Anda di halaman 1dari 45

REFERAT

PENDEKATAN DIAGNOSIS DAN


TATALAKSANA ANEMIA
Disusun oleh:
- Erina Febriani Widiastari (1102014085)
- Rita Pantiana (1102014229)

Pembimbing:
dr. Sutiadi, Sp. PD
Definisi Anaemia
Anemia merupakan kondisi dimana menurunnya kadar hemoglobin (Hb) dibawah
normal yang disebabkan banyak faktor seperti defisiensi besi, asam folat, B12,
hemolitik, aplastik atau penyakit sistemik kronik6. Anemia merupakan masalah
medis yang sering dijumpai di seluruh dunia, terutama di negara berkembang.
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity) melainkan
merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying disease)9.

Alwi I, et al. 2017. Penatalaksaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam Panduan Praktik Klinis. Interna Publishing: Jakarta.

Wang, M. 2016. Iron Deficiency and Other Types of Anemia in Infants and Children. Journal AAFP 93(6):275-7.
Tabel 1. Kadar hemoglobin dalam mendiagnosis anemia (WHO)
    Anemia
Population Non-
Ringan Sedang Berat
anemia

Anak-anak umur 6 – 59 >110 g/l 100-109 70-99 <70


bulan
Anak-anak umur 5 – 11 >115 g/l 110-114 80-109 <80
tahun
Anak-anak umur 12 – 24 >120 g/l 110-119 80-109 <80
tahun
Wanita tidak hamil (diatas >120 g/l 110-119 80-109 <80
15 thn)
Wanita hamil >110 g/l 100-109 70-99 <70
Laki-laki (diatas 15 thn) >130 g/l 110-129 80-109 <80

Diakses dari: http://www.who.int/vmnis/indicators/haemoglobin.pdf


Klasifikasi Anemia
Anemia mikrositik (MCV Anemia Normocytic (normal Anemia makrositik (MCV
rendah) MCV) tinggi)
Umum • Acute blood loss • Kelebihan alcohol (kronik)
• Anemia defisiensi besi • Anaemia of renal failure • Defisiensi vitamin B12 dan
(60%) • Anaemia of chronic disorders folat
• Anemia karena penyakit • Haemolytic anaemia • Penggunaan obat-obatan
kronis (20-30%) • Anaemia of liver disease • Hemolisis
• Hemoglobinopati (multifactorial) • Penyakit hati
• Talasemia • Anaemia of endocrine disease • Sindrom myelodysplasic
• Hemoglobin E trait dan • Early iron-deficiency • Penyakit tiroid
penyakit hemoglobin E anaemia • Tidak dapat
Jarang • Mixed iron and vitamin dijelaskan/‘idiopathic’
• Paroxysmal nocturnal B12/folate deficiency (masked Rare
haemoglobinuria megaloblastic anaemia) • Anemia hypoplastic and
• Atransferrinaemia • Structural variant aplastic
• Antibodi terhadap reseptor haemoglobinopathies including
transferrin haemoglobins S, C and D
• Intoksikasi aluminium Rare
• Hypoplastic and aplastic
anaemia

Buku Harrison
Etiology of Anemia???
Anemia Defisiensi Besi Peningkatan kebutuhan besi, kehilangan besi meningkat, penurunan konsumsi dan absorbs besi

Anemia pada Penyakit Ketidakmampuan tubuh meningkatkan produksi eritrosit / Destruksi sel darah merah/ Sekresi
Kronis hormon eritropoitin yang tidak adekuat dan resistensi terhadap hormon tersebut

Anemia Sideroblastik Defek sintesis rantai globin dan heme

Anemia Aplastik Idiopatik, drugs, virus, autoimmune

Anemia Hemolitik Autoimmune and required

Anemia Megaloblastik Defisiensi asam folat, defisiensi vit B12

Alwi I, et al. 2017. Penatalaksaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam Panduan Praktik Klinis. Interna Publishing: Jakarta.
Buku Harrison
Clinical Manifestation of Anaemia
Acute-onset anaemia Vitamin B12 deficiency
• fatigue • glossitis
• generalised weakness • peripheral neuropathy
• loss of stamina • combination of motor (upper and lower motor
• acute dyspnoea neurone type) and sensory deficits
• syncope
Haemolytic anaemias
Chronic anaemia • jaundice
• weakness, fatigue, lethargy • splenomegaly
• palpitations • evidence/history of splenectomy or
• dyspnoea or orthopnoea cholecystectomy
• orthostatic light-headedness • leg ulcers
• new onset or worsening of angina • shortened digits in sickle cell disease
Iron deficiency
Physical signs • angular cheilosis
• pallor of skin and mucosal surfaces • glossitis
• resting or orthostatic tachycardia • koilonychia
• parasternal systolic ejection flow murmur

Diakses dari: http://asheducationbook.hematologylibrary.org/content/2012/1/183.full.pdf+html


DIAGNOSTIC
APPROACH
ANAMNESIS
• Keluhan dan durasinya
• Riwayat transfusi
• Riwayat makanan, termasuk pica (keinginan untuk makanan yang tidak biasa, umumnya berkaitan
dengan defisiensi besi)
• Riwayat perjalanan (ke endemis malaria atau daerah infeksi lainnya)
• Perubahan kebiasaan buang air besar
• Perdarahan (misalnya gastrointestinal dan genitourinary)
• Riwayat obat (misalnya antikoagulan, agen antiplatelet, agen renotoxic, antikonvulsan)
• Penyakit kronis (mis. HIV, tuberculosis (TB))
• Operasi (misalnya gastrektomi, operasi usus halus)
• Kehamilan saat ini atau baru-baru ini
• Riwayat keluarga (terutama pada anak-anak)

4
• Anamnesis pada Anemia Defisiensi Besi
Gejala klinis bervariasi tergantung beratnya dan lamanya anemia, berupa rasa lemah dan lelah, sakit
kepala, kesemutan, rambut rontok, restless leg dan gejala angina pektoris pada kasus berat. Gejala
khas yaitu adanya glossitis, disfagia, pica, koilonychia (spoon nail) jarang ditemukan.

• Anamnesis pada Anemia Aplastik


Onset keluhan dapat terjadi perlahan-perlahan berupa lemah, dyspnea, rasa lelah, pusing, adanya
perdarahan (petekie, epistaksis, perdarahan dari vagina, atau lokasi lain) dapat disertai demam dan
menggigil akibat infeksi. Riwayat paparan terhadap zat toksik (obat, lingkungan, kerja, hobi)
menderita infeksi virus 6 bulan terakhir (hepatitis, parvovirus), pernah mendapat transfuse darah.

• Anamnesis pada Anemia Hemolitik


Keluhan anemia, ikterik, keluhan penyakit penyebabnya, keluhan angina atau gagal jantung. Riwayat
dalam keluarga. Dapat akut maupun kronik

6
PEMERIKSAAN FISIK

Selaput kulit dan mukosa:


• Pucat
• Stomatitis angular
• Glositis pada defisiensi
nutrisi
• Koilonychia
• Scleral ictus

4
 Neuromuskular:
• Kelemahan otot
• Sakit kepala, kurang konsentrasi, mengantuk, tinnitus
• Parestesia, neuropati perifer, ataksia dan hilangnya sensasi getaran,
dan propiosepsi pada anemia pernisiosa.

Kardiovaskular:
• Sirkulasi hiperdinamik dengan murmur ‘aliran’ yang rendah
• Gagal jantung
• Petunjuk untuk infeksi, keganasan (misalnya limfoma, leukemia,
metastasis karsinoma)
• Hepatosplenomegali
• Limfadenopati
• Manifestasi perdarahan (petechiae, purpura, ecchymosis)

4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan penyaring
Pemeriksaan penyaring anemia terdiri dari pengukuran kadar hemoglobin, indeks eritrosit, dan
hapusan darah tepi. Dari sini dapat dipastikan adanya anemia serta jenis morfologik anemia
tersebut.
2. Pemeriksaan darah seri anemia
Pemeriksaan ini meliputi hitung leukosit, trombosit, hitung retikulosit dan laju endap darah.
3. Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan ini memberikan informasi berharga mengenai keadaan system hematopoiesis.
Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk diagnosis definitive pada beberapa jenis anemia.
Pemeriksaan ini diperlukan untuk diagnosis anemia aplastic, anemia megaloblastic, serta pada
kelainan hematologic yang dapat mensupresi sistem eritroid seperti Sindrom Mielodisplastik
(MDS).

8
4. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusus, kisalnya pada:
• Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC, saturasi transferrin, protoporfirin
eritrosit, ferritin serum, reseptor transferrin dan pengecatan besi pada sumsum
tulang (Perl’s stain)
• Anemia megaloblastic: folat serum, vitamin B12 serum, tes supresi deoksiuridin
dan tes Schiling
• Anemia hemolitik: bilirubin serum, tes Coomb, elektroforesis Hb dan lain-lain
• Anemia aplastic: biopsy sumsum tulang

8
4
1. Tentukan penyebab anemia!
2. Evaluasi klinis  bisa lihat hitung sel darah lengkap, terutama WBC and platelet
3. Penilaian awal anemia yang paling praktis -> lihat MCV

4
PENDEKATAN BERDASARKAN AWITAN PENYAKIT
Berdasarkan awitan anemia , kita dapat menduga jenis anemia tersebut. Anemia yang timbul cepat (dalam
beberapa hari sampai minggu) biasanya disebabkan oleh : 1.) perdarahan akut, 2.) anemia hemolitik yang
didapat seperti halnya pada AIHA terjadi penurunan Hb > 1 g/dl perminggu. Anemia hemolitik intravaskular
juga sering terjadi dengan cepat, seperti misalnya akibat salah transfusi, atau episode pada anemia akibat
defisiensi G6PD, 3.) anemia yang timbul akibat leukimia akut, 4.) krisis aplastik pada anemia hemolitik kronik.
Anemia yang timbul pelan-pelan biasanya disebabkan oleh : 1.) anemia defisiensi besi, 2.) anemia defisiensi
folat atau vitamin B12, 3.) anemia akibat penyakit kronik, 4.) anemia hemolitik kronik yang bersifat kongenital.
PENDEKATAN BERDASARKAN BERATNYA ANEMIA
Derajat anemia dapat dipakai sebagai petunjuk ke arah etiologi. Anemia berat biasanya disebabkan oleh : 1.)
anemia defisiensi besi, 2.) anemia aplastik, 3.) anemia pada leukimia akut, 4.) anemia hemolitik didapat atau
kongenital seperti misalnya pada thalasemia major, 5.) anemia pasca perdarahan akut, 6.) anemia pada GGK
stadium terminal.
Jenis anemia yang lebih sering bersifat ringan sampai sedang, jarang sampai derajat berat ialah : 1.) anemia
akibat penyakit kronik, 2.) anemia pada penyakit sistemik, 3.) thalasemia Trait.
Jika pada ketiga anemia tersebut di atas dijumpai anemia berat, maka harus dipikirjan diagnosis lain, atau
adanya penyebab lain yang dapat memperberat derajat anemia tersebut.
PENDEKATAN BERDASARKAN SIFAT GEJALA ANEMIA
Sifat-sifat gejala anemia dapat dipakai untuk membantu diagnosis. Gejala anemia lebih menonjol
dibandingkan gejala penyakit dasar dijumpai pada : anemia defisiensi besi, anemia aplastik,
anemia hemolitik. Sedangkan pada anemia akibat penyakit kronik dan anemia sekunder lainnya
(anemia akibat penyakit sistemik, penyakit hati atau ginjal), gejala-gejala penyakit dasar sering
lebih menonjol.

PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN TUNTUNAN HASIL LABORATORIUM


Pedekatan diagnosis dengan cara gabungan hasil penilaian klinis dan laboratorium merupakan
cara yang ideal tetapi memerlukan fasilitas dan keterampilan klinis yang cukup. Dibawah ini
diajukan algoritma pendekatan diagnostik anemia berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium.
ANEMIA

Hapusan darah tepi dan indeks eritrosit


(MCV, MCH, MCHC)

ANEMIA HIPOKROM ANEMIA NORMOKROMIK


ANEMIA MAKROSITER
MIKROSITER NORMOSITER
ANEMIA HIPOKROMIK MIKROSITER

BESI SERUM

NORMAL
MENURUN

TIBC meningkat TIBC menurun Feritin normal


Feritin menurun Feritin N/meningkat

Ring sideroblastic
Besi sumsum Besi sumsum Elektroforesis Hb dalam sumsum
tulang negatif tulang positif tulang

Hb A2 naik
HbF naik
Anemia
Anemia akibat
defisiensi besi penyakit kronik
Anemia
Thalassemia beta
sideroblastik
Anemia, MCV <95 um3 (95 fL)

Periksa feritin

45 ng per mL 46 to 99 ng per mL 100 ng per ml


  (45 mcg per L) (46 to 99 mcg per L)
  (100 mcg per L)

TIBC meningkat, besi serum menurun, transferrin Hasil lain: TIBC menurun, FE meningkat, Saturasi
menurun saturation Cek TfR transferrin meningkat

TfR meningkat Hasil lain: jika dicurigai periksa


TfR menurun
biopsy SSTL

Anemia defisiensi
besi
Besi rendah Besi normal

Anemia defisiensi besi Cari penyebab lain

Terapi

Algoritme 1. Pendekatan Diagnosis Anemia Defisiensi Besi


ANEMIA NORMOSITIK NORMOSITER

RETIKULOSIT

MENINGKAT N/menurun

Tanda hemolysis Riw perdarahan


positif Sumsum tulang
akut

Hipoplastik Displastik Infiltrasi Normal


Tes Coomb

- + Tumor ganas
hematologi Faal hati
(leukemia, faal ginjal
myeloma} Limfoma kanker
Anemia faal tiroid
Riw aplastik penyakit kronik
keluarga +
Anemia pada
leukemia Anemia
akut/mieloma mielopsitik
AIHA
Enzimopati
membranopati
Anemia pada sindrom Anemia pada
hemoglobinopat GGK penyakit
i mielodisplastik
hati kronik
hipotiroid
penyakit kronik

A . mikroangiopati Anemia pasca


obat/parasit perdarahan akut
ANEMIA MAKROSITER

RETIKULOSIT

Meningkat N/ menurun

Riwayat
perdarahan akut Sumsum tulang

Megaloblastic Non megaloblastik


Anemia pasca
perdarahan akut

Faal tiroid
Anemia defisiensi
B12/asam folat dalam Faal hati
terapi B 12 serum rendah Asam folat rendah
Displastik

Anemia defisiensi B12 Anemia defisiensi asam folat

Anemia pada
hipotiroidisme

Anemia pada
hipotiroidisme

Sindrom
mielodisplastik
Pemeriksaan Penunjang pada Anemia Defisiensi Besi
• DPL: Hb menurun, leukosit menurun, trombosit meningkat/menurun
• Retikulosit: normal atau menurun
• Morfologi eritrosit: mikrositik hipokrom
• Sediaan darah tepi: adanya anisositosis
• Besi serum: menurun
• Feritin serum: hasil bervariasi
• Transferin: meningkat
• TIBC: meningkat
• Saturasi transferrin: menurun
• Aspirasi sumsum tulang: sideroblas menurun
atau negative

6
Pemeriksaan penunjang yang dapat ditemukan • Hapusan darah tepi : normositik normokrom,
berupa: dapat hipokrom mikrositik ringan
• Hemoglobin (Hb) menurun (kadar : 8-9 g/dl) • Aspirasi dan biopsi sumsum tulang : jarang
• Hitung retikulosit absolut : normal atau dilakukan untuk mendiagnosis anemia
meningkat sedikit penyakit kronik, tapi gold standard untuk
• Feritin serum : normal atau meningkat. membedakan dengan anemia defisiensi besi.
Merupakan penanda simpanan zat besi, • Saturasi transferrin
kadar 15 ng/ml mengindikasikan tidak • Reseptor transferin terlarut (soluble
adanya cadangan besi transferin receptor) : menurun
• Besi dalam serum : menurun (hipoferemi),
half-life: 90 menit
• Transferin serum : menurun, half-life 8-12
hari, sehingga penurunan transferin serum
lebih lama terjadi daripada penurunan kadar
besi serum
Tabel 4. Perbedaan anemia dari hasil pemeriksaan penunjang
Parameter Anemia penyakit Anemia defisiensi Campuran keduanya
kronik besi
Serum besi Menurun atau Menurun Menurun
normal
Transferin Menurun atau Meningkat Menurun
normal
Saturasi Menurun atau Menurun Menurun
transferin normal
Feritin Normal atau Menurun Menurun atau
meningkat normal
TFR Normal Meningkat Normal atau
meningkat
TFR/log Rendah (<1) Tinggi (>4) Meningkat (>2)
feritin
sitokin meningkat Normal Meningkat

6
Tabel . Diagnosis laboratorium anemia hipokrom

  Defisiensi besi Peradangan Pembawa sifat Anemia


kronik atau talasemia ( a sideroblastik
keganasan atau b)
VER/HER Menurun terkait Normal atau Menurun; sangat Biasanya rendah
dengan beratnya menurun ringan rendah untuk pada jenis
anemia derajat anemia kongenital tetapi
VER biasanya
meningkat pada
jenis didapat

Besi serum Menurun Menurun Normal Meningkat


TIBC Meningkat Menurun Normal Normal
Feritin serum Menurun Normal atau Normal Meningkat
meningkat
Cadangan besi Tidak ada Ada Ada Ada
SSTL
Besi eritroblas Tidak ada Tidak ada Ada Bentuk cincin
Elektroforesis Normal Normal HbA2, Normal
hemoglobin meningkat pada
bentuk b

Buku IPD
Hiperbilirubinemia
indirect Anemia Retikulositosis
     
     
Pikirkan diagnosis lain, termasuk yang
Evaluasi hemolysis: DPL, retikulosit, menyebabkan normositik normokrom,
LDH, bilirubin indirek, seperti penyakit kronik, gagal ginjal
haptoglubulin, SDT (sediaan darah kronik
tepi) Tidak
   
   
   

Ya

Demam/
riwayat
Sferosis, DAT + schistocytes Sickle
Infeksi/obat travelling
cells
Anemia
Sferosis, DAT - , mikrositik
riwayat keluarga hipokrom
+
Immune hemolysis :
kelainan talasemia Anemia sickle
Sferositosis cells
limfoproliferatif /
herediter
keganasan, penyakit
autoimun, infeksi, Apusan darah tebal
transfusi darah Anemia hemolitik Elektroforesis Hb dan tipis, kultur darah,
mikroangiopati serologi babersia Keterangan :
LDL : Laktat Dehidrogenase
PT/PTT, fungsi Aktivitas G6PG DAT : Direct Antiglobulin Test
ginjal dan hati,
tekanan darah PT : Prothrombin Time
G6PD : Glucose-6-Phospate Dehydrogenase
PTT : Partial Thromboplastin Time
TTP, HUS, DIC, eklamsi,
preeklamsi, hipertensi TTP : Thrombotic Thrombocytopenic Purpura
malignan, prosthetic valve HUS : Hemolytic Uremic Syndrom
Algoritme 2. Pendekatan Diagnosis pada Anemia Hemolitik DIC : Disseminated Intravascular Coagulation
Tabel 8. Diagnosis Anemia Hemolitik Autoimun

  AHA Warm-Antibody AHA Cold-Antibody


Anamnesis Keluhan anemia, Berlangsung kronik.
ikterik, keluhan Self limiting dalam 1-3
penyakit penyebabnya, minggu
keluhan angina atau
gagal jantung. Riwayat
dalam keluarga. Dapat
akut maupun kronik.
Pemeriksaan fisik Dapat normal, pucat, Ikterik +/-,
ikterik, takikardi, acrocyanosis, dapat
demam, ditemukan ulserasi
hepatosplenomegali kulit dan nekrosis.
Splenomegali +/-
  AHA Warm-Antibody AHA Cold-Antibody
Pemeriksaan • DPL : hemoglobin menurun, hematokrit • DPL : hemoglobin menurun, hamtokrit 15-
penunjang <10% atau normal jika sudah 20%
terkompensasi, leukopenia, neurtopenia, • Sediaan darah tepi : autoaglutinasi
trombosit normal. • Bilirubin plasma:peningkatan bilirubin
• Hitung retikulosit : meningkat unconjugted dan bilirubin total
• Bilirubin plasma : peningkatan bilirubin • Laktat dehidrogenase : meningkat,
unconjugated dan bilirubin total merupakan hasil dari destruksi sel darah
• Laktat dehidrogenase : meningkat, merah
merupakan hasil dari destruksi del darah • Haptoglobin : menurun
merah • DAT+ : hanya terdeteksi komplemen
• Haptoglobin : menurun • Urinalisis : urobilinogen +, bilirubin +/-,
• Sediaan darah tepi : sferosit, fragment sel hemoglobinuria
darah merah, sel darah merah berinti • Aspirasi sumsum tulang : eritroid
• DAT + : terdeteksi adanya autoantibodi hiperplasia
dan/ atau fragmen proteolitik dari
komplemen C3
• Urinalisis urobilinogen +, bilirubin +/-,
hemoglobinuria
• Aspirasi sum sum tulang : eritroid
hiperplasia
TATALAKSAN
A
Pendekatan Terapi
1. Pengobatan hendaknya berdasarkan diagnosis definitive yang telah ditegakkan terlebih dahulu 8
2. Pemberian hematinic tanpa indikasi yang jelas tidak dianjurkan8
3. Pengobatan untuk anemia dapat berupa terapi untuk keadaan darurat, terapi suportif, terapi yang
khas untuk maisng-maisng anemia, dan terapi kausal. 8
4. Dalam keadaan diagnosis definitive tidak dapat ditegakkan, kita terpaksa memberikan terapi
percobaan (ex juvantivus) dengan pemantauan ketat terhadap respon terapi dan perubahan
perjalanan penyakit pasien8
5. Transfusi diberikan pada anemia pasca perdarahan akut dengan tanda-tanda gangguan
hemodinamik. Pada anemia kronik transfusi hanya diberikan jika simtomatik atau adanya
ancaman payah jantung. Disini diberikan packed red cell, jangan whole blood. Pada anemia
kronik sering sering dijumpai peningkatan volume darah, oleh karena itu transfuse diberikan
dengan tetesan pelan. Dapat juga diberikan diuretika kerja cepat seperti furosemide sebelum
transfuse8.
Tatalaksana Anemia Defisiensi Besi
Prescribing points-iron deficiency GI side effects of iron absorption
• the recommended oral dose for iron deficiency is 200mg
ferrous sulphate 3 times daily Iron
• starting with a small dose of ferrous sulphate – 200mg per day • nausea and epigastric pain (dose related)
– and building to 600mg per day may avoid initial intolerance • altered bowel habit – constipation or diarrhoea
• iron should generally be prescribed after meals; although • may exacerbate symptoms in inflammatory bowel disease
taking iron with a meal reduces absorption, it lessens GI side- • severe constipation (rarely leading to bowel obstruction secondary
effects, such as nausea and epigastric discomfort
• to maximise adherence, patients should be advised about the to faecal impaction in older people)
best means of minimising GI side-effects • acute overdosage – nausea, vomiting, diarrhoea, GI bleeding,
• a response is seen in 7–10 days with a haemoglobin rise of hypotension and coma
approximately 20g per litre every 3 weeks • acute hypersensitivity
• treatment needs to continue for 3 months after normalisation of – anaphylaxis with iron dextran – painful local lymphadenopathy –
haemoglobin to replenish stores flu-like symptoms
twice-daily dosage with ferrous sulphate or gluconate is
generally acceptable and therapeutically effective
Tatalaksana Diet (6) Preparat besi parenteral
• Makan makanan yang bervariasi untuk • Indikasi: malabsorbsi, intoleransi terhadap
memenuhi kebutuhan nutrisi preparat oral, dibutuhkan dalam jumlah
• Makan makanan yang mengandung zat besi banyak
tinggi, seperti daging merah • Dosis besi (mg) = (15 – Hb yang diperiksa)
Preparat besi oral x berat badan (kg) x 2,3 + 500 atau 1000
• Preparat besi inorganic mengandung 30 dan mg (untuk cadangan)
100 mg besi elemental • Iron sucrose: 5 ml (100 mg besi elemental)
• Dosis 200 – 300 mg besi elemental per hari diberikan secara intravena tidak melebihi
harus diabsorbsi sebanyak 50 mg/hari 3x seminggu. Efek samping: hipotensi,
• Tujuan terapi tidak hanya memperbaiki kram, mual, sakit kepala, muntah dan diare.
anemia tetapi juga menambah cadangan • Iron Dextran: dosis untuk tes 0,5 ml secara
besi minimal 0,5 -1 gram, sehingga intravena sebelum terapi dimulai,
diperlukan terapi selama 6 – 12 bulan selanjutnya diberikan 2 ml setiap dosis.
setelah anemia terkoreksi. Efek samping: hipotensi, myalgia, sakit
• Dosis: 3-4 kali 1 tablet (150 dan 200 mg) kepala, nyeri perut, mual dan muntah,
diminum 1 jam sebelum makan limfadenopati, efusi pleura, pruritus,
• Efek samping: mual, heartburn, konstipasi, urtikaria, kejang, flushing, menggigil,
metallic taste, buang air besar hitam flebitis, dizziness.
Transfusi sel darah merah: diberikan jika ada
gejala anemia, instabilitas kardiovaskular,
perdarahan masih berlangsung dan
membutuhkan intervensi segera
Tatalaksana Anemia Defisiensi Vit B12
Prescribing points-Vit B12 deficiency
• initial treatment is with 1mg im injections of hydroxo- cobalamin given
3 times a week for 2 weeks
• maintenance is with 1mg injections at 3-monthly inter- vals for life in
pernicious anaemia
• all patients with pernicious anaemia need therapy for life – because of
this all younger patients should be confirmed to have pernicious anaemia
and not a reversible cause like malabsorption
• the clinical response to therapy is usually marked – an immediate sense
of well-being, rapid reversal of pan- cytopenia and mucosal changes,
bone marrow revert- ing to normal in 24 hours, and a brisk
reticulocytosis seen as early as after day 3 of treatment
• disappearance of macrocytic red cells and correction of the MCV may
take several weeks
Tatalaksana Anemia Defisiensi Folat
Prescribing points-folate replacement

rule out presence of vitamin B12 deficiency before start- ing


therapy
• initial treatment – 5mg daily until correction of anaemia
• only patients with chronic haemolysis or increased cell
turnover disorders need long-term therapy
• all patients should be investigated for causes of folate
deficiency
• check for response in 5–7 days and in severe cases
check for evidence of response in 48–72 hours by reticulocyte
count
Tatalaksana Anemia Aplastik
• Menghentikan pengobatan yang diduga sebagai factor pencetus dan mengganti dengan obat lain yang lebih
aman
• Transfusi komponen darah (PRC/packed red cell dan/ atau TC) sesuai indikasi (pada topik transfuse darah)
• Menghindari dan mengatasi infeksi: antibiotic spektrum luas
• Kortikosteroid: prednisone 1-2 mg/kgBB/ hari, metilprednisolon 1 mg/kg berat badan
• Androgen: Metonolol asetat 2-3 mg/kgBB/hari, maksimal diberikan selama 3 bulan. Nandrolone decanoate
400 mg IM (intramuscular)/minggu
• Terapi imunosupresif:
• Siklosporin 10-12 mg/kgBB/hari selama 4-6 bulan
• ATG (anti thymocyte globulin) 15-40 mg/kgBB/hari intravena selama 4-10 hari
• Terapi kombinasi: untuk anemia aplastic berat. ATG 40 mg/kg/hari untuk 4 hari, siklosporin 10-12
mg/kg/hari for 6 bulan dan metilprednisolon 1 mg/kg/hari untuk 2 minggu
• Transplantasi sumsum tulang alogenik, bila ditemukan HLA yang cocok, dilakukan tes histokompatibilitas
pada pasien, orang tua dan keluarga.
Tatalaksana Anemia Hemolitik
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN DENGAN WARM Rituximab
ANTIBODY • Antibodi monklonal terhadap antigen CD20 yang ada
pada limfosit B, sehngga dapat mengeliminasi limfosit
Glukokortikoid B pada kasus AHA
• Prednisolon 60-100 mg po (peroral) sampai hematokrit • Dosis : 375 mg/m2/ minggu selama 2-4 minggu
stabil atau mulai meningakt, dosis diturunkan sampai
mencapai 30 mg/hari. Jika keadaan membaik, prednison Obat immunosupresan
dapat diturunkan 5mg/hari setiap minggu sampai • Cyclophosphamide, 6-mercaptopurine, azathioprine,
mencapai dosis 15-20mg/hari, selanjutnya diberikan and 6-thioguanine : dapat mensupresi sintesis
selama 2-3 bulan setelah episode akut hemolitik reda. autoantibodi.
Terapi dapat dihentikan setelah 1-2 bulan atau diganti • Cyclophosphamide 50mg/kg berat badan ideal/hari
alternate-day therapy schedule. selama 4 hari berturut-turut.
• Alternate-day therapy schedule hanya dapat diberikan • Jika pasien tidak dapat mentoleransi dapat diberikan
setelah remisi stabil pada dosis prednison 15-20 cyclophosphamide 60 mg/m2 azathioprine 80 mg/m2
mg/hari, untuk mengurangi efek samping setiap hari.
glukokortikoid. Terapi diberikan sampai DAT negatif. • Jika pasien dapat mentoleransi : terapi dapat dilanjutkan
• Metilprednisolon 100-200 mg IV (dosis terbagi) dalam sampai 6 bulan untuk melihat respon. Jika berespon,
24 jam pertama, atau prednison dosis tinggi selama 10- dosis dapat diturunkan. Jika tidak ada respon, dapat
14 hari jika keadaannya berat. digunakan obat alternatif lain.
• Jika terapi dihentikan, masih dapat terjadi remisi, • Indikasi : jika tidak berespon terhadap terapi
sehingga harus dilakukan pemantauan minimal glukokortikoid.
beberapa tahun setelah terapi. Jika remisi maka • Selama terapi : monitor DPL, retikulosit
diperlukan terapi glukokortikoid ulang, splenektomi, • Efek samping: meningkatkan risiko keganasan, sistitis
atau imunosupresan. hemoragik berat.
Splenektomi
• Indikasi : pasien yang mendapatkan prednison berkepanjangan >15 mg/hari untuk
menjaga konsentrasi haemoglobin 2 minggu sebelum operasi diberikan vaksinasi
H. Influenza type b, pneumococcal, dan meningococcal
Tatalaksana lain
• Asam folat 1 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan produksi sel darah merah yang
meningkat
• Plasmaferesis : masih kontroversi
• Thymectomi : pada anak yang refrakter terhadap glukokortikoid dan splenektomi
• Danazol : golongan androgen dikombinasi dengan prednison dapat menurunkan
kebutuhan splenektomi, memperpendek durasi prednison
• Globulin IV dosis tinggi
• Purine analogue 2-chlorodeoxyadenosine (cladribine)
ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN DENGAN COLD-ANTIBODY
• Menjaga suhu pasien tetap hangat, terutama daerah ekstremitas
• Rituximab : 375mg/m2/ minggu selama 4 minggu dapat meningkatkan hemoglobin
• Klorambusil, siklofosfamid
• Interferon : menurunkan titer aglutinin
• Plasma exchange
TATALAKSANA ANEMIA PENY KRONIS
1. Mengenali dan mengatasi penyakit penyebabnya
2. Terapi besi : kegunaanya masih dalam perdebatan
3. Kontraindikasi jika feritin normal (>100 ng/ml)
4. Agen erythropoietic :
• Indikasi : anemia pada kanker yang akan menjalani kemoterapi, gagal ginjal
kronik, infeksi HIV yang akan menjalani terapi mielosupresif
• 3 jenis : epoetin α, epoetin β, darbepoetin α
• Epoetin : dosis awal 50-150 U/kg berat badan diberikan 3 kali seminggu
selama minimal 4 minggu, jika tidak ada respon dosis dinaikkan 300U/kg
diberikan 3 kali seminggu 4-8 minggu setelah dosis awal
• Target : Hb 11-12 gram/dl
• Sebelum pemberian harus menyingkirkan adanya anemia defisiensi besi
• Monitoring selama terapi : setelah terapi selama 4 minggu dilakukan
pemeriksaan Hb, 2-4 minggu kemudian. Jika Hb meningkat <1 gr/dl evaluasi
ulang status besi dan pertimbangkan pemberian suplemen besi. Jika HB
mencapai 12 gr/dl diperlukan penyesuaian dosis. Jika tidak ada respon dengan
dosis optimal dalam 8 minggu, berarti pasien tidak responsif terhadap terapi
agen erytropoetic
• Transfusi darah : jika anemia sedang-berat (Hb < 6,5 gr/dl) dan bergejala

Anda mungkin juga menyukai