.
3) Tenggelam,tercekik oleh asap, atau karena keracunan.
4) Pukulan yang keras pada kepala atau dada.
5) Serangan jantung
Orang akan meninggal dalam waktu 4 menit jika ia tidak dapat bernafas. Jika
seseorang berhenti bernafas , segera lakukan pernafasan mulut ke mulut.
Pernafasan mulut ke mulut :
Langkah 1 :
Keluarkan setiap benda yang menyumbat di dalam mulut atau tenggorokan.
Tarik lidahnya keluar, jika ada lendir dalam tenggorokan, bersihkanlah dengan
cepat.
Langkah 2 :
Baringkan penderita dengan muka menengadah,donggakan kepala ke belakang
, dan tarik rahangnya ke depan.
Langkah 3 :
Pijitlah hidungnya dengan jari agar lubang hidung tertutup. Buka mulutnya
lebar-lebar dan tutuplah mulutnya dengan mulut anda, lalu hembuskan udara kuat-
kuat kedalam paru-parunya supaya dadanya mengembang. Berhenti sebentar untuk
membiarkan udaraa keluar, lalu hembuskan kembali. Ulangi perbuatan ini sebanyak
15 kali per menit.
Pada bayi yang baru lahir, lakukan ini dengan sangat hati-haati sebnyak ± 25
kali per menit. Lakukan terus pernafasan mulut ke mulut sampai orang tersebut
dapat bernafas sendiri, atau sampai kematiannyaa tidak diragukan lagi. Kadang-
kadang ini harus dilakukan selama 1 jam atau lebih.

I. PENANGANAN KLINIK
Tersedianya sarana bantuan hidup dasar dan lanjutan ditempat kejadian
merupakan hal yang sangat penting karena beratnya cedera pada sistem saraf pusat
tidak dapat dikaji dengan cermat pada saat pertolongan diberikan. Pastikan
keadekuatan jalan napas, pernapasan dan Sirkulasi. Cedera lain juga harus
dipertimbangkan dan perlu tidaknya hospitalisasi ditentukan berdasarkan
keparahan kejadian dan evaluasi klinis. Pasien dengan gejala respiratori, penurunan
saturasi oksigen dan perubahan tingkat kesadaran perlu untuk dihospitalisasi.
perhatian harus difokuskan pada oksigenasi, ventilasi, dan fungsi jantung.
Melindungi sistem saraf pusat dan mengurangi edema serebri merupakan hal yang
sangat penting dan berhubungan langsung dengan hasil akhir.

J. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pastikan keadekuatan ABC ( Airway, Breathing, Circulation ).
2. Pertimbangkan cedera lain selain pada pernafasan saat tenggelam.
3. Lakukan hospitalisasi jika terdapat; gangguan respiratori, penurunan saturasi
oksigen, serta perubahan tingkat kesadaran.
4. Observasi pemberian oksigenasi, ventilasi, serta fungsi jantung.
5. Pemberian obat-obatan; vekuronium (untuk otot skeletal paralis), furosemid/ lasix
(untuk diuresis, manitol/ manitor (untuk mengendalikan hipertensi intrakarnial dan
untuk sedasi

Anda mungkin juga menyukai