Anda di halaman 1dari 14

PORTOFOLIO

KASUS MEDIKOLEGAL
KONTUSIO

Oleh :
dr. Zahrotul aimah

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RSUD KAJEN
KABUPATEN PEKALONGAN
2015

Borang Portofolio
No. ID dan Nama Peserta : dr. Zahrotul aimah
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Kajen
Topik : Visum et Repertum (kontusio)
Tanggal (kasus) : 13/06/2015
Nama Pasien : Ny. E.K
Tanggal Presentasi :
No.dan Nama Pendamping :
dr. Imam P
dr. Siti Hannah
Tempat Presentasi :RSUD Kajen
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Keterampila Penyegaran Tinjauan
n
Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah
Istimewa
Neonatus Bayi
Anak
Remaja Dewasa Lansia
Deskripsi :
Tujuan :

Bumil

Mengetahui mengenai Visum et Repertum

Bahan
Tinjauan Riset
Kasus
Bahasan
Pustaka
Cara
Diskusi
Presentasi E-mail
Membahas
dan Diskusi
Data Pasien :
Nama : Ny. E.K
Nama Klinik: IGD
Umur :
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / gambaran klinis :

Audit
Pos
Nomor RM :
Terdaftar sejak : 13/06/2015

Wanita, 36 tahun, datang sendiri dengan permintaan visum setelah mengalami pemukulan
secara tiba-tiba dibagian wajah saat membantu dirumah tetangganya. Pasien datang dengan
luka memar dan bengkak di pipi bagian kiri, nyeri saat ditekan, pasien juga mengeluh
pusing.
2. Riwayat penyakit dahulu : 3. Riwayat keluarga : 4. Riwayat Pekerjaan : ibu rumah tangga
Daftar Pustaka
1. Syamsuhidayat, R dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.2004.
2. Karakata, S dan Bachsinar, B. Bedah Minor. Jakarta: Hipokrates. 1996.
3. Atmadja DS. Simposium Tatalaksana Visum et Repertum Korban Hidup pada Kasus
Perlukaan & Keracunan di Rumah Sakit. Jakarta: RS Mitra Keluarga Kelapa Gading,
Rabu 10 Juli 2004.
4. Budiyanto, Arif; Widiatmaka, Wibisana. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian
Kedokteran Forensik Kedokteran Universitas Indonesia. 1997.
5. Hoediyanto; A. Hariadi. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Surabaya. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga. 2010.


6.

Guntur, P.J.L. Penerapan Visum et Repertum sebagai Alat Bukti dalam Peradilan Pidana.
HUT FK-UGM ke-54 RSUP Dr Sardjito ke-18, Yogyakarta. 2000.

7.

Soegandhi, R. Arti Dan Makna Bagian-Bagian Visum Et Repertum. Ed.2 Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik FK-UGM, Yogyakarta. 2001.

8.

Soegandhi, R. Pedoman Pemeriksaan Jenazah Forensik dan Kesimpulan Visum et


Repertum di RSUP Dr. Sardjito, Ed.2. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FK-UGM,
Yogyakarta. 2001

Hasil Pembelajaran :
1. Membuat visum et repertum
1. Subyektif :
Wanita, 36 tahun, datang sendiri dengan permintaan visum setelah mengalami pemukulan
secara tiba-tiba dibagian wajah saat membantu dirumah tetangganya. Pasien datang dengan
luka memar dan bengkak di pipi bagian kiri, nyeri saat ditekan, pasien juga mengeluh
pusing.
2. Obyektif :
Hasil pemeriksaan fisik:
KU/Kes: Baik/ CM
Kesan gizi : Baik
VS : TD: 140/90 mmHg
Nadi: 90 x/mnt,
RR: 20 x/mnt
Suhu: 36.8C
Kepala : mesocephal
Mata : CA -/- , SI -/Mulut : faring hiperemis -/Leher : pembesaran limfonodi tidak teraba
Thorax : simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (+)
Cor : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SD vesikuler +/+, rhonki -/ ,-wheezing -/Abdomen : datar, peristaltik (+) normal, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Edema (-/-)
Status Lokalis
Regio orbitalis sinistra: bengkak
Regio infraorbitalis sinistra : bengkak ukuran 5cmx2cmx0.5cm

3. Assessment :
Wanita, 36 tahun, datang sendiri dengan permintaan visum setelah mengalami pemukulan
secara tiba-tiba dibagian wajah saat membantu dirumah tetangganya. Pasien datang dengan
luka memar dan bengkak di pipi bagian kiri, nyeri saat ditekan, pasien juga mengeluh
pusing.
Hasil pemeriksaan fisik:
KU/Kes: Baik/ CM

Kesan gizi : Baik


VS : TD: 140/90 mmHg
Nadi: 90 x/mnt,
RR: 20 x/mnt
Suhu: 36.8C
Kepala : mesocephal
Mata : CA -/- , SI -/Mulut : faring hiperemis -/Leher : pembesaran limfonodi tidak teraba
Thorax : simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (+)
Cor : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SD vesikuler +/+, rhonki -/ ,-wheezing -/Abdomen : datar, peristaltik (+) normal, Nyeri tekan (+) epigastrium
Ekstremitas : oedem
Status Lokalis
Regio orbitalis sinistra: bengkak
Regio infraorbitalis sinistra : bengkak ukuran 5cmx2cmx0.5cm
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pasien ini adalah kontusio akibat
trauma tumpul

Kontusio terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu yang singkat. Penekanan ini
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat menimbulkan perdarahan
pada jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya. Kontusio adalah suatu keadaan dimana
terjadi pengumpulan darah dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup,
dikarenakan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul.
Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada daerah dimana
jaringan longgar, seperti di daerah mata, leher, atau pada orang yang lanjut usia, maka luka
memar yang tampak seringkali tidaka sebanding dengan kekerasan, dalam arti seringkali
lebih luas; dan adanya jaringan longgar tersebut memungkinkan berpindahnya memar ke
daerah yang lebih rendah, berdasarkan gravitasi.
Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai bentuk dari
benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan istilah perdarahan tepi (marginal
haemorrhages), misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat

yang terdapat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan, kendaraan akan menepi sehingga
terbentuk perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang
ban yang berdekatan.Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya
luka, namun waktu tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang terkena. Tidak
ada standar pasti untuk menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara
pemeriksaan fisik.
Luka memar dapat diklasifikasikan sebagai luka memar superficial (Superficial), Luka
memar dalam (Deep), dan luka memar berbekas ( Patterned/ imprint).
a.

a. Luka memar superfisial


Luka memar superficial dapat terjadi secara segera, disebabkan oleh akumulasi darah
secara subkutan.
b. Luka memar dalam
Luka memar dalam menandakan adanya akumulasi pendarahan lebih dalam dari lapisan
kulit subkutan. Biasanya jenis luka ini memerlukan 1 sampai 2 hari untuk dapat terlihat di
permukaan kulit.
c. Luka memar berbekas
Luka memar berbekas disebabkan oleh penekanan pada tubuh, biasanya objek yang
menekan tubuh meninggalkan bekas pada permukaan kulit.
Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya penurunan darah dalam
sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif sehingga dapat menyebabkan syok,
penurunan kesadaran, bahkan kematian. Yang kedua adalah terjadinya agregasi darah di
bawah kulit yang akan mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena sehingga
dapat menyebabkan ganggren dan kematian jaringan. Yang ketiga, memar dapat menjadi
tempat media berkembang biak kuman. Kematian jaringan dengan kekurangan atau
ketiadaaan aliran darah sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen menjadi rendah sehingga
kuman anaerob dapat hidup, kuman tersering adalah golongan clostridium yang dapat
memproduksi gas gangrene
Memperkirakan umur luka memar :
Hari ke 1 : terjadi pembengkakan warna merah kebiruan
Hari ke 2 3 : warna biru kehitaman
Hari ke 4 6 : biru kehijauancoklat
4) > 1 minggu-4 minggu : menghilang / sembuh
Pola Trauma Tumpul
Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat dikenali, yang
mengarah kepada kepentingan medikolegal. Pola trauma banyak macamnya dan dapat bercerita
pada pemeriksa medikolegal. Kadangkala sukar dikenali, bukan karena korban tidak diperiksa,
namun karena pemeriksa cenderung memeriksa area per area, dan gagal mengenali polanya.
Foto korban dari depan maupun belakang cukup berguna untuk menetukan pola trauma.
Persiapan diagram tubuh yang memperlihatkan grafik lokasi dan penyebab trauma adalah

latihan yang yang baik untuk mengungkapkan pola trauma.


Trauma
a.

Bentuk luka

b. Tepi Luka
c.

Jembatan Jaringan

d. Rambut

Tumpul

Tajam

Tidak teratur

Teratur

Tidak rata

Rata

Ada

Tidak ada

Tidak terpotong

Terpotong

e.

Dasar Luka

Tidak teratur

Teratur

f.

Sekitar Luka

Ada luka lecet atau

Tak ada luka lain

memar

4. Plan :
Diagnosis : kontusio

Terapi :
Paracetamol tab 3 x 500 mg
Vit C tab 2 x 25 mg
Dexamethason tab 2 x 0.5mg

TINJAUAN PUSTAKA
Visum et Repertum
Visum et Repertum adalah keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik
yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati,
ataupun bagian/diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah
untuk kepentingan peradilan.4
Perbedaan Visum et Repertum dengan Catatan Medis4
Catatan medis adalah catatan tentang seluruh hasil pemeriksaan medis beserta
tindakan pengobatan atau perawatan yang dilakukan oleh dokter. Catatan medis disimpan oleh
dokter atau institusi dan bersifat rahasia, tidak boleh dibuka kecuali dengan izin dari pasien
atau atas kesepakatan sebelumnya misalnya untuk keperluan asuransi. Catatan medis ini
berkaitan dengan rahasia kedokteran dengan sanksi hukum seperti yang terdapat dalam pasal
322 KUHP.

Sedangkan Visum et Repertum dibuat berdasarkan Undang-Undang yaitu pasal 120,


179 dan 133 KUHAP dan dokter dilindungi dari ancaman membuka rahasia jabatan meskipun
Visum et Repertum dibuat dan dibuka tanpa izin pasien, asalkan ada permintaan dari penyidik
dan digunakan untuk kepentingan peradilan.
Jenis dan Bentuk Visum et Repertum
Ada beberapa jenis visum et repertum, yaitu visum et repertum perlukaan (termasuk
keracunan), visum et repertum kejahatan susila, visum et repertum jenazah, dan visum et
repertum psikiatrik. Tiga jenis visum yang pertama adalah visum et repertum mengenai
tubuh/raga manusia yang dalam hal ini berstatus sebagai korban tindak pidana, sedangkan
jenis terakhir adalah mengenai jiwa/mental tersangka atau terdakwa atau saksi.5
Visum et repertum dibuat secara tertulis, sebaiknya dengan mesin ketik, di atas sebuah
kertas putih dengan kepala surat institusi kesehatan yang melakukan pemeriksaan, dalam
bahasa Indonesia, tanpa memuat singkatan dan sedapat mungkin tanpa istilah asing, bila
terpaksa digunakan agar diberi penjelasan bahasa Indonesia5.
1. Visum et Repertum pada Kasus Perlukaan4.
Terhadap setiap pasien yang diduga korban tindak pidana meskipun belum ada surat
permintaan visum et repertum dari polisi, dokter harus membuat catatan medis atas
semua hasil pemeriksaan medisnya secara lengkap dan jelas sehingga dapat digunakan
untuk pembuatan visum et

repertum

. Umumnya, korban dengan luka ringan datang ke

dokter setelah melapor ke penyidik, sehingga membawa surat permintaan visum et


repertum. Sedangkan korban dengan luka sedang/berat akan datang ke dokter sebelum
melapor ke penyidik, sehingga surat permintaan datang terlambat. Keterlambatan
dapat diperkecil dengan komunikasi dan kerjasama antara institusi kesehatan dengan
penyidik.
Di dalam bagian pemberitaa biasanya disebutkan keadaan umum korban sewaktu
datang, luka-luka atau cedera atau penyakit yang diketemukan pada pemeriksaan fisik
berikut uraian tentang letak, jenis dan sifat luka serta ukurannya, pemeriksaan
khusus/penunjang, tindakan medis yang dilakukan, riwayat perjalanan penyakit
selama perawatan, dan keadaan akhir saat perawatan selesai. Gejala yang dapat
dibuktikan secara obyektif dapat dimasukkan, sedangkan yang subyektif dan tidak
dapat dibuktikan tidak dimasukkan ke dalam visum et repertum.

Visum et Repertum Korban Kejahatan Susila4

2.

Umumnya korban kejahatan susila yang dimintakan visum et repertumnya pada dokter
adalah kasus dugaan adanya persetubuhan yang diancam hukuman oleh KUHP
(meliputi perzinahan, perkosaan, persetubuhan dengan wanita yang tidak berdaya,
persetubuhan dengan wanita yang belum cukup umur, serta perbuatan cabul).
Untuk kepentingan peradilan, dokter berkewajiban untuk membuktikan adanya
persetubuhan atau perbuatan cabul, adanya kekerasan (termasuk keracunan), serta usia
korban. Selain itu juga diharapkan memeriksa adanya penyakit hubungan seksual,
kehamilan, dan kelainan psikiatrik sebagai akibat dari tindakan pidana tersebut.
Dokter tidak dibebani pembuktian adanya pemerkosaan, karena istilah pemerkosaan
adalah istilah hukum yang harus dibuktikan di depan sidang pengadilan. Dalam
kesimpulan diharapkan tercantum perkiraan tentang usia korban, ada atau tidaknya
tanda persetubuhan dan bila mungkin, menyebutkan kapan perkiraan terjadinya, dan
ada atau tidaknya tanda kekerasan. Bila ditemukan adanya tanda-tanda ejakulasi atau
adanya tanda-tanda perlawanan berupa darah pada kuku korban, dokter berkewajiban
mencari identitas tersangka melalui pemeriksaan golongan darah serta DNA dari
benda-benda bukti tersebut.
3.

Visum et Repertum Jenazah4


Jenazah yang akan dimintakan visum et repertumnya harus diberi label yang memuat
identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan, diikatkan pada ibu jari kaki atau
bagian tubuh lainnya. Pada surat permintaan visum et repertum harus jelas tertulis
jenis pemeriksaan yang diminta, apakah pemeriksaan luar (pemeriksaan jenazah) atau
pemeriksaan dalam/autopsi (pemeriksaan bedah jenazah).
Pemeriksaan forensik terhadap jenazah meliputi :
a. Pemeriksaan luar jenazah yang berupa tindakan yang tidak merusak keutuhan
jaringan jenazah secara teliti dan sistematik.
b. Pemeriksaan bedah jenazah, pemeriksaan secara menyeluruh dengan membuka
rongga tengkorak, leher, dada, perut, dan panggul. Kadangkala dilakukan
pemeriksaan penunjang yang diperlukan seperti pemeriksaan histopatologi,
toksikologi, serologi, dan sebagainya.

Dari pemeriksaan dapat disimpulkan sebab, jenis luka atau kelainan, jenis kekerasan
penyebabnya, sebab dan mekanisme kematian, serta saat kematian seperti tersebut di
atas.
4. Visum et Repertum Psikiatrik4
Visum et repertum psikiatrik perlu dibuat oleh karena adanya pasal 44 (1) KUHP yang
berbunyi

Barang

siapa

melakukan

perbuatan

yang

tidak

dapat

dipertanggungjawabkan padanya disebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya


atau terganggu karena penyakit, tidak dipidana. Jadi selain orang yang menderita
penyakit jiwa, orang yang retardasi mental juga terkena pasal ini.
Visum ini diperuntukkan bagi tersangka atau terdakwa pelaku tindak pidana, bukan
bagi korban sebagaimana yang lainnya. Selain itu visum ini juga menguraikan tentang
segi kejiwaan manusia, bukan segi fisik atau raga manusia. Karena menyangkut
masalah dapat dipidana atau tidaknya seseorang atas tindak pidana yang dilakukannya,
maka adalah lebih baik bila pembuat visum ini hanya dokter spesialis psikiatri yang
bekerja di rumah sakit jiwa atau rumah sakit umum.
Dalam Keadaan tertentu di mana kesaksian seseorang amat diperlukan sedangkan ia
diragukan kondisi kejiwaannya jika ia bersaksi di depan pengadilan maka kadangkala
hakim juga meminta evaluasi kejiwaan saksi tersebut dalam bentuk visum et repertum
psikiatrik.
Pada kasus ini, permintaan visumnya adalah Visum et Repertum perlukaan.
Bagian bagian dari Visum et Repertum
Sudut kanan atas:
a. Alamat tujuan SPVR (Rumah sakit atau dokter), dan tgl SPVR.
b. Rumah sakit (Direktur) :
- Kepala bagian / SMF Bedah
- Kepala bagian / SMF Obgyn
- Kepala bagian / SMF Penyakit dalam
- Kepala bagian I.K.Forensik.
Sudut kiri atas:

a. Alamat peminta VetR,


b. Nomor surat, hal dan
c. Lampiran
Bagian tengah :
a. Disebutkan SPVR korban hidup / mati
b. Identitas korban (nama, umur, kelamin, kebangsaan, alamat, agama dan pekerjaan).
c. Peristiwanya (modus operandi) antara lain
*Luka karena . . . . . . . . . . . . . . . .
*Keracunan (obat/racun . . . . . . . . . .).
*Kesusilaan (perkosaan/perzinahan/cabul).
*Mati karena (listrik, tenggelam, senjata api/tajam/tumpul).
1. PEMBUKAAN
Kata Projustitia dicantumkan disudut kiri atas, dan dengan demikian visum et
repertum tidak perlu bermaterai, sesuai dengan pasal 136 KUHAP.
2. PENDAHULUAN
Bagian ini memuat antara lain :
- Identitas pemohon visum et repertum.
- Identitas dokter yang memeriksa / membuat visum et repertum.
- Tempat dilakukannya pemeriksaan (misalnya rumah sakit X Surabaya).
- Tanggal dan jam dilakukannya pemeriksaan.
- Identitas korban.
- Keterangan dari penyidik mengenai cara kematian, luka, dimana korban dirawat,
waktu korban meninggal.
- Keterangan mengenai orang yang menyerahkan / mengantar korban pada dokter dan
waktu saat korban diterima dirumah sakit.
3. PEMBERITAAN
- Identitas korban menurut pemeriksaan dokter, (umur, jenis kel,TB/BB),
keadaan umum.
- Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang ditemukan pada korban.
- Tindakan-tindakan / operasi yang telah dilakukan.
- Hasil pemeriksaan tambahan.

serta

Syarat-syarat :
- Memakai bahasa Indonesia yg mudah dimengerti orang awam.
- Angka harus ditulis dengan hurup, (4 cm ditulis empat sentimeter).
- Tidak dibenarkan menulis diagnose luka (luka bacok, luka tembak dll).
- Luka harus dilukiskan dengan kata-kata.
- Memuat hasil pemeriksaan yang objektif (sesuai apa yang dilihat dan ditemukan).
4. KESIMPULAN
- Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter yang memeriksa, mengenai hasil
pemeriksaan sesuai dgn pengetahuan yang sebaik-baiknya.
- Seseorang melakukan pengamatan dengan kelima panca indera (pengelihatan,
pendengaran, perasa, penciuman dan perabaan).
- Sifatnya subjektif.
5. PENUTUP
- Memuat kata Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah
pada waktu menerima jabatan.
-

Diakhiri dengan tanda tangan, nama lengkap/NIP dokter.

Struktur Visum et Repertum


Unsur penting dalam VeR yang diusulkan oleh banyak ahli adalah sebagai berikut5 :
1. Pro Justitia
Kata tersebut harus dicantumkan di kiri atas, dengan demikian VeR tidak perlu
bermeterai.
2. Pendahuluan
Pendahuluan memuat: identitas pemohon visum et repertum, tanggal dan pukul
diterimanya permohonan VeR, identitas dokter yang melakukan pemeriksaan,
identitas subjek yang diperiksa : nama, jenis kelamin, umur, bangsa, alamat,
pekerjaan, kapan dilakukan pemeriksaan, dan tempat dilakukan pemeriksaan.
3. Pemberitaan (Hasil Pemeriksaan)
Memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai dengan apa yang diamati, terutama
dilihat dan ditemukan pada korban atau benda yang diperiksa. Pemeriksaan
dilakukan dengan sistematis dari atas ke bawah sehingga tidak ada yang tertinggal.
Deskripsinya juga tertentu yaitu mulai dari letak anatomisnya, koordinatnya (absis
adalah jarak antara luka dengan garis tengah badan, ordinat adalah jarak antara luka

dengan titik anatomis permanen yang terdekat), jenis luka atau cedera, karakteristik
serta ukurannya. Rincian tersebut terutama penting pada pemeriksaan korban mati
yang pada saat persidangan tidak dapat dihadirkan kembali. Pada pemeriksaan
korban hidup, bagian pemberitaan terdiri dari:
a. Pemeriksaan anamnesis atau wawancara mengenai apa yang dikeluhkan dan
apa yang diriwayatkan yang menyangkut tentang penyakit yang diderita korban
sebagai hasil dari kekerasan/tindak pidana/didugakekerasan.
b. Hasil pemeriksaan yang memuat seluruh hasil pemeriksaan, baik pemeriksaan
fisik maupun pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Uraian hasil pemeriksaan korban hidup berbeda dengan pada korban mati, yaitu
hanya uraian tentang keadaan umum dan perlukaan serta hal-hal lain yang
berkaitan dengan tindak pidananya (status lokalis).
c. Tindakan dan perawatan berikut indikasinya, atau pada keadaan sebaliknya,
alasan tidak dilakukannya suatu tindakan yang seharusnya dilakukan. Uraian
meliputi juga semua temuan pada saat dilakukannya tindakan dan perawatan
tersebut. Hal tersebut perlu diuraikan untuk menghindari kesalahpahaman
tentang tepat/ tidaknya penanganan dokter dan tepat/tidaknya kesimpulan yang
diambil.
d. Keadaan akhir korban, terutama tentang gejala sisa dan cacat badan merupakan
hal penting untuk pembuatan kesimpulan sehingga harus diuraikan dengan
jelas. Pada bagian pemberitaan memuat 6 unsur yaitu anamnesis, tanda vital,
lokasi luka pada tubuh, karakteristik luka, ukuran luka, dan tindakan
pengobatan atau perawatan yang diberikan.
4. Kesimpulan
Memuat hasil interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dari
fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter pembuat VeR, dikaitkan dengan maksud
dan tujuan dimintakannya VeR tersebut. Pada bagian ini harus memuat minimal 2
unsur yaitu jenis luka dan kekerasan dan derajat kualifikasi luka. Hasil pemeriksaan
anamnesis yang tidak didukung oleh hasil pemeriksaan lainnya, sebaiknya tidak
digunakan dalam menarik kesimpulan. Pengambilan kesimpulan hasil anamnesis
hanya boleh dilakukan dengan penuh hati-hati. Kesimpulan VeR adalah pendapat
dokter pembuatnya yang bebas, tidak terikat oleh pengaruh suatu pihak tertentu.
Tetapi di dalam kebebasannya tersebut juga terdapat pembatasan, yaitu pembatasan
oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, standar profesi dan ketentuan hukum yang
berlaku. Kesimpulan VeR harus dapat menjembatani antara temuan ilmiah dengan
manfaatnya dalam mendukung penegakan hukum. Kesimpulan bukanlah hanya

resume hasil pemeriksaan,melainkan lebih ke arah interpretasi hasil temuan dalam


kerangka ketentuan hokum-hukum yang berlaku.
5. Penutup
Memuat pernyataan bahwa keterangan tertulis dokter tersebut dibuat dengan
mengingat sumpah atau janji ketika menerima jabatan atau dibuat dengan
mengucapkan sumpah atau janji lebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan
serta dibubuhi tanda tangan dokter pembuat VeR.
Prosedur, permintaan, penerimaan dan penyerahan Visum et Repertum
Pihak yang berhak meminta Ver5 :
- Penyidik, sesuai dengan pasal I ayat 1, yaitu pihak kepolisian yang diangkat negara
untuk menjalankan undang-undang.
-

Di wilayah sendiri, kecuali ada permintaan dari Pemda Tk II.

- Tidak dibenarkan meminta visum pada perkara yang telah lewat.


-

Pada mayat harus diberi label, sesuai KUHP 133 ayat C.

Syarat pembuat5 :
- Harus seorang dokter (dokter gigi hanya terbatas pada gigi dan mulut)
- Di wilayah sendiri
- Memiliki SIP
- Kesehatan baik
Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk membuat VeR
korban hidup, yaitu:
1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.
2. Langsung menyerahkannya kepada dokter, tidak boleh dititip melalui korban atau
keluarganya. Juga tidak boleh melalui jasa pos.
3. Bukan kejadian yang sudah lewat sebab termasuk rahasia jabatan dokter.
4. Ada alasan mengapa korban dibawa kepada dokter.
5. Ada identitas korban.
6. Ada identitas pemintanya.

7. Mencantumkan tanggal permintaan.


8. Korban diantar oleh polisi atau jaksa.
Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk membuat
VeR jenazah, yaitu:
1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.
2. Harus sedini mungkin.
3. Tidak bisa permintaannya hanya untuk pemeriksaan luar.
4. Ada keterangan terjadinya kejahatan.
5. Memberikan label dan segel pada salah satu ibu jari kaki.
6. Ada identitas pemintanya.
7. Mencantumkan tanggal permintaan.
8. Korban diantar oleh polisi.
Saat menerima permintaan membuat VeR, dokter harus mencatat tanggal dan jam,
penerimaan surat permintaan, dan mencatat nama petugas yang mengantar korban. Batas
waktu bagi dokter untuk menyerahkan hasil VeR kepada penyidik selama 20 hari. Bila
belum selesai, batas waktunya menjadi 40 hari dan atas persetujuan penuntut umum.
Lampiran visum
- Fotografi forensik
- Identitas, kelainan-kelainan pada gambar tersebut
- Penjelasan istilah kedokteran
- Hasil pemeriksaan lab forensik (toksikologi, patologi, sitologi, mikrobiolog

Anda mungkin juga menyukai