Anda di halaman 1dari 2

Nama:Syamsul Muarifil kubro

Nim: 22108020072
Prodi:Perbankan Syariah

Tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual seharusnya menjadi


angin segar bagi para penyintas/korban dan segenap pihak yang sudah geram
dengan ketidakamanan kampus sebagai tempat orang terdidik. Peraturan ini
menjadi sebuah langkah maju, agar pimpinan perguruan tinggi bisa mengambil
langkah tegas menyikapi setiap laporan dengan berperspektif pada perlindungan
korban.

tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual, pertama, kampus harus


mempelajari modulPencegahan Kekerasan Seksual khususnya yang dikeluarkan
oleh kementerian, agar mengetahui dan memahami alur uji pra dan pasca
pembelajaran pada mahasiswa, pendidik, maupun tenaga kependidikan. Modul ini
juga berisi penjelasan filosofi pendidikan dan cara yang tepat untuk mencegah dan
menangani kasus kekerasan seksual di kampus.
Hal wajib kedua yang harus dilakukan oleh pimpinan perguruan tinggi adalah
membentuk satuan tugas khusus yang bersifat non-ad hoc. Yang bisa bergabung
menjadi satgas khusus adalah berasal dari unsur pendidik, tenaga kependidikan, dan
mahasiswa. Mereka yang akan bergabung dalam satgas ini harus dipastikan tidak
pernah melakukan atau membiarkan terjadinya kekerasan seksual.
Kekerasan seksual di beberapa kampus di Indonesia terus bermunculan(seperti
ayam kampus msupun jual diri)Beberapa tahun sebelumnya, ada kasus yang
mengalami pelecehan seksual oleh rekan sekampusnya saat melakukan KKN (kuliah
kerja nyata) tahun 2017. Korban harus menelan kenyataan pahit karena pihak
kampus menyebut kasus tersebut sebagai pelanggaran ringan, sehingga pelaku
tidak bisa dikeluarkan.

Lalu di tahun 2019, Tirto.id merilis berita kekerasan seksual yang dilakukan dosen
UIN Maliki Malang. Berita tersebar secara masif melalui grup Whatsapp dosen dan
mahasiswa. Namun, sayang beberapa dosen malah melarang penyebaran laporan
tersebut dengan pesan, “Jangan menyebar aib orang lain.”
Beberapa pesan lain juga dikirim oleh dosen lain yang menunjukkan pembelaan
terhadap pelaku, tanpa mencoba mengerti kondisi psikologi korban. Hal ini
menunjukkan, jika pihak civitas akademika belum memiliki pandangan yang berpihak
pada korban.
Pada penghujung tahun 2021, sejumlah mahasiswa di Universitas Negeri Jakarta
mengalami pelecehan seksual oleh dosen yang berinisial DA dengan mengirimkan
chat mesum. Kasus lainnya juga menimpa mahasiswa Universitas Riau saat
menyelesaikan tugas akhirnya. Pelaku merupakan dosen yang juga menjabat
sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) di kampus tersebut.

Anda mungkin juga menyukai