Anda di halaman 1dari 52

Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi

Laboratorium Sedimentologi 2021

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sedimentologi adalah studi tentang pembentukan transportasi dan pengendapan


material yang terakumulasi sebagai sedimen di lingkungan benua dan laut dan pada
akhirnya membentuk batuan sedimen (Gary Nichols, 2009). Sedimentasi adalah salah
satu proses pengendapan material yang transport oleh media berupa angin atau proses
aeolian, air atau proses fluvial dan es atau proses gletser di suatu cekungan. Endapan
pasir pantai dan endapan pada saluran sungai adalah contoh-contoh dari pengangkutan
dan pengendapan fluvial.

Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi


(daratan atau lautan) yang telah mengalami proses pengangkutan atau transportasi dari
satu tempat ke tempat yang lainnya. Sedimen ini apabila mengeras akan menjadi batuan
sedimen. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat litifikasi bahan rombakan
batuan asal, baik batuan beku ataupun batuan sedimen yang lebih tua, dan bisa dari hasil
reaksi kimia dari kegiatan organisme. Batuan sedimen terbentuk dengan dua cara (1)
batuan sedimen yang terbentuk dalam cekungan pengendapan atau dengan kata lain tidak
mengalami proses pengangkutan. (2) batuan sedimen yang mengalami proses transportasi
atau berasal dari luar cekungan.

Fasies sedimen merupakan suatu massa batuan yang dapat ditentukan dan
dibedakan dengan lainnya oleh geometri, litologi, struktur sedimen, pola arus purba dan
fosilnya (Selley, 1970). Fasies sedimen sangat penting dipelajari karena dapat mencirikan
suatu lingkungan pengendapan suatu batuan beserta material penyusun dari suatu batuan
sedimen.

Laporan ini membahas mengenai ekskursi profil yang dilakukan untuk


mengetahui lapisan batuan yang diteliti terendapkan di formasi apa, apa saja litologi
penyusun lapisan tersebut dan termasuk ke dalam fasies lingkungan pengendapan apa.

1.2 Maksud dan Tujuan

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Maksud dan tujuan diadakannya kegiatan lapangan profil adalah agar praktikan
dapat mendalami teori dan praktek yang telah dipelajari sebelumnya dari laoratorium
dlam pembuatan profil. Serta dengan kegiatan ini praktikan akan dapat menambah
ketrampilan di lapangan dalam membuat profil. Selain itu dengan diadakannya kegiatan
ini praktikan juga dituntut untuk dapat mengklasifikasikan batuan sedimen dilingkungan
laut dalam mengetahui litologi yang ada, penampang straigrafi, fasies dan Lingkungan
Pengendapan.

1.3 Batasan Masalah

Dalam kegiatan ekskursi profil sedimen yang dilakukan di Ngoro-Oro, Gunung


Kidul, banyak yang perlu dijelaskan secara lebih mendetail. Oleh karena itu, diperlukan
batasan masalah agar tidak keluar dari permasalahan yang akan dibahas, antara lain :

a) Data-data diambil secara angsung di lapangan.

b) Kegiatan ekskursi dimulai dari stopsite 1 hinggga stopsite 2. Dalam setiap stopsite,
praktikan mampu menjelaskan:

- Deskripsi lapangan

- Deskripsi singkapan

- Deskripsi litologi

c) Deskripsi di lapangan dilakukan secara megaskopis. Dalam pendeskripsiannya


ditulis dalam bentuk paragraf dan harus memperhatikan alur deskrip mulai dari nama
batuan, warna (fresh dan lapuk), tekstur (ukuran butir, derajat pembundaran,
penyortiran, dan kemas), komposisi (fragmen, material, dan semen), terakhir adalah
struktur.

1.4 Lokasi Penelitian

Lokasi eskursi profil kali ini diadakan di Desa Ngoro-oro, Kec. Patuk, Kab Gunung
Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Praktikan beserta panitia dan dosen berangkat dari
kampus UPN Veteran Yogyakarta pukul 8.00 WIB menempuh 1 jam perjalanan
mengendarai sepeda motor.

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

BAB II

GEOLOGI REGIONAL

2.1 Fisiografi Regional

Van Bemmelen (1949) membagi pulau Jawa bagian tengah menjadi beberapa
zona yaitu dataran alluvial Jawa tengah begian utara, Antiklinorium Rembang,
Antiklinorium Serayu utara- Kendeng, Pematang dan kubah zona depresi tengah, Zona
Randublatung, Gunung api Kuarter, dan Pegunungan Selatan.

Daerah penelitian ini termasuk dalam Daerah Pegunungan Selatan. Pegunungan Selatan
dan Perbukitan Jiwo di dalam pembagian fisiografi Jawa Timur masing-masing masuk
dalam zona selatan dan zona tengah (Pannekoek, 1949). Perbukitan Jiwo tersebut oleh
van Bemmelen (1949) dimasukkan di dalam Zona Solo.

Gambar 2. Peta Fisiografi Jawa Tengah dan Jawa Timur (modifikasi dari Van
Bemmelen, 1949 dalam Hartono, 2010).

Zona selatan merupakan dataran tinggi dan deretan pegunungan yang memanjang
barat-timur dengan batas selatan adalah Samudera Hindia. Bagian selatan zona ini berupa
tebing yang terjal, sedangkan bagian utaranya adalah gawir curam, dan di sebelah utara
gawir terdapat hamparan dataran rendah yang disusun oleh endapan aluvial dan
gunungapi muda. Batuan penyusun dataran tinggi dan deretan pegunungan secara umum
miring ke arah selatan menuju Samudera Hindia. Kemiringan ke arah selatan tersebut

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

masih menerus di bawah Samudera Hindia (Bolliger dan de Ruiter, 1975). Zona ini
sebagian telah terkikis, dan di beberapa tempat ditempati oleh endapan gunungapi muda.
Permukaan yang disusun oleh batugamping sebagian berkembang menjadi topografi kras
(karst), dengan bukit berbentuk kerucut yang kemudian lebih dikenal dengan nama
Pegunungan Sewu. Zona selatan tersebut juga disusun oleh batuan asal gunungapi tua,
serta menempati salah satu unit struktur utama Pulau Jawa, yaitu unit struktur Southern
Slope (Sujanto dkk., 1994).

Zona tengah yang juga disebut Zona Solo , berupa zona depresi yang di dalamnya
muncul gunungapi Kuarter yang berderet relatif ke arah barat-timur. Zona ini merupakan
pemisah antara zona utara (Subzona Rembang dan Subzona Kendeng) yang umumnya
terlipat dengan zona selatan yang batuannya miring ke selatan. Menurut van Bemmelen
(1949), Perbukitan Jiwo dalam Zona Solo menempati pada bagian pinggiran selatan. Pada
Plistosen Awal terjadi pembubungan sehingga terbentuk geantiklin. Poros geantiklin
menempati Zona Solo, dan selanjutnya geantiklin ini dikenal dengan sebutan Geantiklin
Jawa Selatan. Pebukitan Jiwo terletak pada pinggiran sayap selatan dari geantiklin ini.

2.2 Stratigrafi

Urutan Stratigrafi Pegunungan Selatan dari tua ke muda yaitu batuan metamorf
sebagai basement yang berumur Kapur-Pliosen Awal, kemudian Formasi Wungkal-
Gamping berumur Eosen tengah hingga Eosen Akhir, Formasi Kebo-Butak, Formasi
Semilir, Formasi Nglanggran berumur Oligosen Akhir hingga Miosen, selanjutnya
diendapkanlah Formasi Sambipitu dan Formasi Oyo yang berumur Miosen Awal hingga
Miosen Tengah, bagian atas dari Formasi ini diendapkan Formasi Wonosari pada
Miosen Akhir Fomasi Wonosari bagian Barat berkembang menjadi Formasi Kepek.

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Gambar 3. Stratigrafi Pegunugan Selatan menurut Surono (1992)

Secara stratigrafi, urutan satuan batuan dari tua ke muda menurut penamaan litostratigrafi
menurut Wartono dan Surono (1994) adalah:

1. Formasi Wungkal-Gamping

Lokasi tipe formasi ini terletak di G. Wungkal dan G. Gamping, keduanya di


Perbukitan Jiwo. Satuan batuan Tersier tertua di daerah Pegunungan Selatan ini di bagian
bawah terdiri dari perselingan antara batupasir dan batulanau serta lensa batugamping.
Pada bagian atas, satuan batuan ini berupa napal pasiran dan lensa batugamping.
Sebagian dari satuan batuan ini semula merupakan endapan laut dangkal yang kaya akan
fosil. Karena pengaruh gaya berat di lereng bawah laut, formasi ini kemudian meluncur
ke bawah dan diendapkan kembali di laut dalam sehingga merupakan exotic faunal
assemblage (Rahardjo, 1980). Formasi ini tersebar luas di Perbukitan Jiwo dan K. Oyo di
utara G. Gede, menindih secara tidak selaras batuan metamorf serta diterobos oleh Diorit
Pendul dan di atasnya, secara tidak selaras, ditutupi oleh batuan sedimen klastika
gunungapi (volcaniclastic sediments) yang dikelompokkan ke dalam Formasi Kebo-
Butak, Formasi Semilir, Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu.

2. Formasi Kebo-Butak

Lokasi tipe formasi ini terletak di G. Kebo dan G. Butak yang terletak di lereng
dan kaki utara gawir Baturagung. Litologi penyusun formasi ini di bagian bawah berupa
batupasir berlapis baik, batulanau, batulempung, serpih, tuf dan aglomerat. Bagian
atasnya berupa perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan tipis tuf asam.
Setempat di bagian tengahnya dijumpai retas lempeng andesit-basal dan di bagian atasnya
dijumpai breksi andesit. Lingkungan pengendapannya adalah laut terbuka yang
dipengaruhi oleh arus turbid. Formasi ini tersebar di kaki utara Pegunungan Baturagung,
sebelah selatan Klaten dan diduga menindih secara tidak selaras Formasi Wungkal-
Gamping serta tertindih selaras oleh Formasi Semilir. Ketebalan dari formasi ini lebih
dari 650 meter.

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

3. Formasi Semilir

Formasi ini berlokasi tipe di G. Semilir, sebelah selatan Klaten. Litologi


penyusunnya terdiri dari tuf, tuf lapili, lapili batuapung, breksi batuapung dan serpih.
Komposisi tuf dan batuapung tersebut bervariasi dari andesit hingga dasit. Di bagian
bawah satuan batuan ini, yaitu di K. Opak, Dusun Watuadeg, Desa Jogotirto, Kec.
Berbah, Kab. Sleman, terdapat andesit basal sebagai aliran lava bantal (Bronto dan
Hartono, 2001). Penyebaran lateral Formasi Semilir ini memanjang dari ujung barat
Pegunungan Selatan, yaitu di daerah Pleret-Imogiri, di sebelah barat G. Sudimoro,
Piyungan-Prambanan, di bagian tengah pada G. Baturagung dan sekitarnya, hingga ujung
timur pada tinggian G. Gajahmungkur, Wonogiri. Ketebalan formasi ini diperkirakan
lebih dari 460 meter. Formasi Semilir ini menindih secara selaras Formasi Kebo-Butak,
namun secara setempat tidak selaras (van Bemmelen, 1949), Formasi ini menjemari
dengan Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu, namun tertindih secara tidak selaras
oleh Formasi Oyo (Surono, dkk., 1992). Dengan melimpahnya tuf dan batuapung dalam
volume yang sangat besar, maka secara vulkanologi Formasi Semilir ini dihasilkan oleh
letusan gunungapi yang sangat besar dan merusak, biasanya berasosiasi dengan
pembentukan kaldera letusan (Bronto dan hartono, 2001).

4. Formasi Nglanggeran

Lokasí tipe formasi ini adalah di Desa Nglanggran di sebelah selatan Desa
Semilir. Batuan penyusunnya terdiri dari breksi gunungapi, aglomerat, tuf dan aliran lava
andesit-basal dan lava andesit. Breksi gunungapi dan aglomerat yang mendominasi
formasi ini umumnya tidak berlapis. Kepingannya terdiri dari andesit dan sedikit basal.
Di bagian tengah formasi ini, yaitu pada breksi gunungapi, ditemukan batugamping
terumbu yang membentuk lensa atau berupa kepingan. Secara setempat, formasi ini
disisipi oleh batupasir gunungapi epiklastika dan tuf yang berlapis baik. Formasi ini juga
tersebar luas dan memanjang dari Parangtritis di sebelah barat hingga tinggian G.
Panggung di sebelah timur. Ketebalan formasi ini di dekat Nglipar sekitar 530 meter.
Formasi ini menjemari dengan Formasi Semilir dan Formasi Sambipitu dan secara tidak
selaras ditindih oleh Formasi Oyo dan Formasi Wonosari. Dengan banyaknya fragmen
andesit dan batuan beku luar berlubang serta mengalami oksidasi kuat berwarna merah

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

bata maka diperkirakan lingkungan asal batuan gunungapi ini adalah darat hingga laut
dangkal. Sementara itu dengan ditemukannya fragmen batugamping terumbu, maka
lingkungan pengendapan Formasi Nglanggran ini diperkirakan di dalam laut.

5. Formasi Sambipitu

Lokasi tipe formasi ini terletak di Desa Sambipitu. Penyebaran formasi ini sejajar
di sebelah selatan Formasi Nglanggran, di kaki selatan Subzona Baturagung. namun
menyempit dan kemudian menghilang di sebelah timur. Ketebalan Formasi Sambipitu ini
mencapai 230 meter. Batuan penyusun formasi ini di bagian bawah terdiri dari batupasir
kasar, kemudian ke atas berangsur menjadi batupasir halus yang berselang-seling dengan
serpih, batulanau dan batulempung. Pada bagian bawah kelompok batuan ini tidak
mengandung bahan karbonat. Namun di bagian atasnya, terutama batupasir, mengandung
bahan karbonat. Formasi Sambipitu mempunyai kedudukan Formasi Oyo. Lokasi tipe
formasi ini berada di K. Oyo. Batuan penyusunnya pada bagian bawah terdiri dari tuf dan
napal tufan. Sedangkan ke atas secara berangsur dikuasai oleh batugamping berlapis
dengan sisipan batulempung karbonatan.

6. Formasi Wonosari

Formasi ini terletak di Pegunungan Selatan bagian timur Formasi ini tersingkap
baik di daerah Wonosari dan sekitarnya, membentuk bentang alam Subzona Wonosari
dan topografi karts Subzona Gunung Sewu. Ketebalan formasi ini diduga lebih dari 800
meter. Kedudukan stratigrafinya di bagian bawah menjemari dengan Formasi Oyo,
sedangkan di bagian atas menjemari dengan Formasi Kepek. Formasi ini didominasi oleh
batuan karbonat yang terdiri dari batugamping berlapis dan batugamping terumbu.
Sedangkan sebagai sisipan adalah napal. Sisipan tuf hanya terdapat di bagian timur.

7. Formasi Kepek

Lokasi tipe dari formasi ini terletak di Desa Kepek, sekitar 11 kilometer di
sebelah barat Wonosari. Formasi Kepek tersebar di hulu K. Rambatan sebelah barat
Wonosari yang membentuk sinklin. Batuan penyusunnya adalah napal dan batugamping
berlapis. Tebal satuan ini lebih kurang 200 meter.

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

BAB III

DASAR TEORI

Pada pembahasan dasar-dasar teori yang berkaitan dengan lapangan profil batuan
sedimen ini meliputi lingkungan pengendapan laut dalam. Lingkungan pengendapan
merupakan bagian dari permukaan bumi dimana proses fisika, kimia dan biologi berbeda
dengan daerah yang berbatasan dengannya (Selley, 1988). Menurut Boggs (1995)
lingkungan pengendapan adalah karakteristik dari suatu tatatanan geomorfik di mana
proses fisika, kimia, dan biologi berlangsung yang menghasilkan suatu jenis endapan
sedimen tertentu. Lingkungan pengendapan tempat terakumulasinya suatu sedimen yang
mempunyai aspek fisika, kimia dan biologi tertentu (Krumbein and Sloss, 1963).

Dalam penentuan analisa lingkungan pengendapan dengan menggunakan tiga


aspek yaitu, aspek fisik, kimia dan biologi. Aspek fisika suatu sedimen akan tercermin
dalam tekstur dan struktur sedimennya, aspek kimia akan ditunjukkan oleh komposisi
kimia batuan, sedangkan aspek biologi akan ditunjukkan oleh fosil-fosil yang terkandung
dalam sedimen yang bersangkutan. Beberapa faktor utama yang secara umum akan
mempengaruhi lingkungan pengendapan antara lain faktor fisis, kimia dan biologis.
Menurut Krubein and Sloss (1963), faktorfaktor yang mempengaruhi lingkungan
pengendapan adalah :

a. Media Lingkungan, seperti air, es, angin dan lainnya.

b. Keadaan sekitar batuan diendapkan (“Boundary Condition”).

c. Tenaga yang bekerja, misalnya arus, angin dan gelombang.

d. Keadaan biologis, yaitu flora dan fauna serta kelimpahannya, serta juga diamati
adanya, struktur pertumbuhan, cangkang sebagai sedimen, material organic dan
struktur galian (burrow).

Arus turbid dapat terjadi dari berbagai macam mekanisme yaitu kegagalan dalam
pengendapan (sediment failure), semburan yang dipicu dari aliran pasir dan lumpur
menuju lembah (storm-triggered flow of sand and mud into canyon heads), bedload
inflow from rivers and glacial meltwater, dan aliran debu yang berguguran dari udara

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

akibat erupsi (flows during eruption of airfall ash). Kesemuanya ini mungkin bergerak
secara tiba-tiba atau mendadak (surges), atau secara gradual dan kontinu (steady) dalam
aliran yang seragam.

Dilihat dari posisi didalam arus turbid dan jumlah awal sedimen yang terbawa di
dalam suspensi aliran, arus turbid dapat mengandung konsentrasi sedimen yang tinggi
atau sebaliknya. Dua prinsip dasar arus turbid berdasarkan konsentrasi partikel yang
tersuspensi terbagi menjadi 2 bagian yaitu :

1.) Aliran dengan kerapatan rendah (low-density flows), mengandung ± 20- 30% butir
(grains) .

2.) Aliran dengan kerapatan tinggi (high-density flows), yang mengandung konsentrasi >
30% grains. (Lowe, 1982).

Low-density flows terdiri dari partikel-partikel clay, silt dan fine-to medium sand
didalam suspensi turbulen arus turbid. High-density flows terdiri dari coarsegrained sand
dan pebble-to cobble-size clast yang merupakan sedimen yang bagus. Adanya partikel-
partikel kasar (coarse) saat terjadinya aliran disokong oleh turbulensi yang menghalangi
terjadinya pengendapan partikel saat pergerakan arus dan pengaruh gaya apung akibat
dari pencampuran dari air dengan sedimen halus.

High-density flows berbeda dengan aliran runtuhan (debris) karena debris flows
bukan turbulensi dan mengandung sedikit fluida. Bagian depan dari arus turbid (heads)
berupa high-density flows, sebaliknya bagian belakang (tails) menipis, low-density flows.

Berdasarkan sifat jauh dekatnya sumber, maka endapan turbidit dapat dibagi
menjadi 3 fasies, yaitu : fasies proximal, intermediate dan distal. Distal merupakan
endapan turbidit yang pengendapannya relatif lebih jauh dari sumbernya atau tidak
mengandung interval a dan b. Endapannya dicirikan oleh adanya perselingan yang teratur
antara batupasir dan serpih, lapisan batupasirnya tipis-tipis dan lapisan serpihnya lebih
tebal. Pengendapan yang relatif lebih dekat dengan sumbernya disebut turbidit proximal,
biasanya berbutir kasar, kadangkadang konglomeratan dan sedikit serpih.

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Gambar 4. Korelasi Sekuen Bouma Terhadap Endapan Turbidit Berdasarkan


Jauh Dekatnya Sumber Sedimen (http://faculty.gg.uwyo.edu/)

A. Endapan Turbidit Bouma (1962)

Menurut Bouma (1962) dalam hal pengenalan endapan turbidit salah satu ciri
yang penting adalah struktur sedimen, karena mekanisme pengendapan arus turbid
memberikan karakteristik sedimen tertentu. Banyak klasifikasi struktur sedimen hasil
mekanisme arus turbid, salah satunya karakteristik genetik dari Selly (1969). Selly (1969)
mengelompokan struktur sedimen menjadi 3 berdasarkan proses pembentukannya:

a.) Struktur Sedimen Pre-Depositional

Merupakan struktur sedimen yang terjadi sebelum pengendapan sedimen, yang


berhubungan dengan proses erosi oleh bagian kepala (head) dari suatu arus turbid
(Middleton, 1973). Umumnya pada bidang batas antara lapisan batupasir dan serpih.
Beberapa struktur sedimen yang antara lain flute cast, groove cast.

b.) Struktur Sedimen Syn-Depositional

Merupakan struktur yang terbentuk bersamaan dengan pengendapan sedimen,


dan merupakan struktur yang penting dalam penentuan suatu endapan turbidit. Beberapa
struktur sedimen yang penting diantaranya adalah perlapisan bersusun, perlapisan sejajar
dan perlapisan bergelombang.

c.) Struktur Sedimen Post-Derpositional

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Struktur sedimen yang dibentuk setelah terjadi pengendapan sedimen, yang


umumnya berhubungan dengan proses deformasi. Salah satunya struktur pembebanan.
Sam Boggs (1995) mengklasifikasikan struktur sedimen dengan menghubungkan struktur
stratifikasi dan bentuk dasar. Struktur stratifikasi dibagi menjadi 4 :

(1) Bedding dan lamination

(2) Bedforms

(3) Cross lamination

(4) Irregular stratification

Struktur sedimen dibagi 4 berdasarkan proses terjadinya, yaitu :

1) Strutur yang terjadi karena proses sedimentasi

2) Struktur yasng terjadi karena adanya deformasi

3) Struktur yang terjadi karena erosi

4) Struktur yang terbentuk dari aktivitas biogenic

Umumnya, struktur sedimen yang ditemukan pada endapan turbidit adalah


struktur sedimen yang terbentuk karena proses sedimentasi, terutama yang terjadi karena
proses pengendapan suspensi dan arus.

Bouma (1962) menyimpulkan bahwa partikel-partikel sedimen bergerak tanpa


bantuan benturan atau seretan air, tetapi bergerak dibawah permukaan air yang relatif
tenang (stagnant water). Massa sedimen bisa saja tidak tercampur air secara baik
sehingga mengakibatkan massa sedimen tersebut terlalu encer untuk melengser dan
membentuk arus turbid. Sedimen yang berbutir kasar tidak menempati bagian kepala dan
apabila terendapkan massa sedimen kasar akan membentuk fluxoturbidite yaitu endapan
antara nendatan dan arus turbid (Dzulynski, dkk, 1959).

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Gambar 5. Sekuen Bouma (http://strata.geol.sc.edu)

Bouma (1962) memberikan urutan ideal endapan turbidit yang dikenal dengan
“Bouma Sequence”, dari interval a-e. Urut-urutan endapan turbidit yang umumnya
berupa perselingan antara batupasir dan batulempung merupakan suatu satuan yang
berirama (ritmis), dimana setiap satuan merupakan hasil episode tunggal dari suatu arus
turbid. Bouma Sequence yang lengkap dibagi 5 interval, peralihan antara satu interval ke
interval berikutnya dapat secara tajam, berangsur, atau semu, yaitu :

1. Gradded Interval (Ta)

Merupakan perlapisan bersusun dan bagian terbawah dari urut-urutan ini,


bertekstur pasir kadang-kadang sampai kerikil atau kerakal. Struktur perlapisan ini
menjadi tidak jelas atau hilang sama sekali apabila batupasir penyusun ini terpilah baik.
Tanda-tanda struktur lainnya tidak tampak.

2. Lower Interval of Parallel Lamination (Tb)

Merupakan perselingan antara batupasir dengan serpih atau batulempung, kontak


dengan interval dibawahnya umumnya secara berangsur.

3. Interval of Current Ripple Lamination (Tc)

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Merupakan struktur perlapisan bergelombang dan konvolut. Ketebalannya


berkisar antara 5-20 cm, mempunyai besar butir yang lebih halus daripada kedua interval
dibawahnya. (Interval Tb).

4. Upper Interval of Parallel Lamination (Td)

Merupakan lapisan sejajar, besar butir berkisar dari pasir sangat halus sampai
lempung lanauan. Interval paralel laminasi bagian atas, tersusun perselingan
antarabatupasir halus dan lempung, kadang-kadang lempung pasirannya berkurang ke
arah atas. Bidang sentuh sangat jelas.

5. Pelitic Interval (Te)

Merupakan susunan batuan bersifat lempungan dan tidak menunjukan struktur


yang jelas ke arah tegak, material pasiran berkurang, ukuran besar butir makin halus,
cangkang foraminifera makin sering ditemukan. Bidang sentuh dengan interval di
bawahnya berangsur. Diatas lapisan ini sering ditemukan lapisan yang bersifat lempung
napalan atau yang disebut lempung pelagik.

Urut-urutan ideal seperti diatas mungkin tak selalu didapatkan dalam lapisan,
dan umumnya dapat merupakan urut-urutan internal sebagai berikut :

1.)Base cut out sequence

Urutan interval ini merupakan urutan turbidit yang lebih utuh, sedangkan bagian
bawahnya hilang. Bagian yang hilang bisa Ta, Ta-b, Ta-c dan Ta-d.

2.)Truncated sequence

Urutan interval yang hilang dari sekuen yang hilang adalah bagian atas, yaitu :
Tb-e, Tc-e, Td-e, Te. Hal ini disebabkan adanya erosi oleh arus turbid yang kedua.

3.)Truncated base cut out sequence

Urutan ini merupakan kombinasi dari kedua kelompok base cut out sequence dan
truncated sequence yaitu bagian atas dan bagian bawah bisa saja hilang.

B. Model Kipas Bawah Laut Walker, 1984

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Gambar 6. Hipotesa Sikuen kipas bawah laut (Walker,1984).

Dalam menentukan fasies turbidit, Walker dan Mutti (1973) merinci pembagian
fasies turbidit. Mereka telah mengemukakan suatu model, yaitu 8 model kipas laut dalam
dan hubungannya dengan fasies turbidit. Walker (1978) kemudian menyederhanakan
kembali klasifikasi tersebut menjadi 5 fasies, yaitu :

1.) Fasies Turbidit Klasik (Classical Turbidite, CT)

Fasies ini pada umumnya terdiri dari perselingan antara batupasir dan
serpih/batulempung dengan perlapisan sejajar tanpa endapan channel. Struktur sedimen
yang sering dijumpai adalah perlapisan bersusun, perlapisan sejajar, dan laminasi,
konvolut atau a,b,c Bouma (1962), lapisan batupasir menebal ke arah atas. Pada bagian
dasar batupasir dijumpai hasil erosi akibat penggerusan arus turbid (sole mark) dan dapat
digunakan untuk menentukan arus turbid purba. Dicirikan oleh adanya CCC (Clast,

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Convolution, Climbing ripples). Climbing ripples dan convolution merupakan 9 hasil dari
pengendapan suspensi, sedangkan clast merupakan hasil erosi arus turbid (Walker, 1985).

2.) Fasies Batupasir masif (Massive Sandstone, MS)

Fasies ini terdiri dari batupasir masif, kadang-kadang terdapat endapan channel,
ketebalan 0,5-5 meter, struktur mangkok (dish structure). Fasies ini berasosiasi dengan
kipas laut bagian tengah dan atas.

3.) Fasies Batupasir Kerakalan (Pebbly Sandstone, PS)

Fasies ini terdiri dari batupasir kasar, kerikil-kerakal, struktur sedimen


memperlihatkan perlapisan bersusun, laminasi sejajar, tebal 0,5 – 5 meter. Berasosiasi
dengan channel, penyebarannya secara lateral tidak menerus, penipisan lapisan batupasir
ke arah atas dan urutan Bouma tidak berlaku.

4.) Fasies Konglomeratan (Clast Supported Conglomerate, CGL)

Fasies ini terdiri dari batupasir sangat kasar, konglomerat, dicirikan oleh
perlapisan bersusun, bentuk butir menyudut tanggung-membundar tanggung, pemilahan
buruk, penipisan lapisan batupasir ke arah atas, tebal 1-5 m. Fasies ini berasosiasi dengan
sutrafanlobes dari kipas tengah dan kipas atas.

5.) Fasies Lapisan yang didukung oleh aliran debris flow dan lengseran (Pebbly
mudstone, debris flow, slump and slides, SL)

Fasies ini terdiri dari berbagai kumpulan batuan, pasir, kerikil, kerakal dan
bongkah-bongkah yang terkompaksi. Fasies ini berasosiasi dengan lingkungan
pengendapan kipas atas.

Model kipas menurut Walker (1978) ini merupakan penyempurnaan dari


beberapa peneliti terdahulu yang terdiri dari fedder channel, lereng (slope), kipas atas
(upper fan), kipas tengah (middle fan) yang terdiri dari channeled portion of suprafan
lobes, kipas bawah (lower fan) dan dasar cekungan (basin pain). Pada umumnya kipas
tersebut berasosiasi dengan lima fasies turbidit yang diajukan oleh Walker (1978).
Hubungan antara mekanisme arus turbid dengan jenis fasies yang dihasilkannya.

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Gambar 7. Rekonstruksi dari Suatu Kipas Bawah Laut

Gambar 8. Model pengendapan dan fasies (Walker, 1980)

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Pada dasarnya Walker, membagi kipas laut dalam 4 bagian pokok, yaitu :

1.) Asosiasi Fasies Pada Lembah Pengisi

Lembah pengisi merupakan alur utama dari sedimen yang membentuk lipas laut
dalam. Lembah ini memotong lereng kontinen dan dapat menerus dari laut dalam sampai
dekat pantai. Dari penyelidikan yang dilakukan umumnya lembah pengisi berisi sedimen
berukuran halus (fasies G), interkalasi lensalensa tubuh batupasir dari fasies A merupakan
endapan submarine channel, interkalasi batuan yang campur aduk (fasies F) juga sering
didapatkan sisipan fasies E dan D, diperkirakan sebagai akibat dari kenaikan atau
fluktuasi muka air laut setelah zaman es.

2.) Asosiasi Fasies Kipas Bawah Laut Kipas ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

a.) Kipas Atas (Upper Fan)

Kipas atas merupakan pengendapan pertama dari suatu sistem kipas laut dalam,
yang merupakan tempat dimana aliran gravitasi itu terhenti oleh perubahan kemiringan.
Oleh karena itu, seandainya aliran pekat (gravitasi endapan ulang) ini membawa fragmen
ukuran besar, maka tempat fragmen kasar tersebut diendapkan adalah bagian ini.
Fragmen kasar dapat berupa batupasir dan konglomerat yang dapat digolongkan ke dalam
fasies A,B dan F.

Bentuk lembah-lembah pada kipas atas ini bermacam-macam, biasanya bersifat


meander, biasa juga hampir berkelok (low sinuosity). Mungkin hal ini berhubungan
dengan kemiringan dan kecepatan arus melaluinya, ukuran kipas atas ini cukup besar dan
bervariasi tergantung besar dan kecilnya kipas itu sendiri. Lebarnya bisa mencapai mulai
dari ratusan meter sampai beberapa kilometer, dengan kedalaman dari puluhan sampai
ratusan meter. Alur-alur pada kipas atas berukuran cukup besar. Walker (1978)
memberikan model urutan macam sedimen kipas atas ke bawah. Bagian teratas ditandai
oleh fragmen aliran (debris flow) berstruktur longsoran (slump), jika sedimennya berupa
konglomerat, maka umumnya letak semakin ke bawah pemilahannya makin teratur,
mengakibatkan bentuk lapisan tersusun terbalik ke bagian atas dan berubah menjadi
lapisan normal bagian bawah.

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

b.) Kipas Tengah

Bagian tengah kipas laut dalam adalah yang paling menarik dan sering
diperdebatkan. Letak kipas tengah berada di bawah aliran kipas atas. Morfologi kipas laut
dalam bagian tengah berumur Resen, dapat dibagi menjadi 2, yaitu suprafan dan suprafan
lobes, disamping ketinggian dari lautan, juga morfologi di dalamnya. Suprafan umumnya
ditandai lembah yang tidak mempunyai tanggul alam (Nomark, 1978) dimana lembah
tersebut saling menganyam (braided), sehingga dalam profil seismic berbentuk bukit-
bukit kecil. Relief ini sebenarnya merupakan bukit-bukit dan lembah yang dapat
mempunyai relief 90 meter. Lembah dapat berisi pasir sampai kerakal (Nomark,1980),
kadang-kadang dapat menunjukan urutan Bouma (1962).

Bagian suprafan sebenarnya lebih merupakan model yang kadangkadang di


lapangan sulit untuk diterapkan. Masalah dasar tmbuhnya model bagian ini adalah adanya
urutan batuan yang cirinya sangat menyerupai kipas luar, tetapi masih menunjukan
bentuk-bentuk torehan, dimana ciri terakhir ini menurut Walker (1978) adalah kipas
suprafan. Asosiasi fasies kipas bagian tengah berupa tubuh-tubuh batupasir dengan
sedikit konglomerat yang berbentuk lensa yang lebih lebar dan luas. Batupasir dan
Konglomerat tergolong ke dalam fasies A, B, dan F. Fasiesfasies itu disisipi juga oleh
lapisan-lapisan sejajar dari fasies D dan E, kadang-kadang juga fasies C.

Asosiasi fasies ini berbeda dengan asosiasi fasies yang terdapat di kipas bagian
dalam, antara lain :

- Tubuh batupasir dan konglomerat dimensinya kecil

- Geometrinya kurang cembung ke bawah

- Adanya sisipan-sisipan perselingan dari batupasir-batu lempung.

c.) Kipas Bawah (Lower Fan)

Kipas bawah terletak pada bagian luar dari system laut dalam,

Karakteristik asosiasi fasies –fasies kipas bagian bawah ditandai oleh :

(1.) Langkanya batuan-batuan yang diendapkan di dalamnya channel deposit.

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

(2.) Penampang geometrinya berbentuk lensa.

(3.) Di bagian puncak sekuen, kadang-kadang didapatkan juga endapan channel


dan amalgamasi. 4. Sering kali sekuennya memperlihatkan penebalan lapisan ke bagian
atas.

3.) Asosiasi Fasies Lantai Cekungan

Daerah lantai cekungan adalah daerah yang tidak dipengaruhi oleh aliran atau
gaya berat, dan merupakan endapan asli pada bagian laut tersebut.

Asosiasi fasies lantai cekungan dicirikan oleh :

(1.)Asosiasi fasies D dan G

(2.)Perlapisan sejajar

(3.)Arah purba memancar

(4.)Homogenitas fasies dan pola perlapisan, baik ke arah lateral maupun tegak

c. Model Fasies Mutti, 1992

Fasies Turbidit dapat didefinisikan sebagai kumpulan genetik fasies secara lateral
yang dapat diidentifikasi melalui lapisan-lapisan individu batuan yang memiliki
kesamaan waktu. Secara genetik fasies tracts yang berasal dari paket sedimen dapat
dikatakan sebagai turbidite facies association (FA), sedangkan ekspresi vertikal dari
facies association tersebut dapat dikatakan sebagai fasies sequence (FS).

Dalam hubungannya dengan mekanisme sediment gravity flow Mutti (1992)


melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai endapan turbidit. Sistem turbidit
dapat dihasilkan oleh 2 komponen dasar, yaitu komponen erosional yang berada di bagian
atas dan dapat mengindikasikan sumber utama dari material sedimen, serta komponen
pengendapan yang berada di bagian bawah, dimana sedimen tertransport dari komponen
erosional sebelumnya dan diendapkan seiring dengan penyusutan tingkat arus gravitasi
(gravity flow).

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Mutti (1992) membagi fasies-fasies pada endapan turbidit didasarkan pada


beberapa hal, diantaranya : tekstur batuan, komposisi batuan, struktur sedimen dan
kenampakan erosi. Sehingga dapat membedakan antara fasies yang satu dengan fasies
yang lain.

Fasies Turbidit dan proses – proses yang terkait (Mutti, 1992)

1.)Very Coarse Grained Facies (VCGF)

Endapan pada Fasies Turbidit ini terdiri dari beragam jenis tipe sediment, mulai
dari mud supported sampai clast-supported conglomerates. Facies dasar dari Very Coarse
Grained Facies adalah F1, F2 dan F3 (Gambar 5.11). Endapan – endapan pada fasies F1
dan F2 merupakan endapan – endapan debris flow deposits, dimana sediment tertransport
dan terendapkan oleh arus cohesive. cohesive debris flow dapat mengindikasikan
endapan-endapan klastika yang didukung oleh aliran buoyancy dan cohesivitas dari
campuran antara lumpur dan air sebagai media pentransport sedimen.

Endapan F1 adalah produk dari cohesiv debris flow yang memiliki karakteristik
sebagai berikut :

•Terdapatnya lag deposit di bagian dasar aliran

•Klastika yang lebih besar mengambang dalam matriks

•Kecenderungan klastika yang kasar untuk berada di dasar dan menerus hingga
ke atas dari dasar aliran.

Endapan F2 adalah produk dari hyperconcentrated flow yang dihasilkan dari


proses transportasi dari debris flow menuruni lereng yang bercampur dengan fluida.
Endapan – endapan pada fasies F2 umumnya terdapat pada coarse grained turbidite
system. Karakteristik dari endapan-endapan pada fasies F2 pada dasarnya hampir sama
dengan karakteristik dari endapan-endapan pada fasies F1, diantaranya :

•Terdapat peristiwa dimana dasar aliran tergerus dan terbentuk struktur ripup
mudstone clasts yang relatif besar.

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

•Klastika yang berukuran besar mengambang dalam matriks pasiran

•Klastika yang berukuran lebih besar menunjukkan kecenderungan untuk berada


di bagian bawah.

Tahap akhir dari proses transportasi cohesive debris flow adalah menghasilkan
endapan-endapan yang termasuk kedalam fasies F3 (klastika kasar dari konglomerat).
Endapan – endapan pada fasies F3 ini merupakan salah satu tipe endapan turbidit yang
dihasilkan oleh hyperconcentrated flow yang mentrasnportasikan material berukuran
butiran sampai kerikil (High Density Turbidity Current). Endapan – endapan F3 terdiri
atas konglomerat dengan matriks pasiran yang membentuk dasar aliran, yang pada
akhirnya akan dibatasi oleh permukaan erosi. Endapan – endapan pada fasies F3 ini dapat
terbentuk akibat adanya shear strses yang diberikan oleh lapisan material yang tertinggal
oleh aliran

2.)Coarse Grained Facies (CGF)

Fasies-fasies yang termasuk ke dalam Coarse Grained Facies dalam aliran yang
menuju dasar cekungan yaitu WF, F4, F5, dan F6 yang dapat diinterpretasikan sebagai
produk dari butiran High Density Turbidity Currentdan proses transformasi yang akan
dihasilkan pada akhir aliran. Endapan – endapan pada fasies F4 dan F5 pada umumnya
memiliki karakteristik yang relatif tebal dan terdiri atas coarsegrained traction carpets.
Endapan-endapan pada fasies WF terdiri atas endapan – endapan yang tipis, memiliki
tingkat keseragaman butir yang buruk yang terdiri atas butiran berukuran pasir sangat
kasar dan pasir kasar yang menunjukkan struktur laminasi bergelombang. Sedimen pada
fasies WF dapat diinterpretasikan sebagai produk dari upper flow regime yang dibentuk
oleh transportasi dari hyperconcentrated flow hingga high density & supercritical
turbidity current. Endapan – endapan pada fasies F6 dapat diindikasikan sebagai endapan
– endapan berukuran kasar yang memiliki kecenderungan imbrikasi pada butirannya.
Endapan – endapan pada fasies F6 ini memiliki tingkat keseragaman butir yang relatif
baik dan di bagian bawahnya membentuk butiran dengan kecenderungan menghalus ke
atas. Sedimen – sedimen pada fasies F6 ini adalah produk dari loncatan fluida yang
merubah supercritical high density turbidity current menjadi sub critical high density
turbidity current.

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Perpindahan aliran berikutnya membawa butiran yang lebih kasar dimana butiran
tersebut tertransport bersamaan dengan arus turbulensi vertikal, untuk menyesuaikan
searah dengan arus dan dapat tertransport secara traksi dan terendapkan di sepanjang
dasar aliran. Struktur sedimen yang berkembang terdiri atas : perlapisan sejajar dan
perlapisan memotong dalam skala kecil. Karakteristik pada endapan – endapan fasies F6
selanjutnya dapat dilihat lebih detail, yaitu :

•Seluruh ketebalan dari lapisan dasar pada umumnya dibatasi oleh batas yang
tajam dan terbentuk struktur rippled diatas permukaan lapisan.

•Endapan – endapan lag deposit yang berada di dasar aliran.

3.)Fine Grained Facies (FGF)

Fasies-fasies yang termasuk di dalam Fine Grained Facies adalah F7, F8 dan F9.
sedimen dari fasies – fasies tersebut merupakan produk dari low-density, subcritical
turbidity current”. Arus turbid ini memulai pengendapannya setelah melewati hydraulic
jump (lihat sediment F6) atau arus gravity yang telah mentransport fasies F5 dalam arus
yang kemudian menghasilkan endapan fasies F7. Tahap akhir dari pengendapan ini
adalah meningkatnya kandungan lumpur yang mengendap secara suspensi dan akhirnya
dapat menyesuaikan dengan aliran quo static. Endapan – endapan pada fasies F7 dalam
sistem arus turbidit pada umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut :

•Lapisan tipis dari batupasir yang relatif kasar

•Lapisan horizontal pada bagian dasar aliran dapat diindikasikan sebagai hasil
dari traction carpet , dan di beberapa tempat, endapan –endapan tersebut menunjukkan
kecenderungan butiran yang mengkasar keatas. Tapi pada umumnya traction carpet ini
akan menunjukkan kecenderungan butiran yang menghalus ke atas yang mengindikasikan
arus yang mentransport sedimen tersebut.

Endapan – endapan pada fasies F8 merupakan salah satu endapan yang paling
ideal dengan tipe endapan pada sikuen Bouma, yang terdiri atas struktur sedimen, dan
ukuran butir dari pasir sedang – pasir halus, kecenderungan penghalusan ke atas dapat
hadir jika arus yang mentransport dan material yang tertransport dapat memenuhi

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

persyaratannya. Endapan – endapan pada fasies F8 pada umumnya terdiri atas material –
material berbutir halus.Endapan – endapan pada fasies F7 dan F8 merupakan hasil dari
rekonsentrasi sediment yang terbentuk setelah loncatan fluida tersebut telah terlewati,
yang kemudian diikuti oleh proses sedimentasi sepanjang jalur tipis dari traction carpet
(F7) dan suspensi (F8). Endapan - endapan pada fasies F9 terbentuk oleh endapan –
endapan berbutir sangat halus dengan struktur laminasi sejajar yang dibatasi oleh
batulempung berstruktur masif. Tingkatan fasies F9 dapat didefinisikan sebagai turbidite
beds dimana diendapkan oleh proses selesainya traction carpet yang berhubungan dengan
fase sebelumnya dalam sistem low density turbidity current.

Fasies F9 kemudian dapat dibagi kedalam 2 sub fasies yaitu :

•Fasies 9a, yang sangat berkaitan dengan classical turbidite pada sikuen Bouma.

•Fasies 9b, walaupun memiliki karakteristik yang hampir sama dengan fasies 9a
namun pada dasarnya memiliki tingkat perbandingan “sand-shale ratio” yang lebih besar,
memiliki ukuran butir yang lebih kasar dibandingkan dengan butiran pada fasies 9a,
memiliki tingkat keseragaman butir yang lebih buruk.

C. Fasies Lingkungan Pengendapan (Zavala, 2016)

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Fasies Zavala et al., 2011

Fasies B (endapan beban dasar) terdiri dari bahan berbutir kasar yang diseret
sebagai beban dasar di dasar aliran turbulen kaya pasir yang berkelanjutan. Endapan
menyusun konglomerat masif (fasies B1 dan B1c), batupasir berkerikil bersilang
(asimptotik) (fasies B2) dan berkerikil IPT batupasir dengan laminasi difus dan klastik
sejajar (fasies B3). Endapan ini dihasilkan dari hilangnya kompetensi dalam turbulen
aliran. Matriks berlimpah dan terdiri darisangat Rbatupasir berbutir halus, dan sesuai
dengan material berbutir halus yang diangkut dalamturbulen SC aliran, yang
terperangkap di endapan basal. Ibrikasi klas adalah umum, menunjukkan fluida
aliran(Newtonian) di mana klas dapat berputar dengan bebas. Karakteristik terakhir ini
memungkinkandengan mudah U membedakan endapan fasies B dari endapan aliran
hiperkonsentrasi (fasies F2) dari Mutti (1992). Jika AN kecepatan aliran berfluktuasi
selama debit tunggal, deposit yang dihasilkan dapat menunjukkanbertahap dan
perubahan fasies berulang menghasilkan lapisan komposit (Zavala et al., 2007). Di
dalam Msistem sedimen yang tidak memiliki sedimen berbutir kasar (kerikil), fasies

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

bedload dapat menunjukkan klastik lempung berlimpah dengan ukuran yang berbeda
sesuai dengan kompetensi aliran.

Fasies S (deposit beban tersuspensi) terakumulasi karena penurunan kapasitas


aliran turbulen kaya pasir yang melambat. Fasies ini terdiri dari material berbutir halus
(kebanyakan pasir berbutir sangat halus) yang berangsur-angsur runtuh dari aliran
turbulen yang memudar. Keruntuhan progresif C bahan yang diangkut oleh turbulensi
sering kali menyisir dan menjebak dalam endapan elemen ringan AC lainnya yang
terbawa dalam aliran hiperpiknal, yang menghasilkan kejadian umum dari sisa-sisa
tanaman yang melimpah (juga seluruh daun) di dalam butiran batu pasir. Kehadiran
seluruh daun di dalam batupasir masif berbutir halus dianggap sebagai fitur diagnostik
yang memungkinkan pengenalan endapan hiperpiknal (Zavala et al., 2011, 2012a). Jenis
fasies yang paling umum dari kategori ini adalah batupasir masif yang terakumulasi oleh
keruntuhan bertahap pasir berbutir halus dari aliran turbulen, dengan laju sedimentasi
lebih tinggi dari 0,44 mm/s (Kneller dan Branney, 1995; Sumner et al., 2008). Jika aliran
terus berkurang dan kehilangan beban tersuspensi tanpa naik dari dasar (efek lofting),
batupasir laminasi (fasies S2), riak panjat (fasies S3) dan serpih bergradasi akan
berkembang.

Fasies L (deposit lofting) dihasilkan dari pengendapan langsung pasir yang


sangat halus, lanau, mika, dan puing-puing tanaman dari gumpalan lofting (interflow).
Lofting (Sparks et al., 1993) mengacu pada densitas pembalikan aliran hiperpiknal
karena efek daya apung positif yang diberikan oleh ai rsegar interstisial IPT ketika aliran
turbulen menurunkan densitasnya (kehilangan kapasitas aliran) oleh deposisi.ini Fasies
terdiri dari milimeter dinilai tingkat pasir-lumpur dipisahkan oleh mika berlimpah dan
tanaman RS Ritme ini sering dikaitkan dengan riak sudut rendah (fasies S3L), laminasi
(fasies S2L) dan batupasir masif (fasies S1L) dengan sisa-sisa tanaman yang melimpah.
Facies ini terutama berkembang di Uchannel / lobus margin (tanggul) daerah, Karena
penurunan yang cepat dalam kecepatan lateral AN bergolak jet aliran (Wright, 1977;
Hoyal et al, 2003.).

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Stopsite 1

Gambar … Foto Bentang Alam STA 1

Deskripsi Lapangan

Lokasi penelitian berada di Desa Ngoro-oro, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung


Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi ini masuk dalam Stratigrafi pegunungan
selatan yang mana masuk dalam Formasi Semilir. Berangkat dari titik kumpul di Gedung
FTM pukul … WIB dan menempuh jarak … km selama … jam dengan mengendarai
sepeda motor ke arah selatan. Cuaca pada hari itu mendung kemudian hujan setelah
sampai di lokasi pengamatan. Kemudian, lapangan dimulai pukul … WIB.

Deskripsi Singkapan

Singkapan ini termasuk dalam Formasi Semilir yang membentang dari arah utara ke
selatan dan berada di pinggir jalan. SIngkapan ini memiliki azimuth N 261 E dengan
panjang 15 meter dan lebar 85 meter. Pada singkapan ini ditumbuhi beberapa vegetasi.
Terdapat poin of interest berupa keberadaaan beberapa struktur sedimen pada satu
singkapan ini, seperti slump, slide, dan load cast.

Deskripsi Lithologi

Bagian 1

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Lapisan 1

Sandstone; Dark grey (f) Black (w); Coarse sand-pebbly (0,5-64mm); Angular;
Poorly sorted; Matrix supported; F: coal, quartz, lithic, M: clay sized material, S:
silica; Massive; Mud clast

Lapisan 2

Sandstone; Dark grey (f) Black (w); Medium - Coarse sand (… mm); Angular;
Poorly sorted; Matrix supported; F: quartz, tuff, lithic, M: clay sized material, S:
silica; Slump

Lapisan 3

Pebbly Sandstone; Dark grey (f) Black (w); Coarse sand - pebbly (0,5-64mm);
Angular; Poorly sorted; Matrix supported; F: quartz, clay, lithic, M: Ash material,
silt sized material, S: silica; Massive

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Lapisan 4

Sandstone; Dark Grey (f) Black (w); Coarse sand (1 mm); Angular; well sorted;
Grain supported; F: quartz, lithic, M: silt sized material, S: silica; Massive

Bagian 2

Lapisan 1

Sandstone; Dark brown (f) Black (w); Coarse sand - pebble (0,25mm); Angular;
Well sorted; Matrix supported; F: coal, quartz, lithic, M: silt sized material, S: silica;
Massive; Mud clast

Lapisan 2

Sandstone; Dark grey (f) Black (w); Medium (0,5mm); Angular; Well sorted;
Grain supported; F: quartz, lithic, M: silt sized material, S: silica; Load cast

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Lapisan 3

Pebbly Sandstone; Dark grey (f) Black (w); Coarse sand - pebbly (0,5-64mm);
Angular; Poorly sorted; Matarix supported; F: slight, quartz, lithic, M: silt sized
material, S: silica; Graded bedding

Lapisan 4

Sandstone; dark Grey (f) Black (w); Coarse sand (0,5mm); Angular; Well sorted;
Grain supported; F: quartz, lithic, M: silt sized material, S: silica; massive

Bagian 3

Lapisan 1

Sandstone; Dark brown (f) Black (w); Coarse sand (0,25mm); Angular; Well
sorted; Matrix supported; F: coal, quartz, lithic, M: silt sized material, S: silica;
Massive; Mud clast

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Lapisan 2

Sandstone; Dark grey (f) Black (w); Medium (0,5mm); Angular; Well sorted;
Grain supported; F: quartz, lithic, M: silt sized material, S: silica; Load cast

Lapisan 3

Pebbly Sandstone; Dark grey (f) Black (w); Coarse sand - pebbly (0,5-64mm);
Angular; poorly sorted; Matrix supported; F: quartz, slight, lithic, vein calcite M: silt
sized material, S: silica; graded bedding

Lapisan 4

Sandstone; Dark grey (f) Black (w); Medium sand (0,25 mm); angular; well sorted;
grain supported; F: quartz, lithic, M: silt sized material, S: silica; Massive

Lapisan 5

Claystone; Dark Grey (f) brown (w); clay (<0,04mm); F: quartz, lithic, M: clay sized
material, S: silica; massive

Lapisan 6

Siltstone; Dark Grey (f) brown (w); clay (<0,04mm); F: quartz, lithic, M: clay sized
material, S: silica; massive

Lapisan 7

Claystone; Dark Grey (f) brown (w); clay (<0,04mm); F: quartz, lithic, M: clay sized
material, S: silica; massive

Model Lingkungan Pengendapan

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Interpretasi Lingkungan Pengendapan menurut Walker (1973)

Pada stopsite ini, menurut klasifikasi Walker, 1984, lingkungan


pengendapan dari lokasi penelitian ialan mid-upper fan. Hal tersebut diindikasikan
oleh adanya fasies debris flow (DF) dan slump (SL) yang mana sebagai penciri
upper fan. Kemudian, juga terdapat massive sandstone (MS), pebbly sandstone (PS),
dan classical turbidite (CT) yang menginterpretasikan mid fan.

a) Massive Sandstone (MS), dengan ciri ukuran butir sedang sampai sangat kasar,
berstruktur perlapisan sejajar, dan singkapan batupasir yang tebal (lebih dari
50 cm).

b) Debris Flow, memiliki struktur slump dan slide, ukuran butir sangat bervariasi,
Batas atas lapisan tidak teratur.

c) Classical Turbidites (CT), dengan ciri ditemukan ukuran butir berkisar pasir sampai
lempung, struktur sedimen yang berkembang adalah perlapisan sejajar, lapisan
bergelombang.

d) Pebbly Sandstone (PS), ditemukan lithologi berupa pebbly sandstone yang


memiliki struktur graded bedding.

Gambar … Sikuen Progradasi Kipas Bawah Laut STA 1 (Walker, 1984)

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Gambar … Model Lingkungan Pengendapan Kipas Bawah Laut (Walker, 1976)

Interpretasi Lingkungan Pengendapan menurut Bouma (1962)

Berdasarkan sikuen turbidit Bouma (Bouma, 1962), didapati interval berupa Ta yang
ditunjukkan oleh adanya lithologi pasir hingga kerikil dengan struktur graded bedding.
Kemudian, didapati lithologi berupa perselingan batupasir dan batulempung secara
berangsur (parallel lamination) serta perlapisan batulempung dan batulanau dengan
struktur bergelombang dan konvolut.

4.2 Stopsite 2

Gambar … Foto Bentang Alam STA 2

Deskripsi Lapangan

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Lokasi penelitian berada di Desa Ngoro-oro, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung


Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi ini masuk dalam Stratigrafi pegunungan
selatan yang mana masuk dalam Formasi Semilir. Berangkat dari titik kumpul di Gedung
FTM pukul 06.3 WIB dan menempuh jarak 22 km selama 45 menit dengan mengendarai
sepeda motor ke arah selatan. Cuaca pada hari itu mendung kemudian hujan setelah
sampai di lokasi pengamatan. Kemudian, lapangan dimulai pukul 09.00 WIB.

Deskripsi Singkapan

Singkapan ini termasuk dalam Formasi Semilir yang membentang dari arah utara ke
selatan dengan azimuth N289E dan berada di pinggir jalan. Pada singkapan ini ditumbuhi
beberapa vegetasi. Terdapat poin of interest berupa keberadaaan beberapa struktur
sedimen pada satu singkapan ini, seperti perlapisan yang mendominasi.

Deskripsi Lithologi

Lapisan 1

Sandstone, grey (f) dark grey (w); fine sand (0,125 – 0,25 mm); Rounded, well sorted;
matrix supported; F: lithic; M: silt sized material; S: silicate; wavy lamination.

Lapisan 2

Sandstone, grey (f) dark grey (w); fine sand (0,125 – 0,25 mm); Rounded, well sorted;
matrix supported; F: lithic; M: silt sized material; S: silicate; bedding.

Lapisan 3

Siltstone; grey (f), rust (w); silt (0,004-0,06 mm); -; -; -; F: lithik; M: clay sized material,
S: silicate;bedding.

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Lapisan 4

Sandstone, grey (f) dark grey (w); fine sand (0,125 – 0,25 mm); Rounded, well sorted;
matrix supported; F: lithic; M: silt sized material; S: silicate; bedding.

Lapisan 5

Siltstone; grey (f), rust (w); silt (0,004-0,06 mm); -; -; -; F: lithik; M: clay sized material,
S: silicate;bedding.

Lapisan 6

Sandstone, grey (f) dark grey (w); fine sand (0,125 – 0,25 mm); Rounded, well sorted;
matrix supported; F: lithic; M: silt sized material; S: silicate; bedding.

Lapisan 7

Claystone; light grey (f) rust (w); clay (< 0,004 mm); -; -; -; F: -; M: clay sized material;
S: silicate; lamination.

Lapisan 8

Siltstone; grey (f), rust (w); silt (0,004-0,06 mm); -; -; -; F: lithik; M: clay sized material,
S: silicate;bedding.

Lapisan 9

Claystone; light grey (f) rust (w); clay (< 0,004 mm); -; -; -; F: -; M: clay sized material;
S: silicate; bedding.

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Lapisan 10

Sandstone; dark grey (f) black (w); very coarse sand (1-2 mm); rounded; poorly
sorted; grain supported; F: lithic, quartz, biotite; M: fine sand sized material; S: silicate;
gb (ta).

Lapisan 11

Claystone; light grey (f) rust (w); clay (< 0,004 mm); -; -; -; F: -; M: clay sized material;
S: silicate; bedding.

Lapisan 12 Perselingan

Sandstone; dark grey(f) black (w); coarse sand (0,5 -1 mm); rounded; poorly supported;
matrix supported; F: lithic, quartz ; M: very fine sand sized material; S: silicate; bedding

Siltstone; grey (f), rust (w); silt (0,004-0,06 mm); -; -; -; F: lithik; M: clay sized material,
S: silicate;bedding.

Lapisan 13

Sandstone; grey (f) dark grey (w); medium sand (0,25 – 0,5 mm), rounded, well sorted,
matrix supported; F: lithic; M: very fine sand sized material; S: silicate; wavy lamination.

Lapisan 14

Sandstone; dark grey(f) black (w); coarse sand (0,5 -1 mm); rounded; poorly supported;
matrix supported; F: lithic, quartz ; M: very fine sand sized material; S: silicate; bedding.

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Lapisan 15

Claystone; light grey (f) rust (w); clay (< 0,004 mm); -; -; -; F: -; M: clay sized
material; S: silicate; bedding.

Lapisan 16

Sandstone, grey (f) dark grey (w); fine sand (0,125 – 0,25 mm); Rounded, well
sorted; matrix supported; F: lithic; M: silt sized material; S: silicate; bedding (ph).

Lapisan 17

Claystone; light grey (f) rust (w); clay (< 0,004 mm); -; -; -; F: -; M: clay sized material;
S: silicate; bedding.

Lapisan 18

Sandstone, grey (f) dark grey (w); fine sand (0,125 – 0,25 mm); Rounded, well sorted;
matrix supported; F: lithic; M: silt sized material; S: silicate; bedding (ph)

Lapisan 19

Claystone; light grey (f) rust (w); clay (< 0,004 mm); -; -; -; F: -; M: clay sized material;
S: silicate; bedding.

Lapisan 20

Sandstone, grey (f) dark grey (w); fine sand (0,125 – 0,25 mm); Rounded, well sorted;
matrix supported; F: lithic; M: silt sized material; S: silicate; bedding (ph)

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Lapisan 21

Claystone; light grey (f) rust (w); clay (< 0,004 mm); -; -; -; F: -; M: clay sized material;
S: silicate; bedding.

Lapisan 22

Sandstone, grey (f) dark grey (w); fine sand (0,125 – 0,25 mm); Rounded, well sorted;
matrix supported; F: lithic; M: silt sized material; S: silicate; bedding (ph)

Lapisan 23

Claystone; light grey (f) rust (w); clay (< 0,004 mm); -; -; -; F: -; M: clay sized material;
S: silicate; bedding.

Lapisan 24

Sandstone, grey (f) dark grey (w); fine sand (0,125 – 0,25 mm); Rounded, well sorted;
matrix supported; F: lithic; M: silt sized material; S: silicate; bedding (ph)

Lapisan 25

Claystone; light grey (f) rust (w); clay (< 0,004 mm); -; -; -; F: -; M: clay sized material;
S: silicate; bedding.

Lapisan 26

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Sandstone, grey (f) dark grey (w); fine sand (0,125 – 0,25 mm); Rounded, well sorted;
matrix supported; F: lithic; M: silt sized material; S: silicate; bedding (ph)

Lapisan 27

Claystone; light grey (f) rust (w); clay (< 0,004 mm); -; -; -; F: -; M: clay sized material;
S: silicate; bedding.

Lapisan 28

Sandstone, grey (f) dark grey (w); fine sand (0,125 – 0,25 mm); Rounded, well sorted;
matrix supported; F: lithic; M: silt sized material; S: silicate; bedding (ph)

Lapisan 29

Claystone; light grey (f) rust (w); clay (< 0,004 mm); -; -; -; F: -; M: clay sized material;
S: silicate; bedding.

Lapisan 30

. Siltstone; grey (f), rust (w); silt (0,004-0,06 mm); -; -; -; F: lithik; M: clay sized
material, S: silicate;bedding.

Lapisan 31

Claystone; light grey (f) rust (w); clay (< 0,004 mm); -; -; -; F: -; M: clay sized material;
S: silicate; bedding

Lapisan 32

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

. Siltstone; grey (f), rust (w); silt (0,004-0,06 mm); -; -; -; F: lithik; M: clay sized
material, S: silicate;bedding.

Lapisan 33

Claystone; light grey (f) rust (w); clay (< 0,004 mm); -; -; -; F: -; M: clay sized material;
S: silicate; bedding

Lapisan 34

. Siltstone; grey (f), rust (w); silt (0,004-0,06 mm); -; -; -; F: lithik; M: clay sized
material, S: silicate;bedding.

Lapisan 35

Claystone; light grey (f) rust (w); clay (< 0,004 mm); -; -; -; F: -; M: clay sized material;
S: silicate; bedding

Lapisan 36

. Siltstone; grey (f), rust (w); silt (0,004-0,06 mm); -; -; -; F: lithik; M: clay sized
material, S: silicate;bedding.

Lapisan 37

Claystone; light grey (f) rust (w); clay (< 0,004 mm); -; -; -; F: -; M: clay sized material;
S: silicate; bedding

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Lapisan 38

Pebbly sandstone; dark grey (f) black (w); fine sand – pebble (0,125 – 4 mm); rounded;
poorly sorted; matrix supported; F: lithic, quartz; M: fine sand – silt sized material; S:
silicate; gb, lamination.

Lapisan 39

Sandstone; dark grey(f) black (w); coarse sand (0,5 -1 mm); rounded; poorly
supported; matrix supported; F: lithic, quartz ; M: very fine sand sized material; S:
silicate; bedding

Lapisan 40

Sandstone; grey (f) dark grey (w); medium sand (0,25 – 0,5 mm), rounded, well
sorted, matrix supported; F: lithic, quartz; M: very fine sand sized material; S: silicate;
wavy lamination

Lapisan 41

Siltstone; light grey (f) rust (w); silt (0,004 – 0,06 mm);-; -; -; F: lithik ; M: clay sized
material; S: silicate; wavy lamination

Lapisan 42

Sandstone (fine sand); grey (f) dark grey (w); fine sand stone (0,125 – 0,25 mm); -;
-; -; F: lithik, quartz; M: silt sized material; S: silicate; bedding

Lapisan 43

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Silststone; light grey (f) rust (w); silt (0,004 – 0,06 mm); -; -; -; F: lithik; M: clay
sized material; S: silicate; lamination

Lapisan 44

Sandstone; grey (f) black (w); medium sandstone (0,25 – 0,5 mm); rounded; well
sorted; grain supported; F: lithik; M: fine sand material; S : silicate; graded bedding

Lapisan 45

Siltstone; grey (f), rust (w); silt (0,004-0,06 mm); -; -; -; F: lithik; M: clay sized
material, S: silicate;bedding

Lapisan 46

Sandstone; grey (f) black (w); medium sandstone (0,25 – 0,5 mm); rounded; well
sorted; grain supported; F: quartz, lithik; M: very fine sand material; S: silicate; bedding

Lapisan 47

Siltstone; grey (f), rust (w); silt (0,004-0,06 mm); -; -; -; F: lithik; M: clay sized
material, S: silicate;bedding

Lapisan 48

Pebbly Sandstone; Light Grey (f) Black (w); Coarse sand - Pebble (0,5-64 mm);
Angular; Poorly sorted; Matarix supported; F: quartz, lithic, M: silt sized material, S:
silica; Lamination

Lapisan 49

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Siltstone; Dark Grey (f) Black (w); Silt (0,0625-0,04 mm); Massive.

Lapisan 50

Claystone; Light Grey (f) Yellow (w); Clay (<0,004 mm)

Lapisan 51

Tuffaceous Sandstone; Dark Grey (f) Black (w); Very fine (0,125-0,25 mm);
Angular; Poorly sorted; Matrix supported; F: quartz, lithic, M: silt sized material, S:
silica; Lamination

Lapisan 52

Tuffaceous Sandstone; Light Grey (f) Yellow (w); Medium (0,25-0,5 mm); Angular;
Poorly sorted; Matrix supported; F: quartz, lithic, M: silt sized material, S: silica;
Lamination

Lapisan 53

Claystone; Light Grey (f) Yellow (w); Clay (<0,004 mm); Lamination

Lapisan 54

Siltstone; Brown (f) Black (w); Silt (0,0625-0,04 mm); Lamination

Lapisan 55

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Tuffaceous Sandstone; Light Grey (f) Yellow (w); Medium (0,25-0,5 mm); Angular;
Well sorted; Matrix supported; F: quartz, lithic, M: Very fine sand sized material, S:
silica; Lamination

Lapisan 56

Claystone; Dark Grey (f) Black (w); Clay (<0,004 mm); Lamination

Lapisan 57

Siltstone; Dark Grey (f) Yellow (w); Silt (0,0625-0,04 mm); Lamination

Lapisan 58

Claystone; Light Grey (f) Yellow (w); Clay (<0,004 mm); Lamination

Lapisan 59

Sandstone; Light Grey (f) Yellow (w); Very fine (0,125-0,25 mm); Rounded; Well
sorted; Matrix supported; F: quartz, lithic, M: silt sized material, S: silica; Lamination

Lapisan 60

Siltstone; Light Grey (f) Brown (w); Silt (0,0625-0,04 mm); Lamination

Lapisan 61

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Tuffaceous Sandstone; Light Grey (f) Black (w); Fine sand (0,125-0,25 mm);
Rounded; Poorly sorted; Matrix supported; F: quartz, lithic, M: Very fine sand sized
material, S: silica; Lamination

Lapisan 62

Tuffaceous Sandstone; Light Grey (f) Yellow (w); Coarse sand (0,5-1 mm);
Angular; Poorly sorted; Matrix supported; F: quartz, lithic, M: Very fine sand sized
material, S: silica; Lamination

Lapisan 63

Claystone; Light Grey (f) Yellow (w); Clay (<0,004 mm); Lamination

Lapisan 64

Tuffaceous Sandstone; Dark Grey (f) Yellow (w); Course sand (0,5-1 mm);
Angular; Poorly sorted; Matrix supported; F: quartz, lithic, M: silt sized material, S:
silica; Lamination

Lapisan 65

Siltstone; Dark Grey (f) Black (w); Silt (0,0625-0,04 mm); Lamination

Lapisan 66

Tuffaceous Sandstone; Light Grey (f) Yellow (w); Medium (0,25-0,5 mm);
Rounded; Well sorted; Matrix supported; F: quartz, lithic, M: silt sized material, S: silica;
Lamination

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

Lapisan 67

Tuffaceous Sandstone; Dark Grey (f) Black (w); Fine sand (0,125-0,25 mm);
Rounded; Well sorted; Matrix supported; F: quartz, lithic, M: silt sized material, S: silica;
Lamination

Lapisan 68

Sandstone; Dark Grey (f) Brown (w); Fine sand (0,125-0,25 mm); Rounded; Well
sorted; Matrix supported; F: quartz, lithic, M: silt sized material, S: silica; Lamination

Lapisan 69

Claystone; Light Grey (f) Yellow (w); Clay (<0,004 mm); Lamination

Lapisan 70

Siltstone; Light Grey (f) Yellow (w); Silt (0,0625-0,04 mm); Lamination

Model Lingkungan Pengendapan

Interpretasi Lingkungan Pengendapan menurut Walker (1973)

Pada stopsite ini, menurut klasifikasi Walker, 1984, lingkungan pengendapan dari
lokasi penelitian ialah mid-fan bagian smooth and channeled. Hal tersebut diindikasikan
oleh adanya fasies massive sandstone (MS), pebbly sandstone (PS), dan classical turbidite
(CT) yang menginterpretasikan mid fan.

a) Massive Sandstone (MS), dengan ciri ukuran butir sedang sampai sangat kasar,
berstruktur perlapisan sejajar, dan singkapan batupasir yang tebal (lebih dari 50 cm).

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

b) Classical Turbidites (CT), dengan ciri ditemukan ukuran butir berkisar pasir sampai
lempung, struktur sedimen yang berkembang adalah perlapisan sejajar, lapisan
bergelombang.

c) Pebbly Sandstone (PS), ditemukan lithologi berupa pebbly sandstone yang


memiliki struktur graded bedding.

Gambar … Sikuen Progradasi Kipas Bawah Laut STA 2 (Walker, 1984)

Gambar … Model Lingkungan Pengendapan Kipas Bawah Laut STA 2 (Walker, 1976)

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

4.3 Interpretasi Sejarah Geologi

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dimulai dari pengambilan data lapangan,
pembuatan profil simgkapan, hingga penentuan fasies dan lingkungan pengendapan,
maka didapatkan hasil:

Stopsite 1

1. Litologi yang terdapat di lapangan dominan batupasir tuffan.

2. Berkembang berbagai struktur sedimen seperti Lamination,Wavy Lamination,


Massive.

3. Lingkungan Pengendapannya itu Smooth Portion of suprafan lobes menurut walker


(1984).

Stopsite 2

1. Litologi yang terdapat di lapangan dominan batupasir dan ada juga litologi lempung.

2. Berkembang berbagai struktur sedimen seperti Lamination, Slump, Mud Clast,


Massive .

3. Menurut hasil analisa profil lithofacies menurut mutti FGF F8,menurut Walker
mekanisme pengendapannnya Classical Turbidites,dan Massive Sandstones dan
Slump & Debris Flow

4. Lingkungan Pengendapannya Upper Fan menurut walker (1976)

5.2 Saran

1) Sebaiknya, para praktikan lebih memperhatikan dan mengikuti konsul dengan baik
dan benar.

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

2) Untuk asisten lebih meluruskan argumen yang beragam atas dilaksanakannya


ekskursi ini.

3) Untuk panitia sebaiknya lebih memperhatikan ketersiaan kelengkapan, seperti


pengeras suara dan fasilitas pendukung di lapangan.

4)

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B
Laporan Ekskursi Profil Praktikum Sedimentologi
Laboratorium Sedimentologi 2021

DAFTAR PUSTAKA

Koesoemadinata, R.P., 1985. Prinsip-Prinsip Sedimentasi. Bandung : Departemen Teknik


Geologi,ITB.

Nichols, Gary. 2009. Sedimentary and Stratigraphy Second edition.


West Sussex: Wiley-Blackwell

Surono.2009.Litostratigrafi Pegunungan Selatan Bagian Timur Daerah Istimewa


Yogyakarta dan Jawa Tengah.JSDG Vol.19 No. 03

Walker, R.G., 1979. Facies Models. Geological Association of Canada : Toronto.

Zavala, C & Arcuri, M. 2016. Intrabasinal and Extrabasinal turbidites: origin and
distinctive characteristics. Journal of Sedimentary Geology. 337 (36-54).

Laporan Eskursi Profil 2021


Kelompok 6B

Anda mungkin juga menyukai