Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN TENGGELAM

Di susun oleh :
KELOMPOK I
1.
2.
3.
4.
5.

Laily Nurwita Wulandari


Mardiyana Yunida Putri
Moh. Anwari
Jono Kurnianto
Susanto

(713.6.2.0472)
(713.6.2.0473)
(713.6.2.0476)
(713.6.2.0469)
(713.6.2.0493)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa,berkat rahmat dan karunia Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah keperawatan kelautan ini yang berjudul ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN TENGGELAM dengan tepat waktu.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih mudah menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih
kurang sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan
tujuan untuk menyempurnakan makalah ini.

Sumenep, 22 September 2016

Penyusun

Kelompok I

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG
Tenggelam adalah suatu peristiwa dimana terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh

ke dalam cairan. Pada umumnya tenggelam merupakan kasus kecelakaan, baik secara
langsung maupun karena ada faktor-faktor tertentu seperti korban dalam keadaan mabuk atau
dibawah pengaruh obat, bahkan bisa saja dikarenakan akibat dari suatu peristiwa
pembunuhan (Idries, 1997).
Setiap tahun, sekitar 150.000 kematian dilaporkan di seluruh dunia Akibat tenggelam,
dengan kejadian tahunan mungkin lebih dekat ke 500.000. Beberapa negara terpadat di dunia
gagal untuk melaporkan insiden hampir tenggelam. Ini, menyatakanbahwa banyak kasus
tidak pernah dibawa keperhatian medis, kejadian di seluruh dunia membuatpendekatan akurat
yang hampir mustahil (Shepherd, 2009).
Berdasarkan data statistik yang diambil dari halaman website e-medicine, satu pertiga
daripada korban mati akibat tenggelam pernah mengikuti pelatihan berenang. Walaupun
tenggelam terjadi kepada kedua jenis kelamin, golongan lelaki adalah tiga kali lebih sering
mati akibat tenggelam berbanding golongan wanita. Di Indonesia, kita tidak banyak
mendengar berita tentang anak yang tenggelam di kolam renang sesuai dengan keadaan sosial
ekonomi di Indonesia tetapi mengingat keadaan Indonesia yang dikelilingi air, baik lautan,
danau maupun sungai, tidak mustahil jika banyak terjadi kecelakaan dalam air seperti hanyut
dan tenggelam yang belum diberitahukan dan ditanggulangi dengan sebaik-baiknya. Hampir
setiap saat, terutama pada saat musim liburan, di objek wisata laut. Banyak terjadi kasus
wisatawan yang tenggelam, karena akibat air pasang atau kecerobohan diri wisatawan
tersebut. Selain itu, kasus tenggelam yang lainnya adalah akibat buruknya transportasi laut
diIndonesia.
Untuk bisa mengetahui serta memperkirakan cara kematian mayat yang
terendam dalam air, diperlukan pemeriksaan autopsi luar dan autopsi dalam pada tubuh
korban serta pemeriksaan tambahan lain sebagai penunjang seperti pemeriksaan getah paru
untuk penemuan diatome danbercak paltouf di permukaan paru, pemeriksaan histopatologi
dan penentuan berat jenis plasma untuk menemukan tanda intravital tersebut. Hal tersebut
tidak mudah,
terutama bagi mayat yang telah lama tenggelam, atau pada mayat yang tidak lengkap, atau
hanya ada satu bagian tubuhnya saja.

Pada pemeriksaan mayat terendam dalam air perlu ditentukan apakah korban masih
hidup saat tenggelam yang terdapat tanda intravital, tanda kekerasan dan sebab kematiannya.
Apabila semua ini digabungkan dapat memberikan petunjuk kepada kita untuk
memperkirakan cara kematiannya. Tanda intravital yang ditemukan pada korban bukan
merupakan tanda pasti korban mati akibat tenggelam. Terdapat delapan tanda intravital yang
dapat menunjukkan korban masih hidup saat tenggelam. Tanda tersebut adalah ditemukannya
tanda cadaveric spasme, perdarahan pada liang telinga, adanya benda asing (lumpur, pasir,
tumbuhan dan binatang air) pada saluran pernapasan dan pencernaan, adanya bercak
paltoufdi permukaan paru, berat jenis darah pada jantung kanan dan kiri, ada ditemukan
diatome, adanya tanda asfiksia, dan ditemukannya mushroom-like mass (Kerr, 1954).
Sedangkan tanda pasti mati akibat tenggelam ada limayaitu terdapat tanda asfiksia,
diatome pada pemeriksaan getah paru, bercak paltoufdi permukaan paru, berat jenis darah
yang berbeda antara jantung kiri dan kanan dan mushroom-like mass (Kerr, 1954). Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan dengan adanya penelitian ini pihak forensik dan
masyarakat umum bisa langsung mengenali kematian tenggelam dan dapat membedakannya
dengan tenggelam akibat kecelakaan atau tenggelam karena pembunuhan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan yang di maksud tenggelam ?
2. Apa Penyebab Tenggelam ?
3. Bagaimana Klasifikasi Tenggelam ?
4. Bagaimana Manifestasi Klinis tenggelam ?
5. Bagaimana Kondisi Umum dan Faktor Resiko Pada Kejadian Korban Tenggelam ?
6. Bagaimana Komplikasi Tenggelam ?
7. Bagaimana Kegawatdaruratan Pada Pasien Tenggelam ?
8. Bagaimana Penanganan Pertama Pada Pasien Tenggelam ?
9. Bagaimana Penanganan Klinik ?
10. Bagaimana Penatalaksanaan medis ?
11. Bagaimana ASKEP kasus Pada Korban Tenggelam ?

C.
a.

Tujuan
Tujuan Umum Pembelajaran

Mahasiswa mampu memahami konsep dasar tenggelam


b.

Tujuan Khusus Pembelajaran

Mahasiswa mampu memahami :


1. Mampu menjelaskan pengertian tenggelam
2. Mampu menjelaskan penyebab tenggelam

3. Mampu menjelaskan klasifikasi tenggelam


4. Mampu menjelaskan manifestasi klinis tenggelam
5. Mampu menjelaskan kondisi umum dan faktor resiko pada kejadian korban tenggelam
6. Mampu menjelaskan komplikasi tenggelam
7. Mampu menjelaskan kegawatdaruratan pada pasien tenggelam
8. Mampu menjelaskan penanganan pertama pada pasien tenggelam
9. Mampu menjelaskan penanganan klinik
10. Mampu menjelaskan penatalaksanaan medis
11. Mampu menjelaskan ASKEP kasus pada korban tenggelam

BAB II
PEMBAHASAN
A.

PENGERTIAN TENGGELAM
Tenggelam adalah orang yang berhenti bernafas hanya mempunyai waktu 4 menit

untuk tetap hidup. (Werner David,1989).


Mati tenggelam adalah sebagai kematian karena asfiksia akibat tenggelam
(Betz.L.Cecily,2002).
Hampir mati tenggelam adalah sebagai bertahan hidup, setidaknya sementara, dari
efek hipoksia yang mematikan.(Betz.L.Cecily,2002).

Tenggelam dapat menyebabkan kematian atau kecacatan. Menurut Kongres


Tenggelam Sedunia tahun 2002, tenggelam adalah suatu kejadian berupa gangguan respirasi
akibat tenggelam atau terendam oleh cairan. Menurut Dr. Boedi Swidarmoko SpP, tenggelam
(drowning) adalah kematian karena asfiksia pada penderita yang tenggelam. Istilah lain, near
drowning adalah untuk penderita tenggelam yang selamat dari episode akut dan merupakan
berisiko besar mengalami disfungsi organ berat dengan mortalitas tinggi.
Menurut ILCOR (internasional Liaison Committee on Resuscitation) tenggelam
didevinisikan sebagai proses yang menyebabkan gangguan pernafasan primer akibat
submersi/imersi pada media cair. Sumersi merupakan keadaan dimana seluruh tubuh,
termasuk sistem pernafasan, berada dalam air atau cairan. Sedangkan imersi adalah keadaan
dimana terdapat air/ cairan pada sistem konduksi pernafasan yang menghambat udara masuk.
Akibat dua keadaan ini, pernafasan korban terhenti, dan banyak air yang tertelan. Setelah itu
terjadi laringospasme. Henti nafas atau laringosspasme yang berlanjut dapat menyebabkan
hipoksia dan hiperkapnia. Tanpa penyelamatan lebih lanjut, korban dapat mengalami
bradikardi dan akhirnya henti jantung sebagai akibat dari hipoksia.
B. PENYEBAB TENGGELAM
Meurut Levin,dkk. (1993) terdapat banyak penyebab tenggelam antara lain adalah
1. Tergagguanya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan
2. Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera atau kelelahan.
3. Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang.
C.
a.

KlASIFIKASI TENGGELAM
Berdasarkan Kondisi Paru-Paru Korban
1. Typical Drawning
Keadaan dimana cairan masuk ke dalam saluran pernapasan korban saat korban
tenggelam.
2. Atypical Drawning
a) Dry Drowning
Keadaan dimana hanya sedikit bahkan tidak ada cairan yang masuk ke dalam saluran
pernapasan.
b) Immersion Syndrom
Terjadi terutama pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke dalam air dingin ( suhu <
20C ) yang menyebabkan terpicunya reflex vagal yang menyebabkan apneu,
bradikardia, dan vasokonstriksi dari pembuluh darah kapiler dan menyebabkan
terhentinya aliran darah koroner dan sirkulasi serebaral.
c) Submersion of the Unconscious

Sering terjadi pada korban yang menderita epilepsy atau penyakit jantung khususnya
coronary atheroma, hipertensi atau peminum yang mengalami trauma kepala saat
masuk ke air .
d) Delayed Dead
Keadaan dimana seorang korban masih hidup setelah lebih dari 24 jam setelah
diselamatkan dari suatu episode tenggelam.
b.

Berdasarkan Kondisi Kejadian


1. Tenggelam (Drowning)
Suatu keadaan dimana penderita akan meneguk air dalam jumlah yang banyak
sehingga air masuk ke dalam saluran pernapasan dan saluran nafas atas tepatnya
bagian apiglotis akan mengalami spasme yang mengakibatkan saluran nafas menjadi
tertutup serta hanya dapat dilalui oleh udara yang sangat sedikit.
2. Hampir Tenggelam (Near Drowning)
Suatu keadaan dimana penderita masih bernafas dan membatukkan air keluar.

D. MANIFESTASI KLINIS TENGGELAM


1.
Frekuensi pernafasan berkisar dari pernapasan yang cepat dan dangkal sampai apneu.
2.
Syanosis
3.
Peningkatan edema paru
4.
Kolaps sirkulasi
5.
Hipoksemia
6.
Asidosis
7.
Timbulnya hiperkapnia
8.
Lunglai
9.
Postur tubuh deserebrasi atau dekortikasi
10. Koma dengan cedera otak yang irreversible
E.

KONDISI UMUM DAN FAKTOR RESIKO PADA KEJADIAN KORBAN

TENGGELAM
Onyekwelu (2008), menguraikan bebrapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya
tenggelam yakni :
1. Pria lebih beresiko untuk mengalami kejadian tenggelam terutama dengan usia 18-24
2.
3.
4.
5.

tahun
Kurang pengawasan terhadap anak terutama yang berusia 5 tahun kebawah
Tidak memakai pelampung ketika menjadi penumpang angkutan air
Kondisi air melebihi kemampuan perenang, arus kuat dan air yang sangat dalam
Ditenggelamkan dengan paksa oleh orang lain dengan tujuan membunuh, kekerasan
atau permainan diluar batas.

F.

KOMPLIKASI TENGGELAM

Menurut Levin, dkk. (1993), beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada keadaan near
drowning adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Ensefalopi Hipoksik
Tenggelam Sekunder
Pneumonia aspirasi
Fibrosis interstisial pulmoner
Disrimia ventricular
Gagal ginjal
Infeksi
Nekrosis pankreas

G. KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN TENGGELAM


Onyekwelu (2008) menyatakan beberapa kegawataruratan yang dapat terjadi pada keadaan
near drowning yakni :
1.
Perubahan Pada Paru-Paru
Aspirasi paru terjadi pada sekitar 90% korban tenggelam dan 80 90% pada korban
hampir tenggelam. Jumlah dan komposisi aspirat dapat mempengaruhi perjalanan klinis
penderita, isi lambung, organism pathogen, bahan kimia toksisk dan bahan asing lain dapat
member cedera pada paru dan atau menimbulkan obstruksi jalan nafas.
2.
Perubahan Pada Kardiovaskuler
Pada korban hampir tenggelam kadang-kadang menunjukkan bradikardi berat.
Bradikardi dapat timbul karena refleks fisiologis saat berenang di air dingin atau karena
hipoksia. Perubahan pada fungsi kardiovaskuler yang terjadi pada hampir tenggelam sebagian
besar akibat perubahan tekanan parsial oksigen arterial (PaO2) dan gangguan keseimbangan
asam-basa.
3.
Perubahan Pada Susunan Saraf Pusat
Iskemia terjadi akibat tenggelam dapat mempengaruhi semua organ tetapi penyebab
kesakitan dan kematian terutama terjadi karena iskemi otak. Iskemi otak dapat berlanjut
akibat hipotensi, hipoksia, reperfusi dan peningkatan tekanan intra kranial akibat edema
serebral.Kesadaran korban yang tenggelam dapat mengalami penurunan. Biasanya penurunan
kesadaran terjadi 2 3 menit setelah apnoe dan hipoksia. Kerusakan otak irreversibel mulai
terjadi 4 10 menit setelah anoksia dan fungsi normotermik otak tidak akan kembali setelah
8 10 menit anoksia. Penderita yang tetap koma selama selang waktu tertentu tapi kemudian
bangun dalam
4.
Perubahan Pada Ginjal
Fungsi ginjal penderita tenggelam yang telah mendapat resusitasi biasanya tidak
menunjukkan kelainan, tetapi dapat terjadi albuminuria, hemoglobonuria, oliguria dan anuria.
Kerusakan ginjal progresif akan mengakibatkan tubular nekrosis akut akibat terjadinya
hipoksia berat, asidosis laktat dan perubahan aliran darah ke ginjal.

5.

Perubahan Cairan dan Elektrolit


Pada korban tenggelam tidak mengaspirasi sebagian besar cairan tetapi selalu

menelan banyak cairan. Air yang tertelan, aspirasi paru, cairan intravena yang diberikan
selama resusitasi dapat menimbulkan perubahan keadaan cairan dan elektrolit. Aspirasi air
laut dapat menimbulkan perubahan elektrolit dan perubahancairan karena tingginya kadar Na
dan Osmolaritasnya. Hipernatremia dan hipovolemia dapat terjadi setelah aspirasi air laut
yang banyak. Sedangkan aspirasi air tawar yang banyak dapat mengakibatkan hipervolemia
dan hipernatremia. Hiperkalemia dapat terjadi karena kerusakan jaringan akibat hipoksia
yang luas.
H. PENANGANAN PERTAMA PADA PASIEN TENGGELAM
1.
Prinsip pertolongan di air :
1)
2)
3)
4)
2.

Raih ( dengan atau tanpa alat ).


Lempar ( alat apung ).
Dayung ( atau menggunakan perahu mendekati penderita ).
Renang ( upaya terakhir harus terlatih dan menggunakan alat apung ).

Penanganan Korban
1) Pindahkan penderita secepat mungkin dari air dengan cara teraman.
2) Bila ada kecurigaan cedera spinal satu penolong mempertahankan posisi kepala, leher
dan tulang punggung dalam satu garis lurus. Pertimbangkan untuk menggunakan
papan spinal dalam air, atau bila tidak memungkinkan pasanglah sebelum menaikan
penderita ke darat.
3) Buka jalan nafas penderita, periksa nafas. Bila tidak ada maka upayakan untuk
memberikan nafas awal secepat mungkin dan berikan bantuan nafas sepanjang
4)
5)
6)
7)
8)
9)

perjalanan.
Upayakan wajah penderita menghadap ke atas.
Sampai di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan RJP bila perlu.
Berikan oksigen bila ada sesuai protokol.
Jagalah kehangatan tubuh penderita, ganti pakaian basah dan selimuti.
Lakukan pemeriksaan fisik, rawat cedera yang ada.
Segera bawa ke fasilitas kesehatan.

3.
Pernapasan Berhenti
Penyebab berhentinya pernafasan yang sering dijumpai adalah :
1)
2)
3)
4)
5)

Tenggorokan tersumbat
Lidah atau cairan kental yang menyumbat tenggorokan pada orang yang tidak sadar.
Tenggelam,tercekik oleh asap, atau karena keracunan.
Pukulan yang keras pada kepala atau dada.
Serangan jantung

Orang akan meninggal dalam waktu 4 menit jika ia tidak dapat bernafas. Jika seseorang
berhenti bernafas , segera lakukan pernafasan mulut ke mulut.
Pernafasan mulut ke mulut :
Langkah 1 :
Keluarkan setiap benda yang menyumbat di dalam mulut atau tenggorokan. Tarik
lidahnya keluar, jika ada lendir dalam tenggorokan, bersihkanlah dengan cepat.
Langkah 2 :
Baringkan penderita dengan muka menengadah,donggakan kepala ke belakang , dan
tarik rahangnya ke depan.
Langkah 3 :
Pijitlah hidungnya dengan jari agar lubang hidung tertutup. Buka mulutnya lebarlebar dan tutuplah mulutnya dengan mulut anda, lalu hembuskan udara kuat-kuat kedalam
paru-parunya supaya dadanya mengembang. Berhenti sebentar untuk membiarkan udaraa
keluar, lalu hembuskan kembali. Ulangi perbuatan ini sebanyak 15 kali per menit.
Pada bayi yang baru lahir, lakukan ini dengan sangat hati-haati sebnyak 25 kali per
menit. Lakukan terus pernafasan mulut ke mulut sampai orang tersebut dapat bernafas
sendiri, atau sampai kematiannyaa tidak diragukan lagi. Kadang-kadang ini harus dilakukan
selama 1 jam atau lebih.
I.

PENANGANAN KLINIK
Tersedianya sarana bantuan hidup dasar dan lanjutan ditempat kejadian merupakan

hal yang sangat penting karena beratnya cedera pada sistem saraf pusat tidak dapat dikaji
dengan cermat pada saat pertolongan diberikan. Pastikan keadekuatan jalan napas,
pernapasan dan Sirkulasi. Cedera lain juga harus dipertimbangkan dan perlu tidaknya
hospitalisasi ditentukan berdasarkan keparahan kejadian dan evaluasi klinis. Pasien dengan
gejala respiratori, penurunan saturasi oksigen dan perubahan tingkat kesadaran perlu untuk
dihospitalisasi. perhatian harus difokuskan pada oksigenasi, ventilasi, dan fungsi jantung.
Melindungi sistem saraf pusat dan mengurangi edema serebri merupakan hal yang sangat
penting dan berhubungan langsung dengan hasil akhir.
J.

PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pastikan keadekuatan ABC ( Airway, Breathing, Circulation ).
2. Pertimbangkan cedera lain selain pada pernafasan saat tenggelam.
3. Lakukan hospitalisasi jika terdapat; gangguan respiratori, penurunan saturasi oksigen,
serta perubahan tingkat kesadaran.
4. Observasi pemberian oksigenasi, ventilasi, serta fungsi jantung.
5. Pemberian obat-obatan; vekuronium (untuk otot skeletal paralis), furosemid/ lasix
(untuk diuresis, manitol/ manitor (untuk mengendalikan hipertensi intrakarnial dan
untuk sedasi.

BAB III
ASKEP KASUS
An.R laki-laki berusia 17 tahun di bawa ke igd rumah sakit dengan keluhan utama
tenggelam (drowning) di kolam renang.orang tua klien mengatakan pasien tenggelam 20
menit yang lalu,saat di angkat dari kolam renang pasien dalam kondisi tidak sadarkan diri.
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan pasien tampak lemah,kesadaran GCS E2,V2,M3
tekanan darah 90/50 mmhg,nadi 140x/menit,frekuensi nafas 28x/menit,saluran oksigen
80%,suhu tubuh 34,7 c, mukosa bibir pasien tanpak sianosis,terdengar suara berkumur
(gargling),auskultasi paru terdengar rhonki kasar,ekstermitas pasien tanpak keriput dan
dingin.
1. PENGKAJIAN
A. Biodata klien :
Nama : An.r
Umur :17tahun
Pekerjaan: Pelajar
Jenis kelamin: Laki-laki
B. Keluhan utama:
ibu klien mengatakan pasien tidak sadarkan diri
C. Riwayat penyakit sekarang:
ibu klien mengatakan An.R tenggelam di kolam renang selama 20 menit dan tidak
sadarkan diri saat di kaji pasien tanpak lemah kesdaran gcs e2,v3,m3, mukosa bibir
tanpak sianosis.
D. Riwayat penyakit masa lalu:
ibu klien mengatakan pasien sebelumnya tidak pernah mengalami kejadian tenggelam
E. Pemeriksaan fisik:
keadaan umum : Lemah
TD
: 90/50 mmHG
Nadi : 140x/menit
RR
: 28x/menit
Suhu : 34,7 c
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan pertukaran gas b/d penurunan oksigen dalam udara inpsirasi
2) Penurunan curah jantung b/d gangguan fungsi jantung ditandai dengan td rendah, nadi
cepat, sianosis
3. INTERVENSI
Dx : Gangguan pertukaran gas b/d penurunan oksigen dalam udara inpsirasi
1. Kaji bunyi paru : frekuensi nafas , kedalaman, usaha, produksi sputum sesuai
dengan indicator dari penggunaan alat penunjang yang efektif.
2. Pantai O2 dan catat TTV
3. Pantai status mental (tingkat kesadaran)

4. Anjurkan keluarga pasien teknik bernafas dan relaksasi


5. Konsultasikan dengan dokter
Dx : Penurunan curah jantung b/d gangguan fungsi jantung ditandai dengan td rendah,
nadi cepat, sianosis
1. Pantau dan catat TD, TTV, adanya sianosis, status pernafasan dan status mental
2. Kaji toleransi aktifitas pasien dengan memperhatikan awal nafas pendek, nyeri
atau pusing
3. Berikan ionformasi untuk teknik penurunan stress dan relaksasi otot progresif
4. Observasi dan catat tanda tanda TIK
5. Kolaborasi dengan dokter
4. IMPLEMENTASI
Dx : Gangguan pertukaran gas b/d penurunan oksigen dalam udara inpsirasi
1. Mengkaji bunyi paru : frekuensi nafas , kedalaman, usaha, produksi sputum sesuai
2.
3.
4.
5.

dengan indicator dari penggunaan alat penunjang yang efektif.


Memantai O2 dan catat TTV
Memantai status mental (tingkat kesadaran)
Menganjurkan keluarga pasien teknik bernafas dan relaksasi
Mengkonsultasikan dengan dokter

Dx : Penurunan curah jantung b/d gangguan fungsi jantung ditandai dengan td rendah,
nadi cepat, sianosis
1. Memantau dan catat TD, TTV, adanya sianosis, status pernafasan dan status
mental
2. Mengkaji toleransi aktifitas pasien dengan memperhatikan awal nafas pendek,
nyeri atau pusing
3. Memberikan ionformasi untuk teknik penurunan stress dan relaksasi otot progresif
4. Mengobservasi dan catat tanda tanda TIK
5. Mengkolaborasi dengan dokter
5. EVALUASI
1. Anak kembali ketingkat fungsi neurologic
2. Distress pernafasan berkurang atau hilang sama sekali
3. Mempertahankan perfusi yang adekuat, dan TTV berada dalam batas normal

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tenggelam adalah orang yang berhenti bernafas hanya mempunyai waktu 4 menit
untuk tetap hidup. Mati tenggelam adalah sebagai kematian karena asfiksia akibat tenggelam.
Meurut Levin,dkk. (1993) terdapat banyak penyebab tenggelam antara lain adalah
1. Tergagguanya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan
2. Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera atau kelelahan.
3. Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang.

B.

SARAN
Penanganan kegawatdaruratan korban tenggelam sebaiknya memastikan terlebih

dahulu kesadaran, system pernapasan, denyut nadi, dan proses observasi dan interaksi yang
konstan dengan korban.

DAFTAR PUSTAKA
Rinaraka.2012.Kegawatdaruratan(online),
(http://rinaraka.blogspot.com/2012/11/kegawatdaruratan-korban-tenggelam.html, diakses 6
september 2014).
Trihatala.2012.Askep

Klien

dengan

Kasus

Anak

Tenggelam

(online),

(http://trihatala.blogspot.com/2012/11/askep-klien-dengan-kasus-anak-tenggelam.html,
diaskses 6 septmber 2014)
Anonim.2014. Respiratory (online),
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21606/5/Chapter%20I.pdf,diakses 6
september 2014)

PERAN ANGGOTA
Pencari Nara Sumber (Materi) : Laily Nurwita Wulandari & Mardiyana Yunida Putri
Ngedit : Susanto, Jono Kurnianto & Moh. Anwari
Penyaji : Mardiyana Yunida Putri

Anda mungkin juga menyukai