Anda di halaman 1dari 3

Nama : Alicia Asyera Esterlina Unwaru

NPM : 2306239091
Judul Penelitian: Peran Hukum Dalam Melindungi Anak Korban Kekerasan Seksual di
Lembaga Pendidikan.

Pada Undang-undang No.39 Tahun 1999 Pasal 1 ayat (5) tentang Hak Asasi Manusia,
mendefinisikan anak sebagai manusia yang berada dibawah usia 18 (delapan belas) tahun,
serta belum menikah, termasuk anak yang masih berada di dalam kandungan1. Anak memiliki
kondisi fisik, mental, dan sosial yang belum berkembang secara maksimal, sehingga rentan
menjadi korban kekerasan. Kekerasan dalam arti luas merujuk pada tindakan fisik dan verbal,
yang dilakukan oleh individu maupun kelompok, baik disengaja maupun tidak sengaja. Salah
satu bentuk kekerasan yang sering dialami oleh anak-anak, yaitu kekerasan seksual.
Kekerasan seksual merupakan segala tindakan seksual, baik tindakan verbal atau fisik yang
bernuansa seksual dan dengan cara memaksa.

Hukum di Indonesia yang mengatur tentang perlindungan terhadap anak sebagai


korban kekerasan seksual, seperti: Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan
Korban, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP), Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia (HAM), dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Kekerasan seksual yang kerap terjadi tanpa adanya pengaduan dari korban
dikarenakan rasa takut, merasa tidak memiliki kuasa untuk melapor serta merasa tidak
memiliki kuasa untuk melawan, yaitu kekerasan seksual di lembaga pendidikan. Anak yang
menjadi korban kekerasan seksual di lembaga pendidikan, cenderung untuk memilih diam
lantaran mereka mengetahui adanya perbedaan kekuasaan antara pelaku dan dirinya. Mereka
juga cenderung merasa takut jika kejadian tersebut diungkapkan, maka akan berdampak pada
pendidikan mereka. Rasa takut inilah yang akhirnya membuat korban untuk terus menutup
diri, dan berakhir dengan trauma yang mengganggu kesehatan mental korban.

1 Indonesia, Undang-undang Tentang Hak Asasi Manusia, UU No. 39 Tahun 1999, ps. 1 ayat (5).
Berdasarkan data yang diambil dari Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), mencatat
ada 10 kasus kekerasan seksual terhadap anak, yang terjadi di sekolah sepanjang awal Januari
hingga 18 Februari 20232. Korban dari 10 kasus kekerasan seksual terhadap anak ini
memakan 86 korban, yakni 37,2 persen adalah laki-laki dan 62,80 persen adalah perempuan.

Ketua Dewan Pakar FSGI, Retno Listyarti mengatakan, 50 persen kasus kekerasan
seksual terjadi di jenjang SD/MI, 10 persen di jenjang SMP, dan 40 persen di Pondok
Pesantren. dari 10 kasus tersebut, 60 persen satuan pendidikan berada dibawah naungan
Kementerian Agama (Kemenag) dan sisanya 40 persen di bawah Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). “Pelaku kekerasan seksual di
lingkungan satuan pendidikan ada 10 orang, semuanya laki-laki,” ucap Retno Listyarti dalam
keterangannya, Senin (20/2/2023). Status pelaku sebagian besar datang dari Pimpinan
Pondok Pesantren (Ponpes) dan guru, yaitu sebesar 40 persen, serta kepala sekolah serta
penjaga sekolah yaitu sebesar 10 persen.

Melihat jumlah kasus kekerasan seksual terhadap anak, yang dilakukan oknum dari
lembaga pendidikan, menunjukan bahwa kekerasan seksual masih banyak dijumpai di
lembaga pendidikan Indonesia. Tentunya hal ini merupakan keadaan darurat yang tidak dapat
diabaikan begitu saja. Kekerasan seksual terhadap anak memerlukan perhatian dan tindakan
khusus yang lebih intensif, agar dapat menekan jumlah kasus kekerasan seksual bahkan
meniadakannya. Perlu adanya penegasan lebih lanjut baik dari pihak orang tua, satuan
pendidikan, serta pelaksanaan hukum yang mengatur perlindungan anak korban kekerasan
seksual.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dalam
penelitian ini, yaitu bagaimana peran hukum dalam memberikan perlindungan terhadap anak
korban kekerasan seksual di lembaga pendidikan, serta apa saja tantangan-tantangan yang
menghambat perlindungan hukum dalam penanganan kasus kekerasan seksual.

Tujuan dari penelitian ini yaitu menjelaskan peran hukum dalam memberikan
perlindungan terhadap anak korban kekerasan seksual di lembaga pendidikan, serta

2 kompas.com, “10 Kekerasan Seksual Terjadi di Sekolah pada 2023, 86 Anak Jadi Korban” (21
Februari 2023)
menjelaskan mengenai tantangan-tantangan yang menghambat perlindungan hukum dalam
penanganan kasus kekerasan seksual.

Anda mungkin juga menyukai