Anda di halaman 1dari 4

Pembentukan Satgas Kekerasan Seksual Sebagai Upaya Dalam Pencegahan Dan

Penanganan Kasus Kekerasan Seksual Di Lingkungan Pendidikan

Reynoval Maulana Davis

PENDAHULUAN

Berita mengenai kekerasan seksual sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat indonesia.
Kekerasan seksual dapat terjadi dimana saja dan pada siapa saja baik kaum hawa maupun kaum
laki-laki. Namun, kekerasan seksual yang terjadi di masyarakat pada umumnya terjadi pada kaum
perempuan akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk terjadi juga pada kaum laki-laki. Hal
ini menarik perhatian saya untuk membahas kekerasan seksual yang tahun ke tahun selalu ada
kasus yang terjadi.

Kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan laki-laki di negara indonesia semakin
meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari website kementrian pemberdayaan perempuan
dan perlindungan anak yang di input pada tanggal 1 Januari 2023 hingga saat ini (real time) ada
23.733 kasus yang terjadi di indonesia, 4.894 kasus tercatat terjadi pada laki-laki, dan 20.944 kasus
tercatat terjadi pada perempuan (Kemenppa, 2023). Hal ini menandakan bahwa kekerasan seksual
perlu tindakan khusus dan mendetail oleh pihak berwenang dan dilihat dari data diatas perempuan
sangat rawan menjadi korban dari kekerasan seksual. Demikian juga, para korban dari kekerasan
seksual terkadang enggan membawa kasus tersebut kedalam ranah hukum dikarenakan stigma
negatif dari masyarakat sekitar bahwa korban kekerasan seksual merupakan aib bagi keluarga.

Belakangan ini, isu kekerasan seksual terjadi juga pada kaum disabilitas yang merupakan
kaum minoritas ditengah masyarakat indonesia. Hal tersebut terbukti dari banyaknya kasus yang
terungkap dimedia terutama media sosial, karena media sosial merupakan tempat penampungan
atau penyaluran cerita korban kekerasan seksual yang enggan menceritakan langsung kepada pihak
berwenang. Cara penyaluran lewat media sosial dengan memviralkan kasus kekerasan seksual
melalui tagar agar dapat diproses oleh pihak berwenang nantinya.
Kasus yang terungkap di media sosial kebanyakan terjadi di lingkungan pendidikan.
Menurut data dari kemenppa ada 1,387 kasus yang terjadi di lembaga pendidikan, 19.008 kasus
terjadi pada rentang usia 5-24 tahun, dan 1.994 korban diantaranya terjadi diperguruan tinggi
(Kemenppa, 2023). Oleh karena itu, untuk menindaklanjuti kekerasan seksual di lingkungan
pendidikan pemerintah mengesahkan undang-undang No. 12 tahun 2022 tentang “Tindak Pidana
Kekerasan Seksual” yang di sahkan pada 9 Mei 2022.

Oleh sebab itu, penulis mengajukan gagasan yang mana dapat mendukung implementasi
dari undang-undang No. 12 tahun 2022 tentang “Tindak Pidana Kekerasan Seksual” serta
menghapuskan kekerasan seksual di lingkungan pendidikan dengan pembentukan satgas (Satuan
Tugas) pencegahan dan penanganan kekerasan seksual. Dengan pembentukan satgas, maka
diharapkan mahasiswa/siswa ataupun tenaga pengajar mendapat edukasi mengenai langkah-
langkah pencegahan dan penanganan kekerasan seksual dan dapat menciptakan lingkungan
pendidikan yang aman dan nyaman selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

ISI

Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa kekerasan seksual sedang marak terjadi,
maraknya kasus kekerasan seksial ini membuat pemerintah mengeluarkan permendikbud No. 30
tahun 2021 dan undang-undang No. 12 tahun 2022 tentang tindak pidana kekerasan seksual. Untuk
dapat mengimplementasikannya di lingkungan pendidikan, maka perlulah untuk membentuk
satgas dalam menangani kasus kekerasan seksual yang sedang marak terjadi.

Satuan tugas (Satgas) adalah sebuah unit atau informasi yang dibentuk dengan tujuan untuk
mengerjakan tugas tertentu. Pembentukan satgas kekerasan seksual ini sesuai dengan dengan yang
diamanatkan dalam permendikbud No. 30 tahun 2021 yang menyatakan bahwa setiap kampus
harus memiliki satgas yang dapat menangani dan melakukan pengawalan sehingga kampus dapat
menjadi lingkungan pendidikan yang sehat, aman, nyaman, dan juga tanpa kekerasan seksual.

Adapun tugas satgas kekerasan seksual ialah untuk melakukan edukasi terkait kekerasan
seksual di lingkungan pendidikan atau perguruan tinggi, ikut serta dalam menangani kasus
kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan pendidikan atau perguruan tinggi, menerima
pengaduan serta membantu menyelesaikan kasus kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan
pendidikan atau perguruan tinggi, dan memberikan layanan pemulihan pasca kekerasan seksual
terhadap korban.

Program kerja yang akan dijalankan oleh satgas akan dilakukan bersama dengan warga
lainnya di lingkungan atau perguruan tinggi dan juga memanfaatkan aplikasi ataupun media yang
dapat membantu untuk menjadi tempat pengaduan yang berkaitan dengan kekerasan seksual. Lalu,
satgas juga harus bertindak independen dan tidak terikat korporasi guna melindungi identitas
korban kekerasan seksual. Terakhir, satgas harus menggunakan pendekatan yang tepat dan efektif
untuk membantu dan menangani kasus kekerasan seksual dan trauma pasca kekerasan seksual,
agar korban dapat pulih seperti sebelum terjadi kekerasan seksual.

PENUTUP

Indonesia darurat kekerasan seksual khususnya kekerasan seksual yang terjadi di


lingkungan pendidikan. Hal ini membuat pemerintah mengesahkan permendikbud dan undang-
undang baru yang bertujuan untuk menangani kekerasan seksual yang sedang marak terjadi. Lalu,
untuk dapat mendukung implementasi pada undang-undang tersebut, penulis menyarankan untuk
melakukan pembentukan satgas kekerasan seksual di lingkungan pendidikan ataupun perguruan
tinggi guna melakukan pencegahan dan penanganan kekerasan seksual. Dengan dibentuknya
satgas kekerasan seksual, diharapkan lingkungan pendidikan ataupun perguruan tinggi dapat
terjaga dari kekerasan seksual dan kegiatan belajar dan mengajarpun menjadi aman, nyaman, dan
berjalan dengan baik.

DAFTAR RUJUKAN

Kemenppa. (2023). Data Kekerasan Seksual Di Indonesia (Real Time). Retrieved from Kementrian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak:
https://kekerasan.kemenpppa.go.id/ringkasan
BIODATA SINGKAT
Reynoval Maulana Davis, Jakarta, 03 Maret 2004, Program Studi Ilmu
Komunikasi, Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.

Anda mungkin juga menyukai