Anda di halaman 1dari 41

Sudden Death

Disusun Oleh:
Suwenita I4061192067
Briegita Adhelsa M. Dommy I4061192062
Muhammad Deni Kurniawan I4061192054
Adinda Gupita I4061192057
Cahayo Mahendro I4061192058
Meiza Ihsan Fakhri I4061192079
Moch. Taufiq Widiatmoko I4061192035
Rafika Assegaf I4061192065
Tomi I4061192038
Nurani Takwin I4061192010
Hesti Ratna Pratiwi I4061192009
Yessi Yulia Magdalina I4061192008
Willy Sanjaya I4061192052
Dewi Sapitri I4061192006
Rita Noviana I4061192007

Pembimbing:
dr. Wahyu Dwi Atmoko, Sp.F
Latar Belakang
Kematian mendadak menurut World Health Organization
(WHO) adalah kematian yang terjadi pada 24 jam sejak gejala-
gejala timbul, namun pada kasus - kasus forensik sebagian besar
kematian terjadi dalam hitungan menit atau bahkan detik sejak
gejala pertama timbul.
Data WHO menunjukan dari 57 juta kematian yang terjadi di
dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua
pertiganya disebabkan oleh penyakit tidak menular. Di Indonesia,
seperti yang dilaporkan Badan Litbang Departemen Kesehatan RI,
persentase kematian akibat penyakit ini meningkat dari 5,9% (1975)
menjadi 9,1% (1981), 16,0% (1986) dan 19,0% (1995).

2
Latar Belakang
Kematian mendadak yang disebabkan oleh penyakit,
seringkali mendatangkan kecurigaan baik bagi penyidik
maupun masyarakat umum, khususnya bila kematian tersebut
menimpa orang yang cukup dikenal oleh masyarakat, kematian
di rumah tahanan dan di tempat-tempat umum. Dalam proses
identifikasi kematian sangat diperlukan pemeriksaan standar
kedokteran forensik.

3
Tujuan
Tujuan Umum Tujuan Khusus
• Menjelaskan tentang • Melakukan pemeriksaan
kematian secara luar terhadap korban
mendadak • Mengetahui penyebab, dan
• Menjelaskan aspek mekanisme kematian pada
forensik pada kematian korban
secara mendadak
• Menjelaskan pemeriksaan
yang dapat dilakukan
pada kematian secara
mendadak

4
Manfaat
Bagi Penulis Bagi Pembaca
• Sebagai sarana • Mengetahui tentang kematian
pembelajaran mengenai secara mendadak
visum pemeriksaan luar • Mengetahui tentang aspek
• Sebagai sarana forensik pada kematian secara
pembelajaran dalam mendadak
membuat visum et • Mengetahui pemeriksaan yang
repertum dapat dilakukan pada kematian
secara mendadak

Bagi Kepolisian
Hasil pemeriksaan luar dilaporkan dalam visum et repertum sebagai
bukti yang sah secara hukum mengenai keadaan terakhir korban

5
Kematian
Mendadak
(Sudden Death)
6
Definisi
Pengertian mati mendadak sebenarnya berasal dari sudden
unexpected natural death yang didalamnya terkandung kriteria
penyebab yaitu natural (alamiah, wajar). Mendadak disini
diartikan sebagai kematian yang datangnya tidak terduga dan
tidak diharapkan.

7
Epidemiologi

Empat kali lebih Penyakit pada


sering pada laki- jantung dan
pembuluh darah
laki dibandingkan menduduki urutan
pada perempuan pertama dalam
penyebab
kematian
mendadak

8
Etiologi
Sistem Kardiovaskuler
◎ Arteriosklerosis
◎ Infark miokard
◎ Miokarditis
◎ Penyakit arteri
◎ Tamponade kordis

Sistem Pernafasan
◎ Mekanisme perdarahan : tuberkulosis paru, kanker paru
dsb
◎ Asfiksia : pneumonia, spasme saluran napas, asma dsb
◎ Pneumothoraks
9
Etiologi
Sistem Persarafan
◎ Perdarahan : subarakhnoid atau intraserebral
◎ Lesi vaskuler : stroke

Sistem Gastrointestinal
◎ Perdarahan akibat gastritis kronis atau ulkus duodeni
◎ Varises esophagus
◎ Perforasi megakolon toksik, peritonitis dan gangrene usus

Sistem Hematopoetik
◎ Kasus megaloblastik anemia
◎ Ruptur dari limpa pada infeksi mononukleosa, leukemia,
hemophilia, malaria
10
Asfiksia

11
Definisi
Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan,
mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai
dengan peningkatan karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan
demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen
(hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian. Secara klinis
keadaan asfiksia sering disebut anoksia atau hipoksia.

12
Etiologi
Penyebab alamiah Trauma mekanik Keracunan bahan
Misalnya penyakit Menyebabkan Menimbulkan depresi
yang menyumbat asfiksia mekanik, pusat pernapasan,
saluran pernapasan misalnya trauma misalnya barbiturat
seperti laringitis yang mengakibatkan dan narkotika
difteri atau emboli udara vena,
menimbulkan emboli lemak,
gangguan pneumotoraks
pergerakan paru bilateral; sumbatan
seperti fibrosis paru atau halangan pada
saluran napas dan
sebagainya

13
Patologi
Primer (akibat langsung dari Sekunder (berhubungan dengan
asfiksia) penyebab dan usaha
Kekurangan oksigen ditemukan di kompensasi dari tubuh)
seluruh tubuh, tidak tergantung Jantung berusaha
pada tipe dari asfiksia. Sel-sel mengkompensasi keadaan
otak sangat sensitif terhadap tekanan oksigen yang rendah
kekurangan oksigen. Di sini sel- dengan mempertinggi
sel otak yang mati akan outputnya, akibatnya tekanan
digantikan oleh jaringan glial, arteri dan vena meninggi.
sedangkan pada organ tubuh Karena oksigen dalam darah
yang lain yakni jantung, paru- berkurang terus dan tidak
paru, hati, ginjal dan yang cukup untuk kerja jantung,
lainnya perubahan akibat maka terjadi gagal jantung dan
kekurangan oksigen langsung kematian berlangsung dengan
atau primer tidak jelas. cepat.

14
Stadium Pada Asfiksia
◎ Stadium Dispnea
◎ Stadium Kejang
◎ Stadium Apnea
◎ Fase Akhir

Tanda Umum Asfiksia


◎ Tardieu’s spot (Petechial hemorrages)
◎ Kongesti dan Oedema
◎ Sianosis
◎ Tetap cairnya darah

15
Tanda Khusus Asfiksia
Pada Pembekapan Mati tergantung
Kelainan terdapat disekitar Kesannya leher sedikit
lobang hidung dan mulut. memanjang, dengan bekas
Dapat berupa luka memar jeratan di leher. Ada garis
atau lecet. Perhatikan ludah di pinggir salah satu
bagian di belakang bibir sudut mulut. Bila korban
luka akibat penekanan cukup lama tergantung,
pada gigi, begitu pula di maka lebam mayat
belakang kepala atau didapati di kedua kaki dan
tengkuk akibat penekanan. tangan.

16
Hasil Pemeriksaan Post-Mortem
Asfiksia
Pemeriksaan Luar Jenazah
◎ Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan kuku
◎ Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan terbentuk
lebih cepat
◎ Terdapat busa halus pada hidung dan mulut
◎ Gambaran pembendungan pada mata berupa pelebaran
pembuluh darah konjungtiva bulbi dan palpebra

17
Hasil Pemeriksaan Post-Mortem
Asfiksia
Pemeriksaan Dalam Jenazah
◎ Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer
◎ Busa halus di dalam saluran pernapasan
◎ Pembendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam
tubuh
◎ Petekie dapat ditemukan pada mukosa

18
PEMERIKSAAN
JENAZAH

19
IDENTITAS
◎ Nama : Ny. ER
◎ Umur : 27 tahun
◎ Jenis Kelamin : Perempuan
◎ Pekerjaan : Swasta
◎ Agama : Islam
◎ Kewarganegaraan : WNI
◎ Alamat : Jl. Imam Bonjol RT 03 RW 8, Kel.
Pendukuhan Kec, Kraton Kec Pekalongan Utara Kab
Pekalongan

20
PEMERIKSAAN
LUAR

21
Keadaan Jenazah
Jenazah terletak di atas meja otopsi
berbahan stainless steel, tidak
berlabel, dibungkus kantong jenazah
berwarna oranye bertuliskan Pemkab
Buyolali. Ketika kantong dibuka, di
atas meja otopsi tampak satu jenazah
dalam keadaan utuh, tertutupi kain
jarik, tangan terikat kain selendang
warna-warni, memakai jaket levis
biru rua bertuliskan USA Style, baju
kaos biru muda lengan pendek motif
titik-titik bertuliskan GUESS?, bra
bermotif army, celana panjang
berwarna pink, celana dalam warna
merah motif titik-titik.
22
Sikap Jenazah di Atas Meja
Otopsi
Terlentang, dengan muka menghadap ke
samping kanan. Lengan atas kanan
terhadap sumbu tengah tubuh membentuk
sudut sepuluh derajat dan terhadap lengan
bawah kanan membentuk sudut sembilan
puluh derajat. Tangan dan jari-jari tangan
kanan menekuk menghadap ke dalam.
Lengan atas kiri terhadap sumbu tengah
tubuh membentuk sudut sepuluh derajat,
sedangkan terhadap lengan bawah kiri
membentuk sudut sembilan puluh derajat.
Tangan dan jari-jari tangan kiri menekuk
menghadap ke dalam. Kedua tungkai lurus
dengan kedua telapak kaki menghadap ke
atas dan jari-jari kaki menghadap luar. 23
Kaku Jenazah
Terdapat kaku jenazah yang sukar
digerakkan pada persendian tungkai
bawah, lutut dan jari-jari tangan.
Terdapat kaku jenazah yang mudah
digerakkan pada persendian bahu.

Lebam Jenazah
Terdapat lebam jenazah berwarna
merah keunguan pada paha,
pinggang, punggung, leher dan lengan
atas yang tidak hilang pada
penekanan.

24
Pembusukan Jenazah
Terdapat tanda pembusukan jenazah
berupa warna kehijauan pada bahu dan
dada, serta bula pada bahu hingga
punggung.

Ukuran Jenazah
Panjang badan seratus empat puluh
lima sentimeter.

25
Kepala
Rambut Dahi
Berwarna coklat, lurus, sukar Tidak terdapat luka dan tidak
dicabut, dengan panjang depan teraba derik tulang.
lima puluh tiga sentimeter,
panjang samping kanan lima
puluh tiga sentimeter, panjang
samping kiri lima puluh tiga
sentimeter, dan panjang belakang
lima puluh tiga sentimeter.

Bagian yang tertutup rambut


Tidak terdapat luka dan tidak
teraba derik tulang.

26
Kepala
Mata kanan dan kiri
Membuka sebesar nol koma lima
sentimeter, rambut mata panjang
nol koma lima sentimeter, kelopak
mata bagian luar berwarna normal
sewarna dengan kulit tubuh,
kelopak mata bagian dalam
berwarna merah. Sekitar mata
tidak terdapat luka dan tidak
teraba derik tulang. Selaput
bening mata tampak keruh,
selaput lendir mata berwarna
kemerahan. Bola mata utuh dan
pada perabaan teraba kenyal.

27
Kepala
Hidung Dagu
Dari kedua lubang keluar cairan Tidak terdapat jenggot. Tidak
berwarna merah dan busa halus. terdapat luka dan tidak terdapat
Tidak terdapat luka dan tidak derik tulang.
teraba derik tulang.

Mulut
Terbuka sebesar dua koma lima
sentimeter, dari lubang mulut
keluar cairan berwarna merah.
Bagian dalam mulut sulit
dievaluasi karena kaku. Lidah
tidak tergigit dan tidak menjulur.
Tidak teraba derik tulang. Gigi
taring dan gigi seri terlihat.

28
Kepala
Pipi kanan dan kiri Leher
Tidak terdapat luka dan tidak Tidak terdapat luka, tidak teraba
teraba derik tulang. derik tulang dan tidak terdapat
tanda penjeratan.

Telinga
Warna kulit telinga kanan dan kiri
berwarna lebih gelap dari warna
kulit tubuh. Pada telinga kanan
dan kiri, tidak ada cairan yang
keluar dari lubang telinga dan
tidak terdapat luka maupun derik
tulang.

29
Dada
Warna kulit tampak kehijauan karena proses
pembusukan. Tidak tampak adanya luka dan
tidak teraba derik tulang. Pada ketukan terdengar
suara redup pada seluruh lapang dada.

Perut
Permukaan perut sejajar dengan permukaan dada.
Tidak tampak adanya luka. Pada perabaan teraba
kenyal. Pada ketukan terdengar suara redup pada
seluruh lapang perut.

Alat Kelamin
Jenis kelamin perempuan. Rambut kelamin
berwarna hitam, keriting, panjang tiga sentimeter.
Dari lubang kelamin keluar cairan berwarna
bening.
30
Anggota Gerak Atas
Kanan dan Kiri
Tidak terdapat luka dan tidak teraba
derik tulang Jaringan dibawah kuku jari
berwarna biru. Tidak terdapat tanda-
tanda pembusukan lanjut.

Anggota Gerak Bawah


Kanan dan Kiri
Tidak terdapat luka dan tidak teraba
derik tulang Jaringan dibawah kuku
jari berwarna biru keunguan. Tidak
terdapat tanda-tanda pembusukan
lanjut.

31
Punggung
Tidak terdapat luka dan tidak teraba derik
tulang. Terdapat lebam dan bula. Terdapat
tanda-tanda pembusukan lanjut.

Pantat
Tidak terdapat luka dan tidak teraba derik
tulang. Tidak terdapat tanda-tanda
pembusukan lanjut.

Dubur
Tidak terdapat luka. Tidak terdapat kotoran
dari lubang dubur. Tidak terdapat tanda-
tanda pembusukan lanjut.
32
PEMERIKSAAN
DALAM
Tidak dilakukan pemeriksaan
dalam sesuai surat permintaan
penyidik.

33
ANALISIS
KASUS

34

Lebam pada area belakang jenazah yaitu paha, pinggang,
punggung, leher dan lengan menunjukkan posisi jenazah setelah
kematian adalah terlentang, sedangkan lebam yang tidak hilang
setelah penekanan menunjukkan bahwa waktu kematian sudah
berlangsung lebih dari 6-10 jam. Sedangkan tanda pembusukan
jenazah sudah mulai ditemukan pada daerah dada dan bahu. Adanya
tanda pembusukan mengindikasikan bahwa waktu kematian
diperkirakan lebih dari 36 jam. Pada kasus ini disimpulkan waktu
kematian berlangsung antara 24-48 jam sebelum pemeriksaan.

35

Pada pemeriksaan kepala, tidak tampak adanya luka, memar,
dan tidak teraba derik tulang. Hasil pemeriksaan tersebut dapat
menyingkirkan kemungkinan penyebab kematian yang disebabkan
oleh trauma dan penyebab kematian tidak wajar yang disebabkan
oleh kekerasan tajam maupun tumpul pada daerah kepala.
Pada pemeriksaan leher tidak ditemukan jejas-jejas jerat
maupun lesi lain. Tidak didapatkan luka, memar dan tidak teraba
derik tulang. Hal tersebut menyingkirkan dugaan kematian jenazah
disebabkan jeratan, pencekikan, gantung diri, maupun trauma tajam
dan tumpul.

36

Pada mulut dan kedua lubang hidung didapatkan cairan
berwarna merah serta busa atau buih berwarna putih. Adanya busa
atau buih berwarna putih dapat timbul akibat peningkatan
aktivitas pernapasan yang disertai sekresi selaput lendir saluran
napas bagian atas.
Adanya perubahan warna kebiruan pada ujung-ujung jari tangan
dan kaki mengindikasikan sianosis yang terjadi khas pada kejadian
asfiksia. Hal ini sangat sesuai dengan trias asfiksia yang terdiri dari
sianosis, busa halus, serta pembendungan yang sistemik atau
kongesti.

37
KESIMPULAN

38
◎ Telah dilakukan pemeriksaan terhadap korban seorang
jenazah berjenis kelamin perempuan dengan identitas
jelas dan dikenal.
◎ Pada pemeriksaan luar didapatkan busa dan buih halus
pada hidung, keluarnya cairan berwarna merah, kuku jari
tangan dan kaki berwarna biru keunguan, lebam di bagian
leher, punggung, pantat yg tidak hilang dengan
penekanan, adanya tanda pembusukan pada leher dan
bahu. Penyebab kematian tidak dapat ditentukan karena
tidak dilakukan pemeriksaan dalam sesuai permintaan
penyidik.
◎ Mekanisme kematian diduga karena asfiksia.
◎ Waktu kematian diperkirakan antara 24-48 jam sebelum
pemeriksaan.
39
DAFTAR PUSTAKA
WHO. 2005. International classification of diseases (ICD-10). Geneva: World Health Organization.
Budiyanto. A, Widiatmika.W. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta Bagian Kedokteran
Forensik Universitas Indonesia.
Knight B. Simpson’s Forensic Medicine. Eleventh Edition. New York : Arnold, 1997 : 105 – 20
Baradero. Klien Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta: EGC.2008
James JP, Jones R, Karch SB, Manlove J. Simpson’s Forensic Medicine. 13th edition. London:
Hodder & Stoughton Ltd. 2011. p. 54-64.
Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S et al. Ilmu Kedokteran
Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997.
edition. London: Hodder & Stoughton Ltd. 2011. p. 54-64.
Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Jakarta Barat: Binarupa Aksara;
1997. h. 210.
Gonzales TA, Vance M, Helpern M, Umberger CJ. 1954. Legal Medicine. Pathology and
toxicology. 2nd edition.New York: Appleton century croft.
Kusmana D. 2003. Kasiat teh dan kesehatan jantung. Jakarta : FKUI.
Motozawa Y, Yokoyama T, Hitosugi M, et all. Analysis of sudden natural deaths while driving
withforensic autopsy findings. 2019. Available from : http: www-nrd.nhtsa.dot.gov/pdf/nrd-
01/esv/esv19/05-0112-W.pdf.

40
DAFTAR PUSTAKA
Yandi, Fahriza, Riana, Elly. 2009. Roman’s Forensic. Banjarmasin : Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.
Rahmawati MLA. Hubungan antara usia dengan prevalensi dugaan mati mendadak. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta : 2010.
Bhaskara, DS, Mallo, JF, Tomuka D. Hasil autopsy sebab kematian mendadak tak terduga di bagian
forensik BLU RSUP. Prof.DR.R.D. Kandou Manado tahun 2010-2012. Bagian Ilmu Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulagi Manado. 2012.
Rorora JD, Tomuka D, Siwu J. Temuan otopsi pada kematian mendadak akibat penyakit jantung di BLU
RSU Prof.DR. R.D.Kandou Manado periode 2007-2011. Jurnal e-Clinic (eCI).2014;2.
Amir A. Rangkaian Ilmu kedokteran forensik edisi kedua. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedoktean USU: Medan. 2005.
Bagian Kedokteran Forensik. 1997. Kematian Akibat Asfiksia Mekanik. In: Ilmu Kedokteran
Forensik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 55-64.
Knight, B., 1996. Forensic Pathology. 2nd ed. New York: Oxford University Press, Inc, 347-351.
Isselbacher, J Kurt. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam; editor edisi bahasa Indonesia, Ahmad H.
Asdie.- Ed. 13- Jakarta : EGC. 1999
Waghmare PB, Chiklhalkar BG, Nanandkar SD. Analysis of asphycial deaths due to hanging. J Indian
Acad Forensic Medical. 2014;36 (4):343-5.

41

Anda mungkin juga menyukai