Anda di halaman 1dari 45

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan pembangunan di bidang kesehatan dewasa ini berkembang
dengan pesat. Berbagai permasalahan kesehatan yang terjadi pun semakin
kompleks. Hal ini tidak dapat dihindari sebagai akibat dari tuntutan masyarakat,
baik di dalam maupun di luar negeri. Kemajuan masyarakat yang pesat adanya
transisi epidemiologi, transisi demografi, serta transformasi sosial, menuntut
adanya perawat komunitas di puskesmas (Mubarak dan Cayatin, 2009).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health).
Dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan
kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh. Hal ini bertujuan agar individu,
keluarga dan lembaga masyarakat dapat bertanggung jawab terhadap kesehatan
diri, mengembangkan kemampuan untuk menyehatkan diri, dan menjadi pelaku
atau perintis kesehatan serta pemimpin menggerakkan kegiatan masyarakat
dibidang kesehatan berdasarkan asas kemandirian dan kebersamaan. Dari hal
tersebut masyarakat dapat berperan serta dengan menyumbangkan tenaga, fikiran
atau pengetahuan, sarana, dana yang dimilikinya untuk upaya kesehatan (Mubarak
dan Cayatin, 2009).
Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan masyarakat, yaitu
perilaku yang disengaja untuk membudayakan hidup bersih untuk mencegah
manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya
lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.
Kesehatan lingkungan di Indonesia masih memprihatinkan. Belum
optimalnya sanitasi di Indonesia ini ditandai dengan masih tingginya angka
kejadian penyakit infeksi dan penyakit menular di masyarakat. Pada saat negara
lain pola penyakit sudah bergeser menjadi penyakit degeneratif. Indonesia masih
direpotkan oleh kasus demam berdarah, Diare, Kusta, serta Hepatitis A yang
seakan tidak ada habisnya.

1
Anggaran pemerintah untuk kesehatan masyarakat masih relatif minim. Dari
anggaran yang masih minim tersebut, sanitasi tidak berada di urutan yang
dijadikan prioritas utama. Besarnya investasi untuk pengembangan sanitasi
diperkirakan hanya Rp20/orang/tahun, lebih rendah dari yang dibutuhkan sebesar
Rp40,000/orang/tahun. Buruknya sanitasi ini menyebabkan kerugian terhadap
ekonomi Indonesia sebesar 6,3 milyar dolar AS setiap tahun pada tahun 2006, ini
setara dengan 2.3% Produk Domestik Bruto (PDB) kita.
Pemerintah juga bekerjasama dengan beberapa negara berkembang untuk
meningkatkan fasilitas sanitasi dan kondisi penyediaan air bersih, khususnya di
daerah pedesaan. Sangat miris rasanya jika kita masih memerlukan dana negara
lain untuk membangun sanitasi di negeri sendiri.
Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara -
negara tetangga. Dengan Vietnam saja Indonesia hampir disalip, apalagi
dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen tinggi
terhadap kesehatan lingkungan di negaranya. Jakarta hanya menduduki posisi
nomor dua dari bawah setelah Vientianne (Laos) dalam pencapaian cakupan
sanitasinya.
Sanitasi sangat menentukan keberhasilan dari paradigma pembangunan
kesehatan lingkungan lima tahun ke depan yang lebih menekankan pada aspek
pencegahan (preventif) daripada aspek pengobatan (kuratif). Dengan adanya
upaya preventif yang baik, angka kejadian penyakit yang terkait dengan kondisi
lingkungan dapat dicegah. Selain itu anggaran yang diperlukan untuk preventif
juga relatif lebih terjangkau dari pada melakukan upaya kuratif.
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat,
pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa
kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesahatan
mereka, hanya sedikit yang dapat dicapai. Perilaku yang sehat dan kemampuan
masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu
sangat menetukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, salah
satu upaya kesehatan pokok atau misi sektor kesehatan adalah mendorong
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat (Mubarok, 2009).

2
Strategi yang dikeambangkan adalah menggerakkan dan memberdayakan
masyarakat untuk hidup sehat, berupa memfasilitasi percepatan dan pencapaian
derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi seluruh penduduk dengan
mengembangkan kesiapsiagaan ditingkat desa yang disebut dengan desa siaga.
Desa siaga adalah desa yang penduduknya yang memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan secara mandiri. Pada intinya,
desa siaga adalah memeperdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup
sehat. Untuk dapat dan mampu hidup sehat, masyarakat perlu mengetahui
masalah-masalah dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatannya, baik
sebagai individu, keluarga, ataupun sebagai bagian dari anggota masyarakat.
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 24 April 2019 kepala
desa Pangarangan mengatakan bahwa desa Pangarangan memiliki kelebihan di
wilayah Kota Sumenep. Desa Pangarangan pernah menjadi juara 1 Desa Siaga
Aktif pada tahun 2017. Pada tahun 2018 pernah menjuarai PKKBKes dan desa
Pangarangan selalu berpartisipasi aktif dalam mendukung kegiatan yang
dilaksanakan oleh Kabupaten Sumenep dan Provinsi Jawa Timur. Desa
Pangarangan juga ditunjuk sebagai Desa Sejahtera oleh Bapak Bupati. Desa
Pangarangan juga merupakan desa satu-satunya yang memiliki kampung KB.
Pada tahun 2018 Kampung Karang yang berada di desa Pangarangan termasuk
Nominasi Terbaik Kampung BERHIAS (Bersih, Hijau, Asri). Pada tahun 2019
menjadi salah satu lokasi Perserta yang mengikuti acara lomba desa Berseri
Mandiri tingkat Provinsi Jawa Timur.
Dari latar belakang diatas maka desa Pangarangan dapat menjadi suatu
acuan sebagai desa yang memiliki kualitas baik di wilayah Kota Sumenep.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek asuhan keperawatan komunitas,
mahasiswa akan meningkatkan kemampuan komunitas dalam mengenali
masalah kesehatan, mengorganisasikan potensi dan sumber daya yang
dimiliki untuk mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya.

3
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek keperawatan komunitas di Desa
Pangarangan Kabupaten Sumenep, mahasiswa mampu:
a. Membina hubungan baik dengan komunitas dan keluarga yang
dibina dengan mengenal wilayah, tokoh-tokoh masyarakat serta
masalah kesehatan yang sedang dihadapi.
b. Bekerjasama dengan komunitas dan keluarga dalam melaksanakan
pendataan kesehatan.
c. Menganalisa data dengan menggunakan pendekatan biostatistik,
demografi dan epidemiologi guna mengidentifikasi diagnosa
keperawatan komunitas serta faktor penyebab timbulnya masalah.
d. Memfasilitasi komunitas dan keluarga dalam memusyahwarakan
masalah-masalah yang ditemukan dan menyadarkan adanya
masalah kesehatan yang sedang atau yang akan dihadapinya.
e. Mengorganisasikan potensi yang ada di komunitas untuk
merencanakan dan melaksanakan tindakan pemecahan masalah.
f. Meningkatkan tenaga-tenaga potensial di komunitas (kader) dengan
melatihnya dalam program kerja untuk mengatasi masalah.
g. Bekerjasama dengan tokoh-tokoh di komunitas, sektor yang terkait
dalam memberikan dukungan bagi pemecahan masalah yang
sedang yang akan dihadapi.
h. Mengevaluasi setiap kegiatan dan pencapai tujuan asuhan
keperawtan masyarakat.
i. Mendokumentasikan asuhan keperawatan masyarakat dengan benar
dan tepat.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Bagi Mahasiswa
Menimba pengalaman belajar mahasiswa untuk peka dalam
mnegenali masalah kesehatan dalam masyarakat serta menentukan
langkah penyelesaiannya dengan mengaplikasikan ilmu yang didapatkan
pada masyarakat khusus tentang kesehatan.

4
1.3.2 Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat membantu masyarakat guna mengerti gambaran
status kesehatannya dan menyadari permasalahan kesehatan yang ada
serta mau menyelesaikan permasalahan tersebut.
1.3.3 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan sumbangan atau masukan berupa
informasi tentang kondisi kesehatan masyarakat yang termasuk dalam
wilayah kerja puskesmas guna membantu program kesehatan pada
masyarakat.
1.3.4 Bagi Profesi Kesehatan
Diharapkan dapat berkolaborasi dengan profesi kesehatan
khususnya keperawatan dalam menyelesaikan masalah kesehatan di Desa
Pangarangan Kabupaten Sumenep.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Komunitas)


2.1.1 Definisi
Komunitas berasal dari bahasa latin “communitas” yang berate
“kesamaan” kemudian dapat diturunkan dari “comunis” yang berati “sama,
public, dibagi oleh semua atau banyak” komunitas sebagai suatu kelompok
sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki
ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, induvidu –
induvidu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercyaan, sumber daya,
preverensi, kebutuhan, resiko dan jumlah kondisi lain yang serupa. Soenarno
(2002).
Para ahli mendefinisikan komunitas atau masyarakat dari berbagai sudut
pandang, WHO (1974) mendefinisikan sebagai kelompok sosial yang
ditentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama
serta adanya saling mengenal dan berinteraksi antara anggota masyarakat yang
satu dengan lainnya, sedangkan spradley (1985) mendifinisikan komunitas
sebagai kumpulan orang saling bertukar pengalaman yang penting dalam
hidupnya. Saunders (1991) mendefinisikan komunitas sebagai kumpulan
orang-orang atau sistem sosial. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
komunitas adalah sekolompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu
yang memiliki nilai keyakinan minta relatif sama serta ada interaksi satu sama
lain untuk mencapai tujuan.
Selain itu komunitas dipandang sebagai target pelayanan kesehatan, yang
bertujuan mencapai kesehatan komunitas sebagai suatu peningkatan kesehatan
dan kerjasama sebagai suatu mekanisme untuk mempermudah pencapaian
tujuan yang berarti masyarakat/komunitas tersebut dilibatkan secaraaktif untuk
mencapai tujuan tersebut sehingga terjadi kerjasama yang baik.
Dalam pelaksanaannya asuhan keperawatan komunitas diupayakan dekat
dengan komunitas, sehingga strategi pelayanan kesehatan utama merupakan
pendekatan yang juga menjadi acuan. Artinya upaya pelayanan atau asuhan

6
yang diberikan merupakan upaya esensial atau sangat dibutuhkan komunitas
secara universal upaya tersebut mudah dijangkau. Dengan demikian didalam
keperawatan komunitas penggunaaan teknologi tepat guna, tumbuh kembang
pada balita diwilayah binaannya, seharusnya ia bisa memilih alat permainan
edukatif sederhana yang tersedia diwilayah tersebut.
Misal daerah tersebut wilayah pengrajin kayu, bekas potongan kayu
tersebut diciptakan sebagai balok atau kubus dan lainnya untuk menstimulus
balita dengan melibatkan orang tua dalam menyiapkan peralatan tersebut, tidak
hanya menggunakan permainan yang moderen “LEGO” yang belum terjangkau
oleh komunikasi.
Peran serta komunitas tersebut diartikan sebagai suatu proses dimana
individu, keluarga dan komunitas bertanggung jawab atas kesehatannya
sendiri, dengan peran sebagai pelaku kegiatan. Upaya peningkatan kesehatan
berdasarkan asas kebersamaan dan kemandirian.
Bantuan yang diberikan karena ketidakmampuan, ketidaktahuan, dan
ketidakmauan dengan menggunakan potensi lingkungan untuk mendirikan
masyarakat, sehingga pengembangan wilayah setempat (locality defelopment)
merupakan bentuk pengorganisasian yang tepat digunakan. Dalam praktik
keperawatan komunitas pendekatan inilah yang digunakan adalah proses
keperawatan komunitas yang terdiri dari empat tahap (pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi).
Intervensi harus dilakukan oleh perawat secara mandiri maupun
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain melalui lintas program atau lintas
sektoral. Pada kenyataannya belum semua tenaga keperawatan komunitas
memberikan pelayanan sesuai konsep, hal ini antara lain karena pemahaman
yang belum sama tentang konsep dasar keperawatan komunitas dan perannya
dalam keperawatan komunitas, dengan materi ini diharapkan para sejawat
perawat dapat mendesiminasikan ilmunya baik kepda peserta didik maupun
kepada sejawat perawat lain yang bekerja dikomunitas, selanjutnya akan
diuraikan asumsi keyakinan dan falsafah komunitas.

7
Keperawatan Komunitas adalah suatu sintetis dari praktik keperawatan
dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan penduduk (American Nursing Association, 1973).
Keperawatan komunitas mecakup perawatan kesehatan keluarga (nurse
health family) dan juga meliputi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas,
membantu masyarakat mengidentifikasikan masalah kesehatannya sendiri,
serta memecahkan masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan yang
ada pada mereka sebelum mereka meminta bantuan pada orang lain (WHO
1974).
Pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat
dengan penekanan kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapain derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan dengan menjamin keterjangkaun pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan dan
evaluasi pelayanan keperawatan (Spradley, 1985 ; logan dan dakwin, 1987).
Keperawatan komunitas memberikan perhatian terhadap faktor pengaruh
lingkungan melalui fisik, biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spritual
terhadap kesehatan masyarakat dan memberi prioritas pada strategi pencegahan
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan dalam upaya pencegahan.
2.1.2 Tujuan keperawatan kesehatan komunitas
Untuk mencegah dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui :
 Pelayanan kesehatan langsung terhadap individu, keluarga,
kelompok dalam kontes komunitas.
 Perhatian langsung terhadap seluruh masyarakat dan
mempertimbangkan bagaimana masalah atau isue kesehatan
masyarakat mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok.
2.1.1 Sasaran keperawatan kesehatan komunitas
Seluruh masyarakat temasuk individu, keluarga dan kelompok
beresiko tinggi ( kelompok, penduduk, di daerah kumuh, daerah terisolasi
dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu
hamil).

8
2.1.2 Strategi keperawatan kesehatan komunitas
Adapun strategi intervensi keperawatan komunitas yaitu kelompok
pendidikan kesehatan dan kerjasama.
2.1.3 Falsafah keperawatan kesehatan komunitas
Keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan
pengaruh lingkungan (bio, psiko, sosial, kultural dan spiritual) terhadap
kesehatan komunitan dan memberikan proritas pada srtategi pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan. Paradigma keperawatan secara
umum yaitu manusia atau kemanusiaan merupakan titik sentral setiap
upaya pembangunan kesehatan yang menjujunjung tinggi nilai-nilai
kemanusian dan bertolak dari pandangan ini disusun falsafah
keperawatan komunitas yang terdiri dari 4 komponen dasar yaitu :
maunisa, kesehatan, lingkungan, dan keperawatan.

2.2 Proses asuhan keperawatan kesehatan komunitas


2.2.1 Definisi proses keperawatan kesehatan komunitas
Merupakan serangkaian perbuatan untuk menetapkan, dan
merencanakan serta melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka
membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatan secara
optimal. Proses keperawatan komunitas adalah metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari
klien, keluarga serta kelompok. Dalam proses keperawatan terjadi proses
alih peran dari tenaga keperawatan kepada klien serta bertahap dan
berkelanjutan untuk mencapai kemandirian sasaran dalam menyelesaikan
masalah kesehatan.
Berdasarkan uraian data di atas, pelayanan keperawatan
kesehatankomunitas mempunyai ciri sebagai berikut :
a. Merupakan perpaduan antara pelayanan keperawatan dengan
kesehatan komunitas.
b. Adanya kesinambungan pelayanan kesehatan.

9
c. Fokus pelayanan pada upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit.
d. Terjadi proses alih peran dari perawat kesehatan komunitas kepada
klien (individu, keluarga, kelompok, masyarakat) sehingga terjadi
kemandirian.
e. Adanya kemitraan perawat kesehatan komunitas dengan
masyarakat dalam upaya kemandirian klien.
f. Memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan lain dan
masyarakat.
2.2.2 Tujuan dan fungsi proses keperawatan kesehatan komunitas
1. Tujuan proses keperawatan
a. Agar diperoleh asuhan keperawatan komunitas yang benar, efisien
dan efektif sesuai dengan permasalahan yang terjadi di masyarakat.
b. Agar pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas dapat dilakukan
secara sistematis, dinamis, berkelanjutan dan sesuai kebutuhan
masyarakat.
2. Tujuan asuhan keperawatan
a. Memberi bantuan yang paripurna dan efektif kepada semua orang
yang memerlukan pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem
kesehatan nasional.
b. Menjamin semua bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
klien.
c. Melibatkan klien dalam perencanaan dan pelaksanaan asuhan
keperawatan komunitas.
d. Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota
tim kesehatan.
e. Meningkatkan status kesehatan masyarakat.
f. Perawat kesehatan komunitas harus memiliki keterampilan dasar
tentang epidemiologi penelitian, pengajaran, organisasi masyarakat
dan hubungan interprsonal yang baik

10
3. Fungsi proses keperawatan komunitas
a. Memberikan pedoman yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga
kesehatan masyarakat dan keperawatan dala memecahkan masalah
klien melalui asuha keperawatan.
b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal
sesuai dengan kebutuhannya.
c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan
peran serta masyarakat.
d. Agar masyarakat bebas memngungkapkan pendapat berkaitn
dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapat
pelayanan.
2.2.3 Langkah-langkah proses keperawatan komunitas
1. Pengkajian
Pengkajian keperawta komunitas merupakan suatu proses
tindakan untuk mengenal komunitas. mengidentifikasi faktor positif
dan negatif yang berbenturan dengan masalah kesehatan dari
masyarakat hingga sumber daya yang dimiliki komunitas dengan
tujuan merancang strategi promosi kesehatan.
Pada tahap pengkajian ini perlu di dahului dengan sosialisasi
program perawatan kesehatan komunitas serta apa saja yang akan
dikerjakan bersama-sama dalam komunitas tersebut.
Sasaran dalam sosialisasi ini adalah tokoh masyarakat baik
formal maupun non formal, kader masyarakat, serta perwakilan dari
tiap elemen di masyarakat ( PKK karang taruna dan lainnya.
Pada tahap pengkajian ini terdapat beberapa kegiatan dimulai
dari pengumpulan data, pengolahan data, analisisa data, perumusan
atau penentuan masalah prioritas.
Pengkajian berisi:
a. Kumpulan individu atau keluarga di komunitas merupakan
“core” dari asuhan keperawatan komunitas.

11
b. Demografi, populasi, nilai-nilai, keyakinan dan riwayat individu
termasuk riwayat kedehatannya, serta di pengaruhi pula oleh 8
sub sistem : fisik dan lingkungan, perumahan, pendidikan,
keselamatan dan transportasi, politik dan kebijakan pemerintah,
kesehatan dan pelayanan sosial, komunikasi, ekonomi dan
rekreasi.
Semua aspek tersebut siap dikaji melelui pengamatan langsung
dengan masyarakat dengan klien (Winshied survey) dimana perawat
komunitas melakukan pengamatan dengan berkeliling wilayah dan
menggunakan semua panca indranya dalam melakukan observasi,
ditunjang pula denga data statiskit wilayah dan hasil wawancara
dengan tokoh.
Data inti :
1. Usia yang beresiko
2. Pendidikan
3. Jenis kelamin
4. Pekerjaan
5. Agama
6. Keyakinan
7. Nilai-nilai
8. Riwayat komunitas, yang dapat merupakan stresor timbulnya
ganguan.
Data sub sistem :
1. Physical Environment
Perumahan yang dihuni penduduk, apakah penerangan,
sirkulasi, kepadatan, merupakan stresor bagi penduduk.
2. Education
(Status pendidikan , saran pendidikan ) apakah dapat digunakan
untuk meningkatkan pengetahuan.
3. Sefty dan Trasportation (pelayanan perlindungan: kebakaran
polisi , sanitasi, trasaportasi: berupa jalan dan sarana angkutan)
di lingkungan tempat tinggal apakah tidak menimbulkan stres

12
4. Politics dan Goferment
Politik dan kebijakan pemerintah (tingkat RT, RW, Lurah,
Camat, dll) apakah cukup menunjang sehingga memudahkan
komunitas mendapat pelayanan di berbagi bidang termasuk
kesehatan.
5. Health dan Socialservices
(PPK, Karang Taruna, panti, LKMD, Posyandu, dll) apakah
tersedia untuk melakukan deteksi dini pada gangguan / merawat/
memantau apabila gangguan sudah terjadi.
6. Comunication (Formal : koran, radio, TV, informal : papan
pengumuman, poster dsb) apakah sarana komunikasi dapat
dimanfaaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkan
pengetahuan terkait dengan gangguan kesehatan, misalnya : TV,
radio, koran, leaflet yang diberikan kepada komunitas.
7. Ecomomics
Tingkat sosial ekonomis komunitas secara komunitas secara
keseluruhan apakah sesuai dengan UMR (upah Minimum
Regional/ individu/ bulan ) dibawah atau di atas sehingga upaya
pelayanan , misalnya anjuran untuk konsumsi jenis makanan
sesuai status ekonomi tersebut.
8. Recreation
Apakah tersedia sarana, kapan saja dibuka, biayanya apakah
terjangkau oleh komunitas. rekreasi ini hendaknya dapat
digunakan komunitas untuk mengurangi stress.
Langkah Pengkajian:
1. Mengumpulkan data premier
a. Wawancara
b. Masyarakat
c. Tokoh masyarakat
d. Kader
e. Aparat Kelurahan/ desa
f. Pemerintah daerah setempat

13
g. Observasi
h. Norma
i. Nilai
j. Keyakinan
k. Struktur Kekuatan
l. Proses penyelesaian masalah
m. Dianamika kelompok masyarakat
n. Pola komunikasi
o. Situasi atau kondisi lingkungan wilayah
p. Rembuk desa dan atau survei mawas diri bersama masyarakat
q. Melakukan pengukuran langsung data kesehatan masyarakat
2. Mengumpulkan data sekunder
a. Dilakukan dengan cara mencatat data dan informasi dari
sumber yang relefan untuk wilayah yang menjadi
tanggungjawabnya. Misalnya catatan kelahiran, kematian,
cangkupan pelayanan
b. Membahas data yang terkumpul
c. Kegiatan yang dilakukan yaitu lokakarya mini atau
pertemuan khusus pada forum koordinasi. Melalui
pembahasan ini dirumuskan masalah serta mencari
penyebabnya.
2. Analisa Data
Tujuan :
 Menetapkan kebutuhan komunitas
 Menetapkan kekuatan
 Mengidentivikasi pola respon kesehatan
 Mengidentifikasi kecenderungan
 Penggunaan pelayanan kesehatan
Data dikelompokkan dan dianalisis → stresor yang mengancam
masyarakat reaksi yang timbul pada masyarakat
 Disusun diagnosis keperawatan terdiri dari masalah
 Kesehatan, karakteristik populasi, karakteristik

14
 Lingkungan
 Dirumuskan dalam PES
Ex.
Resiko gangguan Nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh pada
komunitas di RW X kelurahan X yang berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemenuhan
kebutuhan nutrisi.
Cara mengkategorikan Data :
 Karakteristik demografi
 Karakteristik geografi
 Karakteristik sosial / ekonomi
 Pelayanan dan sumber kesehatan
Ex. Diagnosa keperawatan
Incomplete immunization satatus of children at temple elementari
in adecuate comunication between perents and school’s staff school
health records at temlpe elementary potencial diare at RW X
Analisa Data Komunitas
No Data Masalah

15
Resiko timbulnya penyakit
Prioritas Masalah Komunitas

Diagnosis Keperawatan Komunitas

Resiko terjadinya peningkatan kesakitan pada lansia

Potensial masyarakat dalam meningkatkan kesehatan balita

16
komunitasSesuai dengan peran keperawatan

Jumlah yang beresiko

Besarnya resiko

Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan

Minat masyarakat

Kemungkinan untuk diatasi

Sesuai dengan program pemerintahan


Kriteria Penapisan

Sumber daya tempat

Sumber daya waktu

Sumber daya dana

Sumber daya peralatan

Sumber daya manusia


Ketersediaan Sumber

Jumlah skor
Keterangan :
Skor : 0–5
0: Paling rendah
5: Paling tinggi

17
3. Perencanaan
Tahapan pengembangan Masyarakat
a. Persiapan ,penentuan prioritas daerah
b. Pengorganisasian, pembentukan pokjakes
c. Tahap kepemimpinan
d. Koordinasi intersektoral
e. Akhir, supervisi atau kunjungan bertahap
4. Implementasi
Tanggungjawab melaksanakan kegiatan :
a. Bantuan mengatasi masalah kurang nutrisi, mempertahankan
kondisi seimbang, meningkatkan kesehatan.
b. Medidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mecega kurang
gizi
c. Advokad komunitas
Fokus Praktek
a. Pencegahan primer, pencegahan sebelum sakit
b. Pencegahan sekunder, dilakukan pada saat terjadinya perubahan
derajat kesehatan
c. Pencegahan tersier, menekankan pengembalian individu pada
tingkat secara optimal.
5. Evaluasi
Dilakuakn dengan konsep evaluasi struktur, proses, hasil. Fokus :
a. Relevansi antara kenyataan dengan target
b. Perkembangan atau kemajuan proses, kesesuaian dengan
perencanaan, peran pelaksana, fasilitas dan jumlah peseta
c. Evisiensi biaya, bagaimana mencari sumber dana/
d. Efisiensi kerja, apakah tujuan tercapai, apakah masyarakat
puas.
e. Dampak, apakah terjadi perubahan status perubahan.
Proses evaluasi:
a. Menilai respon verbal dan non verbal
b. Mencatat adanya status baru yang di rujuk ke RS

18
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

3.1 Tahap Persiapan


Kegiatan praktik diawali dengan kegiatan penerimaan mahasiswa yang
dilaksanakan pada tanggal 22 April 2019 di Balai Desa Pangarangan. Dalam acara
serah terima tersebut mahasiswa mendapatkan penjelasan dari ibu kepala desa,
bapak camat, pihak pendidikan, pihak puskesmas. Acara tersebut dilanjutkan
dengan orientasi diwilayah desa Pangarangan Kecamatan Kota Sumenep pada RT
09. Selanjutnya mahasiswa merencanakan acara temu kenal dengan masyarakat.

3.2 Tahap Pelaksanaan


PENGKAJIAN
1. DATA DEMOGRAFI
Wilayah Kota Sumenep terdiri dari beberapa desa yaitu salah sataunya
desa Pangarangan. Desa Pangarangan terletak 0,3 Km dari pusat Kecamatan
Kota Sumenep. Desa Pangarangan berbatasan dengan desa lain. Bagian Barat
berbatasan dengan desa Pamolokan, bagian Timur berbatasan dengan Desa
Pabian, Bagian Selatan berbatasan dengan Kelurahan Pajagalan dan bagian
Utara berbatasan dengan Desa Pamolokan. Desa Pangarangan terdiri dari 3
Dusun yaitu dusun Karembangan, dusun Sawah Timur dan dusun Sawah Barat.
Kampung Karang terletak di Dusun Sawah Timur tetapnya di RT 09 RW 03
Desa Pangarangan. Kampung Karang terdiri dari 60 KK atau 213 jiwa.
RT 09 RW 03 memiliki beberapa fasilitas yaitu 2 Mushollah, 1 Posyandu
Balita dan 1 Posyandu Lansia.
Kegiatan Rutin yang dilakukan oleh RT 09 RW 03 meliputi:

19
a. Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Tabel 3.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
No Usia
Laki-laki % Perempuan % Total %
1. 0-5 4 66,7 2 33,3 6 100
2. 6-12 7 50 7 50 14 100
3. 13-18 11 45,8 13 54,2 24 100
4. 19-35 33 55,9 26 44,1 59 100
5. 36-59 34 41,5 48 58,5 82 100
6 > 60 11 39,3 17 60,7 28 100
Total 100 100 113 100 213 100

Sumber :data primer 2019


Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan usia 19-35
tahun sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 33 jiwa (55,9 %).
Dan sebagian besar berjenis kelamin perempuan pada usia > 60 tahun (60,7 %).
b. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Tabel 3.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan
No. Pendidikan Frekuensi Presentase
1. TK 1 5
2. SD 40 18,8
3. SMP 40 18,8
4. SMA 77 36,2
5. PERGURUAN TINGGI 19 8.9
6. BELUM SEKOLAH 5 2,3
7. TIDAK SEKOLAH 31 14,6
Total 213 100
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan pendidikan
hampir setengahnya berpendidikan SMA sebanyak 77 (36,2%).

c. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

20
Tabel 3.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
No. Jenis Pekerjaan Frekuensi Presentase
1. PETANI 33 15,5
2. IRT 46 21,6
3. SWASTA 12 5,6
4. WIRASWASTA 31 14,6
5. PENSIUNAN 3 1,4
6. HONORER 2 9
7. TIDAK BEKERJA 16 7,5
8. BELUM BEKERJA 62 29,1
9. PNS 8 3,8
Total 213 100
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan pekerjaan
hampir setengah adalah belum bekerja sebanyak 62 orang (29,1%).
d. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama
Tabel 3.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama
No. Agama yang dianut Frekuensi Presentase
1. Islam 213 100.0
2. Kristen 0 0
3. Hindu 0 0
4. Budha 0 0
5 Konghuchu 0 0
Total 213 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan agama
seluruh penduduk beragama Islam sebanyak 213 orang (100%).

2. Data Lingkungan Fisik


1. Perumahan
1. Tipe Perumahan
Tabel 3.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tipe Perumahan
No Tipe Rumah Frekuensi Presentase
1 Permanen 60 100.0
2 Semi Permanen 0 0
3 Tidak Permanen 0 0
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan tipe
perumahan, seluruh tipe perumahan adalah permanen 60 (100%).
2. Status Kepemilikan Rumah

21
Tabel 3.6 Distribusi Penduduk Berdasarkan Status Kepemilkan Rumah
No Kepemilikan Frekuensi Presentase
1 Milik Sendiri 59 98.3
2 Menumpang 0 0
3 Sewa 1 1.7
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk, status kepemilkan
rumah hampir seluruhnya adalah milik sendiri sebanyak 59 (98,3%).
3. Jenis Lantai
Tabel 3.7 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Lantai
No Lantai Frekuensi Presentase
1 Tanah 0 0
2 Papan 0 0
3 Tegel 58 96.7
4 Semen/plesteran 2 3.3
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan jenis
lantai, hampir seluruhnya adalah tegel, sebanyak 58 (96,7%).
4. Sistem Ventilasi Rumah
Tabel 3.8 Distribusi Penduduk Berdasarkan Sistem Ventilasi Rumah
No Jendela Frekuensi Presentase
1 Ada, dipergunakan 45 75.0
2 Ada, tidak dipergunakan 15 25.0
3 Tidak ada 0 0
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan ventilasi
rumah, sebagian besar yaitu ada, dan dipergunakan sebanyak 45 (75%).

5. Sistem Pencerahan Rumah


Tabel 3.9 Distribusi Penduduk Berdasarkan Sistem Pencerahan Rumah
No Pencahayaan Frekuensi Presentase
1 Terang 31 51.7
2 Remang-remang 29 48.3

22
3 Gelap 0 0
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan sistem
pencerahan rumah, yaitu sebagian besar lebih dari terang 31 (51,7%).
6. Jarak Rumah Dengan Tetangga
Tabel 3.10 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jarak Rumah dengan
Tetangga
No Jarak Rumah Frekuensi Presentase
1 Bersatu 17 28.3
2 Dekat 43 71.7
3 Terpisah 0 0
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan jarak
rumah dengan tetangga sebagian besar adalah dekat, yaitu sebanyak 43
(71,7%).
7. Halaman Di Sekitar Rumah
Tabel 3.11 Distribusi Penduduk Berdasarkan Halaman di Sekitar Rumah
No Halaman Frekuensi Presentase
1 Ada, dimanfaatkan 50 83.3
2 Tidak ada 10 16.7
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan halaman di
sekitar rumah, hampir seluruhnya yaitu ada dimanfaatkan sebanyak 50
(83,3%).

8. Pemanfaatan Pekarangan Rumah


Tabel 3.12 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pemanfaatan Pekarangan
Rumah
No Pemanfaatan Pekarangan Frekuensi Presentase
1 Kebun 1 1.7

23
2 Kolam 0 0
3 Kandang 20 33.3
4 Tidak Dimanfaatkan 39 65.0
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan
pemanfaatan pekarangan rumah, yaitu sebagian besar adalah tidak
dimanfaatkan 39 (65%).

2. Sumber Air Bersih


1. Sumber Air Untuk Memasak Dan Minum
Tabel 3.13 Distribusi Penduduk Berdasarkan Sumber Air Bersih
No Sumber Air Frekuensi Presentase
1 Bor 21 35.0
2 Sumur 37 61.7
3 Air mineral 2 3.3
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan sumber air
bersih, yaitu sebagian besar adalah sumur dengan jumlah 37 (61,7%).
2. Sistem Pengelolaan Air Minum
Tabel 3.14 Distribusi Penduduk Berdasarkan Sistem Pengelolaan Air
Minum
No Pengelolaan Frekuensi Presentase
1 Dimasak 31 51.7
2 Tidak dimasak 15 25.0
3 Air mineral 13 21.7
4 Isi ulang 1 1.7
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan sistem
pengelolaan air minum sebagian besar sebanyak 31 (51,7%).

3. Sumber Air untuk Mandi dan Mencuci


Tabel 3.15 Dstribusi Penduduk Berdasarkan Sumber Air Untuk Mandi dan
Mencuci
No Sumber Air Frekuensi Presentase
1 Bor 30 50.0
2 Sumur 30 50.0

24
3 Air sungai atau jublang 0 0
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan sumber air
untuk mandi dan mencuci, yaitu setengah dari yang memakai bor dan
sumur, sebanyak 30 (50%).
4. Jarak Sumber Air dengan Septik Tank
Tabel 3.16 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jarak Sumber Air dengan
Septik Tank
No Jarak Frekuensi Presentase
1 Kurang dari 10 meter 26 43.3
2 Lebih dari 10 meter 34 56.7
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan jarak
sumber air dengan septik tank adalah sebagian besar sebanyak 26 (43,3%).
5. Tempat Penampungan Air Sementara
Tabel 3.17 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tempat Penampungan Air
Sementara
No Penampungan Sementara Frekuensi Presentase
1 Bak 33 55.0
2 Ember 16 26.7
3 Gentong 1 1.7
4 Lain-lain 10 16.7
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan tempat
penampungan air sementara sebagian besar menggunakan bak sebanyak
33 (55,0%).

6. Kondisi Tempat Penampungan Air


Tabel 3.18 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kondisi Tempat
Penampungan Air
No Kondisi Tempat Frekuensi Presentase
1 Terbuka 27 45.0
2 Tertutup 33 55.0

25
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan kondisi
tempat penampungan air sebagian besar adalah tertutup 33 (55,0%).
7. Kondisi Air Di Tempat Penampungan
Tabel 3.19 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kondisi Air di Tempat
Penampungan
No Kondisi Air Frekuensi Presentase
1 Tidak Berwarna 2 3.3
2 Tidak Berasa/tidak berwarna 42 70.0
3 Tidak berasa/berwarna/ berbau 16 26.7
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan kondisi air
di tempat penampungan sebagian besar tidak berasa/ tidak berwarna 42
(70%).

3. Sistem Pembuangan Sampah


1. Pembuangan Sampah
Tabel 3.20 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pembuangan Sampah
No Sistem pembuangan Frekuensi Presentasi
1 Tempat pembuangan umum 59 98,3
2 Di sungai 0 0
3 Di timbun 0 0
4 Dibakar 1 1,7
5 Disembarang tempat 0 0
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019

Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan


pembuangan sampah yaitu hampir seluruhnya tempat pembuangan umum
sebanyak 59 (98,3%).

2. Tempat Penampungan Sampah Sementara


Tabel 3.21 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kondisi Tempat Pembuangan
Sampah Sementara
No Penampungan sementara Frekuensi Presentasi
1 Ada 60 100
2 Tidak ada/ sembarangan 0 0

26
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan kondisi
pembuangan sampah seluruhnya ada sebanyak 60 (100%).
3. Kondisi Tempat Penampungan Sampah Sementara
Tabel 3.22 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kondisi Tempat Pembuangan
Sampah Sementara
No Kondisi Penampungan Frekuensi Presentasi
1 Terbuka 17 28.3
2 Tertutup 43 71.7
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan kondisi
penampungan sampah sementara sebagian besar adalah tertutup 43
(71,7%).
4. Jarak tempat Penampungan Sampah Dengan Rumah
Tabel 3.23 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jarak Tempat Penampungan
Sampah Dengan Rumah
No Jarak dengan rumah Frekuensi Presentasi
1 Kurang dari 5 meter 5 8.3
2 Lebih dari 5 meter 55 91.7
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan jarak
tempat pembuangan sampah dengan rumah hampir seluruhnya adalah
lebih dari 5 meter 55 (91,7%).

4. Sistem Pembuangan Kotoran Rumah Tangga


1. Kebiasaan Keluarga Buang Air Besar
Tabel 3.24 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kebiasaan Keluarga Buang
Air Besar
No Sistem pembuangan Frekuensi Presentasi
1 WC 60 100

27
2 Sungai 0 0
3 Sembarang tempat 0 0
Total 60 100
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan kebiasaan
keluarga buang air besar seluruhnya menggunakan WC sebanyak 60
(100%)
2. Jenis Jamban Yang Digunakan
Tabel 3.25 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Jamban Yang
Digunakan
No Jenis jamban Frekuensi Presentasi
1 Cemplung 0 0
2 Plengsengan 2 3.3
3 Leher angsa 58 96.7
4 Lain – lain 0 0
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi pendududuk berdasarkan jenis
jamban yang digunakan hampir seluruhnya leher angsa 58 (96,7%).
3. Sistem Pembuangan Air Limbah
Tabel 3.26 Distribusi Penduduk Berdasarkan Sistem Pembuangan Air
Limbah
No Jenis jamban Frekuensi Presentasi
1 Resapan 27 45.0
2 Got 33 55.0
3 Sembarang tempat 0 0
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019

Berdasarkan tabel diatas Distribusi Pendududuk berdasarkan


pembuangan air limbah sebagian besar terbanyak adalah got 33 (55,0%).

4. Kondisi Saluran Pembuangan Limbah


Tabel 3.27 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kondisi Saluran Pembuangan
Limbah
No Kondisi Saluran Frekuensi Presentasi
1 Lancar 60 100.0
2 Tidak Lancar 0 0

28
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi pendududuk berdasarkan kondisi
saluran pembuangan seluruhnya dalam keadaan lancar 60 (100.0%).
5. Hewan Peliharaan
1. Kepemilikan Hewan Ternak Di Rumah
Tabel 3.28 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kepemilikan Hewan Ternak
Di Rumah
No Sistem pembuangan Frekuensi Presentasi
1 Ada, jenisnya 33 55.0
2 Tidak ada 27 45.0
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan
kepemilikan hewan ternak sebagian besar ada, yaitu 33 (55.0%) rumah.
2. Letak Kandang
Tabel 3.29 Distribusi Penduduk Berdasarkan Letak Kandang
No Letak kandang Frekuensi Presentasi
1 Dalam rumah 3 5.0
2 Luar rumah 28 46.7
3 Tidak ada 29 48.3
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan letak
kandang hampir setengah tidak ada 29 (48,3%).
3. Kondisi Kandang
Tabel 3.30 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kondisi Kandang
No kondisi kandang Frekuensi Presentasi
1 Terawat 23 38.3
2 Tidak terawat 7 11.7
3 Tidak ada 30 50.0
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan kondisi
kandang yaitu setengah dengan jumlah 30 (50,0%).

6. Kondisi Kesehatan Umum


a. Pelayanan Kesehatan
1) Sarana Kesehatan Yang Paling Dekat

29
Tabel 3.31 Distribusi Penduduk Berdasarkan Sarana Kesehatan Yang
Paling Dekat
No Sarana Kesehatan Paling Frekuensi Presentasi
Dekat
1 Puskesmas 47 78.3
2 Poskesdes 8 13.3
3 Dokter 5 8.3
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan sarana
kesehatan paling dekat yaitu hampir seluruh Puskesmas sebesar 47
(78,3%).
2) Tempat Berobat Keluarga
Tabel 3.32 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tempat Berobat Keluarga
No Tempat berobat Frekuensi Presentasi
1 Puskesmas 44 73.3
2 Dokter praktik swasta 12 20.0
3 Bidan/ perawat 3 5.0
4 Tradisional 1 1.7
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan tempat
berobat keluarga yaitu sebagian besar Puskesmas sebanyak 44 (73,3%)
3) Kebiasaan Sebelum Berobat
Tabel 3.33 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kebiasaan Sebelum Berobat
No Kebiasaan Sebelum Berobat Frekuensi Presentasi
1 Beli obat bebas 50 83.3
2 Jamu 3 5.0
3 Pijat 3 5.0
4 Langsung ke puskesmas 4 6.7
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan kebiasaan
sebelum berobat, yaitu hampir seluruhnya beli obat bebas sebanyak 50
(83,3%)
4) Sumber Pendanaan Kesehatan Keluarga
Tabel 3.34 Distribusi Penduduk Berdasarkan Sumber Pendanaan Kesehatan
Keluarga
No Sumber Pendanaan Frekuensi Presentasi
Kesehatan Keluarga
1 ASKES 1 1.7

30
2 BPJS 29 48.3
3 JAMKESMAS 13 21.7
4 UMUM 17 28.3
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan sumber
pendanaan kesehatan keluarga yaitu hampir setengah menggunakan BPJS
sebanyak 29 (48,3%)
5) Penyakit Yang Diderita Keluarga 6 Bulan Terakhir
Tabel 3.35 Distribusi Penduduk Berdasarkan Penyakit Yang Diderita
Keluarga 6 Bulan Terakhir.
No Penyakit yang didearita Frekuensi Presentasi %
keluarga 6 bulan terakhir
1 BATUK, PILEK 35 58.3
2 BATUK, PILEK, PANAS 1 1.7
3 BATUK, PILEK, HIPERTENSI 3 5.0
4 REUMATIK 2 3.3
5 JANTUNG 1 1.7
6 TBC 1 1.7
7 ASAM URAT 6 10.0
8 PUSING, PILEK, PANAS 1 1.7
9 REUMATIK, HIPERTENSI 2 3.3
10 VERTIGO 1 1.7
11 DIABETES MILETUS 1 1.7
12 BATUK, PILEK, PENYAKIT
1 1.7
KULIT (PANU)
13 HIPERTENSI 4 6.7
14 ASMA 1 1.7
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk penyakit yang diderita keluarga 6
bulan terakhir yaitu sebagian besar adalah batuk pilek sebanyak 35 (58,3%).
b. Ibu Hamil Dan Menyusui
1) Jumlah Pasangan Usia Subur
Tabel 3.36 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah Pasangan Usia Subur
No Jumlah Pasangan Usia Subur Frekuensi Presentasi
1 21-30 tahun 3 9,7
2 31-40 tahun 11 35,5
3 41-50 tahun 17 54,8
Total 31 100.0
Sumber : Data primer 2019

31
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan jumlah
pasangan usia subur sebagian besar pada usia 41-50 tahun sebanyak 17
jiwa (54,8 %).
2) Pasangan Usia Subur Yang Menjadi Akseptor KB
Tabel 3.37 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pasangan Usia Subur Yang
Menjadi akseptor KB
No Pasangan Usia Subur Yang Frekuensi Presentasi
Menjadi Akseptor KB
1 Ya, menggunakan KB 11 35,5
2 Tidak, menggunakan KB 20 64,5
Total 31 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan pasangan
usia subur sebagian besar tidak menggunakan KB yaitu sebanyak 19 jiwa
(61,3 %)
3) Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan
Tabel 3.38 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kontrasepsi Yang
Digunakan
No Jenis Kontrasepsi Yang Frekuensi Presentasi
Digunakan
1 IUDI 0 0
2 Suntik 4 36,3
3 Pil 7 63,7
4 Susuk 0 0
Total 11 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan jenis
kontrasepsi yang digunakan yaitu sebagian besar adalah sebanyak 7
(11.6%).

4) Jumlah Ibu Hamil


Tabel 3.39 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah Ibu Hamil
No Jumlah Ibu Hamil Frekuensi Presentasi
1 Hamil 1 3,2
2 Tidak hamil 30 96,8
Total 31 100.0
Sumber : Data primer 2019

32
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan jumlah ibu
hamil sebagian kecil hamil sebanyak 1 (3,2 %).
5) Usia Kehamilan
Tabel 3.40 Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia Kehamilan
No Usia Kehamilan Frekuensi Presentasi
1 Trimester I 0 0
2 Trimester II 1 1OO
3 Trimester III 0 0
Total 1 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan usia
kehamilan yaitu sebagian kecil 1 orang (100 %).
6) Frekuensi Kehamilan
Tabel 3.41 Distribusi Penduduk Berdasarkan Frekuensi Kehamilan
No Frekuensi Kehamilan Frekuensi Presentasi
1 I 1 100
2 II 0 0
3 III 0 0
4 Lebih dari III 0 0
Total 1 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan frekuensi
kehamilan yaitu sebagian kecil 1 (100 %) orang.
7) Usia Ibu Hamil
Tabel 3.42 Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia Ibu Hamil
No Usia Ibu Hamil Frekuensi Presentasi
1 20-35 tahun 1 100
2 >35 tahun 0 0
Total 1 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan usia ibu
hamil 20-35 tahun yaitu sebagian kecil sebanyak 1 (100 %).

8) Tempat Periksa Kehamilan


Tabel 3.42 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tempat Periksa Kehamilan
No Tempat Periksa Kehamilan Frekuensi Presentasi
1 Puskesmas 0 0
2 Bidan 1 100
3 Lainnya 0 0
Total 1 100.0

33
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan tempat
periksa kehamilan yaitu sebagian kecil sebanyak 1 (100 %) dengan bidan.
9) Frekuensi Periksa Kehamilan
Tabel 3.43 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tempat Periksa Kehamilan
No Frekuensi Periksa Kehamilan Frekuensi Presentasi
1 2 kali 1 100
2 4 kali 0 0
3 Lebih dari 4 kali 0 0
4 Bukan BUMIL 0 0
Total 1 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan frekuensi
periksa kehamilan yaitu sebagian kecil sebanyak 1 (100 %) dengan 2 kali.
10) Imunisasi TT
Tabel 3.44 Distribusi Penduduk Berdasarkan Imunisasi TT
No Frekuensi Periksa Kehamilan Frekuensi Presentasi
1 Lengkap 1 100
2 Tidak lengkap 0 0
Total 1 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas Distribusi Penduduk Berdasarkan Imunisasi
TT yaitu sebagian kecil 1 (100 %) dengan imunisasi lengkap.

11) Penyakit Yang Diderita Ibu Hamil


Tabel 3. 45 Distribusi Penduduk Berdasarkan Penyakit Yang Diderita Ibu
Hamil
No Penyakit Yang Diderita Ibu Frekuensi Presentasi
Hamil
1 Mual muntah 1 100
2 Hipotensi 0 0

34
3 Anemia 0 0
4 Varises 0 0
5 Bengkak 0 0
6 Tidak ada keluhan 0 0
Total 1 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan penyakit
yang diderita ibu hamil yaitu sebagian kecil dengan jumlah 1 (1.7%)
dengan mual muntah.
12) Jumlah Ibu Menyusui
Tabel 3.46 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah Ibu Menyusui
No Jumlah Ibu Menyusui frekuensi Presentasi
1 Ya, menyususi 3 5
2 Tidak, menyusui 0 0
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan jumlah ibu
menyusui yaitu sebagian kecil dengan jumlah 3 (5%) dengan menyusui.
13) Lama Ibu Menyususi
Tabel 3.47 Distribusi Penduduk Berdasarkan Lama Ibu Menyusui
No Lama Ibu Menyususi Frekuensi Presentasi
1 Kurang dari 6 bulan 0 0
2 1-6 bulan 2 66,7
3 7-12 bulan 1 33,3
4 Lebih darai dari 12 bulan 0 0
Total 3 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas Distribusi Penduduk Berdasarkan lama ibu
menyusui 1-6 bulan sebagian besar sebanyak 2 (3.3%) KK.

c. Balita
1) Jumlah Balita
Tabel 3.48 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah Balita
No Jumlah Balita Frekuensi Presentasi
1 Tergolong balita 6 100
2 Tidak tergolong balita 0 0

35
Total 6 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan jumlah
balita yaitu sebagian kecil sebanyak 6 (100%).
2) Kebiasaan Ke Posyandu
Tabel 3.49 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kebiasaan Ke Posyandu
No Kebiasaan Ke Posyandu Frekuensi Presentasi
1 Ke posyandu 4 66,7
2 Tidak ke posyandu 0 0
3 Kadang- kadang 2 33,3
Total 6 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan kebiasaan
ke posyandu yaitu sebagian besar sebanyak 4 (66,7 %).
3) Imunisasi Balita
Tabel 3.50 Distribusi Penduduk Berdasarkan Imunisasi Balita
No Imunisasi Balita Frekuensi Presentasi
1 Tergolong balita 6 100
2 Tidak tergolong balita 0 0
Total 60 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan imunisasi
balita yaitu sebagian kecil sebanyak 6 (100 %).
4) Kepemilikan Kartu Menuju Sehat
Tabel 3.51 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kepemilikan Kartu Menuju
Sehat
No Kepemilikan Kartu Menuju Frekuensi Presentasi
Sehat
1 Ya, memiliki 6 100
2 Tidak, memiliki 0 0
Total 6 100
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas Distribusi Penduduk Berdasarkan
kepemilikan kartu menuju sehat yaitu sebagian kecil sebanyak 6 (100%).
5) Hasil Penimbangan Balita
Tabel 3.52 Distribusi Penduduk Berdasarkan Hasil Penimbangan Balita
No Hasil Penimbangan Balita Frekuensi Presentasi
1 Hijau 6 100
2 Diatas hijau kuning 0 0
3 Dibawah titik—titik 0 0

36
4 Di bawah merah 0 0
Total 6 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan hasil
penimbangan balita adalah sebagian kecil sebanyak 6(10%).
d. Remaja
1) Kegiatan Remaja Di Luar Sekolah
Tabel 3.53 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kegiatan Remaja Diluar
Sekolah
No Kegiatan Diluar Sekolah Frekuensi Presentasi
1 Keagamaan 15 39.5
2 Karang Taruna 0 0
3 Olah Raga 15 39.5
4 Tidak ada 8 21,1
Total 38 100
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan kegiatan
remaja diluar sekolah keagamaan dan olahraga seimbnag adalah hampir
setengah dengan jumlah 15 (39,5%).
2) Penggunaan Waktu Luang
Tabel 3.54 Distribusi Penduduk Berdasarkan Penggunaan Waktu Luang
No Penggunaan Waktu Luang Frekuensi Presentasi
1 Musik / TV 28 73.7
2 Tidak ada 5 13.2
4 Keagamaan 5 13.2
Total 38 100
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan Tabel Diatas Distribusi Penduduk Berdasarkan
Penggunaan Waktu Luang yaitu sebagian besar terbanyak musik/tv 28
(73,7%) orang.

3) Kebiasaan Remaja
Tabel 3.55 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kebiasaan Remaja
No Kebiasaan Remaja Frekuensi Presentasi
1 Merokok 4 10.5
2 Alkohol 0 0
3 Tidak ada / lainnya 34 89.5
Total 38 100
Sumber : Data primer 2019

37
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan kebiasaan
remaja yaitu hampir seluruhnya tidak ada sebanyak 34 (89,5).
e. Lansia
1) Keluhan Lansia
Tabel 3.56 Distribusi Penduduk Berdasarkan Keluhan Lansia
No Keluhan Lansia Frekuensi Presentasi
1 Sakit Kepala 10 34.5
2 Gatal-Gatal 1 3.4
3 Nyeri Sendi 9 31.0
4 Sesak 1 3.4
5 Tidak Ada 5 17.2
6 Batuk, Pilek 1 3.4
7 Kaku Otot Mulut 1 3.4
8 Nyeri Dada 1 3.4
Total 29 100
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan keluhan
lansia adalah hampir setengah dengan jumlah 10 (34.5%).
2) Jenis Penyakit Yang Diderita Lansia
Tabel 3.57 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Penyakit Yang Diderita Lansia
No Jenis Penyakit Frekuensi Presentasi
1 Hipertensi 9 31.0
2 Reumatik 1 3.4
3 Osteoporosis 3 10.3
4 Penyakit Kulit 1 3.4
5 Jantung 1 3.4
6 Tidak Ada Keluhan 5 17.2
7 Osteoatritis 3 10.3
8 Gout 2 6.9
9 Vertigo 1 3.4
10 Stroke 1 3.4
11 Batuk, Pilek 1 3.4
12 Tbc 1 3.4
Total 29 100.0
Sumber : Berdasarkan
Data primer 2019
tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan jenis
penyakit yang diderita lansia dengan hipertensi adalah hampir setengah
sebesar 9 (31.0%).
3) Penanganan Penyakit Lansia
Tabel 3.58 Distribusi Penduduk Berdasarkan Penanganan Penyakit Lansia
No Penanganan Penyakit Frekuensi Presentasi
1 Berobat Sendiri 5 17.2

38
2 Berobat Kesarana Kesehatan 13 44.8
3 Jamu 1 3.4
4 Puskesmas 4 13.8
5 Pijat 1 3.4
6 Tidak Ada 5 17.2
Total 29 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan
penanganan penyakit lansia dengan berobat kesarana kesehatan yaitu
hampir setengah sebanyak 13 (44,8%).
4) Penggunaan Waktu Senggang
Tabel 3.59 Distribusi Penduduk Berdasarkan Penggunaan Waktu Senggang
No Penggunaan Waktu Senggang Frekuensi Presentasi
1 Bertani 4 13.8
2 Berkebun 10 34.5
3 Bersnatai 4 13.8
4 Jalan-Jalan 5 17.2
5 Nonton Tv 5 17.2
6 Mengaji 1 3.4
Total 29 100.0
Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel diatas distribusi penduduk berdasarkan
penggunaan waktu senggang dengan berkebun yaitu hampir setengah
sebanyak 10 (34.5%).

39
Data Kualitatif
1. .......................................................................................................................
2. .......................................................................................................................
3. .......................................................................................................................
4. .......................................................................................................................

40
ANALISA DATA
No Data subyektif Data obyektif Masalah kesehatan
1 Usia Lanjut 1. Lansia yang mengalami keluhan Resiko terjadinya
Usia lajut sebagian besar penyakit sebanyak 29 (100%) peningkatan angka
dari jumlah lansia di Rt 2. Jenis penyakit yang diderita lansia kesakitan pada lansia di
09 Rw 03 Kampung di antaranya penyakit : Rt.09 Rw.03 b/d
Karang Desa Hipertensi 31,0%, Rematik 3,4%, kurangnya pengetahuan
Pangarangan mengalami Osteoporosis 10,3%, Penyakit kulit masyarakat dalam
keluhan berbagai 3,4%, Jantung 3,4%, Osteoatritis memelihara kesehatan
penyakit 10,3%, Got 6,9%, Fertigo 3,4%, lansia.
Struk 3,4%, Batuk pilek 3,4%, Tbc
3,4%
3. Upaya lansia untuk mencegah
penyakit secara non medis 6,8%
dan diobati sendiri 17,2%.
2 Lingkungan Fisik 1. Pembuangan air limbah ke got Resiko timbulnya
Sistem pembuangan air 55%, sedangkan pembuangan air penyakit menular b/d
limbah yang kurang sehat limbah ke resapan 45%. kurangnya pengetahuan
di Rt 09 Rw 03 Kampung 2. Penyakit yang diderita keluarga 6 masyarakat dalam
Karang Desa bulan terakhir adalah batuk pilek 35%. memelihara lingkungan
Pangarangan 3. Jarak rumah dengan tetangga yang memenuhi syarat
dikategorikan dekat 71,7% dan kesehatan.
dikategorikan bersatu 17%.
3 Kondisi Kesehatan 1. Kebiasaan sebelum berobat dengan Resiko terjadinya
Umum membeli obat bebas 83,3%, dengan peningkatan angka
Kebiasaan keluarga di Rt mengonsumsi jamu 5%, dengan pijat kesakitan masyarakat
09 Rw 03 Kampung 5%, langsung ke puskesmas 6,7%. Desa Pangarangan b/d
Karang Desa 2. Penyakit yang diderita keluarga 6 kurangnya pengetahuan
Pangarangan sebelum bulan terakhir adalah batuk pilek 35%, masyarakat dalam
berobat kurang tepat. batuk pilek panas 1,7%, reumatik mengatasi penyakit.
3,3%, penyakit jantung 1,7%, TBC
1,7%, asam urat 10%, pusing pilek
panas 1,7%, reumatik hipertensi 3,3%,
vertigo 1,7%, diabetes melitus 1,7%,
batuk pilek penyakit kulit(panu) 1,7%,
hipertensi 6,7%, asma 1,7%.
4 Balita 1. Sebagian besar balita dibawa ke Potensi masyarakat
Potensi masyarakat untuk Posyandu setiap bulan 66,7%, Desa Pangarangan
meningkatkan kesehatan kadang-kadang 33,3%. dalam meningkatkan
balita. 2. Seluruh balita telah mendapatkan kesehatan balita yang
imunisasi lengkap 100%. b/d tingginya kesadaran
3. Seluruh balita memiliki KMS ibu terhadap kesehatan
100%. balita.
4. Seluruh balita dalam garis hijau
100%.

41
Penapisan Masalah
Kriteria Penapisan
Ketersediaan Sumber

komunitasSesuai dengan peran keperawatan

Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan

Sesuai dengan program pemerintahan


Kemungkinan untuk diatasi
Diagnosis Keperawatan Komunitas

Sumber daya peralatan

Sumber daya manusia


Jumlah yang beresiko

Sumber daya tempat

Sumber daya waktu

Sumber daya dana


Minat masyarakat
Besarnya resiko

Jumlah skor
Resiko terjadinya peningkatan angka kesakitan pada lansia 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 57
Resiko timbulnya penyakit menular 5 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 5 45
Resiko terjadinya peningkatan angka kesakitan masyarakat 5 4 4 5 4 4 4 5 4 3 4 5 51
Potensi masyarakat dalam meningkatkan kesehatan balita 5 3 3 5 4 4 5 5 5 5 5 5 54
Ket:
Skor : 0-5
0 : Paling rendah
5 : Paling Tinggi

42
Skor : 0-5

43
Prioritas Masalah
1. Resiko terjadinya peningkatan angka kesakitan pada lansia di Rt.09 Rw.03 b/d
kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara kesehatan lansia.
a. Lansia yang mengalami keluhan penyakit sebanyak 29 (100%).
b. Jenis penyakit yang diderita lansia di antaranya penyakit : Hipertensi 31,0%,
Rematik 3,4%, Osteoporosis 10,3%, Penyakit kulit 3,4%, Jantung 3,4%,
Osteoatritis 10,3%, Got 6,9%, Fertigo 3,4%, Struk 3,4%, Batuk pilek 3,4%,
Tbc 3,4%.
c. Upaya lansia untuk mencegah penyakit secara non medis 6,8% dan diobati
sendiri 17,2%.
2. Potensi masyarakat Desa Pangarangan dalam meningkatkan kesehatan balita
yang b/d tingginya kesadaran ibu terhadap kesehatan balita.
a. Sebagian besar balita dibawa ke Posyandu setiap bulan 66,7%, kadang-
kadang 33,3%.
b. Seluruh balita telah mendapatkan imunisasi lengkap 100%.
c. Seluruh balita memiliki KMS 100%.
d. Seluruh balita dalam garis hijau 100%.
3. Resiko terjadinya peningkatan angka kesakitan masyarakat Desa Pangarangan
b/d kurangnya pengetahuan masyarakat dalam mengatasi penyakit.
a. Kebiasaan sebelum berobat dengan membeli obat bebas 83,3%, dengan
mengonsumsi jamu 5%, dengan pijat 5%, langsung ke puskesmas 6,7%.
b. Penyakit yang diderita keluarga 6 bulan terakhir adalah batuk pilek 35%,
batuk pilek panas 1,7%, reumatik 3,3%, penyakit jantung 1,7%, TBC 1,7%,
asam urat 10%, pusing pilek panas 1,7%, reumatik hipertensi 3,3%, vertigo
1,7%, diabetes melitus 1,7%, batuk pilek penyakit kulit(panu) 1,7%,
hipertensi 6,7%, asma 1,7%.
4. Resiko timbulnya penyakit menular b/d kurangnya pengetahuan masyarakat
dalam memelihara lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan.
a. Pembuangan air limbah ke got 55%, sedangkan pembuangan air limbah ke
resapan 45%.
b. Penyakit yang diderita keluarga 6 bulan terakhir adalah batuk pilek 35%.

44
c. Jarak rumah dengan tetangga dikategorikan dekat 71,7% dan dikategorikan
bersatu 17%.

Diagnosis Keperawatan
1. Resiko terjadinya peningkatan angka kesakitan pada lansia di Rt.09 Rw.03 b/d
kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara kesehatan lansia d/d :
lansia yang mengalami keluhan penyakit sebanyak 29 (100%), jenis penyakit
yang diderita lansia di antaranya penyakit : Hipertensi 31,0%, Rematik 3,4%,
Osteoporosis 10,3%, Penyakit kulit 3,4%, Jantung 3,4%, Osteoatritis 10,3%,
Got 6,9%, Fertigo 3,4%, Struk 3,4%, Batuk pilek 3,4%, Tbc 3,4%, upaya lansia
untuk mencegah penyakit secara non medis 6,8% dan diobati sendiri 17,2%.
2. Potensi masyarakat Desa Pangarangan dalam meningkatkan kesehatan balita
yang b/d tingginya kesadaran ibu terhadap kesehatan balita d/d : Sebagian
besar balita dibawa ke Posyandu setiap bulan 66,7%, kadang-kadang 33,3%,
seluruh balita telah mendapatkan imunisasi lengkap 100%, seluruh balita
memiliki KMS 100%, seluruh balita dalam garis hijau 100%.
3. Resiko terjadinya peningkatan angka kesakitan masyarakat Desa Pangarangan
b/d kurangnya pengetahuan masyarakat dalam mengatasi penyakit d/d :
Kebiasaan sebelum berobat dengan membeli obat bebas 83,3%, dengan
mengonsumsi jamu 5%, dengan pijat 5%, langsung ke puskesmas 6,7%,
penyakit yang diderita keluarga 6 bulan terakhir adalah batuk pilek 35%, batuk
pilek panas 1,7%, reumatik 3,3%, penyakit jantung 1,7%, TBC 1,7%, asam
urat 10%, pusing pilek panas 1,7%, reumatik hipertensi 3,3%, vertigo 1,7%,
diabetes melitus 1,7%, batuk pilek penyakit kulit(panu) 1,7%, hipertensi 6,7%,
asma 1,7%.
4. Resiko timbulnya penyakit menular b/d kurangnya pengetahuan masyarakat
dalam memelihara lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan d/d :
pembuangan air limbah ke got 55%, sedangkan pembuangan air limbah ke
resapan 45%, penyakit yang diderita keluarga 6 bulan terakhir adalah batuk
pilek 35%, jarak rumah dengan tetangga dikategorikan dekat 71,7% dan
dikategorikan bersatu 17%.

45

Anda mungkin juga menyukai