PENDAHULUAN
2.1. DEFINISI
Tenggelam didefinisikan sebagai kematian akibat asfiksia dalam 24 jam terendam
(submersion) di dalam air.(1) Dimana bila pada asfiksia yang lain tidak terjadi perubahan
elektrolit dalam darah, sedangkan pada tenggelam perubahan tersebut ada; baik tenggelam
dalam air tawar (fresh water drowning) maupun tenggelam dalam air asin (salt water
drowning).(234) Definisi terbaru yang diadaptasi Badan Kesehatan Dunia (World Health
Organization) pada tahun 2002, tenggelam didefinisikan sebagai suatu proses terjadinya
gangguan pernafasan akibat terendam (submersion) atau terbenam (immersion) di dalam
cairan.(5)
2.2. EPIDEMIOLOGI
Tahun 2012 terdapat sekitar 327.000 orang meninggal dikarenakan tenggelam.
Menurut survei WHO yang terakhir terjadi peningkatan 39 – 50% angka kematian akibat
tenggelam di negara – negara maju seperti Amerika serikat, Australia dan Finlandia, dan
peningkatan lima kali lipat lebih besar di negara negara miskin dan berkembang. Kasus
kematian dikarenakan tenggelam terjadi lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan
dengan setengah dari korban tenggelam adalah mereka yang berusia di bawah 25 tahun.5 Kasus
yang dilaporkan lebih banyak laki‐laki, karena lebih sering kontak dengan laut tanpa
didampingi rekan, ataupun dalam keadaan dibawah pengaruh alkohol saat berenang,
menyelam, dan berselancar.13 Data resmi angka kematian mengelompokkan kasus kematian
tenggelam yang di akibatkan bunuh diri dan tenggelam karena bencana banjir, dan insiden
transportasi lautan.5
Berdasarkan studi epidemiologi, tenggelam hampir selalu menempati sepuluh besar
penyebab kematian di seluruh penjuru dunia pada usia 1 – 24 tahun.5
Di Indonesia belum tersedia data insiden dan prevalensi pasti tentang kasus tenggelam
sehingga sangat disayangkan karena pelaporan kasus tenggelam yang baik juga penting untuk
meningkatkan pengetahuan dasar, stratifikasi epidemiologi, dan penanganan yang sesuai untuk
korban tenggelam, dan pada akhirnya menyelamatkan jiwa.7
Angka kematian yang tinggi akibat tenggelam juga diikuti dengan biaya yang tinggi
seperti pada negara maju, korban tenggelam yang bertahan hidup tapi mengalami cedera otak
berat dapat menyebabkan kelumpuhan sehingga tingginya biaya perawatan. Pada waktu yang
sama di negara miskin dan berkembang, kurangnya sarana dan pelayanan medis berarti korban
tenggelam yang selamat dengan kecacatan biasanya tidak dapat hidup lama.5
2.3. KLASIFIKASI
Tenggelam secara garis besar diklasifikan menjadi dua, yaitu Typical Drowning (wet
drowning) yang ditandai dengan adanya hambatan pada saluran napas dan paru karena cairan
yang masuk ke dalam tubuh. Cairan ini masuk ke saluran pernapasan setelah korban tenggelam,
sedangkan Atypical Drowning ditandai dengan sedikitnya atau bahkan tidak ada cairan dalam
saluran napas sehingga pada otopsi tidak ditemukan tanda khas untuk menegakkan kasus
diagnosis kematiannya jadi di perlukan juga untuk tetap melakukan pemeriksaan luar dan
penelusuran keadaan korban sebelum meninggal serta riwayat penyakit dahulu.4
Pada klasifikasi Atypical drowning dibedakan menjadi :
Dry Drowning Tenggelam di Air Immersion Secondary
Dangkal syndrome (vagal drowning
inhibition)
Cara kematian
Peristiwa tenggelam dapat terjadi karena:
1. Kecelakaan
Sering terjadi karena korban jatuh ke laut, danau, sungai dan juga kolam renang.
2. Bunuh diri
Peristiwa ini terjadi dengan menjatuhkan diri ke dalam air. Terkadang tubuh pelaku
diikat dengan benda pemberat agar tubuhnya dapat tenggelam.
3. Pembunuhan
Ada banyak cara yang dapat digunakan, misalkan melempar korban ke laut dengan
diikat pada pemberat atatupun dengan memasukkan kepala korban ke bak berisi air.
Dari segi patologik sulit dibedakan antara bunuh diri dan pembunuhan. Pemeriksaan
pada tempat kejadian sangat membantu. Jika memang benar pembunuhan, maka masih
perlu diteliti apakah korban ditenggelamkan saat masih hidup atau sudah mati.
Pada pemeriksaan mayat tenggelam, hal penting yang perlu ditentukan pada
pemeriksaan adalah :
1. Menentukan indentitas korban
Identitas korban ditentukan dengan memeriksa antara lain:
Pakaian dan benda milik korban
Warna dan distribusi rambut serta identitas lain
Kelainan atau deformitas dan jaringan parut
Sidik jari
Pemeriksaan gigi
Teknik identifikasi lain
2. Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam.
Pada mayat yang masih segar, untuk menentukan apakah korban masih hidup atau
sudah meninggal saat tenggelam dapat diketahui dari pemeriksaan:
Metode yang memuaskan untuk menentukan apakah orang masih hidup
waktu tenggelam ialah pemeriksaan diatom.
Untuk membantu menentukan diagnosis, dapat dibandingkan kadar
elektrolit magnesium darah dari bilik jantung kiri dan kanan.
Benda asing dalam paru dan saluran napas mempunyai nilai yang
menentukan pada mayat yang terbenam selama beberapa waktu dan
mulai membusuk. Demikian pula dengan isi lambung dan usus.
Pada mayat yang segar, adanya air dalam lambung dan alveoli yang
secara fisik dan kimia sifatnya sama dengan air tempat korban
tenggelam mempunyai nilai yang bermakna.
Dengan ditemukannya kadar alkohol tinggi dapat menjelaskan bahwa
korban sedang dalam keracunan alkohol pada saat masuk ke dalam air.
3. Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis tenggelam
Pada mayat yang segar, gambaran postmortem dapat menunjukkan tipe
tenggelam dan juga penyebab kematian lain seperti penyakit, keracunan dan
kekerasan lain. Pada kecelakaan di kolam renang benturan antemortem pada
tubuh bagian atas, misal memar pada muka, perlukaan pada vertebra servikalis
dan medula spinalis dapat ditemukan.
Faktor – faktor yang berperan pada proses kematian, misalnya kekerasan, alkohol atau
obat –obatan dapat ditemukan pada pemeriksaan luar atau bedah jenazah.
Bila korban masih hidup pada waktu masuk ke air, maka perlu
ditentukan apakah kematian disebabkan karena air masuk ke dalam
saluran pernapasan. Pada immersion, kematian terjadi dengan cepat, hal
ini bisa disebabkan oleh sudden cardiac arrest yang terjadi pada saat
cairan melalui saluran pernapasan bagian atas.
Bila tidak ditemukan air pada paru – paru dan lambung, berarti kematian
terjadi seketika akibat spasme glotis, yang menyebabkan cairan tidak
dapat masuk.
Korban tenggelam akan menelan air dalam jumlah yang makin lama makin banyak dan
kemudian menjadi tidak sadar dalam waktu 2 – 12 menit (fatal period).
Pembusukan sering tampak dan berlangsung dalam proses yang lebih cepat pada mayat
tenggelam, kulit berwarna kehijauan atau merah gelap. Pada pembusukan lanjut tampak
gelembung-gelembung pembusukan. Hal ini bukan merupakan tanda yang tidak
spesifik sebab dapat juga di dapatkan pada mayat yang tidak tenggelam.10,1,11
Cutis Anserina (fenomena goose flesh-kulit angsa), merupakan reaksi intravital, jika
kedinginan, maka muskulus erektor pili akan berkontraksi dan pori-pori tampak lebih
jelas. Kutis anserina biasanya ditemukan pada kulit anterior tubuh terutama
ekstremitas. Gambaran seperti kutis anserina dapat juga terjadi karena rigor mortis pada
otot tersebut.1,11,12
Gambar 5. Cutis Anserina
Washerwoman hand appearance. penenggelaman yang lama dapat menyebabkan
pemutihan dan kulit yang keriput pada kulit. Biasanya ditemukan pada telapak tangan
dan kaki (tampak 1 jam setelah terbenam dalam air hangat). Tanda ini tidak
patognomomik karena mayat yang lama dibuang ke dalam air akan mengalami keriput
juga.10,1,11
Gambar 6. Gambaran washerwoman hand yang disebabkan oleh pembenaman yang lama
dalam air
Schaumfilz froth. Busa tampak pada mulut atau hidung atau keduanya. Masuknya
cairan kedalam saluran pernafasan merangsang terbentuknya mukus, substansi ini
ketika bercampur dengan air dan surfaktan dari paru-paru dan terkocok oleh karena
adanya upaya pernafasan yang hebat. Busa dapat meluas sampai trakea, bronkus utama
dan alveoli. Paru-paru akan terisi air dan cairan busa akan menetes dari bronkus ketika
paru-paru di tekan dan dari potongan permukaan paru ketika dipotong dengan pisau.
Busa halus putih yang berbentuk jamur (mushroom-like mass) tampak pada mulut atau
hidung atau keduanya, pembusukan akan merusak busa tersebut dan terbentuknya
pseudofoam yang berwarna kemerahan yang berasal dari darah dan gas pembusukan.
Sedangkan pada busa yang terbentuk akibat keracunan, biasanya busa dihasilkan oleh
hipersalivasi kelenjar yang berbentuk busa yang biasanya sedikit lebih cair dari busa
akibat tenggelam.10,11,12
Telah banyak tes yang dikembangkan dalam beberapa tahun untuk terakhir dalam
menentukan penyebab kematian dari korban tenggelam. Yang paling terkenal ialah tes
Gettler chloride, darah dianalisa dari sisi kanan dan kiri jantung dengan perkiraan
perbedaan 25mg/100ml antara jantung kiri dan kanan barulah dikatakan signifikan. Jika
lebih tinggi pada sisi kanan jantung daripada sisi kiri, maka diperkirakan korban tenggelam
dalam air tawar. Jika level chloride kurang pada sisi kanan daripada sisi kiri, korban
disangka telah tenggelam dalam air asin. Perbedaan kadar elktrolit apabila lebih dari 10%
dapat menunjang suatu diagnosis, walaupun terkadang kurang bermakna. Tes ini
dilakukan dalam 24 jam setelah kematian agar dianggap reliabel.
Berat jenis :
3. Pemeriksaan Diatome
Ganggang yang hidup di dalam air bisanya kita kenal dengan Diatom. Setiap
jenis air memiliki berbagai variasi diatomenya tersendiri. Diatome merupakan
organisme mikroskopik algae uniseluler yang autotropik di alam dan memiliki
berbagai macam jenis yang dapat ditemukan di air laut dan air tawar . Diatome ini
memiliki tulang silica berbentuk dua valve. Pada diatome kelas Bacillariophyceae
terbagi atas dua bagian yaitu,central dan Pennales atas dasar kesimetritannya. Ada
sekitar 10,000 jenis dan 174 jenis diatom, mempunyai ukuran dan bentuk berbeda
berkisar antara 1 ke 500 µm. Diatoms biasanya ditemukan di dalam air seperti kolam,
danau, sungai, kanal dan lain lain, akan tetapi konsentrasinya dapat tinggi atau rendah
di dalam air tertentu, tergantung pada musim. Berdasarkan karakteristik lain yaitu
kedalaman air tidak didapatkan bukti adanya pertumbuhan diatom di bawah 100m.9
Analisa diatom merupakan tes konfirmasi di dalam kasus tenggelam yang telah
dilakukan selama bertahun tahun. Meskipun, tes pada diatom menjadi kontraversi sejak
beberapa tahun, kasus yang menghasilkan negatif yang salah dan positif yang salah
dapat di temui dalam beberapa kasus. Analisa diatom yang saksama merupakan suatu
yang dapat menentukan ya atau tidaknya kematian terjadi akibat tenggelam. Sebelum
hasil diagnosa kematian dengan korban tenggelam haruslah diketahui morfologi dan
morphometric suatu diatom dari korban tenggelam sebab penetrasi suatu diatom di
kapiler paru-paru tergantung atas kepadatan dan ukuran diatom tersebut.9
Pada forensik investigasi, dalam memecahkan kasus tenggelam, salah satu hal
termudah mendeteksi adanya diatom pada viscera tubuh yang tenggelam. Pada kasus
tenggelam ante mortem maka didapatkan diatom pada putative drowning medium.
Untuk mencari diatome, paru-paru harus didestruksi dahulu dengan asam sulfat dan
asam nitrat, kemudian disentrifuse dan endapannya dilihat dibawah mikroskop. Paru-
paru, hati, ginjal, dan bone marrow telah di analisa dan kesimpulan telah diambil
berdasarkan ditemukannya atau tidak ditemukannnya organisme ini. Saat ini
penggunaan analisa diatome cenderung digunakan pada sistem yang tertutup seperti
sumsum tulang femur atau kapsul ginjal dari tubuh yang belum membusuk. Diagnosis
pada kasus tenggelam dari analisa diatome harusnya positif tenggelam bila ditemukan
diatom minimal diatas 20 diatom / 100 ul lapangan pandang kecil (terdiri atas 10 cm
dari sample paru-paru) dan 50 diatom dari beberapa organ, selanjutnya sebaiknya
diatom yang ditemukan harusnya cocok dari sumsum tulang dan tempat dimana
tenggelam, ini merupakan bukti yang kuat yang dapat mendukung dan dapat
menyimpulkan seseorang tenggelam pada saat masih hidup atau tidak. Pada beberapa
literature telah berusaha untuk mengembangkan beberapa informasi penting tentang
tipe diatom yang spesifik, dimana umumnya masuk pada bermacam organ dalam tubuh
seorang yang tenggelam.9
Sample air dari putative drowning memiliki beberapa ragam spesies diatom
yang berhubungan dengan tubuh korban yang tenggelam.
Tenggelam pada air tawar seperti kolam, danau, sungai dan kanal ditemukan
Navicula pupula, N. cryptocephara, N. graciloides, N. meniscus, N. bacillum, N.
radiosa, N. simplex, N. pusilla, Pinnularia mesolepta, P. gibba, P. braunii,
Nitzscia mesplepta, Mastoglia smithioi, Cymbella cistula, Camera lucida,
Cymbella cymbiformis Cocconeis diminuta dan banyak spesies diatome lainya
ditemukan pada air tawar. Pinnularia borealis ditemukan pada air tawar yang
dingin, Pinnularia capsoleta ditemukan pada air tawar yang dangkal. Selama
proses monitor air sungai yang berterusan didapatkan adanya diatom pada air dan
tisu sel yang mana diatom yang paling sering ditemukan adalah Navicula, Diatoma,
Nitzschia, Stephanodicus, Fragilaria, Gomphonema, Gyrosigma, Melosira,
Achnanthes, Amphora, Cocconeis, Cyclotella,an Cymbella.
Surirella sp.
4. Pemeriksaan DNA
Metode lain yang dapat digunakan dalam pengidentifikasian diatom adalah
dengan amplifikasi DNA ataupun RNA. Diatom pada jaringan manusia, analisa
mikroskopis pada bagian jaringan, kultur diatom pada media, dan
spectrofluophotometry digunakan untuk menghitung klorofil dari plankton di paru-
paru. Metode pendeteksi diatom di darah dapat observasi secara langsung diatom pada
membrane filter, setelah darah dihemolisa menggunakan sodium dodecyl sulfate, atau
dengan metode hemolisa kombinasi, 5 mm pori membrane filter. Dicampur dengan
asam nitrat, dan disaring ulang. Setelah pencampuran selesai diatom dapat diisolasi
dengan metode sentrifuse atau membrane filtration. Siklus sentrifuse
mengkonsentrasikan diatom dan menyingkirkan semua sisa asam dengan pencucian
berulang, supernatant diganti tiap beberapa kali dengan air distilled.
BAB III
KESIMPULAN
Tenggelam (drowning) adalah kematian yang disebabkan oleh aspirasi cairan ke dalam
pernapasan akibat terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan, sedangkan
hampir tenggelam (near drowning) adalah keadaan gangguan fisiologi tubuh akibat tenggelam,
tetapi tidak terjadi kematian.
Mekanisme kematian pada korban tenggelam dapat berupa asfiksia akibat spasme
laring, asfiksia karena gagging dan choking, refleks vagal, fibrilasi ventrikel (air tawar), dan
edema pulmoner (dalam air asin).
Pada peristiwa tenggelam di air tawar, terjadi hemolisis dan hemodilusi sehingga
menyebabkan hiperkalemia. Kematian terjadi karena fibrilasi ventrikel dan penurunan tekanan
darah, yang kemudian menyebabkan timbulnya kematian akibat anoksia serebri. Kematian
terjadi dalam waktu 5 menit.
1. Bell MD. Drowning. In: Dolinak D, Matshes E, Lew E, editors. Forensic Pathology:
Principles and Practice. Burlington: Elsevier Academic Press; 2005. p. 228-37.
2. Willianto W. Pemeriksaan Diatom pada korban diduga tenggelam (review). Jurnal
kedokteran forensic Indonesia. 2012; Vol. 14, No.3
4. DiMaio VJ, DiMaio D. Death by Drowning. Forensic Pathology. USA: CRC Press;
2001. p. 396-404.
5. Szpilman D, Bierens JJLM, Handley AJ, Orlowski JP. Current Concepts: Drowning.
The New England Journal of Medicine. 2012;366(22):2102-10.
9. Dr. Mukesh Kumar Thakar, Deepali Luthra, Rajvinder Singh. A Fluorocent Survey of
Diatome Distribution Patterns In Some Small Water Bodies (Lakes And Saravars), J
Punjab Acad Forensic Med Toxicol 2011;11(2): 81-86.
10. Knight Bernard. Simpson's Forensic Medicine. 11th Ed. London: Oxford University
Press, Inc. 2001. Page 96-99.
12. Bardale R. Section 15: Violent Asphyxia Drowning in Principle of Forensic Medicine
& Toxicology. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd. 2011. Page 304 —
313.
13. Ilyana, Nur. Pemeriksaan getah paru korban tenggelam yang di autopsy di RSUP
Sanglah Periode Januari 2010-November 2014. ISM, Vol. 2 No.1, Januari-April.
2014. Hal 9-12.