FAJRUL AKBAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya
Rosulullah SAW, seluruh keluarga, sahabat serta orang yang menjalankan sunnahnya
dengan kerendahan hati yang sebenarnya. Kami berharap Makalah ini dapat
memberikan pelajaran dan gambaran kepada para pembaca agar lebih mengerti dan
memahami cara-cara pencegahan dan pengobatan hipertensi, yang mana sesuai dengan
Kami sadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka kritik dan
saran akan sangat berguna untuk perbaikan dan pembenaan Makalah ini. Semoga
Sumenep, 04-April-2015
2
3
DAFTAR ISI
1. Kata Pengantar............................................................................. i
2. Daftar Isi....................................................................................... ii
3. Bab 1 Pendahuluan
1.1.........................................................................................Latar
Belakang.......................................................................... 1
1.2.........................................................................................Rumusan
Masalah........................................................................... 3
1.3.........................................................................................Tujuan
.........................................................................................3
1.4.........................................................................................Manfaat
.........................................................................................3
4. Bab 2 Pembahasan
2.1.........................................................................................Terapi Anti
Hipertensi........................................................................ 4
2.1.1 Pengertian............................................................ 4
2.1.2 Obat Anti Hipertensi............................................ 5
2.1.3 Mekanisme Kerja................................................ 5
2.1.4 Efek Samping...................................................... 6
2.2.........................................................................................Pencegaha
5. Bab 3 Penutup
3.1.........................................................................................Kesimpula
n....................................................................................... 36
4
3.2.........................................................................................Saran
.........................................................................................36
6. Daftar Pustaka.............................................................................. 37
BAB I
PENDAHULUAN
5
angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk perempuan. Prevalensi di
Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di
Jakarta (Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% perempuan.
6
atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin
plasma yang rendah.
1.4 Manfaat
7
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Memberikan informasi mengenai terapi antihipertensi
1.4.2 Bagi Masyarakat
Memberikan gambaran mengenai terapi antihipertensi dan
pencegahannya.
8
BAB II
PEMBAHASAN
9
Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah terjadinya morbiditas
dan mortalitas akibat TD tinggi. Ini berarti TD harus diturunkan serendah
mungkin yang tidak mengganggu fungsi ginjal, otak, jantung, maupun kualitas
hidup, sambil dilakukan pengendalian faktor-faktor resiko kardio vascular
lainnya.
10
Secara Umum
Praktis semua obat antihipertensi menimbulkan efek samping umum, seperti
hidung mampat (akibat Vasodilatasi mukosa) dan mulut kering, bradykardia
(kecuali fasodilator langsung : justru tachycardia), rasa letih dan lesu, gangguan
penglihatan, dan lambung-usus (mual, diare), ada kalanya impotensi (terutama
obat-obat sentral).Efek-efek ini seringkali bersifat sementara yang hilang dalam
waktu 1-2 minggu. Dapat dikurangi atau dihindarkan dengan cara pentakaran
menyelinap, artinya dimulai dengan dosis rendah yang berangsur-angsur
dinaikkan. Dengan demikin, penurunan TD mendadak dapat dihindarkan. Begitu
pula obat sebaiknya diminum setelah makan agar kadar obat dalam plasma jangan
mendadak mencapai puncak tinggi (dengan akibat hipotensi kuat). Penghentian
terapi pun tidak boleh secara mendadak, melainkan berangsur-angsur untuk
mencegah bahaya meningkatnya TD dengan kuat (rebound effect).
Secara Khusus
Lebih serius adalah sejumlah besar efek samping khusus, antara lain:
Hipotensi ortostatis, yakni turunnya TD lebih kuat bila tubuh tegak (= ortho,
Lat.) daripada dalam keadaan berbaring, dapat terjadi pada terutama simpatolitika.
Depresi, terutama pada obat-obat yang bekerja sentral, khususnya reserpin
dan metildopa, juga pada beta-blockers yang bersifat lipofil, antara lain propra-
nolol, alprenolol, dan metoprolol.
Retensi garam dan air, dengan bertambahnya berat badan atau terjadinya
udema, anatra lain antagonis Ca, reserpin, metildopa dan hidralazin. Efek samping
ini dapat diatasi degan kombinasi bersama suatu deuretikum.
Penurunan ratio HDL: LDL. Sejumlah obat mempengaruhi metabolisme
lipida secara buruk, yakni menurunkan kadar kolesterol-HDL plasma yang
dianggap sebagai faktor-pelindung terhadap penyakit jantung-pembuluh. Atau,
juga meningkatkan kolesterol-LDL yang dianggap sebagai faktor risiko bagi PJP.
Sifat ini telah dipastikan pada diuretika (kelompok thiazida dan klortalidon) dan
pada beta-blockers, khususnya obat-obat yang tak kardioselektif atau tak
memiliki ISA.
Diuretik
11
Obat ini menghasilkan peningkatan aliran urine (diuresis) dengan
menghambat reabsorpsi natrium dan air dari tubulus ginjal. Diuretik mempunyai
efek antihipertensi dengan meningkatkan pelepasan air dan garam natrium. Hal ini
menyebabkan penurunan volum cairan dan merendahkan tekanan darah.
Diuretik yang meningkatkan ekskresi kalium di golongkan sebagai diuretik
yang tidak menahan kalium dan diuretik yang menahan kalium disebut diuretik
hemat kalium. Enam kategori diuretik yang efektif untuk menghilangkan air dan
natrium adalah
1. Tiazid dan seperti-tiazid
2. Diuretik kuat
3. Diuretik hemat kalium
4. Penghambat anhidrase karbonik
5. Diuretik osmotik
6. Diuretik mercurial
Penjelasan masing-masing obat di atas adalah ssebagai berikut :
Diuretik Tiazid : menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars
asendens ansa Henle tebal, yang menyebabkan diuresis ringan. Suplemen kalium
mungkin diperlukan karena efeknya yang boros kalium.
Macam-macam obat diuretik Tiazid :
1. Hidroklorotiazid (misal Hydrodiuril)
Mekanisme kerja : Berfungsi untuk menghambat reabsorbsi natrium dan
klorida dalam pars asenden ansa henle tebal dan awal tubulus distal.
Hilangnya K+, Na+, dan Cl- menyebabkan peningkatan pengeluaran urine
3kali. Hilangnya natrium menyebabkan penurunanan GFR.
Indikasi : obat awal yang ideal untuk hipertensi, edema kronik,
hiperkalsiuria idiopatik digunakan untuk menurunkan pengeluaran urine
pada diabetes insipidus (GFR rendah menyebabkan peningkatan reabsorbsi
dalam nefron proksimal, hanya berefek pada diet rendah-garam).
Kontraindikasi : wanita hamil (kecuali jelas diindikasikan untuk edema
patologi). Anuria.
12
Efek samping : hipokalemia, hiponatremia, hiperglikemia, hiperurisemia,
hiperkalsemia, oliguria, anuria, kelemahan penurunan aliran plasenta, alergi
sulfonamide, gangguan saluran cerna.
Loop diuretik : lebih poten dibanding tiazid dan harus digunakan dengan
hati-hati untuk menghindari dehidrasi. Obat-obat ini dapat menyebabkan
hipoglikemia, sehingga kadar kalium harus dipantau ketat.
Macam-macam obat Loop diuretik :
1. Furosemid (lasix)
Mekanisme Kerja : Berfungsi untuk menghambat reabsorbsi klorida dalam
pars asenden ansa henle tebal. K+ banyak hilang ke dalam urine.
Indikasi : diuretik yang dipilih untuk pasien dengan GFR rendah dan
kedaruratan hipertensi. Juga edema paru dan untuk mengeluarkan banyak
cairan. Kadangkala digunakan untuk menurunkan kadar kalium serum.
Kontraindikasi : anuria, kekurangan elektrolit biasa.
Dosis : - biasa: Awal: 20 (1x)
Maksimal: 80
Frekuensi pemberian: 2x.
Sediaan : tablet 40mg
Lepas lambat : Awal: 30 (1x)
Maksimal: 60.
Frekuensi pemberian: 2x.
Sediaan : kapsul 30mg
Efek samping : hiponatremia, hipokalemia, dehidrasi, hipotensi,
hiperglikemia, hiperurisemia, hipokalsemia, ototoksisitas, alergi sulfonamide,
hipomagnesemia, alkalosis, hipokloremik, hipovolemia.
13
2. Asam Etakrinat (ethacrynat)
Mekanisme kerja : -
Indikasi : per oral untuk edema, IV untuk edema paru.
Kontraindikasi : -
Efek samping : paling ototoksi, lebih banyak gangguan saluran cerna, kecil
kemungkinan menyebabkan alkalosisseperti furosemid.
Dosis : -
3. Bumetanit (bumex)
Mekanisme Kerja : Paling poten.
Indikasi : per oral untuk edema, IV untuk edema paru.
Kontraindikasi : -
Efek Samping : serupa dengan furosemid. Ototoksisitas belum pernah
dilaporkan. Dosis besar dapat menyebabkan mialgia berat.
Dosis : -
14
Indikasi : digunakan dengan tiazid untuk edema (pada gagal jantung
kongesif), sirosis, dan sindrom nefrotik. Juga digunakan untuk mengobati
atau mendiagnosis hiperaldosteronisme
Kontraindikasi : anuria, insufisiensi ginjal berat, hiperkalemia. Hindari
pada pasien diabetes.
Dosis : Awal: 25 (1x).
Maksimal: 100.
Frekuensi pemberian: 1-2x.
Sediaan : tablet 25mg; 100mg
Efek samping : seperti amilorid. Juga menyebabkan ketidakseimbangan
endokrin (jerawat, kulit berminyak, hirsutisme, ginekomastia).
3. Triamterin (Dyrenium)
Mekanisme Kerja : secara lanngsung menghambat rabsorpsi Na+ serta
sekresi K+ dan H+ dalam tubulus koligentis.
Indikasi : tidak digunakan unuk hiperaldoteronisme. Lain-lain seperti
spironolakton.
Kontraindikasi : -
Efek samping : dapat menyebabkan urine mmenjadi biru dan menurunkan
aliran darah ginjal. Lain-lain seperti amilorid.
15
menghambat pelepasan agonis adrenergik atau melakukan antagonisasi
reseptor adrenergik.
Penghambat pelepasan adrenergik prasinaptik dibagi menjadi
antiadrenergik sentral dan periver. Antiadrenergik sentral mencegah
aliran keluar simoatis (adrenergik) dari otak dengan mengaktifkan reseptor 2
penghambat. Dengan mengurangi aliran keluar simpatis, obat- obat ini
menguatkan dominan parasimpatis. Jadi, efek-efek yang tak diinginkan
menyerupai kerja parasimpatis. Antiadrenergik periver mencegah pelesapsan
norepinefrin dari terminal saraf periver (mis. Yang terkhir di jantung) obat-
obat ini mengosongkan simpanan norepinefrin dalam terminal-terminal saraf.
Anti-adrenergi sentral
1. Klonidin (catapers)
Mekanisme kerja : bekerja di otak sebagai agonis adrenergik-2 yang
menyebabkan penurunan aktifitas sistem syaraf simpatis (penurunan
frekuensi jantung, curah jantung dan tekanan darah)
Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang
Kontra indikasi : hipersensitifitas terhadap klonidin
Dosis : Awal: 0,075.
Maksimal: 0,6.
Frekuensi pemberian: 2x.
Sediaan : tablet 0,75mg; 0,,15mg
Efek samping : ruam, mengantuk, mulut kering, konstipasi, sakit kepala,
gangguan ejakulasi. Hipertensi balik bila dilakukan mendadak. Untuk
membatasi toksisitas, mulai dengan dosis rendah dan tingkatkan perlahan.
16
Efek samping : mulut kering, sedasi, hipotensi ortostatik ringan. Beberapa
pasien mengalami impotensi, gangguan psikis, mimpi buruk, gerakan
infoluntar, atau hepatotoksisitas.
3. Guanabenz (wytensin)
Mekanisme kerja : seperti klonidin. Juga mengosongkan simpanan
norepinefrin pada terminal syaraf adrenergik perifer.
Indikasi : hipertensi ringan sampai ringan
Kontra indikasi : -
Dosis : Awal: 0,5.
Maksimal: 2.
Frekuensi pemberian: 1x.
Sediaan : tablet 1mg
Efek samping : mulut kering, segrasi, hipertensi balik lebih jarang.
Anti-adrenergik perifer
1. Reserpin (serpasil)
Mekanisme kerja : sebagian mengosongkan simpanan katekolamin pada
sistem syaraf perifer dan mungkin pada SSP. Menurunkan resistensi perier
total, frekuensi jantung, dan curah jantung.
Indikasi : jarang digunakan untuk hipertensi ringan sampai sedang. Tidak
dianjurkan lagi pada kelainan psikiatri
Kontra indikasi : karena dominan para simpatik, dikontra indikasikan
pada pasien dengan gagl jantung kongestif, asma, bronkitis, penyakit ulkus
peptikum. Pasien dengan riwayat keluarga depresi.
Dosis : Awal: 0,05.
Maksimal: 0,25.
Frekuensi pemberian: 1x.
Sediaan : tablet 0.1 mg; 0,25 mg
Efek samping : dominan parasimpatik(bradikardi, diare, brankokonstriksi,
peningkatan sekresi), penurunan kontraktilitas dan curah jantung, hipotensi
postural (mengosongkan norepinefrin sehingga menghambat faso
konstriksi ), ulkus peptikum, sedasi dan depresi bunuh diri, gangguan
ejakulasi, ginekomastia. Resiko hiperten balik rendah karena durasi kerja
lama.
17
2. Guanetidin (esimel)
Mekanisme kerja : ditempatkan kedalam ujung saraf adrengik. Awalnya
melepaskan norepinetrin (meningkatkan tekanan darah dan frekwensi
jantung), lalu mengosongkan noretinefrin dari terminal dan menggangu
pelepasannya. Kemudian tidak terjadi refllek takikardi karena kosongnya
norepinamin.
Indikasi : hipertensi berat jika obat lain gagal. Jarang digunakan.
Kontraindikasi : pasien dengan fokromositoma akan mengalami hipertensi
berat.
Dosis : Awal: 10.
Maksimal: 50.
Frekuensi pemberian: 1x.
Sediaan : tablet 10 mg; 25 mg
Efek samping : peningkatan awal frekwensi jantung dan tekanan darah
(disebabkan pelepasan norepinefrin). Hipotensi ortostatik dan saat istirahat.
Brakikardi, menrunnya curah jantung, dispnea pada pasien PPOM, kongesti
hidung berat. Tidak ada depresi (penetrasi SSP sedikit).
3. Guanadriel (hylorel)
Mekaniosme kerja : seperti guanetidin, tapi bekerja lebih cepat, melepaskan
norepinefrin pada awalnya (peningkatan sementara tekanan darah), dan
mempunyai aktifitas SSP sedikit.
Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.
Kontra indikasi : -
Dosis : Awal:10.
Maksimal: 50.
Frekuensi pemberian: 2x.
Sediaan : tablet 10 mg; 25 mg
Efek samping : seperti guanetidin, tetapi kurang berat.
4. Pargilin (eutonyl)
Mekanisme kerja : menghambat monoamin oksidase dalam saraf
adrenergik. Menghambat pelepasan norepinefrin.
Indikasi : karena efek BERBAHAYA, obat ini merupakan obat anti
hipertensi pilihan terakhir.
Kontra indikasi : karena pargilin meningkatkan aktifitas simpatis,
berbahaya bila diberikan simpatomimetik lansung atau antikolinergik dalam
2 minggu pargyline.
Dosis : -
18
Efek samping : efek yang mengancam jiwa (stroke, frisis hipertensi, infark
miokardial, aritmia) dapat terjadi bila diminum bersama makanan (produk
fermentasi, keju) dan obat-obat (pil diet, obat-obat flu) yang mengandung
simpatomimetik.
2. Terazosin (Hytrin)
Mekanisme kerja : antagonis adrenergik alfa-1 perifer. Mendilatasi ateri
maupun vena.
19
Indikasi : hipertensi dan hipertensi dengan gagal jantung kongestif.
Kontra indikasi : -
Dosis : Awal: 1-2.
Maksimal: 4.
Frekuensi pemberian: 1x.
Sediaan : tablet 1 mg; 2 mg
Efek samping : hipotensi (hipotensi postural) pada pemberian pertama
mendadak dan hebat. Kekurangan natrium (sering akibat diet atau terapi
diuretik pada pasien hipertensi) memperburuk episode hipotensi. Juga bisa
terjadi edema, mulut kering, kongesti, sakit kepala, mimpi buruk, disfungsi
seksual dan letargi.
3. Doxazosin (cardura)
Mekanisme kerja : antagonis adrenergik alfa-1 perifer. Mendilatasi ateri
maupun vena.
Indikasi : hipertensi dan hipertensi dengan gagal jantung kongestif.
Kontra indikasi : -
Dosis : Awal: 1-2.
Maksimal: 4.
Frekuensi pemberian: 1x.
Sediaan : tablet 1 mg; 2 mg
Efek samping : hipotensi (hipotensi postural) pada pemberian pertama
mendadak dan hebat. Kekurangan natrium (sering akibat diet atau terapi
diuretik pada pasien hipertensi) memperburuk episode hipotensi. Juga bisa
terjadi edema, mulut kering, kongesti, sakit kepala, mimpi buruk, disfungsi
seksual dan letargi.
5. Atenolol (tenormin)
20
Mekanisme kerja : terutama memblok reseptor adrenergik 1 . menurunkan
frekwensi jantung dan curah jantung dan pelepasan renin. Efek
bronkokonstriksi kurang di banding zat-zat yang berikatan dengan reseptor
2.
Indikasi : terpi awal yang baik untuk hipertensi ringan sampai sedang
Kontra indikasi : diabetes berat, bradikardi, blok jantung parsial, gagal
jantung, asma, emfisema.
Dosis : Awal: 25.
Maksimal: 100.
Frekuensi pemberian: 1x.
Sediaan : tablet 50 mg; 100 mg
Efek samping : lebih jauh menekan gagal jantung, depresi dan sedasi SSP.
6. Betaksolol (kerlole)
Mekanisme kerja : terutama memblok reseptor adrenergik 1 . menurunkan
frekwensi jantung dan curah jantung dan pelepasan renin. Efek
bronkokonstriksi kurang di banding zat-zat yang berikatan dengan reseptor
2.
Indikasi : terpi awal yang baik untuk hipertensi ringan sampai sedang
Kontra indikasi : diabetes berat, bradikardi, blok jantung parsial, gagal
jantung, asma, emfisema.
Dosis : -
Efek samping : lebih jauh menekan gagal jantung, depresi dan sedasi SSP.
21
7. Karteolol (cartlol)
Mekanisme kerja : terutama memblok reseptor adrenergik 1 . menurunkan
frekwensi jantung dan curah jantung dan pelepasan renin. Efek
bronkokonstriksi kurang di banding zat-zat yang berikatan dengan reseptor
2.
Indikasi : terpi awal yang baik untuk hipertensi ringan sampai sedang
Kontra indikasi : diabetes berat, bradikardi, blok jantung parsial, gagal
jantung, asma, emfisema.
Dosis : Awal: 2,5.
Maksimal: 10.
Frekuensi pemberian: 2-3x.
Sediaan : tablet 5 mg
Efek samping : lebih jauh menekan gagal jantung, depresi dan sedasi SSP.
8. Penbutolol (levatol)
Mekanisme kerja : terutama memblok reseptor adrenergik 1 . menurunkan
frekwensi jantung dan curah jantung dan pelepasan renin. Efek
bronkokonstriksi kurang di banding zat-zat yang berikatan dengan reseptor
2.
Indikasi : terpi awal yang baik untuk hipertensi ringan sampai sedang
Kontra indikasi : diabetes berat, bradikardi, blok jantung parsial, gagal
jantung, asma, emfisema.
Dosis : -
Efek samping : lebih jauh menekan gagal jantung, depresi dan sedasi SSP.
9. Metaprolol (lopressor)
Mekanisme kerja : terutama memblok reseptor adrenergik 1 . menurunkan
frekwensi jantung dan curah jantung dan pelepasan renin. Efek
bronkokonstriksi kurang di banding zat-zat yang berikatan dengan reseptor
2.
Indikasi : terpi awal yang baik untuk hipertensi ringan sampai sedang
Kontra indikasi : diabetes berat, bradikardi, blok jantung parsial, gagal
jantung, asma, emfisema.
Dosis : - biasa : Awal: 50.
Maksimal: 200.
Frekuensi pemberian: 1-2x.
Sediaan : tablet 50 mg; 100 mg
- Lepas lambat : Awal: 100.
22
Maksimal: 200.
Frekuensi pemberian: 1x.
Sediaan : tablet 100 mg
Efek samping : lebih jauh menekan gagal jantung, depresi dan sedasi SSP.
23
13. Nadolol (corgard)
Mekanisme kerja : memblok reseptor adrenergik 1 dan . Menurunkan
2
24
Maksimal: 40.
Frekuensi pemberian: 2x.
Sediaan : tablet 5 mg, 10 mg
Efek samping : aktivitas simpatomimetik Intrinsik menurunkan
kemungkinan hipertensi balik (dengan mendilatasi arteri besar melalui 2).
Atau bronkospasme.
25
Vasodilator
26
3. Ramipril (Altase)
Benazepril (Lotensin).
Fosinopril.
Mekanisme kerja : sama dengan kaptopril
Indikasi : sama dengan kaptopril
Kontraindikasi : sama dengan kaptopril
Dosis : Ramipril (Altase) : Awal: 1,25.
Maksimal: 5.
Frekuensi pemberian: 1x.
Sediaan : tablet 1,25mg; 2,5mg, 5mg
Benazepril (Lotensin) : Awal: 10.
Maksimal: 20.
Frekuensi pemberian: 2x.
Sediaan : tablet 10mg
Fosinopril. : Awal: 10.
Maksimal: 40.
Frekuensi pemberian: 1x.
Sediaan : tablet 10mg
Efek samping : sama dengan kaptopril.
4. Enalapril (Vasotec).
Mekanisme Kerja : dikonversi menjadi asam enaloprilat yang bekerja seperti
kaptopril.
Indikasi : hipertensi ringan sampai berat dan hipertensi renovaskuler, gagal
jantung (diuretic dan digitalis).
Kontraindikasi : -
Dosis : Awal: 5.
Maksimal: 40.
Frekuensi pemberian: 1-2x.
Sediaan : tablet 5mg; 10mg
Efek Samping : -
Blockers pintu masuk kalsium mencegah influks kalsium kedalam sel-sel otot
dinding pembuluh darah. Otot polos memutuhkan influks kalsium ekstra sel untuk
kontraksinya. Blokade influk kalsium mencegah kontraksi, yang menyenbabkan
vasodilatasi. Otot polos juga menyebabkan propulsi pada saluran cerna.
Penghambatan propulsi oleh blockers saluran kalsium menyebabkab konstipasi,
efek samping yang tercapai pada terapi blockers saluran kalsium. Otot jantung dan
jaringan penghantar tergantung pada influks natrium cepat dan influk kalsium
lamabat melalui saluarn-saluran yang terpisah untuk kontraksinya. Saluran
kalsium lambat terutama penting pada nodus S-A dan A-V. Blokade saluran-
27
saluran ini memperlambat jantung. Kontraksi otot skelet diinduksi oleh influks
cepat natrium, yang memicu pelepasan kalsium dari retikulim sarkoplasma.
Karena sel-sel ini tidak membutuhkan kalsium ekstrasel untuk kontraksinya,
blockers saluran kalisum tidak mempengaruhi otot skelet.
Contoh Obat :
1. Verapamil (isopten)
Mekanisme Kerja : memblok influks kalsium. Mendilatasi arteriol perifer,
menurunkan beban akhir. Memperlambat nodus A-V, mencegah irama
reentrant, melindungi miokardium selama iskemia singkat. Mempunyai
aktivitas pemblokan adrenergik alfa.
Indikasi : mengurangi frekuensi angina dan kebutuhan nitrat. Obat terpilih
untuk takikardi supraventrikular paroksismal akut. Memperlambat respon
ventrikel terhadap fibrilasi atrium. Hipertensi.
Kontraindikasi : pasien dengan digitalis atau bloker B4. Blok nodus A-V, sick
sinus sindrom, syok kardiogenik, gagal jantung, hipotensi..
Dosis : Awal: 80.
Maksimal: 320.
Frekuensi pemberian: 2x.
Sediaan : tablet 80 mg
Efek samping : konstipasi, hipotensi, bradikardi, edema, gagal jantung
kongestif, blok nodus A-V, gangguan saluran cerna, pusing.
2. Diltiazen (cardizem)
Mekanisme Kerja : penurunan frekuensi jantung kurang nyata. Menurunkan
beban akhir dengan mendilatasi arteri perifer. Meningkatkan pasokan oksigen
ke miokardium ddengan mencegah spasme arteri koroner yang diindiksi
saraf simpatis.
Indikasi : mengurangi episode angina. Meningkatkan toleransi latihan anti-
angina stable. Juga digunakan sebagai anti hipertensi.
Kontraindikasi : blok nodus A-V sick sinus sindrom, hipotensi serta kongesti
paru.
Dosis : - biasa : Awal: 90.
Maksimal: 360.
Frekuensi pemberian: 3x.
Sediaan : tablet 30mg, 60mg
- Lepas lambat : Awal: 180.
Maksimal: 360.
Frekuensi pemberian: 2x.
28
Sediaan : tablet 90mg, 180mg
Efek samping : edema, sakit kepala, pusing, astenia, mual, ruam.
3. Nifedipin (Procardia)
Mekanisme kerja : vasodilatasi perifer lebih poten. Sedikit depresi nodus.
Tidak mendilatasi arteri koroner. Menyebabkan reflek peningkatan frekuensi
dan curah jantung.
Indikasi : angina stable dan vvarian, hipertensi.
Kontraindikasi : hipotensi.
Dosis : - biasa : Awal: 15.
Maksimal: 30.
Frekuensi pemberian: 3x.
Sediaan : tablet 5mg; 10mg
- Retard : Awal: 20.
Maksimal: 40.
Frekuensi pemberian: 2x.
Sediaan : tablet 10mg, 20mg
- Oros : Awal: 30.
Maksimal: 30.
Frekuensi pemberian: 1x.
Sediaan : tablet 30mg
Efek samping : edema perifer , pusing, mual, hipotensi, infark miokard,
reflek takikardi edema paru.
4. Nikardipin (cardene)
Mekanisme Kerja : serupa dengan nifedifin
Indikasi : angina stable, kronik. Hipertensi.
Kontraindikasi : hipotensi
Dosis : - biasa : Awal: 60.
Maksimal: 120.
Frekuensi pemberian: 3x.
Sediaan : tablet 20mg
- Lepas lambat : Awal: 80.
Maksimal: 160.
Frekuensi pemberian: 2x.
Sediaan : kapsul 40mg
Efek samping edema perifer, palpitasi, angina, pusing, sakit kepala,
kemerahan, astenia.
5. Isradipin (dynacric)
29
Mekanisme Kerja : secara selektif menghambat kontraksi otot polos vaskuler
dan konduksi nodus S-A dengan sedikit efek kontraktilitas jantung atau
konduksi nodus A-V.
Indikasi : angina hipertensi.
Kontraindikasi : -
Dosis : Awal: 2,5.
Maksimal: 10.
Frekuensi pemberian: 2x.
Sediaan : tablet 2,5mg
Efek samping : takikardi, sakit kepala, edema perifer, dan kemerahan.
6. Nimodipin (nimotop)
Mekanisme Kerja : bloker pintu masuk kalsium dengan efek paling besar
pada vasodilatasi arteri serebral.
Indikasi : mengurangi kerusakan SSP yang disebabkan oleh vasospasme
setelah perdarahan subaraknoid.
Kontraindikasi : -
Efek samping : karsinogenik dan teratogenik pada hewan percobaan. Paling
sering sakit kepala dan diare.
7. Bepridil (vascor)
Mekanisme kerja : sedikit vasodilatasi. Mengurangi frekuensi dan
kontraktilitas. Memperlambat konduksi.
Indikasi : angina, bila obat lain gagal. Tidak diindikasikan untuk hipertensi.
Kontraindikasi : pernah aritmia ventrikel.
Dosis : -
Efek samping : takikardi, ventrikel, aritmia, sakit kepala, mual, pusing.
8. Felodipin (plendil)
Mekanisme Kerja : cakupan efek masih diteliti.
Indikasi : hipertensi.
Kontraindikasi : -
Dosis : Awal: 5.
Maksimal: 10.
Frekuensi pemberian: 1x.
Sediaan : tablet 5mg; 10mg
Efek samping : edema perifer, kemerahan, sakit kepala, pusing.
30
Vasodilator langsung merelaksasi sel-sel otot polos yang mengelilingi
pembuluh darah dengan mekanisme yang belum jelas, tetapi mungkin melibatkan
pembentukan nitrik oksida oleh indotel vaskular.
Obat jenis ini merupakan obat yang poten terutama jika dikombinasi dengan
beta-bloker dan tiazid.
Penting: hati-hati terhadap bahaya penurunan tekanan darah yang sangat cepat.
Pada anak, pada dosis rendah obat ini mengurangi resistensi vaskular sistemik
dan meningkatkan curah jantung. Pada dosis tinggi dapat menyebabkan hipotensi
berlebihan. Oleh karena itu pemantauan tekanan darah harus dilakukan secara
terus-menerus. Natrium nitroprusid dapat digunakan untuk pengendalian hipotensi
paradoks sesudah pembedahan koarktasio aorta.
31
Prazosin, doksazosin, dan terazosin (2.3.3) memiliki sifat
menghambat reseptor alfa dan vasodilator.
BERAPROST
Indikasi:
hipertensi paru primer; perbaikan tukak, nyeri dan rasa dingin yang disebabkan
oleh oklusi arteri kronik.
Peringatan:
Interaksi:
perdarahan; kehamilan
Efek Samping:
hipertensi paru primer: dosis awal, 60 mcg sehari dalam 3 dosis terbagi, sesudah
makan, dapat ditingkatkan hingga maksimum 180 mcg sehari dalam 3-4 dosis
32
terbagi; perbaikan tukak, nyeri dan rasa dingin yang disebabkan oleh oklusi arteri
kronik: Dewasa, dosis lazim 120 mcg sehari dalam 3 dosis terbagi.
HIDRALAZIN HIDROKLORIDA
Indikasi:
hipertensi sedang hingga berat (sebagai terapi tambahan); gagal jantung (dengan
nitrat kerja panjang, tapi kombinasi ini sering tidak dapat ditoleransi); krisis
hipertensi (sebagai terapi alternatif pada kehamilan).
Peringatan:
gangguan fungsi hati ; gangguan fungsi ginjal ; penyakit arteri koroner (dapat
menyebabkan angina, hindari penggunaannya setelah infark miokard, tunggu
hingga stabil), penyakit serebrovaskular; kadang, menyebabkan penurunan
tekanan darah terlalu cepat walaupun pada dosis rendah; kehamilan ; menyusui.
Interaksi:
Kontraindikasi:
lupus eritematosus sistemik idiopatik, takikardia berat, gagal jantung curah tinggi,
insufisiensi miokard akibat obstruksi mekanik, cor pulmonale, aneurism aorta,
porfiria.
Efek Samping:
33
Dosis:
ILOPROST
Indikasi:
hipertensi paru primer atau sekunder yang disebabkan penyakit jaringan ikat
(connective tissue disease) atau akibat obat, pada tahap sedang sampai berat.
Sebagai tambahan, pengobatan hipertensi paru yang disebabkan
tromboembolisme paru kronik yang tidak bisa dilakukan pembedahan
Peringatan:
hipertensi paru tidak stabil dengan gagal jantung kanan yang lanjut; hipotensi
(jangan dimulai pemberian obat jika tekanan sistolik di bawah 85 mg Hg), infeksi
paru akut, kerusakan hati, gagal ginjal yang memerlukan dialisis.
Interaksi:
Kontraindikasi:
34
hipertensi paru akibat penyakit oklusif vena, kelainan katup jantung kongenital
atau yang didapat dengan gejala klinis fungsi miokard yang relevan namun tidak
terkait dengan hipertensi paru, hipersensitif.
Efek Samping:
Dosis:
melalui inhalasi: 2,55 mcg, 69 kali sehari, dapat ditambah tergantung respon
dan tolerabilitas.
MINOKSIDIL
Indikasi:
Peringatan:
lihat keterangan diatas; angina; setelah infark miokard (tunggu hingga stabil);
dosis rendah pada pasien dialisis; porfiria; kehamilan.
Interaksi:
Kontraindikasi:
feokromositoma
Efek Samping:
retensi cairan dan natrium, berat badan meningkat, edema perifer, takikardi,
hipertrikosis, peningkatan kreatinin yang reversibel; kadang-kadang, gangguan
saluran cerna, payudara menegang, kulit kemerahan.
35
36
Dosis:
Dosis awal 5 mg (lansia, 2,5 mg), dalam 1-2 dosis, ditingkatkan menjadi 5-10 mg
setiap 3 hari atau lebih; maksimal 50 mg sehari.
NATRIUM NITROPRUSID
Indikasi:
Peringatan:
Interaksi:
Kontraindikasi:
disebabkan oleh pengurangan tekanan darah yang terjadi secara cepat (kurangi
kecepatan infus): sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, nyeri lambung,
berkeringat, palpitasi, rasa was-was, rasa tidak nyaman pada bagian retrosternal;
jarang terjadi: penurunan jumlah platelet, flebitis transien akut.
Dosis:
37
Krisis hipertensi, secara infus intravena, dosis awal 0,5-1,5 mcg/kg bb/menit,
kemudian ditingkatkan bertahap 500 nanogram/kg bb/menit setiap 5 menit dalam
kisaran 0,5-8 mcg/kg bb/menit (dosis lebih rendah jika sudah mendapat
antihipertensi lain); penggunaan dihentikan jika dalam 10 menit, respons tidak
memuaskan dengan dosis maksimal. Telah digunakan dosis awal lebih rendah 300
nanogram/kg bb/menit; Menjaga tekanan darah diastolik 30-40% lebih rendah
dari sebelum terapi, 20-400 mcg/menit (dosis lebih rendah untuk pasien yang
sudah mendapat antihipertensi lain); Mengontrol hipotensi saat pembedahan,
dengan infus intravena, maksimal 1,5 mcg/kg bb/menit; Gagal jantung, dengan
infus intravena, dosis awal 10-15 mcg/menit, ditingkatkan setiap 5-10 menit
sesuai kebutuhan; dosis lazim 10-200 mcg/menit, maksimal 3 hari.
38
orang sehat yang berisiko tinggi dengan usaha peningkatan derajat kesehatan
yakni meningkatkan peranan kesehatan perorangan dan masyarakat secara optimal
dan menghindari faktor resiko timbulnya hipertensi.
39
Sasaran utama adalah pada mereka terkena penyakit hipertensi melalui
diagnosis dini serta pengobatan yang tepat dengan tujuan mencegah proses
penyakit lebih lanjut dan timbulnya komplikasi.
Pencegahan bagi mereka yang terancam dan menderita hipertensi adalah sebagai
berikut:
5. Berhenti Merokok
Pemeriksaan berkala
Pengobatan/perawatan
40
5. Memperkecil efek samping pengobatan.
Tujuan utama adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut dan mencegah
cacat/kelumpuhan dan kematian karena penyakit hipertensi.
41
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit Hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang
mana dapat dihadapi baik itu dibeberapa negara yang ada didunia maupun di
Indonesia. Dengan pola hidup sehat kita bisa terhindar dari penyakit hipertensi.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya. Kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun baik secara
langsung atau tidak langsung untuk kesempurnaan makalah ini dan untuk
kebaikan bersama. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekeliruan untuk itu kami menerima saran dan kritik anda guna
menyusun makalah yang lebih baik.
42
DAFTAR PUSTAKA
43