Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN HASIL OBSERVASI

WOMEN CRISIS CENTER (WCC)

DISUSUN OLEH:
1. Kusmita Sari (1830502089) 8. Tiara (1830502109)
2. M. Kurniawan P. (1830502090) 9. Tiara Amelia (1830502110)
3. Mutia Ulfa Nyimas (1830502093) 10. Vernanda Agung W. (1830502111)
4. Putri Wulandari (1830502100) 11. Vira Pratiwi (1830502113)
5. Reza Aprilia (1830502102) 12. Wenni Lestarina (1830502115)
6. Rinda Octa Riza (1830502103) 13. Yuni Merlina (1830502116)
7. Rita Ardila (1830502104) 14. Yusuf Pratama (1830502117)

Dosen Pengampu : Dani Syahrani,

JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM / D


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang maha esa yang telah memberikan rahmat serta
hidayah Nya kepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini. Tak
lupa sholawat disertakan salam tetap terlimpahkan kepada junjungan nabi kita
Nabi Muhammad SAW sang pilihan.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fiqh.
Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen
pembimbingYusriana S. Sos. I, M. Pd.Iyang juga merupakan dosen matakuliah
Fiqh.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan karena masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, penulis dengan
terbuka akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalahini. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca khususnya.

Palembang, 28 Nopember 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana undang-undang dasar 1945 (pasal 28 I ayat 1) yang
menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak
untuk tidak perbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum,
dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah
Hak Asasi Manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
Kekerasan merupakan suatu tindakan agresif dan pelanggaran
(penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan, dan lain-lain). Yang menyebabkan
atau dimaksud untuk membuat penderitaan dan menyakiti orang lain.
Umum nya bentuk kekerasan ini tergolong kedalam kedua bentuk yaitu,
yang pertama ialah kekerasan yang dilakukan dalam skala kecil dan tidak
direncanakan biasanya dilakukan oleh per-individu guna kepentingan
maupun kepuasan diri sendiri. Kedua ialah kekerasan terkordinir biasanya
dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu dalam skala besar.
Di indonesia hampir setiap hari tidak pernah lepas dari berita-berita
tentang kekerasan dan ini sangat menganggu ketentraman hidup setiap
orang. Banyak hal yang menjadi faktor yang menimbulkan terjadinya
kekerasan salah satunya ialah media sosial. Namun demikian, kekeraan ini
tidak pernah ada biasanya sering kali perempuan lah yang menjadi korban
kekerasan pada perempuan semakin meningkat karena dilandasi oleh
berbagai faktor salah satunya masalah ekonomi yang dapat mengakibatkan
tindakan kekerasan dalam rumah tangga.
Kasus KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) menjadi konsumsi
atau aset media massa, karena korban KDRT umumnya berhadapan
dengan berbagai persoalan, mulai dari sulit pembuktian, struktur hukum
yang belum berspektif gender, hingga budaya yang menganggap bahwa
mengungkit KDRT adalah aib dan cenderung menyalahkan korban. Oleh
karena itu, penyusun mengangkat permasalahan seperti ini yang sering
dialami oleh perempuan dan anak perempuan di Indonesia khususnya di
kota Palembang, untuk dijadikan bahan penelitian dalam memenuhi tugas
mata kuliah advokasi anak dan perempuan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yaitu,
sebagai berikut :
1. Data kekerasan terhadap anak dan perempuan
2. Data kekerasan yang paling mendominasi terhadap anak dan
perempuan
3. Upaya apa yang dilakukan oleh Women Crisis Center (WCC) untuk
menanggulangi kekerasan terhadap anak dan perempuan
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yaitu
untuk mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai data kekerasan
terhadap anak dan perempuan, mengetahui dan mendapatakan informasi
mengenai data kekerasan yang paling mendominanasi terhadap anak dan
perempuan dan mengetahui upaya apa yang dilakukan oleh women Crisis
Center(WCC) dalam menanggulangi kekerasan terhadap anak dan
perempuan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pembahasaan tentang studi-studi tekait pendampingan pelaku kekerasan,
terutama dilakukan laki-laki memang belum banyak di bahas. Hasil studi ini
menjelaskan bahwa budaya patriakhi memaksa laki-laki untuk bertindak,
berperilaku dan berpenampilan tertentu dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
maskulinitas yang menekankan pada laki-laki. Budaya ini juga memaksa laki-laki
untuk memenuhi kriterial karakter, peran dan pungsi sebagai pemimping bagi
perempuan dan anak-anak, kemudian menempatkan laki-laki ke dalam struktur
tetinggi dalam pola relasi laki-laki dan perempuan di masyarakat.
Dengan melihat patriakhi secara demikian maka jelas bahwa patriakhi
tidak saja meletakkan perempuan dan anak sebagai korban tetapi juga menjadikan
laki-laki sebagai pihak yang sangat dirugikan di mana patriakhi
mengkonstruksikan laki-laki untuk menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan
konflik dan perbedaan. Relevan dengan ini patriakhi juga menghalangi-halangi
laki-laki untuk menggunakan pilihan lain yang lebih manusiawi dan beradap
yakni, sikap anti-dominasi atau anti-penindasan, dialog, negosiasi dan kompromi
dalam menyelesaikan konflik dan perbedaan. Maka untuk mengatasi masalah
kekerasan ini perlu dilakukan upaya penjangkauan dan keterlibatan laki-laki
sebagai pelaku dan potensial pelaku, KDRT, baik untuk pencegahan,
penyembuhan maupun penghapusan.
Kekerasan seksual dilatarbelakangi oleh faktor-faktor kultural, struktual,
dan personal. Faktor kultural berupa ideologi gender bahwa laki-laki memiliki
derajat lebih tinggi daripada perempuan. Ideologi ini membenarkan laki-laki
untuk bersikap sewenang-wenang yang dapat berwujud tindakan kekerasan.
Kemudian faktor struktur berupa relasi gender dalam rumah tangga yang
memposisikan laki-laki sebagai kordinat dan perempuan. Selanjutnya faktor
personal berupa perilaku laki-laki yang cenderung pada kekerasan, yang diantara
nya karena memiliki konsep diri yang rendah.
Fenomena kekerasan dalam rumah tangga dalam perjalanan sejarah
manusia sebagai sesuatu yang ada seiring dengan lahirnya manusia. Kekerasan
terjadi ketika seseorang bertindak dengan cara-cara yang tidak patut dan
menggunakan kekuatan fisik yang melanggar hukum dan melukai diri sendiri,
orang lain atau lingkungannya. Maka untuk melihat persoalan kekerasan terhadap
perempuan, alat analisa yang paling tepat adalah gender, karena gender sebagai
konstruksi sosial membedakan peran dan posisi perempuan dan laiki-laki di dalam
keluarga dan masyarakat, yang direproduksi secara kultural dan menjadi cara
pandang turun menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya, serta di yakini
sebagai ideologi. Oleh karena itu gender sebagai konstruksi sosial tidak abadi.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
1. a. Tanggal : Senin, 18 Nopember 2019
b. Tempat : Jln. Musi 3 Komplek Way Hitam Blok H68 Rt.
004 Rw. 007
c. Waktu : 15.00 WIB s/d selesai
2. a. Tanggal : Kamis, 21 Nopember 2019
b. Tempat : Jln. Musi 3 Komplek Way Hitam Blok H68 Rt.
004 Rw. 007
c. Waktu : 09.00 WIB s/d selesai
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini, penyusun menggunakan penelitian observasi
dimana penyusun mencari sumber data menggunakan metode wawancara
melalui pihak yang berhubungan langsung dengan lembaga Women Crisis
Center (WCC).
C. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data
kuantitatif yang ada kaitannya dengan masalah yang akan diteliti dan
diambil dari dua data yaitu data primer dan data sekunder :
1. Data primer merupakan data yang diperoleh atau didapat langsung
dari sumber yang pertama.
2. Data sekunder merupakan data yang telah ada kemudian diolah dan
dikembangkan kembali sedemikian rupa sehingga menghasilkan
suatu kesimpulan.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL
A. Pembahasan
Woman Crisis Center (WCC) Palembang didirikan pada tanggal 22
September 1998, dikukuhkan melalui Akta Notaris (Janti Gunardi, S. H)
Nomor 8 tepatnya pada tanggal 16 April 2000 serta Surat Keterangan
Terdaftar di Direktorat Sosial Politik Nomor 220/121/Sospol/99 tertanggal
21 Juni 1999. Sebagai Organisasi yang membela hak-hak perempuan,
diperkasai oleh beberapa aktivis perempuan dan pengacara yang ada di
Palembang. Organisasi ini bertujuan untuk mengajak masyarakat
mengubah tata hubungan yang timpang dan menindas, antara laki-laki dan
perempuan dalam kerja membangun peradaban manusia yang berkeadilan
gender. WCC hadir untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi
penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan
pemenuhan hak asasi perempuan.
Women Crisis Center (WCC) Palembang juga bergabung dalam
konsorsium PERMAMPU yang didirikan di Medan 27 Nopember 2012
beserta organisasi-organisasi yang lainnya yaitu:
1. Perkumpulan Sada Ahmo (PERSADA), Sumatera Utara
2. Organisasi Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M),
Sumatera Barat
3. Pusat Pengembangan Sumber Daya Wanita Sumatera (PPSW), Riau
4. Aliansi Perempuan Merangin (APM), Jambi
5. WCC Cahaya Perempuan, Bengkulu
6. Flower Aceh
7. DAMAR, Lampung.
Dilihat dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh perempuan
menimbulkan banyaknya diskriminasi terhadap perempuan karena,
beranggapan laki-laki lebih mendominasi. Tujuan WCC ini ialah
memperjuangkan kesetaraan dan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat
tanpa memandang perbedaan Ras, Agama, Kekayaan, dan Jenis Kelamin
khususnya kaum perempuan. Aktivitas Women Crisis Center (WCC)
tersebut kebanyakan adalah memberikan pelayanan pendampingan untuk
para korban kekerasan pada perempuan. Selain itu, WCC biasanya juga
melakukan advokasi agar ada kebijakan baik ditingkat nasional maupun
internasional yang mendukung pencegahan kekerasan terhadap pada
perempuan ataupun kerja-kerja pendampingan bagi korban kekerasan
termasuk didalam nya adalah keluarga itu sendiri. Diluar pendampingan
dan advokasi, juga banyak diselenggarakan training, workshop, kampanye
dan sebagai nya yang ditujukan untuk memberikan penyadaran kepada
masyarakat tentang isu gender dan kekerasan berbasis gender, untuk para
perempuan dan ibu-ibu rumah tangga.
Setiap manusia mempunyai harkat dan martabat yang sama, sehingga
secara asasi berhak untuk dihormati dan diperlakukan sesuai dengan harkat
dan martabatnya. Secara mendasar hak asasi manusia (HAM) meliputi
hak untuk hidup, hak untuk merdeka, hak untuk memiliki sesuatu, serta
hak untuk mendapatkan Pendidikan. Ketiga hak tersebut merupakan kodrat
manusia, siapapun tidak boleh menggangu dan harus dilindungi.
Dalam ajaran islam, seluruh umat manusia adalah makhluk tuhan yang
satu, memiliki derajat yang sama, apapun latar belakang kulturnya, dan
karena itu memiliki penghargaan yang sama dari tuhan yang harus
dihormati dan dimuliakan. Maka diskriminasi yang berlandaskan pada
perbedaan jenis kelamin, warna kulit, kelas, ras, suku, agama, dan
sebagainya tidak memiliki dasar tijakan sama sekali dalam ajaran tauhid.
Hanya tingkat ketaqwaan kepada allah swt yang menjadi ukuran
perbedaan kelak dihari pembalasan.

A. VISI DAN MISI WOMEN CRISIS CENTER (WCC)


Visi:
“Terciptanya kesamaan derajat dan martabat antara perempuan dan
laki-laki sebagai manusia dan terciptanya kehidupan yang damai,
sejahtera, aman, (bebas dari rasa takut dan ancaman kekerasan serta
diskriminasi)”.

Misi:
1. Meningkatkan kesadaran publik bahwa kekerasan terhadap
perempuan adalah persoalan sosial dan merupakan pelanggaran
HAM.
2. Mengupayakan, pencegahan, perlindungan, pendampingan, dan
pemberdayaan perempuan korban kekerasan.
3. Membangun jaringan dengan Lembaga pemerintah dan Lembaga
publik lainnya yang mempunyai kepedulian yang sama.
4. Memperkuat jaringan kerjasama dengan semua pihak yang peduli
dalam penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan.
B. Tujuan
1. Membangun kesadaran bahwa kekerasan terhadap perempuan dan
anak adalah persoalan sosial, bukan persoalan individual.
2. Mendorong para korban untuk berani melaporkan kasusnya.
3. Mengupayakan jalan keluar untuk menghadapi dan menyelesaikan
persoalan tersebut.

C. Program Kerja WCC Palembang


1. Melakukan pendampingan terhadap perempuan korban kekerasan
(pendampingan medis, psikososial dan pendampingan sosial).
2. Mengupayakan pemulihan korban kekerasan sehingga menjadi
survivor.
3. Pendidikan dan pelatihan.
4. Advokasi hak-hak perempuan melalui kampanye dan mobilisasi
opini publik.
5. Bantuan hukum.
6. Penyediaan Rumah Aman (shelter) bagi perempuan korban
kekerasan.
7. Pengorganisasian.
Kegiatan pendampingan merupakan ujung tombak dari seluruh
kegiatan WCC Palembang

D. Prinsip Layanan WCC Palembang


1. Non diskriminasi
2. Egaliter/kesetaraan/partisipasi anak
3. Empowermen/Pemberdayaan
4. Kerahasiaan
5. Keterpaduan
6. Intervensi
7. Keterjangkauan
8. Kepentingan terbaik untuk korban
9. Keterlangsungan hidup tumbuh kembang anak
10. Keadilan
11. Kepastian hukum

E. Pelayanan
1 Hotline: Sebuah layanan yang dilakukan melalui telpon. Hotline
merupakan ujung tombak dengan menjadikan telepon sebagai
sarana pelaporan
2 Konseling: Pelayanan yang disediakan melalui kegiatan ini adalah
konseling tatap muka, konseling melalui surat/email serta konseling
melalui telepon
3 Rujukan: divisi ini juga melakukan rujukan kepada tenaga-tenaga
ahli antara lain, ahli hukum dan ahli medis. Rujukan juga meliputi
kontak rumah sakit dan Lembaga bantuan hukum.
4 Rumah aman (shelter): pelayanan berupa penyediaan rumah aman
sementara bagi perempuan dan anak korban tindak kekerasaan
yang membutuhkan.
5 Berperan sebagai: pelayanan berupa kegiatan mendampingi korban
ketika melakukan proses pelaporan kepolisian, pengadilan, dokter
atau rumah
6 sakit apabila dibutuhkan.

F. Strategi
1. Penguatan ekonomi perempuan
2. Pendidikan dan penyadaran perempuan
3. Pengorganisasian Perempuan Akar Rumput
4. Membuat model One Stop Service & Learning (Rumah Pelayanan
& Pembelajaran HKSR untuk Perempuan)
5. Pelibatan Pembatra (Pemberi Layanan Tradisional) dalam
Yankestrad
6. Pendidikan dan penyadaran Tokoh Adat dan Agama
7. Membuat model Pusat Pembelajaran Perempuan Potensial/4Ps
8. Advokasi kebijakan PP No. 61 Tahun 2014 tentang Kespro dan
implementasi SPM Kesehatan
9. Knowledge management PERMAMPU

B. Hasil
Berikut Catatan Kekerasan Terhadap Perempuan di Propinsi Sumatera
Selatan sepanjang tahun 2018
DATA KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN
PERIODE 1 JANUARI – 25 DESEMBER 2018
1. Berdasarkan Jenis Kekerasan

Jenis Kekerasan WCC Persentase


Palembang
Perkosaan dan Pelecehan Seksual 79 59,3 %

KDRT 32 24,3 %

KDP 14 10,5 %
Trafficking 1 0,7 %

Kekerasan Lain 7 5,2 %

Jumlah 133 100%

100
80
60
40 79
20 32
14 7
0 1
Perkosaan KDRT KDP Trafiking Kekerasan
dan Lain
Pelecehan
Seksual

2.
Karakteristik dilihat dari Profesi atau Pekerjaan
a. Profesi atau Pekerjaan Korban

Profesi/Pekerjaan Korban Jumlah


5
Karyawan Swasta
7
Petani/Nelayan
47
Pelajar/Mahasiswa
5
Buruh Pabrik
4
PNS
6
Wiraswasta
3
Dokter/Perawat/Bidan
30
Ibu Rumah Tangga
3
Guru/Dosen
6
Pedagang
17
Lainnya
133
TOTAL
b. Profesi/Pekerjaan Pelaku
Profesi/Pekerjaan Pelaku Jumlah
5
Buruh Pabrik
8
Wiraswasta
6
PNS
2
Guru/Dosen
27
Pelajar/Mahasiswa
14
Kernet/Sopir
4
TNI/Polri
1
Pegawai BUMN
17
Petani/Nelayan
12
Pedagang
26
Lainnya
15
Tidak diketahui
136
TOTAL

3. Karakteristik dilihat dari Usia

a. Usia Korban

Usia Jumlah
<5 thn 2
6 - 12 thn 9
13 - 18 thn 34
19 - 24 thn 27
25 - 40 thn 44
> 40 thn 17
TOTAL 133

b. Usia Pelaku

Usia Jumlah
<5 thn 0
6 - 12 thn 3
13 - 18 thn 9
19 - 24 thn 29
25 - 40 thn 52
> 40 thn 11
Tidak diketahui 22
TOTAL 136

4. Karakteristik dilihat dari Tingkat Pendidikan

a. Tingkat Pendidikan Korban

Tingkat Pendidikan Jumlah


<5 th 2

SD 14

SLTP 37

SLTA 66

Perguruan Tinggi 12

Lainnya (S2/S3) 2

TOTAL 133

b. Tingkat Pendidikan Pelaku

Tingkat Pendidikan Jumlah


<SD 1

SD 7
SLTP 21

SLTA 54

Perguruan Tinggi 18

Lainnya (S2/S3) 4

Tidak diketahui 31

TOTAL 136

5. Berdasarkan Wilayah/Kabupaten di Sumsel Tahun 2018

No Kabupaten/Kota Jumlah

1. Palembang 89
2. Banyuasin 6
3. Empat Lawang 0
4. OKUT 1
5. OKI 3
6. OKUS 0
7. Ogan Ilir 5
8. Lahat 6
9. Muara Enim 7
10. Muba 7
11. Mura 2
12. Linggau 1
13. OKU 2
14. Prabumulih 0
15. Pagaralam 1
16. Pali 1
17. Muratara 1
18. Provinsi Lain 1
Total 133
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN OBSERVASI

Gambar 1.1 Bersama Narasumber


Gambar 1.2 Proses Wawancara

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan, dari hasil yang telah penyusun dapat kan
bahwasannya berbagai macam kekerasan yang terjadi terhadap anak dan
perempuan yaitu seperti, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),
kekerasan dalam pacaran (KDP), pelecehan seksual, dan traficking.
Sedangkan, untuk kekerasan yang paling mendominasi terhadap anak dan
perempuan pd tahun 2018 (lihat di tabel) yaitu adalah kekerasan seksual
dan pelaku nya didominasi di usia 25 sampai 40 tahun.
Oleh sebab itu, women crisis center (wcc) dalam menyikapi hal
ini, mereka memberikan upaya-upaya untuk menanggulangi kekerasan
terhadap anak dan perempuan yaitu :
1. Pencegahan, misalnya sosialisasi, kampanye pada hari2 besar
perempuan,advokasi tentang hak2 perempuan. Sosialisasi lewat
radio dan media cetak.
2. Penanganan
3. Pendampingan
4. Pemulihan

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penyususn dapat menyarankan:
1. Bagi anggota keluarga dan masyarakat perlunya memahami dan
mewaspadai gejala-gejala perilaku tindakan seksual yang menyimpang,
harus memiliki keberanian serta kemampuan untuk melaporkan peristiwa
perilaku kekerasan seksual tersebut kepada tokoh masyrakat atau pihak
yang berwajib.
2. Terjadinya kekerasan seksual dalam rumah tangga sangat merugikan
pihak korban. Oleh karena itu, korban berhak mendapatkan perlindungan
dari pihak keluarga, ke polisian, kejaksaan, pengadillan, lembaga sosial,
WCC atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapaan
perintah perlindungan dari pengadilan. Korban memerlukan pelayaan ke
sehataan sesuai dengan kebutuhan medis, yaitu penangan khusus berkaitan
dengan kerahasiaan korban, pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan
hukum serta pelayanaan bimbingan rohani
DAFTAR PUSTAKA
Nur Hasyim, dkk, 2007, Pandangan laki-laki tentang Maskulinitas dan
Kekerasan dalam Rumah Tangga, Rifka Annisa : Yogyakarta.
Ridwan, Kekerasan Berbasis Gender, 2006, Pusat Studi Gender :
Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai