Anda di halaman 1dari 4

Tugas UAS Teori Komunikasi tahun 2022

Dosen Pengampu: Dr. Mirza Shahreza, M.I.K

Kasus Kekerasan Seksual di Universitas


Muhammadiyah Tangerang
Muhammad_Asrul, 2070201217, asrulharuna45.ah@gmail.com
1
Muhammad_Asrul
2
2070201217
*asrulharuna45.ah@gmail.com
Received: 23 May 2017; Accepted: 10 July 2017; Published: 14 July 2017
doi: 10.31000/xx.xxxx

Abstract: Kekerasan seksual yang marak terjadi dilingkungan Pendidikan menjadi


bahan yang perlu diperhatikan oleh seluruh kalangan termasuk pemerintah dan
kalangan akademisi. Penulisan ini menggunakan paradigma kritis dan teori case
study untuk menganalisis permasalahan kekerasan seksual yang terjadi di
Universitas Muhammadiyah Tangerang agar bisa mengungkapkan dan menemukan
solusi dari permasalahan yang terjadi.

Keyword: Pemerintah 1; Kekerasan Seksual 2; Akademisi

PENDAHULUAN

Kekerasan Seksual adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina,


melecehkan, dan/atau menyerang tubuh, dan/atau fungsi reproduksi seseorang,
karena ketimpangan relasi kuasa dan/atau gender, yang berakibat atau dapat
berakibat penderitaan psikis dan/atau fisik termasuk yang mengganggu kesehatan
reproduksi seseorang dan hilang kesempatan melaksanakan pendidikan dengan
aman dan optimal. Kekerasan seksual dalam sebuah instansi khususnya Pendidikan
akhir-akhir ini menjadi masalah yang beruntun, khususnya dalam ranah Pendidikan.
Menurut Sandra Komisioner Pengkajian dan Penelitian Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia “Ketika kita berbicara terjadinya kekerasan seksual ada persoalan kultural,
persoalan peraturan perundang-undangan, dan persoalan kelembagaan. Bagaimana
institusi penegak hukum selama ini berfungsi,” Jika dilihat dengan dari sisi hukum,
kekerasan seksual adalah bagian dari pelanggaran Hak Asasi Manusia yang
mengkriminalisasi kaum perempuan didalam kehidupan sehari-hari.
Baru-baru ini terjadi pelanggaran Kekerasan Seksual didalam ranah
Pendidikan Kampus Universitas Muhamamdiyah Tangerang yang melibatkan
seorang Dosen pengajar dan Mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Tangerang. Pelanggaran kasus kekerasan seksual
tersebut di lakukan di berbagai tempat salah satunya didalam ruangan kampus
Universitas Muhamadiyah Tangerang tepat sebelum Mahasiswi tersebut
melakukan laporan terhadap pihak rektorat terkait kasus kekerasan seksual yang di
alaminya oleh dosennya sendiri.

© 2021 by Community Services and Social Work Bulletin. This article is an open 1
access article distributed under the terms and is licensed under a Creative Commons
Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Pihak rektorat Universitas Muhammadiyah Tangerang menerima dan
melakukan mediasi terhadap si korban dan pelaku kekerasan seksual tersebut, hal
ini justru mengundang pro dan kontra dikalangan mahasiswa khususnya lantaran
keputusan dari hasil mediasi tersebut hanya memberi skorsing terhadap si pelaku
yang dimana dinilai saat itu kurang efektif dan kurang adil bagi si korban, pada
akhirnya si korban setelah mengetahui itu, lantaran kecewa dengan keputusan hasil
kampus itu, si korban kemudian melakukan pelaporan kepada salah satu anggota
dari aliansi mahasiswa anti kekerasan Seksual dan kemudian melakukan kajian
yang menghasilkan kesepakatan audiensi dengan pihak rektorat dan sekaligus
membawa si korban untuk memenuhi keinganannya.
Keputusan dari rektorat yang bersumber dari Humas Universitas
Muhammadiyah Tangerang yang kemudian di publikasi oleh salah satu media yaitu
Instagram @pesanUMT terkesan sangat kurang efektif dan dinilai tidak adil dan
justru membuka gerbang baru untuk para predator-predator kekerasan seksual yang
ada.
Pada proses audiensi tersebut akhirnya menemukan keputusan yang sesuai
dengan keinginan korban dan aliansi mahasiswa anti kekerasan seksual berdasarkan
kajian akademis dan sistematis yang telah dilakukan untuk kemudian memberikan
sanksi kepada si pelaku dengan memberikan pecat permanent dan pemecaran secara
tidak terhormat dan menuntuk agar pihak kampus khususnya rektorat agar
menerapkan kasus permendikdbud no 30 tahun 2021 nyaitu pembentukan satuan
tugas kekerasan seksual yang menjadi wadah bagi para korban bukannya justru
hanya memberikan skorsing yang dinilai sangat melecehkan korban dan membuka
kesempatan terjadinya kekerasan seksual lagi diranah Pendidikan khususnya
Universitas Muhammadiyah Tangerang.

PISSN XXXX-XXXX | EISSN XXXX-XXXX 2


Gambar 1. Foto pada Saat Audiensi Bersama korban dan Pihak Rektorat

Source: Instagaram antiks.umt

PISSN XXXX-XXXX | EISSN XXXX-XXXX 3


REFERENCES

Menurut Sandra Komisioner Pengkajian dan Penelitian Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia “Ketika kita berbicara terjadinya kekerasan seksual ada persoalan kultural,
persoalan peraturan perundang-undangan, dan persoalan kelembagaan. Bagaimana
institusi penegak hukum selama ini berfungsi,”

Kekerasan Seksual adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina, melecehkan,


dan/atau menyerang tubuh, dan/atau fungsi reproduksi seseorang, karena
ketimpangan relasi kuasa dan/atau gender, yang berakibat atau dapat berakibat
penderitaan psikis dan/atau fisik termasuk yang mengganggu kesehatan reproduksi
seseorang dan hilang kesempatan melaksanakan pendidikan dengan aman dan
optimal. Kemendikbud

DAFTAR PUSTAKA

Miller, S. (2017). Many Women Experience Paralysis During Sexual


Assualt. Di akses dari https://www.livescience.com/59388-sexual-assault-
paralysis.html

Kemendikbud, (2020) Merdeka dari kekerasan seksual. Di akses dari


https://merdekadarikekerasan.kemdikbud.go.id/kekerasan-seksual.

PISSN XXXX-XXXX | EISSN XXXX-XXXX 4

Anda mungkin juga menyukai