RPS
•Pasien datang ke BBKPM Surakarta dengan keluhan
batuk, disertai dahak putih kekuningan, jumlah ± 1
sendok teh setiap kali batuk, mudah keluar, darah (-) pilek
(-). Keluhan sudah dirasakan ± 2 bulan, terus menerus,
tidak dipengaruhi cuaca, mengganggu terutama pada
malam hari
demam
sumer sumer
Belum
berobat
nafsu makan ↓
berat badan ↓
lemas
Status gizi
BB: 45kg TB: 153cm menurut BMI:
19,2 (gizi baik)
• Kepala : Normocephal, konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-), nafas cuping hidung (-),
• Leher: Pembesaran KGB leher (-/-), sklofuloderma (-
)
• Paru
– Inspeksi : Normothorax, simetris, ketertinggalan
gerak -/-, retraksi dada -/-, massa -/-, SIC melebar -/-
– Palpasi : Trakhea di tengah, Fremitus sama antara dada
kanan dan kiri, ketertinggalan gerak -/-, nyeri tekan -/-
– Perkusi : Sonor -/- nyeri ketok -/-
– Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
• Jantung
– Inspeksi: Ictus Cordis tidak tampak
– Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba, tidak kuat angkat
– Perkusi : Batas jantung tidak melebar
– Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II reguler, gallop (-),
murmur (-)
• Abdomen
– Inspeksi : distended (-), tumor (-) jejas (-) dinding
abdomen lebih rendah dari dinding dada
– Auskultasi : Suara peristaltik + normal
– Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepato/splenomegali -/-
– Perkusi : Timpani pada seluruh lapang perut
• Ekstremitas
– Edema ekstremitas (-)
– Akral hangat (+)
– jari tabuh (-)
• PEMERIKSAAN PENUNJANG
– Pemeriksaan sputum
• Sewaktu : negatif
• Pagi : negatif
• Sewaktu : negatif
– Pemeriksaan foto thorax: pada pemeriksaan foto
thorax didapatkan infiltrat pada apeks dextra
• DIAGNOSIS BANDING
– TB Paru
– Bronkitis
• DIAGNOSIS KERJA
– TB Paru Kasus Baru
• TERAPI
– OAT kategori 1, 4 FDC 1X3 tablet
– Paracetamol 3x500mg
– Curcuma 3x1
TINJAUAN PUSTAKA
• Mycobacterium tuberculosis
• mikobakteria yang masih dekat seperti
Etiologi M. bovis, M. africanum, dan M. microti
yang bersama sama disebut
tuberkulosis komplek
Epidemiologi
TB paru tertinggi
adalah
Jawa Barat
WHO tahun 2013 (0.7%)
(DEPKES, 2014)
8,6 juta kasus Papua (0.6%)
TB pada tahun DKI Jakarta
2012, 1,1 juta (0.6%)
8,7 juta kasus TB (13%) pasien TB
baru di dunia dengan HIV Gorontalo (0.5%)
5,1 juta kasus di positif. Banten (0.4%)
Asia, 2,2 juta Papua Barat
terjadi di Afrika (0.4%)
Patogenesis dan Patofisiologi
• Kuman TB masuk saluran nafas bersarang di
jaringan paru membentuk afek primer dapat
timbul di mana saja dalam paru peradangan
saluran getah bening menuju hilus (limfangitis
lokal).
• Peradangan diikuti pembesaran kelenjar getah
bening di hilus (limfadenitis regional). Afek
primer bersama sama dengan limfangitis regional
diekenal sebagai kompleks primer yang akan:
Sembuh tanpa
cacat
Meninggalkan bekas
sarang Ghon, garis
fibrotik, sarang
Afek primer perkapuran di hilus
Perkontinuitatu
m
Menyebar
hematogen
dengan cara
bronkogen
TB post primer
dimulai dengan sarang dini di segmen apikal
lobus superior maupun inferior awalnya
akan membentuk sarang pneumonik kecil
yang selanjutnya akan:
• Diresopsi kembali, sembuh tidak
meninggalkan cacat
• Meluas, terjadi penyembuhan dengan jaringan
fibrosis, membungkus diri menjadi lebih keras,
terjadi perkapuran dan sembuh dalam bentuk
perkapuran.
• Meluas, membentuk jaringan kaseosa. Kaviti
akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju
keluar, awalnya berdinding tipis kemudian
menjadi tebal (kaviti sklerotik). Kaviti ini akan
terjadi:
– Meluas kembali dan membentuk sarang pneumonik
baru.
– Memadat dan membungkus diri (encapsulated) dan
disebut tuberkuloma, Tuberkuloma dapat mengapur
dan menyenmbuh tapi dapat aktif kembali, mencair
lagi menjadi kaviti.
• Menjadi bersih dan menyembuh yang disebut
open healed cavity, akhirnya mengcil.
Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang
terbungkus, dan menciut sehingga kelihatan
seperti bintang (stellate shaped).
• (Aditama, et al, 2006)
Klasifikasi
• Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)
1 hasil Px BTA
Minimal 2 dari 3
positif, kelainan 1 hasil Px BTA (+)
spesimen dahak
radiologik dan kultur (+)
BTA positif
gambaran TB aktif
Tuberkulosis Paru BTA
(-)
BTA - - -, klinik dan
radiologik Hasil pemeriksaan Jika belum ada hasil
menunjukkan tb dahak 3 kali pemeriksaan dahak,
aktif menunjukkan BTA tulis BTA belum
tidak respons dengan negatif dan biakan diperiksa
pemberian antibiotik M.tuberculosis positif
spektrum luas
Berdasarkan Tipe Penderita
•Penderita yang belum pernah mendapat
Kasus baru OAT
• atau sudah pernah menelan OAT < satu
bulan (30 dosis harian).
≥ 71 kg
5 tablet 4KDT 5 tablet 2 KDT
Kategori 2: 2(HRZE)S / (HRZE)/ 5
H3R3E3)
• Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA
positif yang pernah diobati sebelumnya
(pengobatan ulang):
• Pasien kambuh
• Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan
OAT kategori 1 sebelumnya
• Pasien yang diobati kembali setelah putus
berobat (lost to follow-up)
• Kategori anak : 2(RHZ)/4(HR) atau 2HRZA(S)/4-
10HR
Non medikamentosa
• Menjelaskan bahwa gejala berasal dari
gangguan paru, dan kekhawatiran mengenai
komplikasi penyakit dapat dicegah bila pasien
berobat dan kontrol teratur dan tidak putus
obat.
• Menjelaskan tentang penyakit tuberkulosis
• menjelaskan tentang pentingnya ventilasi dan
pencahayaan yang baik untuk menciptakan
rumah yang sehat
Indikasi rawat inap :
• TB paru disertai keadaan/komplikasi sbb :
– Batuk darah (profus)
– Keadaan umum buruk
– Pneumotoraks
– Empiema
– Efusi pleura masif / bilateral
– Sesak napas berat (bukan karena efusi pleura)
PEMBAHASAN
Sumber pustaka Pasien