DROWNING
Disusun oleh:
Rita Pantiana
1102014229
Pembimbing:
dr. Suryo Wijoyo Sp.KF, MH
1
I. DROWNING
1.1 DEFINISI
Tenggelam biasanya didefinisikan sebagai kematian akibat asfiksia yang
disebabkan oleh masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan. Pada suatu kasus
tenggelam korban terbenam dalam air sehingga sistem pernapasannya terganggu
dengan akibat hilangnya kesadaran dan ancaman pada jiwa korban.Pada suatu
kasus tenggelam, seluruh tubuh tidak perlu terbenam di dalam air, asalkan lubang
hidung dan mulut berada di bawah permukaan air sudah memenuhi criteria suatu
kasus tenggelam.1
Jumlah air yang dapat mematikan ialah bila air dihirup oleh paru-paru
sebanyak 2 liter untuk orang dewasa dan sebanyak 30-40 mililiter untuk bayi.3
Menurut WHO Tenggelam atau drowning adalah suatu proses gangguan nafas
yang dialami akibat terendam atau terbenam kedalam cairan. Tenggelam dapat
terjadi di lautan atau pada kasus penurunan kesadaran akibat alkohol, epilepsi,
atau anak kecil pada air dengan ketinggian air 6 inci (15,24 cm). Mekanisme
kematian yang terjadi akibat tenggelam akibat suatu anoksia serebral yang
ireversibel atau yang sering disebut dengan asfiksia.2
1.2 EPIDEMIOLOGI
Tenggelam merupakan salah satu masalah besar, sehubungan dengan
dampaknya secara global, tenggelam merupakan suatu kasus terabaikan dalam
isu kesehatan masyarakat. Pada tahun 2012, diperkirakan sekitar 372.000 orang
meninggal akibat tenggelam, yang menempatkannya sebagai penyebab kematian
ketiga terbanyak di dunia dimana 91% dari total kematian tersebut terjadi di
negara negara miskin dan berkembang, setengah dari korban tenggelam adalah
mereka yang berusia di bawah 25 tahun, dan lebih sering terjadi pada laki – laki
di bandingkan perempuan. Perkiraan jumlah korban sangat mengkhawatirkan
karena data resmi angka kematian mengeksklusikan kematian tenggelam akibat
bunuh diri dan tenggelam karena bencana banjir, dan insiden transportasi lautan.2
2
Menurut survei WHO yang terakhir terjadi peningkatan 39 – 50% angka
kematian akibat tenggelam di negara – negara maju seperti Amerika serikat,
Australia dan Finlandia, dan peningkatan lima kali lipat lebih besar di negara
negara miskin dan berkembang.2
Berdasarkan studi epidemiologi, tenggelam hampir selalu menempati
sepuluh besar penyebab kematian di seluruh penjuru dunia pada usia 1 – 24
tahun.2
3
Di Indonesia sendiri angka kejadian tenggelam belum diketahui. Namun,
merujuk pada kondisi geografis wilayah Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau
dengan garis pantai yang cukup panjang yang memungkinkan terjadinya
tenggelam. Terlebih Indonesia juga merupakan daerah wisata di mana perairan
juga merupakan salah satu daya tarik wisata yang dimiliki.5 Pada negara maju,
korban tenggelam yang bertahan hidup tapi mengalami cedera otak yang berat
yang menyebabkan kelumpuhan dapat menyebabkan tingginya biaya finansial
bagi keluarga yang merawat. Pada waktu yang sama, kurangnya sarana dan
pelayanan medis di negara miskin dan berkembang berarti korban tenggelam yang
selamat dengan kecacatan biasanya tidak dapat hidup lama.2
4
Gambar 3. O2/CO2 alveolar-capillary interface.18
5
Kematian yang terjadi pada peristiwa tenggelam dapat diseabkan oleh :
1. Refleks Vagal
Peristiwa tenggelam yang menyebabkan kematian akibat refleks vagal
disebut tenggelam tipe 1. Pada tipe ini,kematian terjadi sangat cepat dan
pada pemeriksaan postmortem tidak ditemukan adanya tanda-tanda
asfiksia maupun air di dalam paru-parunya sehingga sering disebut
tenggelam kering (dry drowning).
2. Spasme laring
Kematian karena spasme laring pada tipe tenggelam umumnya jarang
terjadi. Spasme laring tersebut terjadi karena rangsangan air yang masuk
ke laring. Pada pemeriksaan postmortem ditemukan tanda-tanda
asfiksia,tetapi pada paru-parunya tidak didapatkan tanda adanya air atau
benda-benda air lainnya.
6
dalam dalam waktu 4-5 menit. Pemeriksaan postmortem
ditemukan tanda-tanda asfiksia, kadar NaCl jantung kanan lebih
tinggi dibanding jantung kiri dan adanya buih serta benda-benda
air pada paru-paru. Tenggelam jenis ini disebut tenggelam tipe IIA.
b. Pada peristiwa tenggelam di air asin akan mengakibatkan
terjadinya anoksia dan hemokonsentrasi. Tenggelam jenis ini akan
disebut sebagai tenggelam tipe IIB. Dibandingkan tenggelam tipe
IIA kematian pada tenggelam tipe ini terjadi lebih lembat.
Konsentrasi elektrolit air laut lebih tinggi daripada dalam darah
sehingga air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan
interstitial paru yang akan mengakibatkan edema pulmoner,
hemokonsentrasi, hipovolemia dan kenaikan kadar magnesium
dalam darah. Hemokonsentrasi akan menyebabkan sirkulasi
menjadi lambat dan menyebabkan terjadinya payah jantung.
Kematian terjadi 8-12 menit setelah tenggelam. Pemeriksaan
postmortem ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia, kadar NaCl
pada jantung kiri lebih tinggi dibandingkan jantung kanan, serta
ditemukan buih serta benda air pada paru-paru.
Cara Kematian
1. Kecelakaan
Sering terjadi karena korban jatuh ke laut, danau, sungai dan juga kolam
renang.
2. Bunuh diri
Peristiwa ini terjadi dengan menjatuhkan diri ke dalam air. Terkadang
tubuh pelaku diikat dengan benda pemberat agar tubuhnya dapat
tenggelam.
3. Pembunuhan
Ada banyak cara yang dapat digunakan, misalkan melempar korban ke
laut dengan diikat pada pemberat atatupun dengan memasukkan kepala
7
korban ke bak berisi air. Dari segi patologik sulit dibedakan antara bunuh
diri dan pembunuhan. Pemeriksaan pada tempat kejadian sangat
membantu. Jika memang benar pembunuhan, maka masih perlu diteliti
apakah korban ditenggelamkan saat masih hidup atau sudah mati.
Pada pemeriksaan mayat tenggelam, hal penting yang perlu ditentukan
pada pemeriksaan adalah :
1) Menentukan identitas korban
Identitas korban ditentukan dengan memeriksa antara lain:
Pakaian dan benda milik korban
Warna dan distribusi rambut serta identitas lain
Kelainan dan defotmitas dan jaringan parut
Sidik jari
Pemeriksaan gigi
Teknik identifikasi lain
2) Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam
Pada mayat yang masih segar, untuk menentukan apakah korban
masih hidup atau sudah meninggal saat tenggelam dapat diketahui
dari pemeriksaan:
Metode yang memuaskan untuk menentukan apakah orang
masih hidup waktu tenggelam ialah pemeriksaan diatom
Untuk membantu menentukan diagnosis, dapat
dibandingkan kadar elektrolit magnesium darah dari bilik
jantung kiri dan kanan.
Benda asing dalam paru dan saluran napas mempunyai nilai
yang menentukan pada mayat yang terbenam selama
beberapa waktu dan mulai membusuk. Demikian pula
dengan isi lambung dan usus.
Pada mayat yang segar,adanya air dalam lambung dan
alveoli yang secara fisik dan kimia sifatnya sama dengan
air tempat korban tenggelam mempunyai nilai yang
bermakna.
8
Dengan ditemukannya kadar alkohol tinggi dapat
menjelaskan bahwa korban sedang dalam keracunan
alkohol pada saat masuk ke dalam air.
3) Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis tenggelam
Pada mayat yang segar, gambaran postmortem dapat menunjukkan
tipe tenggelam dan juga penyebab kematian lain seperti penyakit,
keracunan dan kekerasan lain. Pada kecelakaan di kolam renang
benturan antemortem pada tubuh bagian atas, misal memar pada
muka, perlukaan pada vertebra servikalis dan medula spinalis dapat
ditemukan.
4) Faktor-faktor yang berperan pada proses kematian
Faktor – faktor yang berperan pada proses kematian, misalnya
kekerasan, alkohol atau obat –obatan dapat ditemukan pada
pemeriksaan luar atau bedah jenazah.
5) Tempat korban pertama kali tenggelam
Bila kematian korban berhubungan dengan masuknya cairan ke
dalam saluran pernapasan, maka pemeriksaan diatom dari air
tempat korban ditemukan dapat membantu menentukan apakah
korban tenggelam di tempat itu atau di tempat lain.
6) Apakah ada penyulit alamiah lain yang mempercepat kematian
Bila korban masih hidup pada waktu masuk ke air, maka
perlu ditentukan apakah kematian disebabkan karena air
masuk ke dalam saluran pernapasan. Pada immersion,
kematian terjadi dengan cepat, hal ini bisa disebabkan oleh
sudden cardiac arrest yang terjadi pada saat cairan melalui
saluran pernapasan bagian atas.
Bila tidak ditemukan air pada paru – paru dan lambung,
berarti kematian terjadi seketika akibat spasme glotis, yang
menyebabkan cairan tidak dapat masuk.
9
Korban tenggelam akan menelan air dalam jumlah yang makin
lama makin banyak dan kemudian menjadi tidak sadar dalam
waktu 2 – 12 menit (fatal period).
10
diserap masuk ke dalam sirkulasi pulmonal. Hal ini berarti istilah
dry drowning/ dry-lung drowning ialah bila tenggelam dalam air
tawar yang hipotonis.11
Tenggelam di air dangkal
Pada kondisi ini, tenggelam terjadi pada air dengan ketinggian
yang dangkal, tapi cukup untuk menenggelamkan bagian mulut
atau hidung. Biasanya terjadi akibat kecelakaan pada orang cacat
atau anak kecil, epilepsi, keadaan mabuk, koma, atau orang dengan
trauma kapitis.10
Immersion Syndrome (vagal inhibition)
Terjadi dengan tiba-tiba pada korban tenggelam di air yang sangat
dingin (< 20oC atau 68oF) akibat reflek vagal yang menginduksi
disaritmia yang menyebabkan asistol dan fibrilasi ventrikel
sehingga menyebabkan kematian.10
Secondary Drowning
Pada jenis ini, korban yang sudah ditolong dari dalam air tampak
sadar dan bisa bernapas sendiri tetapi secara tiba-tiba kondisinya
memburuk. Pada kasus ini terjadi perubahan kimia dan biologi
paru yang menyebabkan kematian terjadi lebih dari 24 jam setelah
tenggelam di dalam air. Kematian terjadi karena kombinasi
pengaruh edema paru, aspiration pneumonitis, gangguan elektrolit
(asidosis metabolik).10
11
plasma meningkat dan natrium berkurang, juga terjadi anoksia yang hebat
pada miokardium.Hemodilusi menyebabkan cairan pembuluh darah atau
sirkulasi menjadi berlebihan sehingga terjadi penurunan tekanan sistol dan
dalam waktu beberapa menit terjadi fibrilasi ventrikel. Jantung untuk
beberapa saat masih berdenyut dan lemah, terjadi anoksia serebri yang
hebat yang dapat menjelaskan mengapa kematian terjadi dengan cepat.12
Air Asin
Pada tenggelam di air laut terjadi pertukaran elektrolit dari air asin ke
darah sehingga mengakibatkan peningkatan natrium plasma, air akan
ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan interstitial paru yang
akan menimbulkan edema pulmo yang hebat dalam waktu yang singkat
dan peningkatan hematokrit (hipovolemia). Peningkatan viskositas darah
(hemokonsentrasi) menyebabkan sirkulasi aliran darah menjadi lambat dan
anoksia pada miokardium yang menimbulkan payah jantung dan kematian
terjadi kurang lebih 8-9 menit setelah tenggelam.13
12
Secara garis besar perbedaan tersebut digambarkan oleh tabel dibawah ini:
Tabel 1. Perbedaan Tenggelam Dalam Air Tawar dan Air Asin
Tenggelam dalam Air Tawar Tenggelam dalam Air Asin
Paru-paru kecil dan ringan Paru-paru besar dan berat
Paru-paru relatif kering Paru-paru relatif basah
Bentuk paru-paru biasa Bentuk paru-paru besar
Paru-paru tampak merah pucat Paru-paru ungu biru
Teraba krepitasi ada Teraba krepitasi tidak ada
Pada pemeriksaan laboratorium darah: Pada pemeriksaan laboratorium darah:
- Berat jenis 1,055 - Berat jenis 1,059-1,60
- Hipotonik - Hipertonik
- Hemodilusi - Hemokonsentrasi
- Hipervolemik - Hipovolemik
- Hiperkalemia - Hipokalemia
- Hiponatremia - Hipernatremia
- Hipoklorida - Hiperklorida
13
Gambar 4. Buih Bercampur Darah Keluar melalui Mulut dan Hidung Jenazah
Tenggelam
14
dalam aliran darah sekitar alveoli dan mengakibatkan pecahnya sel darah merah
(hemolisis).11 Pada keadaan ini terjadi absorpsi cairan yang masif.
Akibat pengenceran darah yang terjadi, tubuh mencoba mengatasi keadaan
ini dengan melepaskan ion kalium dari serabut otot jantung sehingga kadar ion
kalium dalam plasma meningkat (hiperkalemia), terjadi perubahan keseimbangan
ion kalium dan kalsium dalam serabut otot jantung dapat mendorong terjadinya
fibrilasi ventrikel dan penurunan tekanan darah, yang kemudian menyebabkan
timbulnya kematian akibat anoksia serebri. Kematian terjadi dalam waktu 5
menit.1, 11
15
Gambar 5. Mekanisme Kematian Akibat Tenggelam dalam Air Asin
1.7 Mekanisme Kematian Akibat Tenggelam
Tenggelam dapat menyebabkan kematian melalui berbagai mekanisme,
mekanisme tersebut ialah sebagai berikut:
16
b. Kematian Akibat Refleks Vagal
Mekanisme ini tidak biasa namun mudah dikenali. Kehilangan kesadaran
biasanya cepat dan kematian terjadi segera dalam waktu beberapa menit. Pada
otopsi tidak didapatkan tanda umum pada tenggelam. Mekanisme ini dipercaya
menyebabkan henti jantung yang merupakan akibat dari air dingin pada belakang
faring dan laring. Ada tiga kondisi umum yang menyebabkan kematian ini, yaitu
masuk kedalam air dengan kaki terlebih dahulu, terkejut atau tidak ada persiapan,
keadaan hipersensitif contohnya pada keracunan alkohol. Masuk ke dalam air
dengan kaki dahulu memudahkan air masuk ke hidung.13
17
Edema pulmoner akut dapat terjadi jika terdapat peningkatan permeabilitas
kapiler paru (non kardiogenik), atau saat tekanan hidrostatik kapiler paru melebihi
tekanan onkotik plasma (kardiogenik), atau keduanya. Mekanisme pada korban
tenggelam belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga karena peningkatan
tekanan kapiler paru dari sistem saraf simpatis, peningkatan tekanan negatif intra-
torakal, atau respon adrenergik terhadap kondisi di dalam air yang belum dapat
dijelaskan secara biokimia.12
Lebam mayat (livor mortis), akan tampak jelas pada dada bagian depan,
leher, kepala, dan ekstremitas yang merupakan bagian yang tergantung ke
bawah saat bagian badan mayat terapung ke permukaan akibatnya
menyebabkan darah statis pada daerah tersebut. Lebam mayat berwarna
merah terang. Sebagai hasil dari pembekuan OxyHb.
18
Cutis Anserina (fenomena goosefles-kulit angsa), hal ini merupakan
spasme otot erektor villi yang disebabkan rigor mortis. Gambaran ini dapat
ditentukan pada mayat yang tidak tenggelam.
19
paru dan terkocok oleh karena adanya upaya pernafasan yang hebat. Busa
dapat meluas sampai trakea, bronkus utama dan alveoli. Paru-paru akan
terisi air dan cairan busa akan menetes dari bronkus ketika paru-paru di
tekan dan dari potongan permukaan paru ketika dipotong dengan pisau.
Busa halus putih yang berbentuk jamur (mushroom-like mass) tampak
pada mulut atau hidung atau keduanya, pembusukan akan merusak busa
tersebut dan terbentuknya pseudofoam yang berwarna kemerahan yang
berasal dari darah dan gas pembusukan. Sedangkan pada busa yang
terbentuk akibat keracunan, biasanya busa dihasilkan oleh hipersalivasi
kelenjar yang berbentuk busa yang biasanya sedikit lebih cair dari busa
akibat tenggelam.
Cadaveric spasme, ini secara relatif lebih sering terjadi dan merupakan
reaksi intravital. Sebagaimana sering terdapat benda-banda, seperti rumput
laut, dahan dan batu yang tergenggam. Ini menunjukkan bahwa waktu
korban mati, berusaha mencari pegangan lalu terjadi kaku mayat.
Luka-luka pada daerah wajah, tangan dan tungkai bagian depan dapat
terjadi akibat persentuhan korban dengan dasar sungai atau terkena benda-
benda disekitarnya. Luka-luka tersebut seringkali mengeluarkan darah,
sehingga tidak jarang korban dianiaya sebelum ditenggelamkan.4
Pada temperatur rata – rata, hal – hal berikut dapat dipakai untuk menentukan
berapa lama tubuh sudah terendam:
Jika tidak ada kerutan pada jari, telapak tangan maka baru beberapa
jam.
Jika tampak pengerutan jari, telapak tangan dan kaki, antara
setengah hari sampai tiga hari.
Tanda pembusukan awal, sering pada kepala, leher, abdomen dan
kaki 4 – 10 hari.
20
Pembengkakan wajah dan abdomen, dengan vena yang terlihat
jelas dan terkelupasnya epidermis pada tangan, kaki dan kulit
kepala : 2 – 4 minggu.
Terkelupasnya kulit secara menyeluruh, otot dengan tulang –
tulang yang terlihat, tampak sebagian telah saponifikasi : 1 – 2
bulan
Saluran napas (trakea dan bronkus) ditemukan adanya buih/busa halus dan
benda asing (pasir, tumbuh – tumbuhan air). Buih tersebut berupa
campuran antara eksudat protein dan surfaktan yang bercampur dengan
cairan tempat tenggelam. Biasa berwarna putih, sampai merah muda dan
kemerahankarena bercampur dengan darah.
Paru-paru tampak membesar, memenuhi seluruh rongga paru-paru
sehingga tampak impresi dari iga-iga pada paru-parunya. Oleh karena
pembesaran paru-paru akibat kemasukan air, maka pada perabaan akan
terasa crepitasi oleh karena air. Edema dan kongesti paru-paru dapat
sangat hebat dimana bila berat paru-paru normal adalah 200-300gr,
sekarang bisa mencapai lebih dari 1 kilogram. Dalam saluran pernafasan
yang besar seperti trakea, bronkus, dan bronkhioli, dapat ditemukan
benda-baenda asing, tampak secara makroskopik misalnya tumbuhan air,
pasir, lumpur, dsb. Tampak secara mikroskopik diantaranyaa telur cacing
dan diatome (ganggang kersik).
Pleura dapat berwarna kemerahan dan pada daerah subpleural mungkin
terdapat petechie-petechie, tapi dengan adanya air yang masuk maka hal
ini tidak lagi berupa titik-titik (karena terjadi hemolisa) melainkan berupa
bercak-bercak dan bercak-bercak ini disebut bercak-bercak paltauf, yang
berwarna biru kemerahan.4
Pada pemeriksaan lambung sering ditemukan pasir, hidupan akuatik dan
juga batuan silt akibat daripada air yang tertelan saat terjadi tenggelam.
Ada beberapa ahli patologis berpendapat bahwa air bias masuk secara
21
pasif ke dalam lambung akibat daripada turbulansi air berbanding air yang
masuk secara aktif ketika terjadi tenggelam. Manakala beberapa ahli
patologis yang lain pula berpendapat bahwa relaksasi sphincter
gastrophageal lambung yang terjadi pada postmorterm menyebabkan air
masuk ke lambung dan mengisi ruangan lambung. Oleh kerana itu, air di
didalam lambung tidak bisa digunakan sebagai satu tanda tenggelam.
Otak, ginjal, hati dan limpa mengalami pembendungan.
Bila terjadi hemolisis maka akan terjadi bercak hemolisis pada dinding
aorta.
Petekie sedikit sekali karena kapiler terjepit di antara septum interalveolar.
Mungkin terdapat bercak – bercak perdarahan yang disebut bercak Paltauf
akibat robeknya penyekat alveoli (Polsin). Petekie subpleural dan bula
emfisema jarang terdapat dan ini bukan merupakan tanda khas tenggelam
tetapi mungkin disebabkan oleh usaha respirasi.
Pemeriksaan diatome
Umumnya diatome dikenal sebagai ganggang yang hidup di dalam
air. Setiap jenis air memiliki keanekaragaman diatome tersendiri. Diatome
merupakan organisme mikroskopik algae uniseluler yang autotropik di
alam dan memiliki berbagai macam jenis yang dapat ditemukan di air laut
dan air tawar . Diatome ini memiliki tulang silica berbentuk dua valve.
Pada diatome kelas Bacillariophyceae terbagi atas dua bagian
yaitu,central dan Pennales atas dasar kesimetritannya. Ada sekitar 10,000
jenis dan 174 jenis diatom, mempunyai ukuran dan bentuk berbeda
berkisar antara 1 ke 500 µm. Diatoms biasanya ditemukan di dalam air
seperti kolam, danau, sungai, kanal dan lain lain, akan tetapi
konsentrasinya dapat tinggi atau rendah di dalam air tertentu, tergantung
pada musim. Berdasarkan karakteristik lain yaitu kedalaman air tidak
didapatkan bukti adanya pertumbuhan diatom di bawah 100m.11,17
22
Pada saat tenggelam berlangsung, diatom masuk ke rongga paru-
paru seseorang yang terbuka ketika air terisap, dan air yang masuk
menekan rongga paru-paru dan memecahkan alveoli. Melalui alveoli yang
pecah diatoms dapat masuk ke jantung, hati, ginjal, sumsum tulang dan
otak. Pada diameter dan ketebalan alveoli paru-paru diketahui sangat kecil
akan tetapi tidak mustahil semua diatom-diatom dapat masuk ke dalam
organ dan rongga paru-paru dimana dapat menembus melalui jaringan
kapiler ini disebut “ Drowning Associated Diatoms” (DAD).11,17
Analisa diatom yang berada di paru-paru, hati, limpa, sumsum
tulang dan darah selama bertahun-tahun dilakukan sebagai tes konfirmasi
di dalam kasus tenggelam. Meskipun, tes pada diatom menjadi kontraversi
sejak beberapa kasus menghasilkan negatif yang salah dan positif yang
salah didokumentasikan. Analisa diatom yang saksama merupakan suatu
yang dapat menentukan ya atau tidaknya kematian terjadi akibat
tenggelam. Sebelum hasil diagnosa kematian dengan korban tenggelam
haruslah diketahui morfologi dan morphometric suatu diatom dari korban
tenggelam sebab penetrasi suatu diatom di kapiler paru-paru tergantung
atas kepadatan dan ukuran diatom tersebut.11,17
Pada forensik investigasi, dalam memecahkan kasus tenggelam,
salah satu hal termudah mendeteksi adanya diatom pada viscera tubuh
yang tenggelam, Pada kasus tenggelam ante mortem maka didapatkan
diatom pada putative drowning medium. Untuk mencari diatome, paru-
paru harus didestruksi dahulu dengan asam sulfat dan asam nitrat,
kemudian disentrifuse dan endapannya dilihat dibawah mikroskop. Paru-
paru, hati, ginjal, dan bone marrow telah di analisa dan kesimpulan telah
diambil berdasarkan ditemukannya atau tidak ditemukannnya organisme
ini. Saat ini penggunaan analisa diatome cenderung digunakan pada sistem
yang tertutup seperti sumsum tulang femur atau kapsul ginjal dari tubuh
yang belum membusuk. Diagnosis pada kasus tenggelam dari analisa
diatome harusnya positif tenggelam bila ditemukan diatom minimal diatas
20 diatom / 100 ul lapangan pandang kecil (terdiri atas 10 cm dari sample
23
paru-paru) dan 50 diatom dari beberapa organ, selanjutnya sebaiknya
diatom yang ditemukan harusnya cocok dari sumsum tulang dan tempat
dimana tenggelam, ini merupakan bukti yang kuat yang dapat mendukung
dan dapat menyimpulkan seseorang tenggelam pada saat masih hidup atau
tidak. Pada beberapa literature telah berusaha untuk mengembangkan
beberapa informasi penting tentang tipe diatom yang spesifik, dimana
umumnya masuk pada bermacam organ dalam tubuh seorang yang
tenggelam.11,17
Prinsip umum pemeriksaan diatom14 :
24
Tenggelam di air laut ditemukan Fragilaria, Synedra, Coscinodiscus,
Actinoptychus undulates, Thalassiothrix sp., Diploneis splendida,
Navicula dan lainnya pada paru-paru tubuh. Campylodiscus noricus,
C. echenels pada dasar laut, Actinocyclus ehrenbergii and
Achnanthes taeniata pada air laut yang dalam.
Coscinodiscus sp.
25
Melosira sp. (Auxospores) Amphiprova sp
Tenggelam pada air tawar seperti kolam, danau, sungai dan kanal
ditemukan Navicula pupula, N. cryptocephara, N. graciloides, N.
meniscus, N. bacillum, N. radiosa, N. simplex, N. pusilla, Pinnularia
mesolepta, P. gibba, P. braunii, Nitzscia mesplepta, Mastoglia
smithioi, Cymbella cistula, Camera lucida, Cymbella cymbiformis
Cocconeis diminuta dan banyak spesies diatome lainya ditemukan
pada air tawar. Pinnularia borealis ditemukan pada air tawar yang
dingin, Pinnularia capsoleta ditemukan pada air tawar yang dangkal.
Selama proses monitor air sungai yang berterusan didapatkan adanya
diatom pada air dan tisu sel yang mana diatom yang paling sering
ditemukan adalah Navicula, Diatoma, Nitzschia, Stephanodicus,
Fragilaria, Gomphonema, Gyrosigma, Melosira, Achnanthes,
Amphora, Cocconeis, Cyclotella, dan Cymbella.
26
Anomoeneis sp.
Surirella sp.
27
Pada penelitian yang lebih lanjut tentang morfologi dan kehidupan diatom
yang berbeda pada beberapa macam air di daerah yang spesifik dapat juga
membantu lebih baik memecahkan kasus tenggelam.. adanya diatome
pada kasus tenggelam ante-mortem tergantung pada tipe, ukuran dan
densitas diatom yang dilihat pada medium putative tenggelam. Tidak dapat
disangkal bahwa diatom-diatom kecil seperti (Diatoma, Cyclotella,
Epithemia dll.) mempunyai peluang yang lebih tinggi untuk memasuki
organ tubuh berbanding diatom dengan ukuran yang lebih besar (Synedra)
yang mana bisa juga ditemukan di dalam organ tubuh jika mereka
mempunyai kemampuan untuk berfragmentasi yang cukup. Diatom yang
sering dijumpai pada organ tubuh pada kasus tenggelam adalah Navicula,
Nitzschia, Synedra ulna, Achnanthidium dan Cyclotella karena banyak
terdapat di air dan ukurannya yang optimum.11,19
Gettler Chloride
Sejumlah tes telah dikembangkan dalam beberapa tahun untuk
menentukan korban tenggelam. Yang paling terkenal ialah tes Gettler
28
chloride, dimana darah dianalisa dari sisi kanan dan kiri jantung dengan
kiraan perbedaan 25mg/100ml antara jantung kiri dan kanan dikira
signifikan. Jika level chloride kurang pada sisi kanan daripada sisi kiri,
korban disangka telah tenggelam dalam air garam. Jika lebih tinggi pada
sisi kanan jantung daripada sisi kiri, maka diperkirakan korban tenggelam
dalam air tawar. Perbedaan kadar elktrolit lebih dari 10% dapat
menyokong diagnosis, walaupun secara tersendiri kurang bermakna. Tes
ini baru dianggap reliabel jika dilakukan dalam 24 jam setelah kematian.
Berat jenis :
a. Dengan CuSO4 = normalnya 1,059 (1,059-1,060)
b. Air tawar = 1,055
c. Air laut = 1,065
Tes juga dilakukan untuk elemen lain pada darah, seperti membandingkan
grafitasi spesifik darah pada kanan dan kiri atrium. Semua tes yang telah
disebut di atas tidak pasti dan tidak mendukung dalam menyimpulkan
tenggelam.7
Tes Durlacher digunakan untuk menentukan perbedaan dari berat jenis
jantung kiri lebih tinggi dibandingkan dengan jantung kanan, maka dapat
diasumsikan bahwa korban meninggal akibat tenggelam.16
29
DAFTAR PUSTAKA
30
12. Idries, Abdul Mun’im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi:
Tenggelam, Binarupa Aksara. Hal. 177-190.
13. Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 1997.
14. Sauko P, Bernard K. 2004. Knight’s Forensic Pathology, 3nd Ed. London:
Oxford University Press, 393-398.
15. Shepherd R. 2003. Simpson’s Forensik Medicine, 12nd Ed. Oxford
University Press, 104-106.
16. Abraham S, Arif Rahman S, Bambang PN, Gatot S, Intarniati, Pranarka, et
al. 2009. Tanya Jawab Ilmu Kedokteran Forensik. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 16-24.
17. Wilianto W. Pemeriksaan Diatom pada Korban Diduga Tenggelam
(Review). Jurnal Kedokteran Forensik Indonesia 2012; 14(3): 39-46
18. Erica J. Armstrong, Kevin L. Erskine. 2018. Investigation of Drowning
Death: A Practical Review, Academic Forensic Pathology, 1925-3621.
19. Singh R, Kumar M, ell. 2015. “Drowning Associated Diatoms”.
Departement of Forensic Science Punjabi University.
20. Onyekwelu E. Drowning and Near Drowning. Internet Journal of Health.
2008; 8(2).
31