DISUSUN OLEH :
KELAS 3.2 /D-III KEPERAWATAN
2. Etiologi
Penyebab tenggelam adalah sebagai berikut :
1. Tidak bisa berenang
2. Kelelahan dan kehabisan tenaga
3. Kehilangan kontrol dan terjatuh ke dalam air yang lebih dalam dan
panik
4. Perahu atau kapal tenggelam
5. Terperangkap atau terjerat di dalam air
6. Dibawah pengaruh obat obatan terlarang atau meminum alkohol
sewaktu berenang, atau di atas kapal
7. Kejang
8. Hypothermia
9. Trauma
10. Kecelakaan sewaktu menyelam
11. Meninggalkan anak anak ditepi air
12. Terjatuh pada lapisan es tipis
13. Bunuh diri
Meurut Levin,dkk. (2009) terdpat banyak penyebab tenggelam antara
lain adalah
a. Tergaggunya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan
b. Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera atau kelelahan.
c. Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang.
3. Manifestasi Klinis
Tenggelam adalah silent killer. Seseorang yang tenggelam mungkin
tidak dapat berteriak minta pertolongan karena korban menghabiskan
energi mereka untuk berusaha tetap bernapas dan menjaga kepala mereka
tetap berada di atas air. Saat air mulai masuk ke traktus respiratorius,
dapat terjadi spasme jalan napas (airway) sehingga korban tidak dapat
berteriak minta pertolongan (emedicinehealth.com, 2010).
4. Klasifikasi
a. Berdasarkan Kondisi Paru-Paru Korban
1) Typical Drawning
Keadaan dimana cairan masuk ke dalam saluran pernapasan
korban saat korban tenggelam.
2) Atypical Drawning
a) Dry Drowning
Keadaan dimana hanya sedikit bahkan tidak ada cairan
yang masuk ke dalam saluran pernapasan.
b) Immersion Syndrom
Terjadi terutama pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke
dalam air dingin ( suhu < 20°C ) yang menyebabkan
terpicunya reflex vagal yang menyebabkan apneu,
bradikardia, dan vasokonstriksi dari pembuluh darah
kapiler dan menyebabkan terhentinya aliran darah koroner
dan sirkulasi serebaral.
c) Submersion of the Unconscious
Sering terjadi pada korban yang menderita epilepsy atau
penyakit jantung khususnya coronary atheroma, hipertensi
atau peminum yang mengalami trauma kepala saat masuk
ke air .
d) Delayed Dead
Keadaan dimana seorang korban masih hidup setelah
lebih dari 24 jam setelah diselamatkan dari suatu episode
tenggelam.
b. Berdasarkan Kondisi Kejadian
1) Tenggelam (Drowning)
Suatu keadaan dimana penderita akan meneguk air dalam
jumlah yang banyak sehingga air masuk ke dalam saluran
pernapasan dan saluran nafas atas tepatnya bagian apiglotis akan
mengalami spasme yang mengakibatkan saluran nafas menjadi
tertutup serta hanya dapat dilalui oleh udara yang sangat sedikit.
2) Hampir Tenggelam (Near Drowning)
Suatu keadaan dimana penderita masih bernafas dan
membatukkan air keluar.
5. Patofisiologi
Ketika terbenam ke dalam air atau media cair lainnya, korban yang
sadar akan menahan nafas dan mungkin meronta untuk menyelamatkan diri
atau bahkan panik. Kemudian dorongan untuk bernafas (“air hunger”) akan
menyebabkan terjadinya inspirasi spontan terengah-engah. Hal ini akan
mengakibatkan terjadinya aspirasi cairan yang dapat menghalangi jalan
nafas korban sehingga dapat menghambat korban untuk bernafas, kemudian
akan diikuti oleh kejang dan kematian oleh karena hipoksemia. Proses ini
dikenal juga dengan wet drowning.
Pada beberapa kejadian korban tidak meminum air, melainkan terjadi
spasme laring yang juga dapat mengakibatkan terjadi hipoksemia dan
kematian yang dikenal dengan istilah dry drowning.
Meskipun aspirasi air tawar dan air laut pada dasarnya menimbulkan
perubahan yang berlawanan dalam volume darah dan elektrolit, hanya
sebagian kecil korban yang meminum air dalam jumlah yang cukup dari
kedua jenis cairan tersebut dapat menyebabkan efek yang signifikan secara
klinis. Namun, aspirasi sejumlah cairan, baik itu air tawar maupun air laut,
dapat menyebabkan adanya kerusakan pulmonal yang dapat mengakibatkan
edema paru non-kardiogenik. Cedera paru yang terjadi dapat diperburuk
oleh adanya kontaminan di dalam air seperti bakteri, material kecil, berbagai
bahan kimia dan muntahan. Hipoksia serebral juga dapat menyebabkan
edema paru non-kardiogenik.
Sebagian besar pasien akan menjadi acidemic. Pada awalnya, hal ini
lebih berkaitan dengan hipoventilasi dibandingkan lactic acidosis akibat
adanya penurunan perfusi jaringan. Abnormalitas elektrolit jarang
memerlukan penanganan pada korban near drowning dan biasanya bersifat
sementara kecuali bila terdapat cedera ginjal yang signifikan oleh karena
hipoksia, hemoglobinuria atau myoglobinuria.
Faktor terpenting yang menentukan efek dari kejadian tenggelam
adalah durasi dan tingkat keparahan hipoksia yang ditimbulkan. Sebagian
besar pasien yang tiba di rumah sakit dengan fungsi kardiovaskular dan
neurologis yang masih baik dapat bertahan hidup dengan kecacatan
minimal, sedangkan pada pasien yang tiba dengan fungsi kardiovaskular
yang tidak stabil dan koma akan lebih buruk oleh karena hipoksia dan
iskemia sistem saraf pusat
6. Pathway Tenggelam
Wet
7.drowning Dry drowning
Tubuh pasien basah akibat Jalan napas korban terbenam Penyakit, ketakutan
tenggelam
Bersihan Jalan
Napas Tidak Obstruksi laring Hiperkapnia, hipoksemia, asidosis
Efektif
Air lebih hipotonis dari pada plasma darah Air teraspirasi dalam alveoli
8. Pemeriksaan Penunjang
Pasien dengan drowning harus melakukan X-ray dada dan monitoring
saturasi oksigen.Radiografi dada mungkin menunjukkan perubahan akut,
seperti infiltrasi alveolar bilateral.Selain itu, pemeriksaan sistem saraf pusat,
EKG, dan analisis gas darah juga diperlukan (Elzouki, 2012). Berikut
pemeriksaan diagnostic lainnya yaitu:
a. Laboratorium
b. ABG + oksimetri, methemoglobinemia dan carboxyhemoglobinemia
CBC prothrombin time, partial thromboplastin time, fibrinogen, D-
dimer, fibrin
c. Serum elektrolit, glukosa, laktat, factor koagulasi
d. Liver enzymes :
e. Aspartate aminotransferase dan alanine minotransferase,
f. Renal function tests (BUN, creatinine)
g. Drug screen and ethanol level
h. Continuous pulse oximetry and cardiorespiratory monitoring
i. Cardiac troponin I testing
j. Urinalisis
k. Imaging:
9. Penatalaksanaan Medis
Penanganan korban tenggelam dapat dilakukan dengan cara antara lain :
a. Pindahkan penderita secepat mungkin dari air dengan cara teraman.
b. Bila ada kecurigaan cedera spinal satu penolong mempertahankan
posisi kepala, leher dan tulang punggung dalam satu garis lurus.
Pertimbangkan untuk menggunakan papan spinal dalam air, atau bila
tidak memungkinkan pasanglah sebelum menaikan penderita ke darat.
c. Buka jalan nafas penderita, periksa nafas. Bila tidak ada maka
upayakan untuk memberikan nafas awal secepat mungkin dan berikan
bantuan nafas sepanjang perjalanan.
d. Upayakan wajah penderita menghadap ke atas.
e. Sampai di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan RJP bila perlu.
f. Berikan oksigen bila ada sesuai protokol.
g. Jagalah kehangatan tubuh penderita, ganti pakaian basah dan selimuti.
h. Lakukan pemeriksaan fisik, rawat cedera yang ada.
i. Segera bawa ke fasilitas kesehatan.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Tenggelam
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, usia, jenis kelamin, status, agama, alamat, tanggal MRS,
diagnosa masuk. pendidikan dan pekerjaan
b. Survey Primer dan Resusitasi
1) Airway dan Kontrol Servikal
Keadaan jalan nafas : tingkat kesadaran, pernafasan, upaya
bernafas, benda asing di jalan nafas, bunyi nafas, hembusan
nafas, Bersihan jalan napas klien
2) Breathing
Fungsi pernafasan : jenis pernafasan, frekwensi pernafasan,
retraksi otot bantu nafas, kelainan dinding thoraks (simetris,
perlukaan, jejas trauma), bunyi nafas, hembusan nafas,
kongesti vaskuler pulmonal
Hal yang pertama dan utama dalam menangani korban
tenggelam adalah memberikan ventilasi segera. Inisiasi segera
nafas bantuan dapat meningkatkan peluang hidup korban.
Bantuan pernafasan biasanya diberikan ketika korban yang
tidak responsif berada di air dangkal atau di luar air. Ventilasi
mulut ke hidung dapat digunakan sebagai alternatif ventilasi
mulut ke mulut jika penyelamat mengalami kesulitan dalam
mencubit hidung korban, menyangga kepala korban, dan
membuka jalan nafas di dalam air. Penolong yang tidak terlatih
sebaiknya tidak mencoba memberikan pertolongan ketika
korban masih berada di air yang dalam
3) Circulation
Keadaan sirkulasi : tingkat kesadaran, perdarahan
(internal/eksternal), kapilari refill, nadi radial/carotis, akral
perifer.
a) Bradikardi dapat timbul karena refleks fisiologis saat
berenang di air dingin atau karena hipoksia.
b) Perubahan pada fungsi kardiovaskuler yang terjadi pada
hampir tenggelam sebagian besar akibat perubahan
tekanan parsial oksigen arterial (PaO2) dan gangguan
keseimbangan asam-basa
4) Disability
Pemeriksaan Neurologis: GCS, reflex Pupil, reflex fisiologis,
reflex patologis, kekuatan otot.
c. Pengkajian Sekunder / Survey Sekunder
1) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Dahulu
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah di alami
oleh keluarga,anggota keluarga yang meninggal terutama pada
usia produktif,dan penyebab kematianya..
2) Riwayat dan Mekanisme Trauma
d. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
1) Kepala : Kulit kepala, Mata, Telinga, Hidung, Mulut dan gigi,
Wajah
2) Leher
Tanda : pembesaran tiroid
3) Dada/ thoraks : Keadaan paru-paru dan jantung (inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi)
4) Abdomen (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi) dan Pola
Makan
5) Pelvis (inspeksi dan palpasi)
6) Perineum dan rektum
7) Genitalia
8) Ekstremitas : Status sirkulasi dan Keadaan injury
9) Neurologis : Fungsi sensorik dan motorik
10) Integritas ego
11) Eliminasi
e. Hasil Laboratorium
f. Hasil Pemeriksaan Diagnostik
g. Terapi Dokter
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan supresi reflek
batuk sekunder akibat aspirasi air ke dalam paru ditandai dengan batuk
tidak efektif, wheezing, sputum berlebih, gelisah, sianosis frekuensi dan
pola napas berubah
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan refraktori dan
kebocoran interstitial pulmonal / alveolar pada status cedera kapiler
paru ditandai dengan dyspnea, bunyi napas tambahan, dan pola napas
abnormal
c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan kerja
ventrikel ditandai dengan perubahaan irama jantung yaitu
bradikardia,dan perilaku/emosional gelisah
d. Hipotermia berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan rendah :
tenggelam ditandai dengan kulit teraba dingin, menggigil, suhu tubuh di
bawah nilai normal
3. Intervensi Keperawaan
4. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
5. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhur dalam proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Routine Medical Care Primary And Secondary Survey. San Mateo County
EMS Agency.
Lombardo, M.C. 2006. Cedera Sistem Saraf Pusat. Price, S. A, dan Wilson, L. M.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(edisi 1). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(edisi 1). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia