Anda di halaman 1dari 5

Kegiatan Riset Program Studi Karakter Unggul Pada Kasus

Kekerasan Seksual
Bernadhet Yosephin Marsela E.D 1, Anastasya Aulia Dwi Putri 2, Thessa Anggitha Patricia Silitonga 3,
Dedy Budiman 4 , Aditya Eka Sputra 5 , Muhammad Ilham 6
Abstrak
Segala perbuatan yang menimbulkan luka fisik atau kematian pada anak akibat perbuatan pemukulan,
penyiksaan dan penganiayaan baik dengan benda maupun tanpa benda disebut juga kekerasan terhadap anak. Menurut
(UNESCO, 2012) tindakan seksual yang dilakukan secara paksa oleh orang dewasa terhadap orang lain dapat
didefinisikan sebagai kekerasan seksual. Kekerasan seksual meliputi penggunaan komersial atau keterlibatan anak
dalam kegiatan seksual, ajakan atau pemaksaan anak untuk terlibat dalam kegiatan seksual. Pelecehan seksual dapat
terjadi di mana saja dan kapan saja serta dapat terjadi pada siapa saja. Anak merupakan salah satu kelompok yang
rentan menjadi korban kekerasan seksual. Kekerasan seksual tidak hanya berupa kekerasan seksual secara fisik, tetapi
dapat berupa pelecehan dalam konteks seksual melalui media sosial dan internet (Komisi Perlindungan Anak, 2016).
Saat ini muncul berbagai fenomena perilaku negatif yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari pada anak-anak. Melalui
surat kabar atau televisi dapat ditemukan kasus-kasus kekerasan pada anak usia dini, baik kekerasan fisik, verbal,
mental, bahkan seksual. Bentuk kekerasan ini biasanya dilakukan oleh orang terdekat anak. Oleh karena itu, disini
penulis menganalisa dan mencari tahu hal-hal apa saja yang melatarbelakangi permasalahan pada kasus yang penulis
angkat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan pengambilan sampel dengan melakukan wawancara
langsung dengan informan, serta dapat menginterpretasikan gejala dan prinsip triangulasi. Serta menginterpretasikan
faktor-faktor yang mempengaruhi tindak kekerasan seksual terhadap anak, bagaimana pencegahan dan
penanggulangannya di lingkungan sosial dan aparat setempat, kemudian tindakan apa yang dilakukan terhadap korban.
Serta, apakah hukuman yang diterima pelaku kekerasan seksual sesuai dengan perbuatannya.

Kata-kata kunci : kekerasan pada anak, seksual pada anak, perlindungan hukum

Abstract

All actions that cause physical injury or death to children as a result of an act of beating, torturing and ill-treating
both with objects and without objects are also called violence against children. According to (UNESCO, 2012) sexual
acts that are forcibly carried out by adults against other people can be defined as sexual violence. Sexual violence
includes the commercial use or involvement of children in sexual activities, solicitation or coercion of children to
engage in sexual activities. Sexual harassment can happen anywhere and anytime and can happen to anyone. Children
are one of the vulnerable groups to become victims of sexual violence. Sexual violence is not only in the form of
physical sexual violence, but can be in the form of harassment in a sexual context through social media and the internet
(Child Protection Commission, 2016). At this time there are various negative behavioral phenomena, seen in everyday
life in children. Through newspapers or television, cases of early childhood violence can be found, both physical,
verbal, mental, and even sexual violence. This form of violence is usually carried out by the closest person to the child.
Therefore, here the author analyzes and finds out what things are the background of the problem in the case that the
author has raised. This study uses a qualitative method, by taking samples by way of direct interviews with informants,
and can interpret the symptoms and principles of triangulation. As well as interpreting the factors that influence acts of
sexual violence against children, how to prevent and how to control it within the social sphere and local officials, then
what kind of action was taken against the victim. As well as, whether the punishment received by the perpetrators of
sexual violence is in accordance with their actions.

Keywords : violence against children, sexual abuse of children, legal protection

I. PENDAHULUAN dan yang dapat memberi dampak bagi kemerosotan menta


dan fisik, termasuk mengganggu kehidupan manusia.
Kekerasan seksual merupakan setiap Tindakan yang
Di Indonesia terdapat kasus dimana anak menjadi
menjatuhkan, menghina, melecehkan dan/atau memberi
korban kekerasan fisik dan/atau emosional karena
serangan terhadap tubuh dan/atau alat kelamin seseorang
berbagai faktor. Ini termasuk efek negatif dari teknologi
karena ketidaksetaraan kekuasaan dan/atau jenis kelamin
dan informasi, kualitas pengasuhan yang buruk,

1
kemiskinan keluarga, tingginya pengangguran, kondisi seseorang memberi paksaan terhadap anak yang masih
hidup yang tidak ramah anak.   dibawa umur untuk melepaskan nafsu seksualnya. Anak-
Untuk mencegah dan menangani hal tersebut, anak yang tidak atau belum memiliki wawasan mengenai
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) telah pendidikan seks memiliki resiko yang lebih tinggi terlibat
melakukan banyak hal. Yaitu mengefektifkan dalam pelecehan seksual. Hal ini dapat terjadi
pengawasan untuk memastikan pemangku kepentingan dikarenakan masih banyak masyarakat yang beranggapan
memenuhi tanggung jawabnya sesuai dengan hukum bawasannya masalah reprosuksi merupakan sesuatu yang
serta mendahulukan perlindungan anak kemudian, secara tabu, sehingga membuat mereka tidak memiliki
berkala mengadvokasi perbaikan sistem perlindungan pengetahuan yang akurat mengenai pendidikan seks.
anak di Indonesia dan memastikan inovasi dalam Pelecehan seksual biasanya dimulai dengan upaya
pencegahan kekerasan terhadap anak, selanjutnya merayu korban dengan membujuknya berbuat suatu hal,
memantau proses hukum kasus anak agar sesuai dengan misalnya dengan memberi uang atau memberikan barang
peraturan dan semangat memajukan perlindungan anak di yang ingin dimiliki korban. Bahkan beberapa korban
Indonesia. Dan yang terakhir optimalisasi pelayanan dan langsung diberi ancaman dan dipaksa oleh si pelaku.
penanganan korban. Adapun, anak-anak seringkali menjadi korban
dikarenakan mereka tidak memiliki cukup keberanian
II. DASAR TEORI untuk berkata tidak, apalagi kepada sosok yang mereka
kenal.
Sesuai dengan teori yang penulis gunakan didalam
Berdasarkan penjelasan pelecehan seksual di atas,
jurnal ini Grounded Research Theory, yang dimana
terdapat bentuk-bentuk pelecehan seksual yang dapat
merupakan salah satu ruang lingkup dalam penelitian
dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu: 
kualitatif, yaitu penelitian yang dilakukan secara
mendalam dan juga pengalaman dari subjek penelitian.  Pelecehan seksual berdasarkan perlakuan yang
Disini penulis juga berusaha untuk bersifat subjektif dan diterima korban
mencoba memaknai perasaan adanya ketidak adilan dari a.) Pelecehan seksual secara non-fisik, Pelecehan seksual
pihak keluarga korban dan adanya kerugian yang dialami secara non-fisik umumnya terdiri dari kata-kata seperti
baik psikis & in material. menghina, lirikan yang tida pantas, pandangan cabul
terhadap bagian tubuh tertentu, dan ungkapan berupa
III. METODOLOGI PENELITIAN kata-kata seks. Salah satu modus pelecehan seksual yaitu
dengan mengajak anak menonton film porno, dengan
Untuk melakukan kegiatan riset ini, ini penulis
menunjukkan aktivitas seksual tanpa perantara dan secara
makalah menggunakan metode Kualitatif (secara
langsung. Selain itu, pelaku juga memperlihatkan foto
interview ) untuk melakukan suatu penelitian .
atau gambar porno bakan menunjukkan alat kelaminnya
IV. PENELITIAN pada anak. Sehingga anak yang menyaksikan hal tersebut
secara langsung mengalami trauma berat, atau bahkan
A. Pelecehan Seksual Terhadap Anak histeris ketika melihat banyak orang di sekitarnya.
b.) Pelecehan seksual secara fisik, Pelecehan seksual
Pelecehan seksual terhadap anak bukanlah perbuatan secara fisik bisa berupa tindak pencabulan, sodomi, dan
atau tindakan yang dapat dibenarkan, karna dapat tindak pemerkosaan. Korban pelecehan seksual yang
berdampak pada korban kejahatan seksual dan pelakunya paling sering terjadi adalah pada anak berusia di bawah
sendiri. 15 tahun. Tinda pelecehan seksual dapat berupa suatu
Pelecehan atau kekerasan seksual sendiri merupakan tindakan, contoh Tindakan secara langsung seperti
kekerasan fisik maupun psikis yang dituduhkan pelaku disuruh untuk memainkan peran berkenaan dengan seks
kepada korban. Selain itu, pelaku pelecehan seksual dapat untuk dijadikan film, memegang atau mencium arena
melakukan perbuatannya dengan mengancam atau erogen (payudara, bokong, alat kelamin, paha bagian
memaksa korbannya. Pelecehan seksual yang bersifat dalam, mulut) anak, bahkan meminta atau menyuruh
verbal, misalnya (komentar, chattingan, disertai gurauan anak untuk menyentuh zona erogen pelaku, pelaku
dan sebagainya) berupa hinaan, sindiran dan perilaku memeluk dan meraba-raba tubuh anak secara tidak wajar,
bahasa yang tidak pantas. Adapun pelecehan seksual non- bahkan memaksa anak melakukan hubungan seksual.
verbal dilakukan dengan mencolek, meraba, dan Biasanya hal tersebut disertai dengan adanya ancaman
sebagainya. Biasanya berupa perlakuan kasar yang masuk pembunuhan,dan lain lain agar korban menuruti
dalam kategori kekerasan seksual dan memaksa korban keinginannya.
melakukan hubungan seks hanya untuk keuntungan  Pelecehan seksual berdasarkan batasannya
pribadi. Dan ini adalah salah satu jenis perbuatan tidak a.) Pelecehan seksual ringan sampai sedang. Pelecehan
wajar yang secara langsung atau tidak langsung dapat seksual dengan kategori ringan sampai dengan sedang
merugikan kesehatan fisik dan mental seseorang, baik meliputi, diperlihatkannya gambar tidak senonoh kepada
pelaku sengaja maupun tidak sengaja terhadap korban. korban, menunjukkan alat kelamin, menyentuh korban
Jadi para korban yang merasa tidak senang bahkan takut atau mencium korban pada pada area erogen atau diminta
dengan tindakan pelaku bully terhadap dirinya. menyentuh zona erogen pelaku, dipeluk dan diraba-raba
Kekerasan Pelecehan Seksual terhadap anak secara tidak wajar.
merupakan salah satu jenis kekerasan yang mana b.) Pelecehan seksual berat adapun kategori bentuk

2
pelecehan seksual berat seperti pencabulan, pemerkosaan, Pasal 82 Undang-Undang Perlindungan Anak Barang
perdagangan anak, sodomi (perkosaan per anus). siapa yang kedapatan melanggar ketentuan Pasal 76E
 Pelecehan seksual berdasarkan pelakunya antara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
lain: tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda
a.) Incest Incest merupakan aktivitas seksual yang mana paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
masih memiliki jalinan kekeluargaan. Pelaku dan juga C. Pertanggung jawaban Pidana dalam Perbuatan
korban sama-sama masih memiliki ikatan darah satu Pelecehan Seksual Terhadap Anak
sama lain. Misalnya korban tersebut adalah si anak dan Tindak pelecehan seksual telah memiliki dasar
pelakunya bisa jadi adik, kakak, paman, maupun ayah tiri hukum di Indonesia dalam peraturan perundangan-
atau ayah kandung. Incest seringkali terjadi pada anak undangan. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir tingkat
berjenis kelamin perempuan. Tindakan tersebut tidak perkembangan pelecehan seksual. Dalam peraturan
hanya melanggar hukum, namu juga adat dan agama perundang-undangan yang berlaku di indonesia
karena masih memiliki pertalian darah yang sama.. diistilahkan dengan pencabulan, oleh karena itu pada
b.) Extrafamilial sexual abuse Extrafamilial sexual abuse umumnya sudah diatur dalam pasal 289 KUHP, yang
adalah pelecehan seksual yang pelakunya bukan anggota bunyinya adalah sebagai berikut:
keluarga korban atau terjadi di luar lingkungan keluarga “Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
korban, mis. Pelajar SD mengalami pelecehan seksual memaksa seseorang untuk melakukan atau membiarkan
dengan cara disodomi oleh petugas kebersihan sekolah. dilakukan suatu perbuatan cabul, diancam karena
Dalam artian tidak ada ikatan darah antara pelaku dan melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan
korban, karena pelaku juga termasuk orang-orang di luar kesusilaan, diancam dengan pidana paling lama sembilan
lingkungan keluarga korban.  tahun”. Jika diperhatikan dari bunyi pasal tersebut,
c.) Bisnis seks komersial pornografi Bisnis seks terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
komersial pornografi umumnya terjadi dalam komunitas a. Barangsiapa merupakan suatu istilah orang yang
melakukan
pedofilia atau relasi mafia. Kegiatan ini mulanya mencari
b. Dengan kekerasan atau ancaman kekerasan yang
anak-anak dengan cara diculik dan kemudian dijadikan
artinya melakukan kekuatan badan.
sarana memuaskan nafsu mereka. Bisnis ini biasanya c. Memaksa seseorang untuk melakukan atau
memperjual belikan foto dan video anak-anak di bawah membiarkan dilakukan suatu perbuatan cabul atau
umur, biasanya tanpa pakaian, bahkan berperan seksual. pelecehan seksual, diancam karena melakukan perbuatan
Tentu saja ini adalah hal serius yang mana pelakunya yang menyerang kehormatan kesusilaan Pelecehan
sudah melanggar hukum berupa peraturan perundang- seksual dalam bentuk kekerasan dan ancaman kekerasan
undangan yang berlaku. untuk bersetubuh dengan anak di bawah umur diatur juga
dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak pada pasal 82 yang menyebutkan:
B. Pelecehan Yang Terjadi Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan
Berdasarkan bentuk-bentuk pelecehan di atas, atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu
salah satunya baru-baru ini terjadi di Kecamatan muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak
Kalianyar, Tambora, Jakarta Barat. Seorang pria cacat untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan
berusia 35 tahun mencabuli anak berusia 7 tahun. Pelaku cabul, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
melakukan zina saat korban sedang mandi di toilet umum (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan
tempat tinggal miliknya. Korban awalnya menolak, denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta
namun karena keyakinan pelaku, akhirnya korban rupiah) dan paling sedikit Rp. 60.000.000,00 (enam puluh
mengiyakan. Pelaku yang merupakan tunawicara juta rupiah).
menggunakan bahasa isyarat meminta korban meniup Jika diperhatikan pada pasal tersebut di atas, maka
telunjuk yang artinya untuk merahasiakan perbuatannya. unsurunsur pelecehan seksual adalah sebagai berikut:
Beruntung ibu korban (NN) melihat pelaku dan korban a. Setiap orang, yang berarti subyek atau pelaku.
keluar dari kamar mandi usai kejadian dan langsung b. Dengan sengaja, yang berarti mengandung unsur
menanyakan kejadian tersebut kepada anaknya. Korban kesengajaan.
mengaku pelaku menyentuh kemaluannya. Ibunya c. Melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, yang
langsung melaporkannya ke polisi. Dalam kasus ini, berarti dalam prosesnya diperlakukan dengan
pelaku dijerat Pasal 35 82 Juncto 76E Tahun 2014 menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan. Dalam
perubahan UU Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002. melakukan tindakan pelecehan seksual terdapat unsur
Pelakunya terancam hukuman 15 tahun penjara dan paksaan.
denda maksimal Rp 5 miliar. Pasal tersebut berbunyi d. Berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja
Pasal 76 E “Setiap orang dilarang menggunakan melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau
kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, menipu, membujuk anak melakukan pelecehan seksual, yang
berbohong dalam jumlah berapa pun, atau membujuk berarti bahwa perbuatan tersebut dapat dilakukan dengan
anak untuk melakukan atau membiarkan perbuatan cara menipu, merayu, membujuk dan lain sebagainya.
asusila”.

3
Berdasarkan kedua pasal dari dua undang- tahun, barangsiapa yang dengan sengaja menghubungkan
undang yang berbeda dapat disimpulkan bahwa tindak atau memudahkan perbuatan cabul, kecuali yang tersebut
pidana pelecehan seksual merupakan suatu perbuatan dalam butir 1 di atas, yang dilakukan oleh orang yang
yang sengaja, yang dilakukan dengan menggunakan diketahuinya belum dewasa atau yang sepatutnya harus
kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan diduganya demikian, dengan orang lain. Pasal 296 KUHP
tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk “Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau
anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan memudahkan perbuatan cabul oleh orang lain dengan
pelecehan seksual. Seperti yang sudah disebutkan di atas orang lain, dan dijadikannya sebagai pencarian atau
bahwa sanksi pidana bagi pelaku tindak pidana pelecehan kebiasaan, diancam penjara selama-lamanya satu tahun
seksual tercantum dalam Pasal 289 KUHP, untuk lebih empat bulan atau denda sebanyakbanyaknya Rp 15.000
detailnya dalam KUHP menjelaskan lebih lanjut dalam (lima belas ribu rupiah)”.
pasal-pasal berikutnya, yaitu dalam pasal-pasal berikut
ini: Pasal 290 KUHP. V. KESIMPULAN DAN SARAN
Diancam dengan pidana paling lama tujuh tahun: A. KESIMPULAN
1. Barang siapa yang melakukan perbuatan cabul dengan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari artikel
seseorang, sedang diketahuinya bahwa orang itu
ini, maka kami menarik kesimpulan yakni antara lain :
pingsan atau tidak berdaya.
2. Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan  Segala Tindakan yang menimbulkan luka fisik
seseorang, sedang diketahuinya atau patut harus atau kematian terhadap anak yang disebabkan
disangkanya, bahwa umur orang itu belum cukup 15 dari sebuah tindakan pemukulan, penyiksaan
tahun atau kalau tidak nyata berapa umurnya,bahwa dan penganiayaan baik dengan benda maupun
orang itu belum belum masanya buat dikawin. tanpa benda disebut juga Kekerasan terhadap
3. Barang siapa membujuk (menggoda) seseorang yang anak.
diketahuinya atau patut harus disangkanya, bahwa umur  Sedangkan tindakan yang meliputi menghardik,
orang itu belum cukup 15 tahun atau kalau tidak nyata menyampaikan kata-kata Kasar atau kotor,
berapa umurnya, bahwa ia belum masanya buat kawin, memperlihatkan gambar porno kepada anak
akan melakukan atau atau membiarkan dilakukan pada sehingga menimbulkan terganggunya mental
dirinya perbuatan cabul, atau akan bersetubuh dengan anak diantranya ketakutan, pendiam, dan juga
orang lain dengan tiada kawin. Pasal 292 KUHP emosi yang tidak stabil.
“Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan  Kekerasan seksual terhadap anak mengacu pada
orang yang belum dewasa dari jenis kelamin yang sama, setiap tindakan yang merupakan perlakuan
sedang diketahuinya atau patut harus disangkanya hal kasar, termasuk terlibat dalam kekerasan
belum dewasa itu, dihukum penjara selamalamanya lima seksual, memaksa melakukan hubungan seksual
tahun”. Pasal 293 (1) KUHP dengan anak untuk keuntungan pribadi, dan
“Barang siapa dengan mempergunakan hadiah atau memperlihatkan atau membiarkan anak melihat
perjanjian akan memberikan uang atau barang, dengan gambar-gambar porno.
menyalahgunakan pengaruh yang timbul dari hubungan  Kekerasan sosial terhadap anak mengacu pada
keadaan, atau dengan penyesatan yang sengaja semua kegiatan yang melibatkan penelantaran
menggerakkan seorang belum dewasa dan baik tingkah atau penyalahgunaan anak. Misalnya Anak-anak
lakunya untuk melakukan atau membiarkan dilakukan dibuang dari keluarga, mereka tidak
perbuatan cabul dengan dia, padahal tentang belum mendapatkan pendidikan yang layak, dan anak-
kedewasaannya, diketahui atau selayaknya harus anak dipaksa bekerja.
diduganya”, diancam penjara selamalamanya lima tahun.  Faktor-faktor penyebab kekerasan fisik, psikis,
Pasal 294 KUHP. Barang siapa melakukan perbuatan seksual dan sosial terhadap anak yang dilakukan
cabul dengan anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, oleh orang tua yaitu ketidaktahuan agama orang
anak peliharaannya, atau dengan seorang yang belum tua, keuangan keluarga yang lemah, latar
dewasa yang peliharaannya, pendidikannya dan belakang orang tua yang juga menjadi korban
penjagaannya diserahkan kepadanya ataupun dengan kekerasan masa kecil, dan faktor lingkungan
bujangnya atau bawahannya yang belum dewasa, yang kurang baik.
dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun.  Menurut responden, salah satu cara untuk
Pasal 295 KUHP (1) Dengan hukuman penjara selama- mencegah kekerasan terhadap anak adalah
lamanya lima tahun, “barang siapa yang dengan sengaja dengan sosialisasi dan sosialisasi UU
menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul yang Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2014.
dikerjakan oleh anaknya, anak tirinya atau anak  Dukungan dan bantuan bagi korban kekerasan
angkatnya yang belum dewasa, oleh anak yang dibawah dapat diperoleh tidak hanya dari keluarga tetapi
pengawasannya, orang yang belum dewasa yang juga dari tetangga, tokoh masyarakat setempat,
pendidikannya dan penjagaannya diserahkan kepadanya, petugas kesehatan, pekerja sosial, kiai dan
atau bujangnya yang belum cukup umur atau orang yang organisasi bantuan hukum. 
dibawahnya dengan orang lain”.
(2) Dengan hukuman penjara selama-lamanya empat

4
B. SARAN Muzdalifah, R. A., Upaya Pencegahan Pelecehan Seksual
Terhadap Anak Oleh Pelayanan Terpadu
Saran yang dapat kami berikan untuk mengurangi
Perempuan Dan Anak, 2018. Surakarta: [1
kekerasan seksual dan menyambung maksud dari hasil September 2014]
penelitian, berikut ini dapat disarankan: Noviana.,Kekerasan seksual terhadap anak, Surakarta:2015.
 Orang tua mengambil inisiatif untuk lebih Dampak dan penanganannya child. [5Maret 2015]
memperhatikan anak dan apa yang dilaluinya di Notoatmojo, S., Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta :
lingkungan luar, baik di lingkungan sekoalh 2012. Rineka Cipta.
maupun lingkungan sosial. Menjalin relasi yang Sugiyono., Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
harmonis dengan anak, akan membuat R&D, Bandung: Alfabeta,2012. Nurhidayah, A.I.,
Peran Orang Tua Dalam Pencegahan Kekerasan
terciptanya hubungan emosional yang kuat,
Seksual Pada Anak, 2018. Bandung: Fakultas Keperawatan,
sehingga jika datang sesuatu kondisi yang tida Universitas Padjadjaran. 2 Juli 2018.
diinginkan, maka dapat diselesaikan melalui Sumera,M.,Perbuatan Kekerasan/Pelecehan Seksual
perbincangan positif dalam rangka menghindari Terhadap Peerempuan. Lex et Societatis, Jakarta:
kekerasan di tengah keluarga. menghindari 2013. Vol. [2 April 2013]
kekerasan anak dalam keluarga. Wahyu Agustina, P. A., Jurnal Kajian Teori dan Praktik
 Orang tua dituntut untuk memiliki self control Kependidikan 2018. Ilmu Pendidikan.
atau pengendalian diri yang baik, yaitu. jika [3 Desember 2018]
anak melakukan kesalahan atau tingkah laku Wibowo, Adik., Metodologi Penelitian Praktis bidang
anak yang menyimpang dari keinginan orang Kesehatan, Jakarta: PT Rjagrafindo Persada, 2014.
tua, maka hendaknya jangan langsung Wihenti M.A., Hubungan Sosial Ekonomi Dengan
membentak atau memukul anak, tetapi menegur Kejadaian Pelecehan Seksual Pada anak- anak,
Yogyakarta. 2017. Fakultas Ilmu Kesehatan,
dan memberikan arahan yang benar dengan
Univeritas Aisyiyah Yogyakarta.
tetap menjaga perasaannya.
 Orang tua diharapkan menjadi teladan yang baik
bagi anak karena proses pendidikan pertama
yang diterima dan terus dilalui anak adalah
lingkungan keluarga atau pembelajaran
informal.
 Ajari anak tentang agama sejak dini. Agama
mengajarkan moral kepada anak-anak untuk
berbuat baik agar anak-anak itu sendiri tidak
melakukan kekerasan. Bicara terus terang
dengan anak dari waktu ke waktu dan dorong
anak untuk berbicara jujur. Dengan demikian,
orang tua dapat mengenal anaknya dengan baik
serta memberikan bimbingan dan nasehat agar
dapat mempersiapkan mental anak yang
tangguh.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Maslihah, S., Play Therapy Dalam Identifikasi Kasus
Pekerasan Seksual Terhadap Anak. 2014. Jurnal
Penelitian Psikologi, Vol. 04, No. 01, 21-34.
Mardhiyah, A. I., Peran Orang Tua Dalam Pencegahan
Pelecehan Seksual Pada Anak Sekolah Dasar,
Bandung: 2018. Fakultas Keperawatan, Universitas
Padjadjaran. [2 Juli 2018] Meni Handayani, Jurnal
Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS. [1 Juni
2017]
Mardhiyah, Ai., Peran Orang Tua Dalam Pencegahan
Pelecehan Seksual Pada Anak Sekolah Dasar
Bandung: 2018. Fakultas Keperawatan, Universitas
Padjadjaran. [2 Juli 2018]
Marzuki, Suparman., Pelecehan Seksual, Yogyakarta: 2014.
Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia
Mayer, T.C., Understanding Child Abuse and Neglect.
Boston: Allyn & Bacon. 2014.
Mujahidah. Implementasi Teori Ekologi Bronfenbrenner dalam
Membangun Pendidikan Karakter yang Berkualitas.
2015 Lentera, IXX No 2, 174-175.

Anda mungkin juga menyukai