Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kategori Penyakit silent killer menjadi pemicu penyakit tidak

menular di Indonesianyang meningkat secara signifikan pada tahun ke

tahun. Penyakiti ini seiring munculnya perubahan karakterstik penyakit,

Secara epidemiologi dari penyakitimenular, Menjadi berganti ke penyakit

tidak menular, Secara Global meningkatksangatnpesat di dunia akan tetapi

dalam nasionalimenempati kesepuluh terbesar penyakit yangimenyebabkan

sampai fatal dengan tergolong kasus terbanyak, Salah satunya yaitu

penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) (Depkes, 2008).

Diabetesimelitus (DM) merupakan penyakitikronis yang mengalami

pada saat pankreasnya tidak cukup dalam memproduksi pasokan insulin,

atau mengalami pada saat tubuhntidak efisiensildalam penggunaan insulin

tesebut. Insulin merupakan hormon pengatur kadar gula darah dalam tubuh.

Hiperglikemia atau peningkatan kadarigula darah merupakan akibat dari

tindakan terkontrolnya pada diabetes melitus serta dalam kurun waktu yang

panjang terdapat permasalahan yang sangat parah terhadap dalam beberapa

sistemi tubuh,tKhususnya terjadinterhadap pembuluh darah jantung sebagai

salah satu faktor penyakit jantung koroner, Pada organ ginjal bisa

menimbulkanlgagal ginjal, pada syaraf bisa mengalami stroke, Pada indera

penglihatan atau mata dapat mengalami kebutaan (WHO, 2016).

Diabetes”melitus merupakan perihal yang belum bisa dijabarkan

dalam satu jawabannyang benar-benar jelas dan singkat, Tetapi dapat


dikatakan sebagai suatukkumpulan masalah anatomi serta kimiawi yang

merupakan efek dari bebera faktor dalam tubuh. Pada diabetes melitusi

dapat didefisikan bahwa insulin absolut atau relatifadan gangguan fungsi

insulin. Diabetes melitus diklasifikasikan antara lain DM tipe I, DM tipe II,

DM tipe lain, dan DM pada kehamilan. Diabetes metabolik tipe 2 (DMT2)

merupakan salah satu kelompok penyakit metabolikjjdengan karakteristik

hiperglikemia, terjadi karena akan terjadi kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau kedua-duanya (Decroli Eva, 2019).

Penatalaksanaan diabetes melitus tipe 2 terbagi menjadi lima pilar,

yaitu: Penatalaksanaan diabetes melitus dalam bentuk awal pencegahan

pada penderita diabetes, individu dapat diarahkan untuk melakukan aktivitas

yang dapat memicu produksi hormon (insulin) yang berfungsi mengaktifkan

reseptor agar bekerja lebih aktif dan dapat menstabilkan kadar glukosa

darah. Penatalaksanaan secara non-farmakologi dapat dilakukan dengan

cara melakukan edukasi, rencana diet, latihan fisik, farmakologis dan

pemeriksaan gula darah mandiri (PERKENI, 2015).

Otot menggunakan kadar gula darah ketika aktivitas fisik yang di

simpannya yang mengakibatkan kadar gula darah yang tersimpam

berkurang aktivitas fisik secara langsung berkaitan dengan adanya

perbaikkan secara cepat kadar gula darah otot. Pada saat itu, untuk mengisi

kekurangan tersebut, Otot mengambil kadar gula darah sehingga glukosa

didalam darah menurun yang mengakibatkan meningkatkan kestabilan gula

darah (Barnes, 2012).


Secara Global, jumlah penderita diabetesnyamelitus terjadi

peningkatan signifikanndari tahun ke tahun. Data tersebut juga

mengungkapkanubahwa menduduki, Peringkat ke-6 sebagai jumlah lebih

dari 10,3 juta penderita Diabetes Melitus. Diabetes Atlas edisi ke-8kyang

diterbitkannoleh Federasi Diabetes Internasional 2017 menyatakan terdapat

425 juta dari total populasi seluruh dunia, atau sekitar 8,8% orang dewasa

berusia dari 20-79”tahun merupakan penderita diabetes melitus Angka

tersebut diperkirakan akan terus terjadi peningkatan dengan mencapai 16, 7

juta pada tahun 2045 yang akan datang.

Di Indonesia, berdasarkan/data terbaruindari datamRiset Kesehatan

Dasar 2018, secarak umum angkai prevalensil diabetes melitus mengalami

peningkatan yang sangatmsignifikan dalam kurun waktu lima tahun

terakhir. Di tahun 2013, angka prevalensi diabetes pada orang usia dewasa

mengalami pencapaian 6,9%, dan di tahun 2018 angka terus meningkat

pesat menjadi 8,5%. Berdasarkan datas Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas,

2018) di Indonesia terdapatl 10 juta orangi penderita diabetes melitus, dan

17,9 juta orang yang berisiko menderita penyakit DMT2. Jenis-jenis

diabetesl melitusi kebanyakan kasus yang ditemukan di Indonesia

merupakan diabetes imelitus tipe 2 yaitu sekitaran 90%-95% dari

keseluruhan dengan masalah idiabetes melitus tipe 2.

Provinsi Jawa Timur” termasuk dalam 10 terbesar prevalensi

penyandang idiabetes melitus di Indonesian menduduki dalam ringking ke 9

dengan prevalensi/ sebesar 6,8%. Provinsi “Jawa Timur merupakan bagian

dari wilayahnya Indonesia dengan prevalensii penderita DM” sebesar 2,1%


(Rikesdas 2013). Berdasarkan dari data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Timur (2012), menyebutkan bahwa tedapat 10 kriteria penyakiti pasien yang

di rawat jalan di Rumah Sakit Tipe B dimana Diabetes melitusi merupakan

penyakit terbesar nomor dua setelah penderita darah tinggi (HT) sebesar

102.399 kasus.

Berdasarkan datanya Dinkes Sumenep pada tahun 2017 jumlah

penderita DM Tipe 2 di Kabupaten Sumenep yakni sebanyak 59.301 kasus.

Menurut data Puskesmas Gapura terdapat 48 penderita Diabetes Melitus

Tipe 2 dari 19 laki-laki” dan 29 perempuan tahun 2018, mengalami

peningkatan dengan jumlah 53 penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dari 25

laki-laki dan 28 perempuan pada tahun 2019 di wilayah Kerja Puskesmas

Gapura.

DM Tipe 2 tidak dapat disembuhkan secara total tetapi glukosa

darah puasa hanya dengan cara distabilkan melalui 5 pilar penatalaksanaan

DMT2 dengan beberapa cara seperti pengobatan, edukasi, terapi gizi,

latihan jasmani, pemeriksaan kadar gula darahlllmandiri. Aktifitas fisik

dapat juga mempengaruhi kadar gula darah puasa, sependapat dengan

penelitian yang di laksanakan oleh Astuti (2013) menyatakan bahwa

sebagian besar responden yang memiliki aktivitas sedang lebih memiliki

tidak stabil kadar glukosa yang buruk.

Berdasarkan survey awal yang dilaksanakan, pada tanggal 15

November 2019. Pada sebagian penderita DMT2 yaitu 10 orang di wilayah

Kerja Puskesmas Gapura. Hasil dari wawancara didapatkan 7 dari 10 orang

mengatakan ketika kadar gula puasa darahnya tidak dalam batas normal,
mereka mengalami kelemahan yang mengakibatkan penurunan aktivitas.

Peneliti menemukan tiga orang yang melakukan aktivitas sehari-harinya

secara rutin namun kadar gula darah puasa yang dimiliki pasien tersebut

cenderung mengalami peningkatan. Dan kebanyakan responden adalah ibu

rumah tangga, sebagian responden terdapat orang dengan usia lanjut. Hal ini

dengan aktivitas akan dilakukan dengan”ltidak terlalu berat, dan disertakan

dengan istirahat yang terlalu lama, serta kelamaandduduk di depan tv dan

bermalas-malasan.

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka perlu diteliti tentang

Hubungan aktivitas fisik dengan kadar gula darah puasa pada penderita

Diabetes Melitus Tipe 2 di wilayah Kerja Puskesmas Gapura digunakan

sebagai acuan untuk pengendalian kadar gula darah puasa pada penderita

Diabetes Militus Tipe 2.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang; diatas maka bisa dirumuskan :

Bagaimana Hubungan aktivitas fisik dengan kadar gula darah puasa pada

penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di wilayah Kerja Puskesmas Gapura?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk pmengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kadar gula

darah puasa pada penderita-Diabetes Melitus Tipe 2 di wilayah Kerja

Puskesmas Gapura.
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi aktivitas fisik pada penderita Diabetes

Melitus Tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Gapura.

2. Untuk-mengidentifikasi kadar gula darah puasa pada penderita

Diabetes0Melitus tipe 2 di<wilayah kerja Puskesmas Gapura.

3. Untuk menganalisis=hubungan aktivitas fisik0dengan kadar gula

darah puasa pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di wilayah

kerja Puskesmas Gapura.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat menambah manfaat bagi perkembangan

ilmu keperawatan terutama tentang aktivitas fisik dengan kadar gula

darah puasa pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di wilayah kerja

Puskesmas Gapura.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan menambah

pengetahuan tentang hubungan aktivitas/ fisik dengan kadari

gula darah puasa pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di

wilayah kerja Puskesmas Gapura.


2. Pelayanan Keperawatan

Diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana tambahan ilmu

pengetahuan bagi perawat dalam acuan pengendalian aktivitas

yang dapat mengakibatkan kadar gula darah puasa tidak stabil.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat menentukan variabel lain yang berhubungan

dengan kadar gula darah puasa pada penderita Diabetes Melitus

serta dapat menambah jumlah sampel yang lebih luas agar

mendapatkan hasil yang lebih akurat.


BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah hubungan antara hasil penemuan

(penelitian) dengan teori yang_menjelaskan tentangr keterkaitannya_antar

variabel (baik variable_diteliti maupun, tidak ditelitii) (Nursalam, 2016).

DMT2 (Diabetes Melitus Tipe 2)


Faktor Risiko :
1. Usia
2. Jenis Kelamin Kadar Gula Darah
3. Obesitas
4. Genetik (Riwayat
Tes Gula Darah Puasa
Keluarga)

5 pilar penatalaksanaan Terkontrol Tidak Terkontrol


Diabetes Melitus Tipe 2 :
1. Edukasi
2. Pola makan
3. Aktivitas Fisik
4. Farmakologis
5. Pemeriksaan gula
darah mandiri

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar


Gula Darah Puasa Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Wilayah Kerja Puskesmas Gapura Kabupaten Sumenep
Keterangan :

: diteliti : berpengaruh

: tidak diteliti : berhubungan

Kerangka konsep pada gambar 3.1, Menurut Teori H.L. Blum (1974)

menjabarkan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat. Pada Keempat faktor yaitu terdiri dari faktor

pelayanan kesehatan masyarakat (kualitas dan jenis cakupan), faktor gaya

hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya),

dan faktor keturunan.

Diantaranya faktor tersebut faktor perilaku merupakan faktor pemicu

untuk pengendalian kadar gula darah puasak dalam tubuh penderita

diabetes melitust tipe 2. Faktor perilaku yang mengalami pada penderita

Diabetes Melitus Tipe 2 yaitu faktor perilaku yang bersifat individu antara

lain : Gaya hidup, Kegemukan, Pola makan, Kurang olahraga dan

sebagainya. Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori

yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes melitus tipe

2. Konsumsi makanan yang berlebihan serta tidak diimbangi dengan

adanya sekresi insulin dalam jumlah yang tidak memadai dapat

menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan

mengakibatkan tejadinya diabetes melitus tipe 2. Aktivitas fisik dan

olahraga bemanfaat bagi semua orang karena dapat meningkatkan

kebugaran tubuh, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi


jantung, paru, dan otot serta sebagai pengendalian kadar gula darah dalam

tubuh. Olahraga, harus dilakukan secara rutin dan teratur. Jenis dan

takaran olahraga berbeda menurut usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan dan

kondisi kesehatan. Apabila pekerjaan sehari-hari seseorang kurang

memungkinkan gerak fisik, upayakan berolahraga secara teratur atau

melakukan kegiatan lain yang setara. Kurang gerak atau hidup berlama-

lama santai merupakan faktor pencetus diabetes melitus tipe 2.

Aktivitas Fisik dalam kajian ini (aktivitas berintesitas rendah, sedang,

tinggi) akan memberikan konstribusi efektif terhadap tingkatan kadar gula

darah puasa khususnya kadar gula darah pada penderita diabetes melitus

tipe 2. Kadar gula darah puasa dalam keadaan tidak terkontrol dapat

mempengaruhi terjadinya hiperglikemia atau hipoglikemia pada penderita

diabetes melitus tipe 2. Selain itu aktivitas fisik juga dapat mempengaruhi

pengendalian kadar gula darah puasa pada penderita diabetes melitus tipe

2 di wilayah kerja Puskesmas Gapura Kabupaten Sumenep.

3.2 Hipotesis Penelitian

H1 : Ada hubungan aktivitas fisik dengan kadar gula darah puasa pada

penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Gapura Kabupaten

Sumenep.
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

“Desain penelitian ini adalah rencana penelitian yang disusun

dengan sedemikian rupa sehingga peneliti mendapatkan jawabannya

pertanyaan peneliti. Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam

penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian, serta berperan

sebagai alat pedoman untuk mencapai suatu tujuan tersebut (Setiadi, 2013).

Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan analitik

observasional. Menurut Setiadi (2013), pada penelitian analitik

observasional tersebut, peneliti mencari-cari hubungan setiap variable.

Penelitian penting dilakukan adanya analisis terhadap data yang

dikumpulkan, seberapa besar hubungan variabel dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini jenis pendekatan yang digunakan adalah cross

sectional. Dalam cross sectional menurut Nursalam (2016),

pengukuran/observasi data variable independen dan dependennya hanya

dalam satu kali pada satu waktu (dalam waktu bersamaan). Dimana variabel

independen dan dependennya dinilai dengan secara simultan pada satu saat

dan tidak ada tindak lanjut.


4.2 Kerangka Kerja (Frame Work)

POPULASI
Seluruh Penderita DMT2 di wilayah Kerja Puskesmas Gapura
Kabupaten Sumenep sebanyak 53 orang

SAMPEL
Sebagian Penderita DMT2 di wilayah Kerja Puskesmas Gapura
Kabupaten Sumenep sebanyak 47 orang

Teknik Sampling
Purposive sampling

Variabel Independen Variabel Dependen


Aktivitas Fisik diukur dengan Kadar Gula Darah Puasa diukur dengan
kuesioner Alat GDA atau Glucometer

Pengolahan Data
Editing, Coding, Skoring, Tabulasi Data

Analisa Data
Uji Chi Square

Penyajian Hasil &


Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar


Gula Darah Puasa Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2
Di Wilayah Kerja Puskesmas Gapura Kabupaten Sumenep
4.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang akan

diteliti pada saat itu(Setiadi, 2013). Populasi dalam penelitian ini

adalah Seluruh penderita DiabeteskMelitus Tipe 2 di pWilayah

Kerja Puskesmas Gapura Kabupaten Sumenep sebanyak 53 orang.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi diukur nantinya akan

dipakai untuk memperkirakan kriteria- dari populasi tersebut

(Setiadi, 2013). Sampel dalam penelitian ini sebagian dari

penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas

Gapura Kabupaten Sumenep sebanyak 47 orang.

1. Kriteria Insklusi

Kritria insklusi adalah ciri-ciri umum penelitian dari suatu

target populasi terjangkauan diteliti (Nursalam, 2016). Kriteria

insklusi pada penelitian ini adalah :

a. Penderitan Diabetes Melitus Tipe 2 yang mampu untuk

berpuasa minimal 8 jam.

b. Usia produktif 15 - 59 tahun.

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan menghilangkan/mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria insklusi karena berbagai sebab

(Nursalam, 2016). Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :


a. Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 sedang mengalami

penyakit kronik lain.

b. Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dalam pengobatan

menggunakan Insulin.

c. Penderita Diabetes Melitus Tipe 2--bedrest.

Dalam penelitian ini sampel yang di ambil

menggunakan rumus dari (Nursalam, 2016).

N . z2 p . q
𝑛=
d 2 . ( N−1 ) + z 2 p . q

Keterangan :

𝑛 : Perkiraan jumlah sampel

N : Jumlah populasi sebanyak 53 orang

z2 : Nilai standar normal untuk α 0,05 (1,96)

P : Perkiraan proporsi populasi (jika tidak diketahui dianggap

50% = 0,5).

d : tingkat kesalahan yang dipilih 0,05

q : 1 – p (100% - p = 100% - 0,5 = 0,5)

Maka besar sampel adalah :

N . z2 p . q
𝑛= 2 2
d . ( N−1 ) + z p . q

= 53. ¿ ¿

53.3,8416.0,5 .0,5
=
0,052 .52+3,8416.0,5 .0,5

50,90
=
0,13+0,9604
50,90
=
1,0904

𝑛 = 46,7 = 47 responden

Jadi, besar sampel yang diambil sejumlah 47 responden.

4.3.3 Teknik Sampling

Sampling adalah proses penyeleksian porsi dari populasi

dapat untuk mewakili populasi (Nursalam, 2016). Penelitian ini

menggunakan sampling purposive sampling merupakan peneliti

menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri

khususoyang sesuai denganntujuannpenelitian dan kriteria insklusi

sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian.

Populasi penelitian ini adalah seluruh Penderita Diabetes Melitus

Tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Gapura Kabupaten Sumenep

sebanyak 53 orang. Kemudian dilakukan berdasarkan purposive

sampling diperoleh jumlah sampel sebanyak 47 orang.

4.4 Identifikasi Variabel

Variabell adalah ciri-ciri akan diamati memiliki berbagai macam-

macam nilai serta merupakan operasionall darii suatu kkonsep supaya bisa

diteliti ssecara empiris atau ditentukan melalui tingkatannya (Setiadi, 2013).

Variable dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu variable

independenndan variableddependen.

4.4.1 Variabel Independen

Variable independen merupakan yang menjadi

penyebabnya perubahan dan munculnya variable dependen atau


terikat (Setiadi, 2013). Dalam penelitian ini, variable independen

yaitu Aktivitas Fisik.

4.4.2 Variabel Dependen

Variabel dependennmerupakan penjabaranndari semua

variabell oleh variabel bebass(independen) (Setiadi, 2013). Dalam

penelitian ini variabel dependen yaitu Kadar Gula Darah Puasa.

4.5 Definisi Operasional

Definisii operasinal merupakan definisi berdasarkan karakteristik

yang dapat dicermati semua hal yang didefinisikan tersebut (Nursalam

2016). Dapat diamati kemungkinan peneliti melakukan observasi secara

cermat.

Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar


Gula Darah Puasa Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Wilayah Kerja Puskesmas Gapura Kabupaten Sumenep
Definisi
No Variabel Parameter Alat Ukur Skala Kriteria
Operasional
1. Independen : Seluruh kegiatan a. Aktivitas fisik Kuesioner Ordinal a. Rendah,
Aktivitas Fisik yang bisa pada saat kerja dengan 16 jika METs-
dilakukan seperti membutuhkan pertanyaan min/mingg
aktivitas olahraga, energiiilebih GPAQ u < 600.
pekerjaan, ddddan banyakkkk (Global b. Sedang,
aktivitas sehari-hari sebelumnyaaa Physical jika METs-
yangggg dilakukan dari pada Activity min/mingg
seseorang dddalam energi yyyang Quessionn u > 600-
kurunnn waktu 881 dikeluarkan aire) 1500.
minggu terakhir. dalam
kehidupannnn
sehari-hari c. Tinggi, jika
b. Aktivitas fisik METs-
diluarrrr min/mingg
pekerjaan, dan u >1500.
olahraga.ggg (Petterson,
Waktu santai 2010).
dapattttdikatak
annnn sebagai
kegiatan diluar
dari pekerjaan.
c. Transportasi,
sebagaiii
sarana
tambahan dari
pekerjaan.
Kegiatannnn
seperti halnya
bersepeda/jala
n kaki.
d. Pekerjaan
rumahh tangga
termasukkkk
pekerjaan
yangggg
miengeluarkan
bainyak
energi.
Terutama pada
ibu-ibu rumah
tangga,
(WHO, 2010).
2. Dependen : Kadar gula darah a. Padaaaa saat Alat GDA Nominal a. “Terkontrol
Kadar Gula diukur pada saat kondisi tidak atau bila kadar
Darah Puasa seseorang ttttidak ada asupan Glucometer gula
makan dan minum kalori selama darah puasa
selamahhh 8 jam 8 jam. 80-126
terakhir. Nilai b. Mengambil mg/dL.
kadar gula darah sampel darah b. “Tidak
puasa sesorang kapiler terkontrol
adalah <126 mg/dL bila
kadar gula
darah puasa
<80 mg/dL
atau >126
mg/dL.

4.6 Pengumpulan dan Pengolahan Data


4.6.1 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa

kuesioner pada variable aktivitas fisik dengan menggunakan

instrumen kuesioner GPAQ (Global Physical Activity

Quessionnaire) menurut (WHO, 2010), berjumlah 16 pertanyaan.

Pada variable kadar gula darah puasa dengan menggunakan

instrumen alat ukur GDA atau Glucometer.

4.6.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas

Gapura Kabupaten Sumenep, pada bulan februari 2020.

4.6.3 Prosedur Pengumpulan Data

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pengumpulan

karakteristik subyek yang dibutuhkan dalam suatu

penelitian dan proses pendekatan kepada ‘subyek

(Nursalam, 2016).

a. Prosedur pengambilan data, sebagai berikut :

1) Meminta izin pengambilan data data penelitian dari

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja

Sumenep, untuk pengambilan data awal di Dinas

Kesehatan Kabupaten Sumenep untuk mengetahui

jumlah penderita diabetes melitus tipe 2

sekabupaten sumenep.
2) Meminta data jumlah penderita Diabetes Melitus

tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Gapura

Kabupaten Sumenep

3) Melakukan pendekatan terhadap responden.

b. Tahap pelaksanaan :

1) Mencari data calon responden.

2) Menetapkan responden yang sesuai kriteria insklusi

dengan cara responden diberikan informed consent,

sampel yang bersedia dan telah mendapatkan

informasi tentang pelaksanaan penelitian tersebut

selanjutnya menandatangani informed consent

dijadikan sebagai sampel penelitian.

3) Kuesioner GPAQ (Global Physical Activity

Quessionnaire) dibagikan kepada responden untuk

diisi

4) Responden memberikan kembali kepada peneliti

kuesioner yang telah diisi

5) Peneliti melakukan observasi pengambilan sampel

darah melalui kapiler dengan menggunakan alat

ukur GDA atau glucometer untuk mengetahui kadar

gula darah puasa responden (SOP terlampir).


4.6.4 Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpulkan kuesioner diisi oleh

responden selanjutnya akan di proses dengan tahapan sebagai

berikut :

1. Pemeriksaan Data (Editing)

Editing merupakan mengcroscek ulang semua data yang

sudah terkumpul yang menggunakan kuesioner, Sehingga tidak

terjadi kekosongan jawaban di lembar kuesioner yang ada dan

menyesuaikan data dengan rencana awal yang diinginkan.

Langka-langka dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengantisipasi jangan sampai terjadi kekosongan dari data

yang dibutuhkan

2. Pemberian Kode (Coding )

Coding adalah memberi kode pada data dengan

mengubah kata-kata menjadi angka. Data dari masing-masing

responden diberi kode sesuai dengan jawaban responden.

Pemberian kode pada setiap variable dalam penelitian ini yaitu:

a. Pada variable aktivitas fisik

Kode 1 untuk aktivitas berintesitas rendah

Kode 2 untuk aktivitas berintesitas sedang

Kode 3 untuk aktivitas berintesitas tinggi

b. Pada variable kadar gula darah puasaa

Kode 1 untuk kadarr gula darah ppuasa terkontroll

Kode 2 untuk kadar gula darah puasa tidak terkontrol


3. Pemberian Skor (Scoring)

Skoring adalah memberi skor terhadap item-item yang

perlu diberi skor.

a. Variable aktivitas fisik

Untuk dilakukan dalam tahapan menganalisis data-

data kuesioner GPAQ yang akan diberikan kepada

responden. Misal responden mengisi waktu aktivitas kerja

dalam besaran intensitas sedang selama 1 jam 20 menit,

durasi itu kemudian akan dikonversi menjadi 80 menit.

Data durasi yang aktivitas dalam kategori berat dikalikan

dengan koefisien MET=8, Untuk data durasi aktivitas

yang sedang dikalikkan dengan koefisien MET=4.

Untuk menentukan total aktivitas fisik digunakan

rumus: tTotal Aktivitas Fisik MET menit/minggu =

[(P2xP3x8) + (P5xP6x4) + (P8xP9x4) + (P11xP12x8) +

(P14xP15x4)] (WHO, 2010).

Diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria

kuantitatif, sebagai berikut :

1) Jika METs skor < 600 maka aktivitas fisik rendah

2) Jika METs skor > 600 – 1500 maka aktivitas fisik

sedang

3) Jika METs skor > 1500 maka aktivitas fisik tinggi


b. Variable kadar gula darah

1) Jika kadar gula darahh terkontroll maka kada gula

darah puasa 80-126 mg/dL

2) Jika kadar gula darah tidak terkontrol maka kadar gula

darah puasa < 80 mg/dL atau > 126 mg/dL

4. Tabulasi (Tabulating)

Dalam tabulasi maka akan dilakukan penyusunan

kemudian menghitung data dari hhasil coding untuk disajikan

dalam bentuk tabel dan dilakukan evaluasi, (Nursalam, 2016).

5. Interpretasi Data

Hasil persentase yang akan diinterpretasikan dengan

menggunakan, kriteria kuantitatif sebagai berikut (Arikunto,

2006) :

a. Seluruhnya : 100%

b. Hampir seluruhnya : 70-99%

c. Sebagian besar : 51-69%

d. Setengahnya : 50%

e. Hampir setengahnya : 26-49%

f. Sebagian kecil : 1-25%

g. Tidak satupun : 0%
4.7 Analisa Data

Analisis data dalam penelitian ini, menggunakan uji non

parametrik yaitu uji Chi Square dengan skala pengukuran, variabel

independen menggunakan ordinal, sedangkan skala pengukuran dependen

menggunakan nominal. Tingkat kemaknaan P ≤ 0,05, serta sejauh mana

hubungannya. Rumus uji Chi Square di pandu dengan program

komputerisasi, P ≤ α , maka Ho ditolak, berarti ada hubungan.

Dalam penelitian ini akan dianalisis data dengan dibantu

menggunakan program komputer Statistical Product and Service Solutiom

(SPSS) for Windows versi 20.0.

4.8 Masalah Etika

Sebelum dilakukannya, peneliti terlebih dahulu mengajukan

permohonan ijinn kepada kepala UPT. Puskesmas Gapura untuk

mendapatkan surat persetujuan kegiatan pengumpulan data yang bisa

dilakukan dengan menekankan pada masalah etika antara lain:

4.8.1 Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden bertujuan

untuk responden agar mengetahui maksud dan tujuan penelitian,

serta dampak dan efek yang diteliti selama pengumpulan data.

Apabila subyek tersebut bersedia maka untuk itu akan dijadikan

sebagai responden, dengan harus menandatangani lembar

persetujuan, jika subyek menolak untuk diteliti maka tidak boleh

memaksa dan tetap menghormati keputusan responden.


4.8.2 Tanpa Nama (Anonymity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas dan kenyamanan

responden, maka peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden pada lembar kuesioner hanya saja, di tandai inisial atau

penomeran/kode tertentu

4.8.3 Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden

dijamin oleh peneliti tidak akan disebarkan dikalangkan umum

hanya data yang dipaparkan untuk kepentingan analisa data.

Anda mungkin juga menyukai