KEPERAWATAN KELAUTAN
(TENGGELAM)
Disusun Oleh :
2017
1. DEFINISI
Tenggelam adalah suatu bentuk sufokasi berupa korban terbenam dalam
cairan dan cairan tersbut terhisap masuk ke jalan nafas sampai alveoli paru-paru.
Pada umumnya tenggelam merupakan kasus kecelakaan, baik secara langsung
maupun karena ada faktor-faktor lain seperti korban dalam keadaan mabuk atau
dibawah pengaruh obat, atau bisa saja dikarenakan akibat dari suatu peristiwa
pembunuhan (Wilianto, 2012). Hampir tenggelam (near drowning) adalah
keadaan gangguan fisiologi tubuh akibat tenggelam tetapi tidak terjadi kematian
(Onyekwelu, 2008).
Near drowning didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang masih bertahan
hidup setelah mengalami sufokasi (kekurangan napas) akibat tenggelam dalam
air atau cairan lain. Sedangkan drowning sendiri didefinisikan sebagai kematian
sekunder karena asfiksia (sesak nafas) saat tenggelam dalam cairan, biasanya air,
dalam 24 jam setelah kejadian (Banerjee dalam Rauuf (2008).
Drowning (tenggelam) adalah masuknya cairan ke dalam saluran napas yang
mengakibatkan gangguan pertukaran udara di alveoli dan dapat terjadi mati
lemas (Arif Mansjoer, 2000).
Menurut WHO (2015), tenggelam merupakan gangguan sistem pernafasan
akibat terendam dalam media yang cair. Konsensus terbaru menyatakan definisi
terbaru dari tenggelam harus mencakup kasus fatal dan non fatal. Dampak
tenggelam dapat berupa kematian, morbiditas, dan non morbiditas. Ada juga
konsensus yang menyatakan bahwa istilah basah, kering, aktif, pasif, diam, dan
menengah seharusnya tidak digunakan lagi.
Drowning atau tenggelam adalah proses masuknya cairan ke dalam saluran
nafas atau paru-paru yang menyebabkan gangguan pernafasan sampai kematian.
Definisi tenggelam mengacu pada adanya cairan yang masuk hingga menutupi
lubang hidung dan mulut, sehingga tidak terbatas pada kasus tenggelam di
kolam renang, atau perairan seperti sungai, laut, dan danau saja, tetapi juga pada
kondisi terbenamnya tubuh dalam selokan atau kubangan dimana bagian wajah
berada di bawah permukaan air (Putra, 2014).
2. ETIOLOGI
3. KLASIFIKASI
Klasifikasi tenggelam menurut Levin (dalam Arovah, 2009) adalah :
A. Klasifikasi Tenggelama. Berdasarkan Kondisi Paru-Paru Korban
1. Typical Drawning
Yaitu keadaan dimana cairan masuk ke dalam saluran pernapasan
korban saat korban tenggelam.
2. Atypical Drawning
Dry Drowning
Yaitu keadaan dimana hanya sedikit bahkan tidak ada cairan yang
masuk ke dalam saluran pernapasan.
Immersion Syndrom
Terjadi terutama pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke dalam air
dingin ( suhu < 20C ) yang menyebabkan terpicunya reflex vagal
yang menyebabkan apneu, bradikardia, dan vasokonstriksi dari
pembuluh darah kapiler dan menyebabkan terhentinya aliran darah
koroner dan sirkulasi serebaral.
Submersion of the Unconscious
Sering terjadi pada korban yang menderita epilepsy atau penyakit
jantung khususnya coronary atheroma, hipertensi atau peminum yang
mengalami trauma kepala saat masuk ke air.
Delayed Dead
Yaitu keadaan dimana seorang korban masih hidup setelah lebih dari
24 jam setelah diselamatkan dari suatu episode tenggelam.
B. Klasifikasi Berdasarkan Kondisi Kejadian
a. Tenggelam ( Drowing )
Yaitu suatu keadaan dimana penderita akan meneguk air dalam jumlah
yang banyak sehingga air masuk ke dalam saluran pernapasan dan
saluran nafas atas tepatnya bagian apiglotis akan mengalami spasme
yang mengakibatkan saluran nafas menjadi tertutup serta hanya dapat
dilalui oleh udara yang sangat sedikit.
4. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala yang sering muncul ialah tanda dan gejala sistem
kardiorespiratori dan neurologi. Distres respiratori awalnya tidak terlihat, hanya
terlihat adanya perpanjangan nilai RR tanpa hipoksemia. Pasien yang lebih
parah biasanya menunjukkan tanda hipoksemia, retraksi dinding dada, dan
suara paru abnormal. Manifestasi neurologi yang muncul seperti penurunan
kesadaran, pasien mulai meracau, iskemik-hipoksia pada sistem saraf pusat
sehingga menunjukkan tanda peningkatan ICP (Elzouki, 2012).
6. PENATALAKSANAAN
2. Penilaian pernapasan dilakukan pada tahap ini, yang terdiri dari tiga langkah,
yaitu:
Penanganan pertama pada korban yang tidak sadar dan tidak bernapas
dengan normal setelah pembersihan jalan napas yaitu kompresi dada lalu
pemberian napas buatan dengan rasio 30:2. Terdapat tiga cara pemberian
napas buatan, yaitu mouth to mouth, mouth to nose, mouth to mask, dan
mouth to neck stoma.