10 Mengevaluasi Informasi, Baik Fakta Maupun Opini dalam Sebuah Artikel
A. Pengertian Teks Artikel Artikel merupakan jenis tulisan yang berisi pendapat, gagasan, pikiran, atau kritik terhadap persoalan yang berkembang di masyarakat, biasanya ditulis dengan bahasa ilmiah populer. Intinya, artikel opini adalah tulisan yang berisi pendapat penulis tentang data, fakta, fenomena, atau kejadian tertentu dengan maksud dimuat di surat kabar atau majalah.
B. Perbedaan Teks Artikel dan Teks Editorial
Teks editorial dan artikel bersumber pada informasi yang bersifat fakta, kemudian diikuti opini penulis. Kedua teks tersebut digolongkan sebagai teks opini karena ditulis berdasarkan sudut pandang penulis. Bedanya, penulis teks editorial mengatasnamakan redaksi surat kabar, sedangkan artikel atas nama pribadi sehingga nama penulisnya dicantumkan di bawah judul. Seperti halnya editorial, teks artikel juga terdapat di surat kabar, majalah, atau internet yang membahas topik tertentu, seperti tentang kesehatan, pendidikan, agama, sejarah, politik, ekonomi, penelitian, dan sebagainya.
C. Tujuan Teks Artikel
1) Bagi Penulis Sarana untuk menyampaikan gagasan Sarana untuk berpikir secara sitematis Sarana publikasi hasil pemikiran secara ilmiah Sarana untuk menguraikan arau membahas pokok masalah yang telah ditentukan dan diteliti Sarana untuk menjelaskan atau membahas suatu masalah sesuai dengan bidang ilmu tertentu 2) Bagi Pembaca Sarana mendapatkan pengetahuan dan informasi Sarana edukasi Sarana hiburan
D. Ciri-Ciri Teks Artikel
Didasari oleh fakta Bersifat faktual dan informatif Mengandung opini atau gagasan Dilandasi oleh data berupa hasil penelitian, teori, maupun fakta Bahasa dalam artikel bersifat ilmiah populer, yaitu komunikatif, tidak bertele-tele, dan ringkas
E. Pengertian Fakta dan Opini
Fakta adalah kenyataan atau peristiwa yang benar-benar ada dan terjadi yang bersifat objektif. Fakta biasanya dapat menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, atau berapa. Opini adalah pernyataan yang mengandung penilaian, pemikiran, atau pendapat seseorang baik itu secara individu maupun kelompok yang sifatnya subjektif. Opini juga dapat berupa prediksi. Biasanya opini dapat menjawab pertanyaan bagaimana dan mengapa.
F. Menemukan Informasi dalam Artikel yang Dibaca
Kekerasan, Diskriminasi, dan Kesetaraan Gender:
Perempuan Mulailah Bicara Meski bisa terjadi kepada siapa saja tanpa memandang jenis kelamin, kekerasan dan diskriminasi gender seolah telah menjadi aspek bahasan yang melekat kepada perempuan. Kekerasan terhadap perempuan, oleh Poerwanti (dalam Sadli, 2000), dikelompokkan ke dalam lima jenis, yakni; (1) kekerasan fisik, seperti memukul, menampar, mencekik, dan menendang, (2) kekerasan psikologis, seperti berteriak, menyumpah, mengancam, merendahkan, dan menguntit, (3) kekerasan seksual yang berupa tindakan yang mengarah ke ajakan atau desakan seksual, (4) kekerasan finansial, mislanya mengambil uang korban, dan (5) kekerasan spiritual, misalnya dilakukan dengan merendahkan keyakinan atau kepercayaan korban. Berbagai jenis kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan masih menjadi isu yang hangat hingga saat ini. Bahkan, berdasarkan Catatan Tahunan 2017 Komnas Perempuan (dalam www.nasional.kompas.com), tercatat ada 259.150 kasus kekerasan terhadap perempuan yang terjadi selama tahun 2016 dengan rincian: di ranah personal, Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) menempati peringkat pertama dengan 5.784 kasus, disusul kekerasan dalam hubungan asmara 2.171 kasus, dan kekerasan terhadap anak perempuan 1.799 kasus. Charlotte Bunch, tokoh yang memulai transformasi konsep HAM, menyatakan bahwa isu perempuan tidak bisa lagi dianggap sebagai isu marjinal (isu pinggiran tidak penting) dan harus digeser ke tengah (Sadil, 2000). Hal itu berarti bahwa secara konkret, isu perempuan harus menjadi focus perhatian negara di tingkat nasional, regional, dan internasional. Sementara itu, perjuangan terhadap hak asasi perempuan tidak mungkin bisa dipisahkan dari perjuangan memperoleh kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Beberapa kalangan, sebagaimana yang pernah saya temui sendiri, menganggap bahwa perjuangan terhadap kesetaraan gender tidak relevan dilakukan di Indonesia. Hal itu karena di Indonesia, perempuan dianggap telah mendapatkan hak yang sama dan setara dengan laki-laki. Misalnya saja, suara perempuan sudah ikut diperhitungkan dalam Pemilihan Umum, perempuan bebas menyuarakan pendapatnya, dan perempuan bebas memperoleh pendidikan layaknya laki-laki. Namun setidaknya saya rasa, masih banyaknya kasus diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan, kesetaraan gender masih sangat relevan untuk diperjuangkan di Indonesia. Hanya saja, tidak semua perempuan memahami pentingnya perjuangan terhadap kesetaraan gender. Bahkan, yang terjadi saat ini adalah maraknya victim blaming. Misalnya, dalam sebuah kasus pelecehan seksual yang terjadi terhadap seorang perempuan, banyak perempuan lain yang justru menyalahkan korban atas terjadi kasus tersebut. Banyak dari mereka mengatakan hal-hal seperti “Salah sendiri pake baju terbuka gitu.” Atau “Makanya jadi perempuan jangan ganjen.” Komentar-komentar yang memojokkan korban seperti itu, saya rasa, sangat tidak pantas untuk diungkapkan. Masalah lainnya lagi yang juga terjadi adalah, diantara banyak perempuan yang masih peduli terhadap kasus-kasus demikian, banyak dari mereka yang masih takut untuk bicara, mereka terkadang ketakutan untuk melaporkan kasus yang telah terjadi pada mereka atau rekan mereka. Padahal, kini sudah saatnya perempuan bergerak bersama untuk memperjuangkan kesetaraan haknya, dalam hal ini secara khusus untuk menghapuskan tindak kekerasan dan diskriminasi yang diterima perempuan. Apabila perempuan tetap diam melihat kasus-kasus kekerasan dan diskriminasi yang terjadi di sekitarnya, tidak mengherankan jika hal tersebut terus-menerus terjadi, bahkan membudaya. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) telah hadir di tengah masyarakat Indonesia untuk memberikan perlindungan dan bantuan kepada saksi dan korban sebagaimana telah diatur dalam undang-undang. Dengan adanya LPSK, saksi dan korban diharapkan akan menjadi lebih bebas dan leluasa untuk menyampaikan hal-hal yang seharusnya ia sampaikan. Diam tentu bukan pilihan. Oleh karena itu, tidak hanya saksi dan korban, LPSK pun harus lebih gencar lagi bersosialisasi agar lebih banyak lagi masyarakat yang mengetahui dan memahami hakikat keberadaan LPSK. Sejak dahulu, perempuan Indonesia sudah berjuang bahu-membahu dengan kaum laki- laki untuk mewujudkan cita-cita bangsa (MPB. Manus, dkk., 1993). Jadi, layakkah perempuan menerima diskriminasi? (ZA)
Kalimat fakta pada teks artikel:
Bahkan, berdasarkan Catatan Tahunan 2017 Komnas Perempuan (dalam www.nasional.kompas.com), tercatat ada 259.150 kasus kekerasan terhadap perempuan yang terjadi selama tahun 2016 dengan rincian: di ranah personal, Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) menempati peringkat pertama dengan 5.784 kasus, disusul kekerasan dalam hubungan asmara 2.171 kasus, dan kekerasan terhadap anak perempuan 1.799 kasus. Misalnya saja, suara perempuan sudah ikut diperhitungkan dalam Pemilihan Umum, perempuan bebas menyuarakan pendapatnya, dan perempuan bebas memperoleh pendidikan layaknya laki-laki. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) telah hadir di tengah masyarakat Indonesia untuk memberikan perlindungan dan bantuan kepada saksi dan korban sebagaimana telah diatur dalam undang-undang. Kalimat opini pada teks artikel: Meski bisa terjadi kepada siapa saja tanpa memandang jenis kelamin, kekerasan dan diskriminasi gender seolah telah menjadi aspek bahasan yang melekat kepada perempuan. Berbagai jenis kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan masih menjadi isu yang hangat hingga saat ini. Charlotte Bunch, tokoh yang memulai transformasi konsep HAM, menyatakan bahwa isu perempuan tidak bisa lagi dianggap sebagai isu marjinal (isu pinggiran tidak penting) dan harus digeser ke tengah (Sadil, 2000). Hal itu berarti bahwa secara konkret, isu perempuan harus menjadi fokus perhatian negara di tingkat nasional, regional, dan internasional. Sementara itu, perjuangan terhadap hak asasi perempuan tidak mungkin bisa dipisahkan dari perjuangan memperoleh kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Beberapa kalangan, sebagaimana yang pernah saya temui sendiri, menganggap bahwa perjuangan terhadap kesetaraan gender tidak relevan dilakukan di Indonesia. Hal itu karena di Indonesia, perempuan dianggap telah mendapatkan hak yang sama dan setara dengan laki-laki. Namun setidaknya saya rasa, masih banyaknya kasus diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan, kesetaraan gender masih sangat relevan untuk diperjuangkan di Indonesia. Hanya saja, tidak semua perempuan memahami pentingnya perjuangan terhadap kesetaraan gender. Komentar-komentar yang memojokkan korban seperti itu, saya rasa, sangat tidak pantas untuk diungkapkan. Masalah lainnya lagi yang juga terjadi adalah, diantara banyak perempuan yang masih peduli terhadap kasus-kasus demikian, banyak dari mereka yang masih takut untuk bicara, mereka terkadang ketakutan untuk melaporkan kasus yang telah terjadi pada mereka atau rekan mereka. Padahal, kini sudah saatnya perempuan bergerak bersama untuk memperjuangkan kesetaraan haknya, dalam hal ini secara khusus untuk menghapuskan tindak kekerasan dan diskriminasi yang diterima perempuan. Apabila perempuan tetap diam melihat kasus-kasus kekerasan dan diskriminasi yang terjadi di sekitarnya, tidak mengherankan jika hal tersebut terus-menerus terjadi, bahkan membudaya. LPSK pun harus lebih gencar lagi bersosialisasi agar lebih banyak lagi masyarakat yang mengetahui dan memahami hakikat keberadaan LPSK. 4.10 Menyusun Opini dalam Bentuk Artikel A. Mengungkapkan Opini dalam Bentuk Kalimat yang Benar Sebelum menyusun sebuah opini dalam bentuk artikel, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain struktur artikel opini, argumentasi, & bahasa yang digunakan. 1) Struktur Artikel Opini Artikel diawali dengan pernyataan pendapat (thesis statement) atau topik yang akan dikemukakan. Selanjutnya, kamu kemukakan beberapa argumentasi tentang pendapat atau pandangan kamu terhadap masalah yang dikemukakan, pada bagian ini disebut argumentasi (arguments). Bagian akhir artikel berisi pernyataan ulang pendapat (reiteration), yakni penegasan kembali pendapat yang telah dikemukakan agar pembaca yakin dengan pandangan atau pendapat tersebut. 2) Argumentasi Bagian terpenting dalam artikel opini adalah argumentasi. Argumentasi yang kalian kemukakan harus kuat. Artinya argumentasi harus didukung oleh data aktual karena artikel opini pada umumnya bersifat aktual yang berisi analisis subjektif terhadap suatu permasalahan. Argumentasi yang dibangun juga harus konstruktif agar pesan dalam tulisan dapat diserap secara baik oleh pembaca. Kemudian kalian harus memberikan solusi yang komprehensif. 3) Penggunaan Bahasa Bahasa dalam artikel bersifat ilmiah populer, berbeda dengan bahasa ilmiah pada umumnya. Penggunaan bahasa penting untuk diperhatikan untuk melihat sasaran pembacanya. Kecenderungan pembaca teks artikel adalah membaca tulisan yang tidak terlalu panjang, mudah dibaca, dan mudah dipahami. Oleh karena itu, pada saat membuat opini, gunakan bahasa yang komunikatif, tidak bertele-tele, dan ringkas penyajiannya. Dalam menggali gagasan dan argumentasi, gunakanlah kalimat yang efektif, efisien, dan mudah dimengerti. Jika kamu menggunakan istilah asing atau bahasa daerah, buatlah padanan katanya dalam bahasa Indonesia.
B. Menyusun Opini dalam Bentuk Paragraf
Dalam membaca suatu bentuk tulisan diperlukan daya kritis, apakah tulisan itu berupa fakta atau opini. Berikut adalah penanda-penanda opini dalam suatu paragraf. 1) Menggunakan kutipan kata-kata seseorang, biasanya ditandai dengan adanya tanda baca petik dua (“…”) 2) Menggunakan sudut pandang penulis dalam bentuk penafsiran terhadap fakta. 3) Menggunakan kata yang tidak pasti (mungkin, rasanya, dll) 4) Menggunakan kata yang bertujuan menyampaikan sesuatu (sebaiknya, saran, pendapat, dll) Inti dari paragraf opini adalah dapat ditemukan kata atau kalimat yang menunjukan bahwa itu adalah sebuah pendapat pribadi ataupun pandangan seseorang yang belum tentu benar, hanya berdasarkan pemikiran seseorang.
C. Menyusun Fakta dalam Bentuk Artikel
Fakta adalah suatu informasi yang bersifat nyata atau benar-benar terjadi. Fakta disertai dengan bukti-bukti yang mendukung kebenarannya. Oleh karena itu, fakta lebih sering sulit dibantah oleh opini seseorang. Berikut adalah ciri-ciri fakta: 1) Dapat dibuktikan kebenarannya 2) Menyertakan bukti berupa data-data yang akurat 3) Mengungkapkan peristiwa yang benar-benar terjadi 4) Bersifat objektif 5) Berasal dari narasumber