Anda di halaman 1dari 4

Nama: Talitha Rahayu Hutami Putri

Kelas: HI 1C

Nim: 11231130000027

Dosen Pengampu: Dr. Haniah Hanafie M. Si.

Tugas UAS Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

“Ibu di Kubu Raya Biarkan Anak Gadisnya Diperkosa Ayah, Korban Diberi Pil KB”

Ilustrasi kekerasan pada anak. Sumber: Freepik

Dalam berita tersebut terdapat kisah memilukan yang dialami oleh korban yang

diperkosa oleh ayah kandungnya sendiri (BR) berkali-kali mulai pada saat korban berusia 13

tahun dari Februari 2020 hingga Agustus 2023. Hal yang menaruh luka lebih dalam pada

korban adalah ketika ibunya (AN) mengetahui hal tersebut namun ia tidak mengambil

langkah tegas dan terkesan tidak peduli dengan kesehatan fisik dan psikis korban bahkan

menjadi pelaku dibalik gugurnya bayi sang korban.


Sebagai orang tua, BR dan AN seharusnya memastikan korban sebagai anak mereka

mendapatkan hidup yang layak ditambah korban merupakan anak di bawah umur dan

peristiwa tersebut terjadi ketika virus COVID–19 sedang merajalela yang semestinya korban

menerima pengawasan ekstra dan kasih sayang dari orang tua. Hal ini tentu akan menaruh

trauma mendalam bagi korban dan tak mudah bagi korban untuk sembuh seperti sedia kala.

Kasus ini sangat mencoreng nama baik Indonesia yang merupakan anggota United

Nations Human Right Council (dewan HAM PBB) dan nama baik Indonesia sebagai negara

hukum yang menjunjung tinggi hak setiap masyarakat umum agar terciptanya lingkungan

yang aman bagi sesama. Dalam kasus ini ada beberapa hak yang dilanggar oleh pelaku yaitu

seperti hak untuk hidup, hak perlindungan anak, dan sebagainya. Dari segi moral pun

melenceng sekali dari standar moral yang ada di Indonesia seperti yang sudah dicantumkan di

Pancasila yaitu sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa, sila kedua Kemanusiaan yang adil

dan beradab, dan sila kelima yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Melihat dari urutan peristiwa, maka dapat dikatakan bahwa para pelaku telah

melakukan kejahatan yang sudah terencana karena BR melakukan pemerkosaan tersebut

secara sadar dan AN yang sudah mengetahui kejahatan namun tidak mengambil tindakan dan

membiarkan perbuatan keji tersebut terulang untuk kedua kalinya pada Agustus 2023 bahkan

AN menjadi pelaku yang terang-terangan meminta sang anak untuk menggugurkan bayinya.

Sang Ibu yang mengetahui peristiwa tersebut seharusnya memisahkan anak dari suaminya

selaku pelaku pemerkosaan dan segera melaporkan kepada pihak kepolisian.

Mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh para pelaku, maka berikut adalah

pasal-pasal yang dilanggar oleh pelaku yakni diantaranya seperti pasal 285 KUHP dan pasal

418 UU Nomor 1 Tahun 2023 dengan hukuman pidana penjara selama 12 tahun, pasal 294

ayat (1) KUHP dengan hukuman pidana penjara selama 7 tahun, pasal 409 UU Nomor 1

Tahun 2023 dengan ancaman pidana penjara 6 (enam) bulan, pasal 413 UU Nomor 1 Tahun
2023 dengan ancaman pidana penjara 10 (sepuluh) tahun, pasal 415 UU Nomor 1 Tahun

2023 dengan ancaman pidana penjara 9 (sembilan) tahun, dan lain-lain.

Perlu diperhatikan oleh aparat penegak hukum bahwa pengadilan ini menjadi salah

satu cara agar mendapat kepercayaan dari masyarakat. Data dari Kementerian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak dari 1 Januari 2023 hingga saat ini (26 Desember 2023),

setidaknya tercatat 24.224 kasus kekerasan seksual pada perempuan dan 30% merupakan

korban berusia 13-17 tahun. Namun Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia

mengungkapkan bahwa banyak korban yang sulit mencari keadilan hukum dalam kasus

pemerkosaan dan pelecehan seksual salah satunya dikarenakan adanya intimidasi dari pelaku

serta kurangnya dukungan dari lingkungan terdekat korban.

Dari kasus ini dilaporkan (4 November 2023) sampai berita ini diterbitkan (18

November 2023), kasus ini masih ditelusuri dan belum ada hasil hukuman yang diberikan

kepada pelaku. Perlu adanya respon yang tegas dari kepolisian dan aparat penegak hukum

untuk menindaklanjuti kasus ini secara adil agar korban dapat mendapatkan hak-nya tanpa

adanya intervensi atau ancaman dari pihak lain. Untuk membantu korban dalam meja hukum,

maka diperlukan pula perlindungan dari LPSK serta pendampingan Komnas HAM dan

Komnas Perempuan.

Sebagai mahasiswa sudah sepatutnya mengambil tindakan agar kasus pelecehan dan

pemerkosaan tidak terjadi dimulai dari lingkungan terdekat seperti lingkungan kampus. Peran

yang dapat diambil sebagai mahasiswa yaitu dengan menyebarkan edukasi mengenai

pendidikan seksual melalui kampanye untuk mencegah kekerasan seksual dan memberikan

dukungan kepada para korban, aktif menyuarakan isu, dan berpartisipasi dalam memantau

lingkungan kampus serta melaporkan segala tindakan pelecehan seksual tanpa pandang bulu.

Tindakan lain yang dapat dilakukan yaitu bekerjasama dengan pihak administrasi kampus

untuk membuat dan menegakan kebijakan yang tegas dalam menangani kasus pelecehan.
DAFTAR PUSTAKA

Rachmawati. 2023. Ibu di Kubu Raya Biarkan Anak Gadisnya Diperkosa Ayah,

Korban Diberi Pil KB. diakses pada 20 Desember 2023.

https://regional.kompas.com/read/2023/11/18/154000978/ibu-di-kubu-raya-biarkan-anak-gadis

nya-diperkosa-ayah-korban-diberi-pil-kb?page=all.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2023)

https://kekerasan.kemenpppa.go.id/ringkasan

Hambatan dalam Proses Hukum Kasus Kekerasan Seksual Harus Memicu

Percepatan Lahirnya UU TPKS. diakses pada 26 Desember 2023.

https://www.mpr.go.id/berita/Hambatan-dalam-Proses-Hukum-Kasus-Kekerasan-Seksual-Har

us-Memicu-Percepatan-Lahirnya-UU-TPKS

Anda mungkin juga menyukai