JAWABAN
Pada kasus ini saya mengutip dari sumber Jakarta, liputan6 dan kompas.com ” dosen
Universitas Sriwijaya melakukan pelecehan seksual pada mahasiswinya di Laboratorium
Kampus Unsri di Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan pada Sabtu (28/8/2021).”
Tindak pelecehan seksual marak terjadi lagi, terutama pelecehan seksual yang terjadi di
kampus. Salah satu nya yaitu pelecehan yang dialami oleh mahasiswi unsri yang dilakukan
oleh dosen nya sendiri di laboratium kampus. Direktur Reserse Kriminal Umum
(Ditreskrimum) Polda Sumsel Kombes Pol Hisar Siallagan di Palembang, Senin,
mengatakan, AR yang merupakan dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Unsri tersebut ditetapkan sebagai tersangka setelah penyidik mengantongi cukup bukti dari
keterangan yang diberikan AR.
Atas perbuatan cabulnya itu tersangka disangkakan melanggar Pasal 289 KUHP tentang
Pencabulan dan Perbuatan yang Menyerang Kehormatan Kesusilaan Jo. Pasal 294 ayat (2)
poin 1 dan 2 KUHP dengan ancaman pidana sembilan tahun.
Menanggapi hal ini, pihak Rektorat Unsri melalui Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan
alumni, Iwan Stia Budi mengatakan bahwa pihak Unsri sudah tegas dan menindaklanjuti
kasus ini sudah sesuai prosedur yang ada.
“Terkait hal itu saya kira dari pihak Universitas Sriwijaya sangat tegas, ya dalam hal ini kami
sudah melakukan proses itu sesuai dengan prosedur yang berlaku. Artinya, tindakan dari
Universitas sudah selesai,’’ tegasnya. Terkait keterangan itu telah diunggah di media sosial,
menurut dia, tentunya ini akan berkaitan dengan etika dan moral. Hal ini adalah sesuatu yang
sangat disayangkan, dan Unsri sendiri bersikap tegas.
B. Analisis kasus dan solusi
Pelecehan seksual sudah tidak asing lagi di dengar oleh kita semua, kasus tersebut marak
terjadi terutama di lembaga pendidikan tinggi yang seharusnya menjadi tempat yang aman
bagi individu untuk belajar dan menimba ilmu. Pelecehan seksual adalah bentuk kejahatan
yang merusak dan merenggut hak asasi manusia. Terutama perempuan, selain merenggut hak
asasi manusia, perempuan juga merasa kehilangan jati diri nya, tidak hanya fisik yang
ternodai tetapi mental seorang perempuan yang lemah seketika dan membuat kehidupan
korban sulit dilalui karena trauma yang mendalam tersebut. Selain merugikan seseorang, aksi
pelecehan seksual ini juga tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan sebagai dasar manusia
menjalani hidupnya, seperti yang tertera pada sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan
beradab. Sila kedua Pancasila menegaskan bahwa setiap manusia memiliki hak dan martabat
yang sama di dalam hukum. Dalam konteks pelecehan seksual, nilai ini mengajarkan kita
pentingnya menghormati dan melindungi hak asasi setiap individu, termasuk hak atas
keselamatan, kebebasan, dan keintiman. Mengimplementasi nilai ini berarti menolak segala
bentuk pelecehan seksual, serta membela kebenaran, keadilan, dan keadaban dalam hubungan
antar manusia.
• Menurut artikel Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Filsafat yang berjudul
“Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Menanggulangi Pelecehan Seksual”
Pada kasus di atas, pelaku selaku dosen dari perguruan tinggi tersebut telah melanggar dan
menyimpang dari nilai-nilai pancasila terutama dalam sistem etika, apa yang di lakukan
pelaku tersebut terhadap mahasiswi adalah perbuatan yang tidak beradab dan kemanusiaan
karena akan memberikan dampak yang besar terhadap korban. Dari kasus tersebut dapat kita
lihat bahwa lunturnya nilai-nilai pancasila sebagai landasan etika berkehidupan dapat
membawa kita ke perilaku yang buruk. Oleh karena itu kita sebagai warga negara Indonesia
wajib menerapkan nilai-nilai luhur pancasila sebagai landasan berkehidupan di masyarakat.
Penggunaan Pancasila dalam upaya menanggulangi pelecehan seksual di masyarakat
melibatkan penerapan nilai dan prinsip yang terkandung dalam Pancasila. Salah satu cara
implementasi Pancasila dalam menanggulangi pelecehan seksual adalah dengan mengenalkan
nilai-nilai yang relevan seperti keadilan, persatuan, kesetaraan, dan kemanusiaan kepada
seluruh anggota masyarakat. Pancasila sebagai pandangan hidup dapat diimplementasikan
dalam menanggulangi pelecehan seksual di masyarakat. Nilai-nilai yang terkandung dari
setiap sila yang bersifat subjektif memberikan peran yang besar dan dasar yang kuat untuk
membangun masyarakat yang aman, menghormati hak asasi manusia, dan menghindari
terjadinya pelecehan seksual.
. Pendidikan seksual yang mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila juga dapat membantu
mencegah pelecehan seksual dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang
persetujuan, batasan pribadi, dan pentingnya menghormati hak-hak orang lain. Selain itu,
pembentukan komunitas yang peduli dan responsif terhadap pelecehan seksual juga
merupakan langkah implementasi Pancasila yang efektif. Komunitas tersebut harus
melibatkan partisipasi aktif dari berbagai pihak seperti pemerintah, lembaga pendidikan,
keluarga, dan organisasi masyarakat. Penguatan sistem hukum dan kebijakan yang
melindungi korban pelecehan seksual juga merupakan bentuk implementasi Pancasila. Hal ini
mencakup penegakan hukum yang adil dan tegas terhadap pelaku serta perlindungan korban
agar merasa aman dan mendapatkan keadilan..
• Menurut artikel jurnal dari UNINDRA yang berjudul “Pelecehan Seksual Fisik di
Perguruan Tinggi: Tinjauan terhadap Faktor Penyebab, Dampak, dan Strategi Kebijakan
sebagai Upaya Pencegahan”
Banyak cara yang dapat dijadikan strategi kebijakan untuk mencegah terjadinya pelecehan
seksual fisik di perguruan tinggi, tinggal bagaimana perguruan tinggi memiliki komitmen
bersama di dalam menjalankan strategi untuk diimplementasikan di dalam kehidupan
lembaga pendidikan tinggi. Pada tingkat perguruan tinggi dapat merumuskan strategi
kebijakan melalui penetapan peraturan jam operasional kampus, diprogramkan untuk
penguatan perilaku organizational citizenship behavior melalui kepemimpinan
transformasional yang dapat membangkitkan motivasi sehingga tujuan organisasi tercapai,
memberikan stimulasi intelektual, dan melakukan perubahan untuk pengembangan
organisasi,agar memiliki sumber daya manusia yang memiliki kepedulian untuk
mengembangkan perguruan tinggi sebagai organisasi yang bebas dari tindak pelecehan
seksual, membangun model ekologi sistem yang dapat memberikan dukungan baik kepada
individu, relasi, komunitas, masyarakat sivitas akademik di perguruan tinggi secara
menyeluruh, sampai dengan penetapan tim satgas PPKS guna membantu mencegah dan
menangani permasalahan pelecehan seksual fisik di perguruan tinggi.
Azizah, W. N., Dewi, D. A., & Furnamasari, Y. F. (2021). Peran seorang Mahasiswa dalam
Menyadarkan Masyarakat Indonesia untuk Saling Berintegrasi. Jurnal Pendidikan Tambusai,
5(3), 8327-8334.
Suwito, A. (2014). Membangun Integritas Bangsa di Kalangan Pemuda untuk Menangkal
Radikalisme. CIVIS: Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan, 4(2).
Pitaloca, D., Anrose, NIK, Daniswara, NA, & Kembara, MD (2023). Implementasi nilai-nilai
Pancasila dalam menanggulangi kontekstual di lingkungan masyarakat. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan dan Filsafat , 1 (2), 97-105.
Fitriyanti, E., & Suharyati, H. (2023). Pelecehan Seksual Fisik Di Perguruan Tinggi: Tinjauan
Terhadap Faktor Penyebab, Dampak, dan Strategi Kebijakan sebagai Upaya Pencegahan.
Sosio e-Kons, 15(2), 178-195.