Anda di halaman 1dari 11

KARYA ILMIAH

PERAN HUKUM DALAM KASUS PELECEHAN SEKSUAL DI MASYARAKAT

Oleh :
ZAHRA ALIYAH
2112011241

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021/2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

Panitia Penilai Karya Tulis Ilmiah Universitas Lampung telah memeriksa dan
menilai Karya Tulis Ilmiah dari:
Nama :Zahra Aliyah
NPM :2112011241
Program Studi :S1-Ilmu Hukum
Karya Tulis Ilmiah :Peran Hukum dalam Kasus Pelecehan Seksual di Masyarakat.

Menyetujui:

Rektor Universitas Lampung Wakil Rektor Bidang


Kemahasiswaan dan Alumni

Prof.Dr.Karomani,M.Si. Prof.Dr.Yulianto,M.S.
NIP.196112301988031002 NIP.196107041988031005

Dekan Fakultas Hukum

Dr.M.Fakih,S.H.,M.S.
NIP.196412181988031002

2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................3
BAB I..............................................................................................................4
PENDAHULUAN..............................................................................................4
A.Latar Belakang........................................................................................4
B.Rumusan Masalah..................................................................................5
C.Tujuan....................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................6
METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................6
BAB III............................................................................................................7
PEMBAHASAN...............................................................................................7
A.Pengertian Pelecehan Seksual.................................................................7
B.Penyebab Pelecehan Terjadi...................................................................7
C.Bentuk Pelecehan....................................................................................7
D.Dampak Pelecehan pada Korban............................................................8
E.Peran Hukum dalam Menghadapi Kasus Pelecehan................................8
BAB IV............................................................................................................9
PENUTUP.......................................................................................................9
A.Kesimpulan............................................................................................9
B.Saran......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Pelecehan seksual merupakan segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi atau mengarah
kepada hal-hal seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang
menjadi sasaran sehingga menimbulkan reaksi negatif seperti malu, marah, benci, tersinggung,
dan sebagainya pada diri individu yang menjadi korban pelecehan tersebut. Beragam persoalan
sensitif cenderung menimpa kehidupan kaum perempuan, diantaranya kejahatan kekerasan
seksual (sexual violence) dan pelecehan seksual (sexual harassment).Tetapi kasus pelecehan
seksual juga banyak menimpa laki-laki,anak-anak,bahkan lansia.
Berdasarkan Laporan Studi Kuantitatif Barometer Kesetaraan Gender yang diluncurkan
Indonesia Judicial Research Society (IJRS) dan INFID Tahun 2020 ada 33% laki-laki yang
mengalami pelecehan seksual.
Berdasarkan survei dari Koalisi Ruang Publik Aman (KRPA) yang melibatkan 62.224 responden, 1
dari 10 laki-laki pernah mengalami pelecehan di ruang publik. Data dari Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI) memperlihatkan bahwa korban kekerasan seksual di tahun 2018 lebih
banyak dialami oleh anak laki-laki, di mana ada 60% anak laki-laki dan 40% anak perempuan
menjadi korban kekerasan seksual.
Berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tahun 2017,
untuk kelompok umur 13-17 tahun prevalensi kekerasan seksual terlihat lebih tinggi pada laki-
laki dibanding perempuan yaitu sebesar 8,3% atau dua kali lipat dari prevalensi kekerasan
seksual pada perempuan yang mencapai 4,1%. Sedangkan berdasarkan Data kasus pelecehan
berdasarkan komnas perempuan mencatat telah terjadi 2.500 kasus kekerasan terhadap
perempuan pada periode Januari-Juli 2021. Angka itu melampaui catatan 2020 yang tercatat
2.400 kasus.
Pelecehan seksual juga masih terlalu awam dipahami oleh masyarakat,mereka masih berfikir
bahwa tindakan pelecehan seksual merupakan salah dari korban memakai pakaian yang tidak
pantas yang mengundang syahwat pelaku.
Oleh karena itu,berdasarakan latar belakang dalam penelitian ingin masyarakat lebih terbuka
lagi dalam kasus pelecehan seksual bahwa pelecehan seksual ini tidak main-main dan sering
sekali bahwa korban lah yang disalahkan.

4
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang,maka permasalahan yang akan dibahas adalah:
1.Apa pengertian dari Pelecehan Seksual?
2.Bagaimana pelecehan bisa terjadi?
3.Apa saja bentuk Pelecehan Seksual?
4.Bagaimana dampak dari Pelecehan seksual terhadap korban?
5.Apa peran hukum dalam menghadapi kasus Pelecehan Seksual?

C.Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang ada,tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
Pelecehan Seksual ini terjadi,dan agar kita lebih paham bagaimana dampak dari Pelecehan
Seksual dan solusi untuk mencegah terjadinya Pelecehan tersebut.

5
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Kualitatif yang berupa
pengumpulan data melalui media massa.Di harapkan penilitian ini dapat mengetahui kasus
pelecehan seksual yang sering beredar di masyarakat.

6
BAB III
PEMBAHASAN

A.Pengertian Pelecehan Seksual


Pelecehan seksual merupakan segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi atau mengarah
kepada hal-hal seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang
menjadi sasaran sehingga menimbulkan reaksi negatif seperti malu, marah, benci, tersinggung,
dan sebagainya pada diri individu yang menjadi korban pelecehan tersebut. Dengan kata lain
pelecehan seksual adalah:

 Penyalahgunaan perilaku seksual.


 Permintaan untuk melakukan perbuatan seksual (undangan untuk melakukan perbuatan
seksual, permintaan untuk berkencan).
 Pernyataan lisan atau fisik melakukan atau gerakan menggambarkan perbuatan seksual.
 Perilaku fisik (seperti menyentuh, mencium, menepuk, mencubit, atau kekerasan fisik
seperti pemerkosaan).
 Sikap seksual yang merendahkan (seperti melirik atau menatap bagian tubuh
seseorang).

B.Penyebab Pelecehan Terjadi


Adapun beberapa hal yang menjadi faktor pemicu terjadinya kekerasan maupun pelecehan
seksual,diantaranya:
1.Infrastruktur dan transportasi publik yang kurang memadai.Seperti, tidak adanya penerangan
yang cukup di jalan atau gang, trotoar yang tidak memadai, tidak adanya CCTV di tempat
strategis, hingga transportasi publik yang kurang aman.
2.Keinginan atau hawa nafsu dari pelaku pelecehan seksual.
3.Korban pelecehan seksual kerap disalahkan, misalnya dari cara berpakaiannya.

C.Bentuk Pelecehan
Pelecehan seksual bisa terjadi pada siapa saja, termasuk pria dan wanita. Sampai sekarang,
banyak orang yang belum memahami perilaku apa saja yang masuk ke dalam kategori
pelecehan seksual. Berikut ini kategori pelecehan seksual yang perlu diketahui:
1.Perilaku menggoda.
Ditandai dengan perilaku tidak pantas seperti menggoda seseorang hingga membuatnya risih,
memaksa seseorang untuk melakukan hal yang tidak disukainya, dan ajakan lain yang tidak
pantas atau diinginkan seseorang.

7
2.Pelanggaran Seksual.
berupa pelanggaran seksual berat seperti, menyentuh, merasakan, atau meraih secara paksa,
serta penyerangan seksual yang tidak pantas atau diinginkan oleh seseorang.
3.Pelecehan Gender.
Perilaku ini berupa pernyataan yang menghina atau merendahkan seseorang karena jenis
kelamin yang dimilikinya.
4.Pemaksaan Seksual.
Perilaku ini terkait seks yang disertai ancaman hukuman. Artinya, seseorang dipaksa melakukan
perilaku yang tidak diinginkannya. Jika tidak, ia diberi ancaman hukuman tertentu. Bisa berupa
pencabutan promosi kerja, ancaman terhadap keselamatan diri atau keluarga, hingga ancaman
teror dan pembunuhan.
5.Penyuapan Seksual.
Perilaku ini berupa permintaan aktivitas seksual dengan janji imbalan yang dilakukan secara
terang-terangan. Misalnya seorang wanita/pria mengajak seorang anak melakukan hubungan
intim dengan iming-iming uang, asalkan ia tidak memberitahukannya kepada orang lain.

D.Dampak Pelecehan pada Korban


Kondisi korban setelah menjadi korban Pelecehan jelas miris karena dampak pelecehan seksual
pada korban sangat buruk. Korban tak hanya mengalami trauma, tapi juga bisa-bisa tidak fokus
dalam mengejar masa depan dan melakukan kegiatan sehari-hari.Dampak pertama seperti
Depresi,korban biasanya mengatasi masalah melalui cara menghindar dan cenderung
menyalahkan diri.Dampak berikutnya yaitu Disosiasi,Korban biasanya akan sulit ada di dunia
nyata dan menghabiskan waktu dengan melamun. Anak-anak korban pelecehan seksual
berpeluang besar melakukan disosiasi saat dewasa.Dampak ketiga yaitu RTS (Rape Traumatic
Syndrome),yaitu kondisi gangguan mental turunan dari PTSD, korban biasanya cenderung
merasa mudah gemetar, mual, nyeri di sekujur tubuh, infeksi kandung kemih, hingga penyakit
kelamin menular. Bahkan ada pula korban yang sampai mengalami insomnia dan mimpi buruk
atas perkosaan yang dialami.

E.Peran Hukum dalam Menghadapi Kasus Pelecehan


Pelaku pelecehan seksual dapat dijerat dengan pasal percabulan (Pasal 289 s.d. Pasal 296
KUHP). Dalam hal terdapat bukti-bukti yang dirasa cukup, Jaksa Penuntut Umum yang akan
mengajukan dakwaannya terhadap pelaku pelecehan seksual di hadapan pengadilan.
Pembuktian dalam hukum pidana adalah berdasarkan Pasal 184 UU No. 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (“KUHAP”), menggunakan lima macam alat bukti, yaitu:

8
1.keterangan saksi.
2.Keterangan ahli.
3.Surat.
4.Petunjuk.
5.Keterangan terdakwa.

Sehingga, dalam kasus pelecehan seksual, bukti-bukti tersebut di atas dapat digunakan sebagai
alat bukti. Untuk kasus terkait percabulan atau perkosaan, biasanya menggunakan salah satu
alat buktinya berupa Visum et repertum. Menurut “Kamus Hukum” oleh JCT Simorangkir, Rudy
T Erwin dan JT Prasetyo, Visum et repertum adalah surat keterangan atau laporan dari seorang
ahli mengenai hasil pemeriksaannya terhadap sesuatu, misalnya terhadap mayat dan lain-lain
dan ini dipergunakan untuk pembuktian di pengadilan. Maka Visum et repertum dapat
digunakan sebagai alat bukti surat, sebagaimana diatur dalam Pasal 187 huruf c KUHAP:
“Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai
sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi daripadanya.”
Penggunaan Visum et repertum sebagai alat bukti, diatur juga dalam Pasal 133 ayat (1) KUHAP:
“Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena perstiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.”
Apabila visum memang tidak menunjukkan adanya tanda kekerasan, maka sebaiknya dicari alat
bukti lain yang bisa membuktikan tindak pidana tersebut. Pada akhirnya, Hakim yang akan
memutus apakah terdakwa bersalah atau tidak berdasarkan pembuktian di pengadilan.

9
BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian,dapat ditarik kesimpulan bahwa Pelecehan seksual merupakan
segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi atau mengarah kepada hal-hal seksual yang
dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran.Pelecehan
Seksual yang mana korbannya sering mengalami trauma berkepanjangan,seperti
depresi,disosiasi,hingga RTS (Rape Traumatic Syndrome).Perlindungan hukum yang diberikan
kepada korban untuk menutu pelaku sudah di atur dalam pasal percabulan (Pasal 289 s.d. Pasal
296 KUHP).

B.Saran
Hendaknya masyarakat dapat turut serta dalam melaporkan setiap kejadian Pelecehan yang
terjadi di lingkungan kepada penegak hukum,agar perbuatan Pelecehan dapat
diminimalisir.Dan untuk penegak hukum yang diberikan kepada korban agar lebih menekankan
kepada penegak hukum yang memberikan perlindungan hukum,bukan penegak hukum untuk
menyudutkan korban sebagai pelaku tindak pidana.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://ijrs.or.id/kekerasan-seksual-pada-laki-laki-diabaikan-dan-belum-ditangani-serius/
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210819042140-20-682186/ada-2500-kasus-
kekerasan-terhadap-perempuan-sepanjang-2021
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/11/26/08151821/faktor-pemicu-terjadinya-
pelecehan-seksual-di-ruang-publik.
https://www.halodoc.com/artikel/bentuk-pelecehan-seksual-yang-perlu-diketahui
https://www.qubisa.com/article/dampak-pelecehan-seksual#showContent
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl3746/pelecehan-seks

11

Anda mungkin juga menyukai