KASUS MEDIKOLEGAL
KONTUSIO
Oleh :
dr. Zahrotul aimah
Borang Portofolio
No. ID dan Nama Peserta : dr. Zahrotul aimah
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Kajen
Topik : Visum et Repertum (kontusio)
Tanggal (kasus) : 13/06/2015
Nama Pasien : Ny. E.K
Tanggal Presentasi :
No.dan Nama Pendamping :
dr. Imam P
dr. Siti Hannah
Tempat Presentasi :RSUD Kajen
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Keterampila Penyegaran Tinjauan
n
Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah
Istimewa
Neonatus Bayi
Anak
Remaja Dewasa Lansia
Deskripsi :
Tujuan :
Bumil
Bahan
Tinjauan Riset
Kasus
Bahasan
Pustaka
Cara
Diskusi
Presentasi E-mail
Membahas
dan Diskusi
Data Pasien :
Nama : Ny. E.K
Nama Klinik: IGD
Umur :
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / gambaran klinis :
Audit
Pos
Nomor RM :
Terdaftar sejak : 13/06/2015
Wanita, 36 tahun, datang sendiri dengan permintaan visum setelah mengalami pemukulan
secara tiba-tiba dibagian wajah saat membantu dirumah tetangganya. Pasien datang dengan
luka memar dan bengkak di pipi bagian kiri, nyeri saat ditekan, pasien juga mengeluh
pusing.
2. Riwayat penyakit dahulu : 3. Riwayat keluarga : 4. Riwayat Pekerjaan : ibu rumah tangga
Daftar Pustaka
1. Syamsuhidayat, R dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.2004.
2. Karakata, S dan Bachsinar, B. Bedah Minor. Jakarta: Hipokrates. 1996.
3. Atmadja DS. Simposium Tatalaksana Visum et Repertum Korban Hidup pada Kasus
Perlukaan & Keracunan di Rumah Sakit. Jakarta: RS Mitra Keluarga Kelapa Gading,
Rabu 10 Juli 2004.
4. Budiyanto, Arif; Widiatmaka, Wibisana. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian
Kedokteran Forensik Kedokteran Universitas Indonesia. 1997.
5. Hoediyanto; A. Hariadi. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Surabaya. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Guntur, P.J.L. Penerapan Visum et Repertum sebagai Alat Bukti dalam Peradilan Pidana.
HUT FK-UGM ke-54 RSUP Dr Sardjito ke-18, Yogyakarta. 2000.
7.
Soegandhi, R. Arti Dan Makna Bagian-Bagian Visum Et Repertum. Ed.2 Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik FK-UGM, Yogyakarta. 2001.
8.
Hasil Pembelajaran :
1. Membuat visum et repertum
1. Subyektif :
Wanita, 36 tahun, datang sendiri dengan permintaan visum setelah mengalami pemukulan
secara tiba-tiba dibagian wajah saat membantu dirumah tetangganya. Pasien datang dengan
luka memar dan bengkak di pipi bagian kiri, nyeri saat ditekan, pasien juga mengeluh
pusing.
2. Obyektif :
Hasil pemeriksaan fisik:
KU/Kes: Baik/ CM
Kesan gizi : Baik
VS : TD: 140/90 mmHg
Nadi: 90 x/mnt,
RR: 20 x/mnt
Suhu: 36.8C
Kepala : mesocephal
Mata : CA -/- , SI -/Mulut : faring hiperemis -/Leher : pembesaran limfonodi tidak teraba
Thorax : simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (+)
Cor : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SD vesikuler +/+, rhonki -/ ,-wheezing -/Abdomen : datar, peristaltik (+) normal, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Edema (-/-)
Status Lokalis
Regio orbitalis sinistra: bengkak
Regio infraorbitalis sinistra : bengkak ukuran 5cmx2cmx0.5cm
3. Assessment :
Wanita, 36 tahun, datang sendiri dengan permintaan visum setelah mengalami pemukulan
secara tiba-tiba dibagian wajah saat membantu dirumah tetangganya. Pasien datang dengan
luka memar dan bengkak di pipi bagian kiri, nyeri saat ditekan, pasien juga mengeluh
pusing.
Hasil pemeriksaan fisik:
KU/Kes: Baik/ CM
Kontusio terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu yang singkat. Penekanan ini
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat menimbulkan perdarahan
pada jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya. Kontusio adalah suatu keadaan dimana
terjadi pengumpulan darah dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup,
dikarenakan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul.
Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada daerah dimana
jaringan longgar, seperti di daerah mata, leher, atau pada orang yang lanjut usia, maka luka
memar yang tampak seringkali tidaka sebanding dengan kekerasan, dalam arti seringkali
lebih luas; dan adanya jaringan longgar tersebut memungkinkan berpindahnya memar ke
daerah yang lebih rendah, berdasarkan gravitasi.
Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai bentuk dari
benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan istilah perdarahan tepi (marginal
haemorrhages), misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat
yang terdapat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan, kendaraan akan menepi sehingga
terbentuk perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang
ban yang berdekatan.Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya
luka, namun waktu tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang terkena. Tidak
ada standar pasti untuk menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara
pemeriksaan fisik.
Luka memar dapat diklasifikasikan sebagai luka memar superficial (Superficial), Luka
memar dalam (Deep), dan luka memar berbekas ( Patterned/ imprint).
a.
Bentuk luka
b. Tepi Luka
c.
Jembatan Jaringan
d. Rambut
Tumpul
Tajam
Tidak teratur
Teratur
Tidak rata
Rata
Ada
Tidak ada
Tidak terpotong
Terpotong
e.
Dasar Luka
Tidak teratur
Teratur
f.
Sekitar Luka
memar
4. Plan :
Diagnosis : kontusio
Terapi :
Paracetamol tab 3 x 500 mg
Vit C tab 2 x 25 mg
Dexamethason tab 2 x 0.5mg
TINJAUAN PUSTAKA
Visum et Repertum
Visum et Repertum adalah keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik
yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati,
ataupun bagian/diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah
untuk kepentingan peradilan.4
Perbedaan Visum et Repertum dengan Catatan Medis4
Catatan medis adalah catatan tentang seluruh hasil pemeriksaan medis beserta
tindakan pengobatan atau perawatan yang dilakukan oleh dokter. Catatan medis disimpan oleh
dokter atau institusi dan bersifat rahasia, tidak boleh dibuka kecuali dengan izin dari pasien
atau atas kesepakatan sebelumnya misalnya untuk keperluan asuransi. Catatan medis ini
berkaitan dengan rahasia kedokteran dengan sanksi hukum seperti yang terdapat dalam pasal
322 KUHP.
repertum
2.
Umumnya korban kejahatan susila yang dimintakan visum et repertumnya pada dokter
adalah kasus dugaan adanya persetubuhan yang diancam hukuman oleh KUHP
(meliputi perzinahan, perkosaan, persetubuhan dengan wanita yang tidak berdaya,
persetubuhan dengan wanita yang belum cukup umur, serta perbuatan cabul).
Untuk kepentingan peradilan, dokter berkewajiban untuk membuktikan adanya
persetubuhan atau perbuatan cabul, adanya kekerasan (termasuk keracunan), serta usia
korban. Selain itu juga diharapkan memeriksa adanya penyakit hubungan seksual,
kehamilan, dan kelainan psikiatrik sebagai akibat dari tindakan pidana tersebut.
Dokter tidak dibebani pembuktian adanya pemerkosaan, karena istilah pemerkosaan
adalah istilah hukum yang harus dibuktikan di depan sidang pengadilan. Dalam
kesimpulan diharapkan tercantum perkiraan tentang usia korban, ada atau tidaknya
tanda persetubuhan dan bila mungkin, menyebutkan kapan perkiraan terjadinya, dan
ada atau tidaknya tanda kekerasan. Bila ditemukan adanya tanda-tanda ejakulasi atau
adanya tanda-tanda perlawanan berupa darah pada kuku korban, dokter berkewajiban
mencari identitas tersangka melalui pemeriksaan golongan darah serta DNA dari
benda-benda bukti tersebut.
3.
Dari pemeriksaan dapat disimpulkan sebab, jenis luka atau kelainan, jenis kekerasan
penyebabnya, sebab dan mekanisme kematian, serta saat kematian seperti tersebut di
atas.
4. Visum et Repertum Psikiatrik4
Visum et repertum psikiatrik perlu dibuat oleh karena adanya pasal 44 (1) KUHP yang
berbunyi
Barang
siapa
melakukan
perbuatan
yang
tidak
dapat
serta
Syarat-syarat :
- Memakai bahasa Indonesia yg mudah dimengerti orang awam.
- Angka harus ditulis dengan hurup, (4 cm ditulis empat sentimeter).
- Tidak dibenarkan menulis diagnose luka (luka bacok, luka tembak dll).
- Luka harus dilukiskan dengan kata-kata.
- Memuat hasil pemeriksaan yang objektif (sesuai apa yang dilihat dan ditemukan).
4. KESIMPULAN
- Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter yang memeriksa, mengenai hasil
pemeriksaan sesuai dgn pengetahuan yang sebaik-baiknya.
- Seseorang melakukan pengamatan dengan kelima panca indera (pengelihatan,
pendengaran, perasa, penciuman dan perabaan).
- Sifatnya subjektif.
5. PENUTUP
- Memuat kata Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah
pada waktu menerima jabatan.
-
dengan titik anatomis permanen yang terdekat), jenis luka atau cedera, karakteristik
serta ukurannya. Rincian tersebut terutama penting pada pemeriksaan korban mati
yang pada saat persidangan tidak dapat dihadirkan kembali. Pada pemeriksaan
korban hidup, bagian pemberitaan terdiri dari:
a. Pemeriksaan anamnesis atau wawancara mengenai apa yang dikeluhkan dan
apa yang diriwayatkan yang menyangkut tentang penyakit yang diderita korban
sebagai hasil dari kekerasan/tindak pidana/didugakekerasan.
b. Hasil pemeriksaan yang memuat seluruh hasil pemeriksaan, baik pemeriksaan
fisik maupun pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Uraian hasil pemeriksaan korban hidup berbeda dengan pada korban mati, yaitu
hanya uraian tentang keadaan umum dan perlukaan serta hal-hal lain yang
berkaitan dengan tindak pidananya (status lokalis).
c. Tindakan dan perawatan berikut indikasinya, atau pada keadaan sebaliknya,
alasan tidak dilakukannya suatu tindakan yang seharusnya dilakukan. Uraian
meliputi juga semua temuan pada saat dilakukannya tindakan dan perawatan
tersebut. Hal tersebut perlu diuraikan untuk menghindari kesalahpahaman
tentang tepat/ tidaknya penanganan dokter dan tepat/tidaknya kesimpulan yang
diambil.
d. Keadaan akhir korban, terutama tentang gejala sisa dan cacat badan merupakan
hal penting untuk pembuatan kesimpulan sehingga harus diuraikan dengan
jelas. Pada bagian pemberitaan memuat 6 unsur yaitu anamnesis, tanda vital,
lokasi luka pada tubuh, karakteristik luka, ukuran luka, dan tindakan
pengobatan atau perawatan yang diberikan.
4. Kesimpulan
Memuat hasil interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dari
fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter pembuat VeR, dikaitkan dengan maksud
dan tujuan dimintakannya VeR tersebut. Pada bagian ini harus memuat minimal 2
unsur yaitu jenis luka dan kekerasan dan derajat kualifikasi luka. Hasil pemeriksaan
anamnesis yang tidak didukung oleh hasil pemeriksaan lainnya, sebaiknya tidak
digunakan dalam menarik kesimpulan. Pengambilan kesimpulan hasil anamnesis
hanya boleh dilakukan dengan penuh hati-hati. Kesimpulan VeR adalah pendapat
dokter pembuatnya yang bebas, tidak terikat oleh pengaruh suatu pihak tertentu.
Tetapi di dalam kebebasannya tersebut juga terdapat pembatasan, yaitu pembatasan
oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, standar profesi dan ketentuan hukum yang
berlaku. Kesimpulan VeR harus dapat menjembatani antara temuan ilmiah dengan
manfaatnya dalam mendukung penegakan hukum. Kesimpulan bukanlah hanya
Syarat pembuat5 :
- Harus seorang dokter (dokter gigi hanya terbatas pada gigi dan mulut)
- Di wilayah sendiri
- Memiliki SIP
- Kesehatan baik
Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk membuat VeR
korban hidup, yaitu:
1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.
2. Langsung menyerahkannya kepada dokter, tidak boleh dititip melalui korban atau
keluarganya. Juga tidak boleh melalui jasa pos.
3. Bukan kejadian yang sudah lewat sebab termasuk rahasia jabatan dokter.
4. Ada alasan mengapa korban dibawa kepada dokter.
5. Ada identitas korban.
6. Ada identitas pemintanya.