Anda di halaman 1dari 5

PROPOSAL ADVOKASI

MARAKNYA KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN


DI JAKARTA

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah : Advokasi

Dosen Pengampu : Novian Uticha Sally, M.A

Disusun Oleh :

Moh Ilham Romadona 2040410069

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT


ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN PENGEMBANGAN
ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamuaalaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam


atas segala berkat, rahmat, taufik serta hidayahnya yang tiada terkira besarnya, sehingga
saya sebagai penulis menyelesaikan proposan advokasi ini dengan judul “Maraknya
kekerasan terhadap perempuan di Jakarta”

Dalam penyusunan, saya memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada eluruh
pihak yang senantiasa membantu dalam penyusunan proposal ini. Meskipun saya berharap
isi dari proposal ini bebas dari kekurangan dan kesalahan namun selalu saja ada yang harus
saya perbaiki sebagai penyusun, Maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun agar proposal ini menjadi lebih baik. Dan kami berharap proposal ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Kudus, 2 Juni 2022

penulis
A. Latar Belakang

Maraknya kekerasan di Indonesia semakin menggila, ada banyak kasus dari segala
bentuk tindakan dari kekerasan pada wanita. Saat ini Indonesia dibanjiri oleh berita
tentang pemerkosaan wanita, pelecehan, penyiksaan, eksploitasi, dan kasus kekeraaasan
seksual lainnya. Tindakan kekerasan seksual banyak memakan korban pada perempuan.
Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering menjadi bahan
perbincangan setiap orang. Perempuan seringkali menjadi korban diskriminasi,pelecehan
dan menjadi objek kekerasan. Akan tetapi pada kenyataannya kekerasan tersebut tidak
hanya berupa kekerasan fisik saja melainkan juga kekerasan spikis korban atau kekerasan
mental. Perempuan yang menjadi korban kekerasan umunya berusia antara 21 tahun
keatas dan berasal dari beberapa golongan,misalnya : ibu rumah tangga,pebisnis,dosen
dan pejabat publik.

Perempuan yang menjadi korban kekerasan juga juga sering dianggap sebagai pihak
yang disalahkan di kalangan masyarakat padahal meraka hanyalah korban. Keberadaan
mereka sampai saat ini masih terpinggirkan dan cenderung dikucilkan. Dengan perlakuan
yang demikian, masih mampukah mereka mempertahankan eksistensi dirinya?
Mengingat lingkungan merke sendiri telah memandang sebelah mata terhadap mereka.
Manakala masyarakat seringkali mengabaikan korban kekerasan terhadap perempuan,dan
pada kenyataannya mereka diasingkan dilingkungannya.

Kekerasan seksual pada perempuan telah teratur dalam Kitab Undang-Undang


Hukum Pidana (KUHP) sesuai yang berkaitan dengan jenis dari kekerasan seksual
tersebut, dan pelecehan seksual menurut KUHP merupakan pencabulan. Pada kondisi
saat ini kekerasan seksual pada wanita telah menjadi pusat perhatian awak media.
Menurut Luluk, kasus kekerasan seksual semakin hari semakin bertambah, kasus yang
bisa dilakukan pada siapa saja seperti keluarga, dan rekan kerja ataupun orang lain.

Dari tahun ke tahun kekerasan terhadap perempuan semakin meningkat. Dari data
yang dimiliki oleh Komnas Perempuan sepanjang tahun 2014 kekerasan terhadap
perempuan yang terjadi menunjukan 293.220 kasus dan kasus kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT) memiliki kasus kekerasan yang paling tinggi.Dari data tersebut bisa
dilihat bahwa kurangnya perlindungan terhadap perempuan yang jauh dari kata
maksimal. Meskipun sudah ada lembaga yang mengatur dan menangani tentang
perlindungan dan pemberdayaan perempuan, tetapi masih saja kasus kekerasan yang
terjadi bahkan jumlahnya selalu meningkat dari tahun ke tahun.
B. Jenis advokasi yang di gunakan dalam kasus

Menurut Undang-undang Nomor 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial pasal 16


Advokasi sosial merupakan suatu upaya memberikan perlindungan,pendampingan dan
pembelaan terhadap seseorang, kelompok, keluarga dan masyarakat yang dilanggar
haknya.. Maka dari itu advokasi sosial merupakan suatu kegiatan yang sangat penting
untuk mendukung perubahan sosial dan merupakan kegiatan yang sangat penting untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan kesejahteraan hidup masyarakatnya.
Dalam kasus maraknya kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di Jakarta ini
tergolong dalam advokasi legislative. Advokasi legislative merupakan aktifitas advokasi
yang dilakukan dalam proses pembahasan undang-undang. Advokasi legislative juga
salah satu aksi atau pergerakan yang dilakukan untuk merubah atau mempengaruhi dalam
proses pembuatan undang-undang, kebijakan, ataupun aturan.
Salah satu cara advokasi legislatif yang bisa digunakan oleh pendamping sosial adalah
mendorong pemerintah daerah Jakarta untuk melakukan beberapa cara yaitu :
a. Meningkatkan Pengawasan
Menteri Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak (PPPA) Mendorong
pemerintah daerah untuk melakukan penanganan secara koprehensif terhadap kasus
kekerasan terhadap perempuan dan anak.
b. Layanan SPS 129
Menteri PPPA sejak 8 maret 2021 sudah mluncurkan layanan ruang sahabat
Perempuan dan Anak untuk memberikan akses terhadap perempuan yang mengalami
tindak kekerasan. SAPA 129 ini bisa diakses melalui nomor telepon 129 atau pesan
singkat ke 08111-129-129
c. Pengesahan RUU TPKS
Untuk menindak pelaku kekerasan terhadap perempuan dibutuhkan payung hukum
yang memadai. Rancangn Undang-Undang Tindak Pidana kekerasan Seksual (RUU
TPKS) merupakan RUU yang dinanti semua pihak agar dapat menjadi payung hukum
untuk menindak pelaku kekerasan terhadap
C. Cara meng-Advokasi kasus
Dalam kasus Maraknya kekerasan terhadap perempuan di Jakarta, pihak yang
diadvokasi yaitu para korban kekerasan yaitu perempuan yang memiliki hak dan berhak
juga untuk memiliki perlindungan untuk bangkit rasa trauma akibat kekerasan yang telah
menimpanya. Lalu pihak yang dihadapi tentunya Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah Jakarta.
Cara yang bisa dilakukan yaitu dengan menggunakan jalur hukum bisa juga
menggunakan media lobby, dengan harapan para korban kekerasan terutama perempuan
bisa mendapatkan perlindungan dan penyembuhan baik dari fisik maupun mental jika ini
dibiarkan tentunya akan menjadi masalah besar bagi korban bahkan sampai
menyebabkan depresi dan kematian.
Berbagai pihak pun turut digandeng dalam menangani kasus ini seperti, Komnas
Perempuan yang merupakan Lembaga negara independent untuk penegakan HAM
perempuan Indonesia.Ada juga Koalisi Perempuan Indonesia yang mempunyai misi
untuk menjadi agen perubahan yang membela hak-hak perempuan. Yang terakhir ada
Lentera Sintas Indonesia yang merupakan support group
-

Anda mungkin juga menyukai