Anda di halaman 1dari 8

RESUME FARMAKOLOGI “ANTI SPASMODIK”

Dosen Pembimbing: Heru Supriyatno, MN

Disusun oleh:

Yuda Puspita (P1337420517050)

Anna Miftakhul Rizky (P1337420517053)

Pradita Dyah Ayu Wulan Sasmi(P1337420517061)

ANTASENA 2

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

D III KEPERAWATAN MAGELANG

TAHUN 2017/2018
ANTISPASMODIK

1. Fungsi Obat

untuk mengurangi atau melawan kejang-kejang yang terjadi pada semua otot tubuh,

baik otot anggota gerak maupun otot di dalam organ tubuh (otot usus, otot rahim, otot

pembuluh darah) dapat mengalami spasm., yang sering mengakibatkan nyeri perut

(saluran pencernaan)

2. Dosis yang Bisa Digunakan


Dosis pengobatan tergantung pada jenis obat dan kondisi penyakit yang diatasi.

Phenobarbital, salah satu antispasmodik yang sering digunakan, diberikan dengan

dosis 1-2 tablet 3-4 kali sehari untuk mengatasi luka usus dua belas jari, peradangan

usus, dan gangguan spasm pada otot usus. Untuk anak-anak tersedia obat dalam

bentuk sirup. Dosis pada anak-anak disesuaikan dengan berat badannya. Anak dengan

berat 4,5-9 kg diberikan 0,5 ml sirup 3 kali sehari. Anak dengan berat 9-13,5

diberikan dengan dosis 1 ml sirup 3 kali sehari.

3. Efek Samping
a. Efek samping yang cukup sering ditemukan pada pemakaian obat antispasmodik

ialah:
 Sulit buang air besar (konstipasi);
 Berkurangnya produksi keringat;
 Pusing;
 Mulut dan tenggorokan terasa kering;
 Kulit kering.
b. Efek samping lainnya yang lebih jarang terjadi tetapi pernah dilaporkan adalah:
 Perut terasa kembung;
 Pandangan kabur;
 Sulit buang air kecil;
 Sakit kepala;
 Mual;
 Muntah;
 Perasaan lemas;
 Sakit tenggorokan.

4. Peran Perawat dalam Pemberian Obat


Peran Perawat
Perawat mempunyai peran penting dalam mengobservasi pasien terhadap

kemungkinan terjadinya efek samping obat. Untuk melakukan hal ini perawat harus

mengetahui obat yang harus diberikan pada pasien serta kemungkinan efek samping

yang dapat terjadi. Beberapa efek samping obat khususnya yang menimbulkan

keracunan memerlukan tindakan segera misalnya dengan memberikan obat-obat

emergensi, menghentikan obat yang diberikan dan secepatnya memberitahu dokter.


Perawat harus memberitahu pasien yang memakai/minum obat di rumah

mengenai tanda-tanda atau gejala efek samping obat yang harus dilaporkan pada

dokter atau perawat.


Setiap pasien memiliki ketahanan yang berbeda terhadap obat. Beberapa pasien

dapat mengalami alergi terhadap obat-obat tertentu. Perawat mempunyai peranan

penting untuk mencegah terjadinya alergi pada pasien akibat pemberian obat. Data

alergi harus diperoleh sewaktu perawat melakukan pengumpulan data riwayat

kesehatan. Apabila pasien mengalami alergi jenis obat tertentu., maka perawat harus

mencatat hal ini secara jelas dalam rencana perawatan. Catatan status kesehatan

pasien, sampul depan catatan/kartu pasien atau catatan lain sesuai aturan rumah sakit.
Perawat perlu tanggap terhadap kemungkinan terjadinya sensitivitas silang

(cross sensitivity) terhadap berbagai obat atau makanan yang berbeda. Misalnya,

pasien yang alergi terhadap penisilin mungkin juga alergi terdahap ampisilin.

Peran perawat dalam menyimpan, meyiapkan dan administrasi obat


Cara menyimpan, menyiapkan dan administrasi obat sangat bervariasi antara

satu rumah sakit dengan rumah sakit yang lain. Namun pada prinsipnya perawat harus

memberikan perhatian terhadap hal-hal ini.


Perawat harus tahu tata cara menyimpan obat yang benar karena penyimpanan

yang salah dapat merusak struktur kimia maupun efek samping obat. Pada umumnya,

obat tidak boleh terkena sinar matahari langsung, kena cahaya yang tajam, disimpan

ditempat yang lembab atau disimpan pada tempat yang bersuhu ekstrim. Suhu dapat

dikatakan ekstrim apabila mencapai di atas 40ºC. Suhu sejuk berkisar antara 8ºc dan
15ºC, suhu kamar berkisar antara 15ºC dan 30ºC sedangkan suhu dingin adalah di

bawah 8ºC.
Dalam mempersiapkan obat, perawat harus memeriksa tanda kadaluarsa obat,

cara pengunaan dan pemberiannya. Perawat juga harus menguasai dasar-dasar

penghitungan obat misalnya dalam menyiapkan pemberian dosis insulin, injeksi,

pembuatan larutan dan lain-lain


System administrasi obat-obatan cukup bervariasi pada setiap intsitusi

pelayanan kesehatan baik rumah sakit maupun puskesmas. System administrasi obat

dirumah sakit dipengaruhi oleh banyak hal. Rumah sakit swasta mempunyai system

administrasi obat yang berbeda dengan rumah sakit negeri baik dalam pentalaksanaan

permintaan, pemeberian, pencatatan, maupun pelaporan. System administrasi obat

dipengaruhi pula oleh jenis rumah sakit, apakah A, B,C,D atau rumah sakit E.

misalnya dalam hal penatalaksanaan obat-obat emergensi. Beberapa rumah sakit tipe

A maupun tipe B melengkapi penyediaaan obat emergensi hampir pada semua unit

perawatan. Sedangkan di rumah sakit tipe C , penyediaan obat emergensi biasnya

dipusatkan di unit gawat darurat atau farmasi. System administrasi di puskesmas pada

prinsipnya telah diatur oleh departemen kesehatan dan dapat dipelajari dalam Buku

Pedoman Kerja Puskesmas. Tujuan administrasi obat ini menyangkut aspek

pertanggung jawaban penggunaan obat yang dibuat bulanan dengan menggunkaan

format LB4 untuk penggunaan obat umum dan format laporan narkotika untuk

penggunaan obat-obat narkotika.

Pera perawat dalam melakukan pendidikan kesehatan tentang obat


Perawat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pendidikan kesehatan

pada pasien., keluarga dan masyarakat luas. Hal ini termasuk pendidikan yang

berkaitan dengan obat. Perawat dapat memberikan penyuluhan tentang manfaat obat

secara umum, sedangkan informasi yang lebih terperinci bukan merupakan tanggung

jawab perawat tetapi tanggung jawab dokter.


Daftar pustaka
Diakses dari : http://www.kerjanya.net/faq/5999-antispasmodik.html. pada 9 mei 2018
Diakses dari : https://www.tabletwise.com/medicine-id/antispasmodic. pada 9 mei

2018

Priharjo, Robert. 1994. Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. Jakarta: EGC
TAMBAHAN AJA YEEE !!!!! (SERAH LU MAU DITAMBAHIN APA KAGAK YUD)

OOOHHHHH YEEEE JANGAN LUPA DIEDIT YEE !!!!!!!!


BY: PRADITA

Antispasmodik adalah golongan obat untuk spasm otot. Spasm adalah kontraksi, tegang otot

yang terjadi secara tiba-tiba dan tanpa sadar. Spasm otot sering disebut orang awam sebagai

kram otot. Semua otot tubuh, baik otot anggota gerak maupun otot di dalam organ tubuh (otot

usus, otot rahim, otot pembuluh darah) dapat mengalami spasm. Penderita akan merasa

sangat nyeri. Spasm biasanya berlangsung dalam hitungan menit dan akan menghilang

sendiri, tetapi dapat juga berlangsung lebih lama. Spasm yang terjadi amat sering atau

berlangsung lama memerlukan obat antispasmodik.

Contoh obat antispasmodik ialah phenobarbital dan belladona alkaloid (atropin, skopolamin).

Sebagian besar obat antispasmodik bekerja pasa sistem saraf sehingga efek samping yang

muncul juga banyak. Namun efek positifnya juga banyak. Obat antispasmodik juga dapat

diberikan untuk kondisi ulkus duodenum (luka pada usus dua belas jari) dan peradangan usus

halus.

Antispasmodik tidak boleh diberikan pada penderita dengan riwayat alergi terhadap obat-obat

spasmodik sebelumnya. Selain itu penggunaan antispasmodik juga perlu diawasi pada

penderita dengan kondisi berikut:

Pembesaran prostat;
Masalah buang air kecil;

Perdarahan yang aktif;

Gangguan fungsi ginjal;

Gangguan fungsi hati.

EFEK SAMPING

Efek samping yang cukup sering ditemukan pada pemakaian obat antispasmodik ialah:

Sulit buang air besar (konstipasi);

Berkurangnya produksi keringat;

Pusing;

Mulut dan tenggorokan terasa kering;

Kulit kering.

Efek samping lainnya yang lebih jarang terjadi tetapi pernah dilaporkan adalah:

Perut terasa kembung;

Pandangan kabur;

Sulit buang air kecil;

Sakit kepala;

Mual;
Muntah;

Perasaan lemas;

Sakit tenggorokan.

DOSIS

Dosis pengobatan tergantung pada jenis obat dan kondisi penyakit yang diatasi.

Phenobarbital, salah satu antispasmodik yang sering digunakan, diberikan dengan dosis 1-2

tablet 3-4 kali sehari untuk mengatasi luka usus dua belas jari, peradangan usus, dan

gangguan spasm pada otot usus. Untuk anak-anak tersedia obat dalam bentuk sirup. Dosis

pada anak-anak disesuaikan dengan berat badannya. Anak dengan berat 4,5-9 kg diberikan

0,5 ml sirup 3 kali sehari. Anak dengan berat 9-13,5 diberikan dengan dosis 1 ml sirup 3 kali

sehari.

Peran perawat

Anda mungkin juga menyukai