Anda di halaman 1dari 15

Kebijakan tentang Pencegahan dan Penanganan

Kasus Kekerasan Seksual dan Implementasinya


OLEH PROF. NINA NURMILA, PHD
GURU BESAR STUDI ISLAM DAN GENDER, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG
DJATI (UIN SGD) BANDUNG DAN DEKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN, UNIVERSITAS
ISLAM INTERNASIONAL INDONESIA (UIII)
DIPRESENTASIKAN PADA ACARA DIALOG SEPUTAR KONSTITUSI DENGAN TEMA:
“MENGAWAL SATU TAHUN IMPLEMENTASI UU TINDAK PIDANA KEKERASAN SEKSUAL DAN
EFEKTIFITAS PENERAPAN SK DIRJEN PENDIS NO. 5494 TAHUN 2019 DAN PMA NO. 73 TAHUN
2022
08 JULI 2023
Konstitusi Mewajibkan Negara Melindungi
Warganegaranya dari Tindakan Kekerasan Seksual
 Pasal 28G Konstitusi Republik Indonesia menyatakan:
 (1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
 (2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik
dari negara lain.
Kekerasan seksual merupakan tindakan yang merendahkan derajat martabat
manusia, sehingga warganegara berhak mendapat perlindungan
Fakta Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual dapat terjadi


dimana saja, di rumah, komunitas,
maupun Lembaga Pendidikan,
termasuk perguruan tinggi.
Kekerasan Seksual 2012-2020
7000
6499

6000 5629 5785 5636


5435

5000 4749
4458
3933
4000

2945
3000

2000

1000

0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi

 Kekerasan seksual di PTKIN: mahasiswa UIN Jakarta oleh teman laki-laki sesama
anggota kelompok KKN, 19 Agustus, 2020, diselesaikan pihak kampus, korban
dan pelaku
http://www.lpminstitut.com/2020/08/jalan-damai-predator-pelecehan-seksual.html
, diakses 23-10-2021; Kasus pelecehan seksual oleh 3 dosen kepada 4 mahasiswa
antara tahun 2016-2018 di UIN Bandung ditindak lanjuti kampus dengan
pembentukan tim investigasi, namun tim nampak kurang pro-korban
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-47302727
 Kekerasan seksual di PT di bawah Mendikbud-ristek: Kasus RW oleh SS di UI;
kasus Agni,m ahasiswi UGM oleh teman KKN, perlu waktu 18 bulan untuknya
mencari keadilan: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-47140598;
 Dan masih banyak kasus lainnya: KS=fenomena gunung es
Kasus-kasus KS di Lembaga Pendidikan
Keagamaan
1. Bandung:
Pelaku: Herry Wirawan, Ustdz dan Pimpinan Pesantren Madani di Cibiru, Kota Bandung,
Korban: memerkosa 13 santri (mungkin lebih banyak lagi) di bawah usia 18 tahun, 8 dari
mereka hamil dan melahirkan 9 bayi. Para santri ini tinggal di asrama, gratis, santrinya
kebanyakan berasal dari keluarga yang tidak mampu atau yatim piatu. Kebanyakan
korban memulai hidup di asrama sejak 2016. Para santri ini bergantung secara ekonomi
dan secara Pendidikan serta mereka merasa harus patuh pada kiayinya.
Hukuman: dari hukuman seumur hodup berubah menjadi hukuman mati (namun belum
dieksekusi), yang diputuskan 4 Maret 2022; semua asset Yayasan diambil untuk restitusi
pada korban (hanya 300.000.000) untuk membayar biaya hidup dan Pendidikan mereka. 9
dari korban diambil alih pemeliharaannya oleh Pemda Jawa Barat. t.
Dilaporkan oleh Republika, Rabu20 April 2022, bahwa selama Ramadhan, di penjara,
Herry rajin beribadah (ibadah yang tidak memiliki pengaruh terhadap moralitas)
Kasus-kasus KS di Lembaga Pendidikan
Keagamaan …
2. Pondok Pesantren Shiddiqiyah Jombang (Harian Jogja 9 Juli
2022)
Pelaku: Moch Suchi Azal Tsani (MSAT), anak kiayi
pesantren
Korban: 4 santri
Hukuman: 12 tahun penjara dan Kemenag menutup
pesantren ini sejak 7 July 2022
Catatan: masih banyak lagi kasus KS dan bukan hanya di
Lembaga Pendidikan Islam melainkan juga di agama lain
MENGAPA KS SERING TERJADI?

 Kekerasan seksual adalah salah satu bentuk ketidak adilan gender


 Penyebabnya di antaranya adalah: budaya patriarki dan ketimpangan relasi kuasa
 Budaya patriarki memandang perempuan lebih rendah dari laki-laki dan hanya
diciptakan untuk melayani dan menyenangkan laki-laki, atau sebagai objek
kesenangan seksual (reduksi kemanusian perempuan menjadi semata objek
seksual, bukan manusia yang utuh)
 Ketimpangan relasi kuasa: misal antara atasan ke bawahan, dosen ke mahasiswa,
senior ke junior (atau jika dalam rumah: antara suami dan istri atau ayah ke anak,
atau kakak ke adik)
DAMPAK KEKERASAN
SEKSUAL

Dampak pada Dampak Pemenuhan


pada Hak Asasi Dampak
Keseh.atan Ekonomi
Fisik Kesehatan Perempuan dan
Psikis Relasi Sosial .

.
.
Kebijakan Kemenag tentang Pencegahan
dan Penanggulangan Kasus Kekerasan
Seksual
 SK Dirjen Pendis tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kasus
Kekerasan Seksual di PTKI, yang dikeluarkan pada Oktober 2019
(Latar belakang: banyaknya kasus KS sementara RUU PKS mendapat
penentangan dan perlunya top down policy&penguatan kelembagaan
PSGA).
 PMA 73/2022 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan
Seksual di Satuan Pendidikan pada Kementerian Agama (latar
belakang)
Perbedaan keduanya: PMA lebih tinggi dari SK Dirjen dan meliputi
semua agama
Daftar 32 PTKIN yang sudah memiliki SK Rektor
tentang Pencegahan dan Penanganan KS (up date
tentang UIN SGD Bandung)
1. UIN Yogyakarta  17. IAIN Kediri

2. IAIN Batu Sangkar  18. IAIN Ponorogo

3. UIN Lampung  19. UIN Banten

4. UIN Mataram  20. UIN Alaudin Makasaar

5. IAIN Cirebon  21. UIN Surakarta

6. UIN Satu Tulungagung  22. UIN Malang

7. IAIN Jember  23. UIN Surabaya

8. IAIN Pekalongan  24. IAIN Kudus

9. IAIN Purwakerto  25. IAIN Lhokseumawe

10. IAIN Metro Lampung  26. UIN Jambi

11. IAIN Salatiga  27. IAIN Sorong

12. UIN Aceh  28. IAIN Pare-Pare

13. IAIN Bengkulu  29. IAIN Palopo

14. UIN Semarang  30. IAIN Ambon

15. UIN Samarinda  31 IAIN Langsa

16. UIN Banjarmasin  32. UIN Riau


Kebijakan Kemendikbud-ristek tentang Pencegahan dan
Penanganan Kasus Kekerasan Seksual (Permendikbud-
ristek No. 30/2021)
 Kemendikbud-ristek mengeluarkan Permendikbud-ristek No. 30/2021 pada 31-8-
2021 guna menciptakan kampus yang aman dari kekerasan seksual.
 Namun kebijakan ini mendapat penolakan dari beberapa pihak, termasuk ormas
Islam dengan alas an bahwa dengan adanya frase “tanpa persetujuan korban”
maka dapat diinterpretasikan bahwa jika dengan persetujuan korban, maka
hubungan seks bebas dibolehkan=legalisasi zina.
 Ada unsur politis yang digunakan kelompok penolak untuk menggalang masa
dengan memanfaatkan kekurang kritisan masyarakat Indonesia yang cenderung
malas membaca dan cek and re-check secara keseluruhan dalam konteks apa
“tanpa persetujuan korban” itu dituliskan
Disahkannya RUU PKS (menjadi UU
TPKS) pada 14 April 2022
 Setelah perjuangan Panjang sejak 2012, dan sempat menghilang di prolegnas pada
tahun 2020, akhirnya Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan
Seksual (RUU PKS) disahkan menjadi Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan
Seksual pada 14 April 2022
 Saat ini KPPA bersama gerakan masyarakat sipil yang terdiri dari lembaga
layanan korban kekerasan seksual sedang Menyusun implementing regulation
RUU TPKS berupa Peraturan Pemerintah, misal tentang pencegahan, penanganan
dan pemulihan
Dampak Positif Kebijakan Kondusif terhadap
Perempuan

1. Mengubah sikap kampus dari menghindar dan menyembunyikan


saat terjadi kekerasan seksual, menjadi keharusan meresponinya
sesuai SK Dirjen dan Standard Operasional Procedure (SOP) yang
ada.
2. Dapat menjadi shock therapy bagi pelaku yang selama ini dibela
dan dilindungi oleh kampus dengan ditutupinya kasus
3. Dapat mendorong korban untuk mengadukan kasusnya dengan
adanya kejelasan prosedur yang ada.
Penutup
 Kekerasan seksual dapat terjadi dimana saja: di rumah, komunitas dan Lembaga Pendidikan
termasuk perguruan tinggi.
 Pelaku kekerasan seksual bisa siapa saja termasuk orang tua, atasan, dosen atau sesama
mahasiswa.
 Selama ini, perguruan tinggi cenderung menutup diri dan berpihak pada pelaku dengan
“meredam/menyembunyikan” terjadinya kasus demi “nama baik kampus”.
 Terjadi terobosan Kemenag dan Kemendikbud dalam meresponi kasus kekerasan seksual dengan
dikeluarkannya SK Dirjen Pendis tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kasus Kekerasan
Seksual di PTKI pada 2019, Permendikbud-ristek No. 30/2021, PMA PMA 73/2022 tentang
Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Satuan Pendidikan pada Kementerian Agama
dan disahkannya UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual/UU TPKS.
 SK Dirjen Kemenag sudah ditindak lanjuti di berbagai kampus PTKI dengan mengeluarkan SK
Rektor tentang SOP Pencegahan dan Penanggulangan Kasus Kekerasan Seksual di kampus
masing-masing, yang merupakan kontribusi Perguruan Tinggi dalam Penghapusan Kekerasan
Seksual.Di kampus-kampus di bawah Kemendikbudristek pun telah mulai terlihat implementasi
Permendikbud. UU TPKS sedang disusun kebijakan untuk implementasinya.
 UIN Bandung?

Anda mungkin juga menyukai