Anda di halaman 1dari 16

No.

Bagian Jurnal Isi


Analisis Faktor Penyebab Perilaku Pelecehan Seksual Terhadap Anak Di Bawah
1. Judul
Umur Di Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan

2. Jurnal Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan

3. Volume & Nomor Halaman Volume 13 No. 3, halaman 169

4. Tanggal 29 September 2022

5. Penulis Sitti Dahlia, Sartiah Yusran, Ramadhan Tosepu

6. Link Unduh Jurnal https://stikes-nhm.e-journal.id/NU/article/download/840/819

Perilaku pelecehan seksual menjadi permasalahan yang serius di negara maju dan
berkembang (Arriola et al., 2005). Pelecehan seksual yang terjadi di negara maju dan
berkembang memiliki karakteristik yang sama dan dapat diklasifikasikan menjadi
pelecehan bersifat visual (misalnya tatapan penuh nafsu, tatapan mengancam korban,
gerak gerik yang bersifat seksual), pelecehan verbal (misalnya siulan, gossip, gurauan
yang mengarah pada seksual dan pernyataan yang bersifat mengancam) dan pelecehan
terhadap fisik (misalnya sentuhan, mencubit, menepuk, menyenggol dengan sengaja,
meremas dan mendekatkan diri tanpa diinginkan) (Lubis, 2018).
Perilaku pelecehan seksual anak merupakan bentuk perilaku yang mengarah
kepada hal-hal seksual yang dilakukan secara sepihak dan perilaku yang tidak
diharapkan oleh orang yang menjadi sasarannya dan menimbulkan reaksi negatif
7. Pengantar
seperti malu, marah, benci, tersinggung dan sebagainya (Sari et al., 2015). Dampak
yang akan dialami oleh korban pelecehan seksual yaitu dampak secara fisik seperti:
sakit asma, menderita migrain, sulit tidur, dll. Dampak selanjutnya secara yaitu
penderitaan fisikis dan mental seperti sangat takut sendirian, takut pada orang lain,
nervous, ragu-ragu (kadang paranoia), sering terkejut, sangat khawatir, sangat hati-hati
dengan orang asing. Dampak dalam kehidupan pribadi dan sosial yaitu ditinggalkan
teman dekat, merasa dikhianati, hubungan dengan suami memburuk, tidak menyukai
sex, sulit jatuh cinta
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah perilaku pelecehan
seksual seperti mengetahui bagian-bagian tubuh yang boleh disentuh oleh orangtua.
Anak harus berani menolak dan bersikap asertif terhadap kejadian pelecehan seksual.

8. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penyebab dari perilaku
pelecehan seksual terhadap anak dibawah umur khususnya di Kecamatan Angata
Kabupaten Konawe Selatan.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan
fenomenologis. Data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan observasi.
Subjek dalam penelitian ini yaitu dari dinas pemberdayaan perempuan dan
9. Metode Penelitian
perlindungan anak Kabupaten Konawe Selatan, tokoh masyarakat, dan keluarga pelaku
serta orang yang bisa memberikan informasi secara jelas terkait dengan faktor
penyebab pelecehan seksual terhadap anak dibawah umur di kecamatan Angata.
10. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil wawancara bahwa pelaku tidak memiliki pengetahuan yang
baik dengan latar belakang Pendidikan yang rendah namun hanya mengetahui tindakan
pelecehan seksual, merupakan tindakan kekerasan seperti pemerkosaan, yang dapat
merugikan seseorang baik secara fisik maupun mental. Sejalan dengan penelitian
Erlinda, (2018) bahwa faktor penyebab pelecehan seksual pada Anak yaitu rendahnya
kesadaran masyarakat terhadap hak anak, rendahnya pendidikan dan pengetahuan
dirumah, kemiskinan atau rendahnya pengetahuan tentang pendidikan seks, penyebaran
perilaku jahat antar generasi, ketegangan sosial, serta lemahnya penegakan hukum.
Berdasarkan hasil wawancara bahwa sikap pelaku terhadap perilaku pelecehan
seksual anak dibawah umur yaitu memiliki sikap positif terhadap tindakan pelecehan,
sehingga pelaku cenderung ingin melakukan perbuatan tersebut apabila merasakan
peningkatan hasrat seksual. Sejalan dengan itu, apabila remaja melakukan seksual
pranikah maka dipersepsikan menjadi dua bagian: 1) Positif, jika remaja memiliki
sikap positif terhadap perilaku seksual pranikah maka akan memiliki kecenderungan
untuk melakukannya. 2) Negatif, jika remaja memiliki sikap negatif terhadap perilaku
seksual pranikah maka akan memiliki kecenderungan untuk tidak melakukannya.
Berdasarkan hasil wawancara bahwa tindakan yang pelaku lakukan ketika melihat
anak dibawah umur maupun lawan jenis yaitu melakukan tindakan yang normal akan
tetapi dapat berubah ketika pelaku mengalami peningkatan hasrat seksual, dalam
pengaruh minuman beralkohol dan memiliki peluang dan kesempatan, pelaku akan
berani melakukan tindakan pelecehan seksual. Tindakan terdiri dari berbagai tingkatan,
yaitu Persepsi (perception), Respon terpimpin (guided respons), Mekanisme
(mechanism), Adaptasi (adaptational) (Solehati, Rufaida, et al., 2022).
Berdasarkan hasil wawancara bahwa keadaan lingkungan tetangga pelaku yaitu
melakukan kegiatan bertani namun keadaan lingkungan pertemanan pelaku yang sering
melakukan hal-hal negative sehingga banyak dari teman dilingkungan pelaku yang
menjadi pelaku dan juga korban pelecehan. Menurut Utomo dan Hartanto, (2018)
selain faktor internal yang berasal dari pribadi, faktor eksternal salah satunya
lingkungan mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan kejahatan yang bisa
terjadi. Pengaruh lingkungan sangat menentukan bagaimana seseorang, apakah ia akan
menjadi orang jahat atau baik.
Berdasarkan hasil wawancara bahwa kegiatan yang sering pelaku lakukan ketika di
rumah yaitu seperti pada umumnya masyarakat diperkampungan seperti menonton tv,
main HP, dan membantu keluarga pertani. Pelaku ada yang didik dengan cukup keras
dan adajuga yang dididik sewajarnya, seperti disekolahkan dll. Sikap orangtua pelaku
ketika dirumah yaitu seperti pada umumnya orang tua diperkampungan, namun sangat
jarang dialakukan edukasi terutama terkait pelecehan seksual. Interaksi anggota
keluarga sangat jarang terjadi dikarenakan kesibukan. Dalam penelitian (Handayani,
2017) menunjukan untuk mencegah kasus kekerasan seksual pada anak perlu adanya
komunikasi yang baik antara anak dan orang tua, perlu adanya pendidikan seks untuk
anak. Orang tua perlu memberi pemahaman terkait seks, hal ini harus dilakukan
bertahap sesuai dengan perkembangan anak. Komunikasi yang harmonis juga perlu
terjadi antara orang tua dan anak agar anak dapat terbuka (Sulastri, 2019).
11. Kesimpulan Analisis faktor penyebab dari tindakan pelecehan seksual kepada anak yang di bawah
umur adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan
Pelaku tidak memiliki pengetahuan yang baik dengan latar belakang pendidikan
yang rendah. Pelaku hanya mengetahui tindakan pelecehan seksual, merupakan
tindakan kekerasan seperti pemerkosaan, yang dapat merugikan seseorang. Pelaku
memiliki sikap positif terhadap tindakan pelecehan, sehingga pelaku cenderung
ingin melakukan perbuatan tersebut apabila merasakan peningkatan hasrat seksual.
2. Sikap
Pelaku memiliki sikap yang mudah untuk mengikuti ajakan teman dalam
melakukan tindakan pelecehan. Meskipun demikian ada rasa penyesalan dan tidak
akan mengulangi atas sikap dan perilaku tersebut. Tindakan yang wajar dilakukan
pelaku ketika melihat anak dibawah umur maupun lawan jenis. Namun akan sulit
mengontrol tindakan ketika sedang mengalami dorongan seksual ditambah lagi
dengan pengaruh minuman beralkohol, serta peluang dan kesempatan.
3. Tindakan
Tindakan yang wajar dilakukan pelaku ketika melihat anak dibawah umur maupun
lawan jenis. Namun akan sulit mengontrol tindakan ketika sedang mengalami
dorongan seksual ditambah lagi dengan pengaruh minuman beralkohol, serta
peluang dan kesempatan.
4. Lingkungan
Keadaan lingkungan pertemanan pelaku yang sering melakukan hal-hal negatif
sehingga banyak dari teman dilingkungan pelaku yang menjadi pelaku dan juga
korban pelecehan. Pelaku berada dilingkungan pertemanan yang melakukan sex
bebas merupakan hal yang sering terjadi dan dianggap wajar.
5. Keluarga
Perlu adanya komunikasi yang baik antara anak dan orang tua, perlu adanya
pendidikan seks untuk anak. Orang tua perlu memberi pemahaman terkait seks, hal
ini harus dilakukan bertahap sesuai dengan perkembangan anak.
Penelitian berikutnya dapat membahas cara-cara yang dapat dilakukan untuk mencegah
12. Saran
dan mengatasi timbulnya perilaku pelecehan seksual.
Penelitian ini membahas secara detail fakor-faktor penyabab dari munculnya perilaku
pelecehan seksual kepada anak di bawah umur secara detail dan lengkap. Penulis
13. Kelebihan
membahas baik faktor internal maupun faktor eksternal yang dapat memicu munculnya
tindakan pelecehan seksual.
Penelitian ini hanya berfokus kepada pelaku pelecehan seksual dan hanya membahas
14. Kekurangan
sedikit tentang korban pelecehan seksual

No. Bagian Jurnal Isi

1. Judul Dampak Dari Pelecehan Seksual Terhadap Anak Di Bawah Umur

2. Jurnal Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha

3. Volume & Nomor Halaman Volume 10 No. 1, halaman 53

4. Tanggal Februari 2022

5. Penulis Novrianza Iman Santoso

6. Link Unduh Jurnal https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP/article/view/42692/20592

7. Pengantar Maraknya kasus tindak kriminal dari pelecehan seksual pada anak di bawah umur
merupakan kasus yang akhir-akhir ini meningkat. Tindak kejahatan yang termasuk
sebagai tindak kejahatan kesusilaan yang berkaitan dengan permasalahan seksual di
atur kedalam buku KUHP dari pasal 281 sampai dengan pasal 299. Pelecehan seksual
merupakan sebagai tindakan seksual yang terbentuk ke dalam bentuk verbal , non-
verbal dan juga visual. Dampak dari perbuatan pelecehan seksual tersebut sering
terjadi adalah anak menjadi menderita, emosi, depresi, kehilangan nafsu makan, anak
menjadi orang yang introvert, susah tidur, tidak dapat fokus pada saat disekolah, nilai
menurun, dan bahkan tidak naik kelas. Tindak pelecehan seksual terhadap anak dapat
terjadi dimana dan kapan saja. Siapapun bisa menjadi tersangka tindak pelecehan
seksual terhadap anak. Siapapun bisa menjadi target pelecehan seksual dan bisa
bahhkan bisa saja anak maupun saudara kandungnya sendiri, itulah sebabnya pelaku
tindak pelecehan seksual ini di katakan sebagai predaor seksual.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membahas faktor dan dampak yang
8. Tujuan Penelitian
ditimbulkan dari tindakan pelecehan seksual kepada anak dibawah umur.
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kuliatatif adalah
bentuk jenis penelitian dengan mengumpulkan data yang di gunakan sebagai bahan

9. Metode Penelitian data dan tindak memaki angka untuk objek penelitiannya. Data yang di ambil yaitu
data kualitatif. Dalam memperoleh data yang akan di ambil yaitu di peroleh dari
beberapa sumber seperti artikel,buku dan sumber lainnya.
10. Hasil Penelitian Pelecehan seksual adalah salah satu pelecehan fisik yang termasuk kedalam tindakan
kriminal. Pelaku tindak pelecehan seksual ini melakukan hal tersebut untuk
memuaskan hasrat dan hawa nafsunya secara memaksa. Adapun faktor faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya tindak pelecehan seksual.
1. Pengaruh pendidikan terhadap pecehan seksual
Pentingnya pendidikan sangatlah berpengaruh terhadap adanya tindakan pelecehan
seksual.
2. Faktor keluarga dari sudut pandang faktor ekonomi
Faktor ekonomi yang rendah memicu seseorang untuk melakukan perbuatan yang
dilanggar seperti kekerasan seksual sebagai jalan keluarnya dan sasaran paling
mudah yaitu perempuan.
3. Pengaruh dari film atau berbau dengan pornografi
Anak-anak dapat memperoleh dengan mudah hal-hal yang berbau dengan
pornografi banyak di lingkung masyarakat yang memperjual belikan vcd,buku,film
yang berbau dengan pornografi sehingga anak dapat dengan mudah
memperolehnya dan dari situlah anak berdampak hal negatif setelah melihat-lihat
yang membuat anak berimajinasi dan terangsang.
4. Pengalaman pelecehan seksual dari faktor biologis
Hal ini dilakukan untuk melancarkan hawa nafsu dan kebutuhan birahi untuk
memuaskan diri sendiri.
5. Penganiyaan emosional
Biasanya di penganiyaan emosional inilah anak dapat perlakuan fisik yang berupa
pelecehan seksual dari orang tedekatnya sehingga membuat anak perasa tertekan
dan hilangnya percaya diri.
6. Pengaruh minuman dan obat-obatan terlarang
7. Pengaruh historis pernah menjadi korban
Dampak secara psikis dari tindakan pelecehan seksual adalah hilangnya napsu
makan pada anak, tidak lagi bersemangat dan tidak mau sekolah, menjadi introvert
tidak berbaur dengan orang-orang, takut dengan orang baru kenal/ tidak kenal, dan
bahkan bisa trauma jika melihat suatu benda atau tempat yang mengingatkan korban
pada kejadian yang telah di alaminya. Sedangkan dampak secara fisik yang dialami
oleh korban adalah berasa sakit di area kemaluan, beresiko tertulat penyakit menular,
luka lebab dari akibat tindakan tersebut hingga yang paling parah korban sampai hamil
karena hubungan seksual tersebut. Biasanya luka fisik di sembunyikan oleh korban
pelecehan seksual karena tidak ingin aibnya di ketahui oleh orang lain dan juga korban
merasa malu dan memilih untuk memendam hal tersebut sendiri.
Bantuan kepada anak korban tindak pelecehan seksual yang mengalami trauma
akan hal yang telah di alaminya yaitu, Pemeriksaan psikologis terhadap anak yang di
tangani oleh psikolog agar mengetahui ganggung emosi yang dialaminya dan
mendapatkan terapi yang sesuai untuk anak tersebut. Dan membuat anak merasakan
kembalinya percaya diri. Jika orang tua anak bukan pelaku kekerasan seksual,
yakinkan anak bahwa dirinya sangat di cintai oleh orang orang sekitar.
Terdapat juga beberapa solusi untuk mencegah pelecehan terhadap seorang anak
yaitu sebagai berikut, Orang tua berperan membuka komunikasi dan menjalin
kedekatan emosi kepada anak agar terciptanya rasa saling sayang, orang tua disarankan
memberikan pengertian kepada sang anak tentang pentingnya tubuh mereka, berikan
edukasi perkenalan kepada anak perbedaan antara orang asing, jika umur sang anak
sudah melewati batas usia umur balita, ajarkan kepada anak bersikap malu bila
telanjang di depan orang, adanya suatu keterlibatan aparat penegak hukum yang
berwewenang.
11. Kesimpulan Masih maraknya terjadi kasus yang melibatkan anak anak salah satunya
merupakan kasus pelecehan seksual. Para pelaku tindakan tersebut adalah mereka yang
kebutuhan biologisnya tidak terpenuhi sehingga pelecehan seksual tersebut terjadi. Hal
ini juga di sebabkan dari berbagai bentuk faktor yaitu diantaranya faktor lingkungan,
faktor teknologi, faktor keluarga dan kurang nya pengawasan dari berbagai pihak
terutama pihak berwajib. Anak yang mengalami tindakan pelecehan seksual akan
mengalami dampak secara psikologis,fisik dan emosionalnya.
Peran orang tua pun sangat penting dan di butuhkan untuk menjaga kondisi anak
agar terhindar dari kejahatan tersebut. Jika anak menjadi korban dari pelecehan seksual
maka pentingnya dukungan dan support dari orang tua dan keluarga agar anak merasa
dirinya di cintai dan anakpun memiliki rasa percaya diri kembali. Dan peran dari
pemerintah pun sangatlah penting, yang dimana peran pemerintah dalam menegakkan
peraturan yang sudah tertera dan lebih bersikap kritis dalam menanggapi dan mengatasi
kasus-kasus pelecehan seksual.
Disarankan kepada para orang tua untuk tetap menjaga anak kesayangannya di setiap
waktu, meluangkan waktu mereka kepada anak agar terciptanya hubungan yang
12. Saran
harmonis antara orang tua dan anak. Pelaku kekerasan seksual kepada anak harus
mempertanggung jawabkan segala perbuatan yang telah di lakukakannya.
Penelitian ini membahas secara lengkap dan detail tentang faktor penyebab, dampak

13. Kelebihan yang ditimbulkan dan cara mengatasi tindakan pelecehan seksual pada anak di bawah
umur.
Dalam penelitian ini pengertian tentang pelecehan seksual tidaklah dibahas secara

14. Kekurangan mendalam. Serta di penelitian ini juga tidak menyertakan dampak yang akan dialami
oleh pelaku pelecehan seksual.

No. Bagian Jurnal Isi

1. Judul Pelecehan Seksual Pada Anak: Ditinjau Dari Segi Dampak Dan Pecegahannya

2. Jurnal Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan

3. Volume & Nomor Halaman Volume 5 No. 3, halaman 55

4. Tanggal Desember 2019

5. Penulis Monika Nina K. Ginting, S.Psi.,M.Psi.

6. Link Unduh Jurnal http://jurnal.una.ac.id/index.php/pionir/article/view/1439/1185

Indonesia saat ini sudah dikategorikan darurat kekerasan dan kejahatan seksual anak.
Tidak sedikit berita tentang kejahatan seksual pada anak terjadi setiap harinya, bukan
hanya terjadi didaerah perkotaan tetapi juga banyak terjadi di pedesaan. Pelecehan
seksual terhadap anak adalah suatu bentuk penyiksaan anak dan pelakukanya
7. Pengantar
mendapatkan stimulasi seksual. Bentuk pelecehan seksual pada anak termasuk
menekan kepada anak untuk melakukan aktivitas seksual, kontak fisik dengan alat
kelamin, melihat alat kelamin anak meski tanpa kontak fisik, atau menggunakan anak
untuk memproduksi pornografi.
Penelitian ini diadakan dengan tujuan untuk mengetahui dan membahas dampak dan
8. Tujuan Penelitian
cara pencegahan tindakan pelecehan seksual pada anak.
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kuliatatif adalah

9. Metode Penelitian bentuk jenis penelitian dengan mengumpulkan data yang di gunakan sebagai bahan
data dan tindak memaki angka untuk objek penelitiannya.
Pengertian pelecehan seksual itu sendiri merupakan perilaku atau tindakan yang
mengganggu, menjengkelkan, dan tidak diundang yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang terhadap pihak lain yang berkaitan langsung dengan jenis kelamin
pihak yang diganggunya dan diraskan menurunkan martabat dan harkat diri orang yang
diganggunya. Pelecehan seksual itu sendiri bertindak sebagai tindakan yang bersifat
seksual atau kecenderungan bertindak seksual yang terintimidasi non fisik (kata-kata,
bahasa, gambar) atau fisik (gerakan kasat matadengan memegang, menyentuh, meraba
atau mencium) yang dilakukan seorang laki-laki terhadap perempuan.
Bentuk-bentuk yang dianggap sebagai pelecehan seksual (Collier, 1992) adalah
sebagai berikut : a. Menceritakan lelucon jorok atau kotor kepada seseorang yang
merasakannya sebagai merendahkan martabat. b. Mempertunjukan gambar-gambar
porno berupa kalender, majalah, atau buku bergambar porno kepada orang yang tidak
menyukainya. c. Memberikan komentar yang tidak senonoh kepada penampilan,
pakaian, atau gaya seseorang. d. Menyentuh, menyubit, menepuk tanpa dikehendaki,

10. Hasil Penelitian mencium dan memeluk seseorang yang tidak menyukai pelukan tersebut. e. Perbuatan
memamerkan tubuh atau alat kelamin kepada orang yang terhina karenanya.
Adapun dampak ataupun efek dari pelecehan seksual yang dialami anak secara
fisik adalah cedera, infeksi dan kehamilan. Sedangkan dampak pelecehan seksual
secara Psikologis seperti: Depresi (gangguan stres pasca trauma,
kegelisahan,gangguan makan, rasa rendah diri yang buruk, gangguan identitas pribadi
dan kegelisahan), Gangguan psikologis yang umum seperti: somatisasi,perubahan
perilaku seksual, masalah sekolah/belajar. Dan masalah perilaku termasuk
penyalahgunaan obat terlarang, perilaku menyakiti diri sendiri,kriminalitas ketika
dewasa dan bunuh diri.
Menurut beberapa penelitian yang dilansir oleh Protective Service for Children
and Young People Department of Health and Community Service (1993) keberadaan
dan peranan keluarga sangat penting dalam membantu anak memulihkan diri pasca
pengalaman kekerasan seksual mereka. Orangtua memegang peranan penting dalam
menjaga anak-anak dari ancaman kekerasan seksual.
11. Kesimpulan Semakin banyaknya kasus-kasus pelecehan seksual dan menjadi fenomena tersendiri
pada masyarakat modern saat ini. Berbagai faktor penyebab sehingga terjadinya kasus
pelecehan seksual terhadap anak dan dampak yang dirasakan oleh anak sebagai korban
baik secara fisik, psikologis dan sosial. Trauma pada anak yang mengalami pelecehan
seksual akan mereka alami seumur hidupnya. Luka fisik mungkin saja bisa sembuh,
tapi luka yang tersimpan dalam pikiran belum tentu hilang dengan mudah. Hal itu
harus menjadi perhatian karena anak-anak selain memang wajib dilindungi, juga
karena di tangan anak-anaklah masa depan bangsa akan berkembang.
Penelitian selanjutnya dapat menambahkan faktor penyebab serta hukuman yang akan
12. Saran
diterima oleh pelaku pelecehan seksual.
Penelitian ini membahas dampak dan cara pencegahan dari tindakan pelecehan seksual
13. Kelebihan
secara mendalam dan dari berbagai macam sudut pandang.
Penelitian ini hanya berfokus pada dua variabel yakni dampak dan cara pencegahan
14. Kekurangan
dari tindakan pelecehan seksual pada anak.

No. Bagian Jurnal Isi

1. Judul Child Sexual Abuse in Pakistan: From Tears Shed to Lives Lost

2. Jurnal Liberal Arts and Social Sciences International Journa

3. Volume & Nomor Halaman Volume 4 No 1, halaman 35

4. Tanggal Juni 2020

5. Penulis Usman Shaukat Tarar , Sharin Shajahan Naomi and Muhammad Aurangzeb Khan

https://www.researchgate.net/publication/351421734_Child_Sexual_
6. Link Unduh Jurnal
Abuse_in_Pakistan_From_Tears_Shed_to_Lives_Lost
7. Pengantar Pelecehan anak menunjukkan interaksi seksual dengan seorang anak termasuk
penetrasi, sentuhan, penggunaan anak untuk rangsangan seksual pelaku atau pengamat
serta mempermalukan dan merendahkan martabat anak dengan segala tindakan yang
berkaitan dengan tujuan seksual. Pelecehan anak secara umum adalah tindakan komisi
atau kelalaian yang berasal dari manusia dan kondisi yang diciptakan atau ditoleransi
manusia untuk menghambat atau menghalangi perkembangan potensi yang melekat
pada anak.
Menurut laporan sebuah LSM 'SAHIL', lebih dari 2000 anak dilecehkan secara
seksual di Pakistan dalam setahun termasuk anak perempuan dan laki-laki (Imdad,
2019). Pakistan adalah tanah orang-orang murni, di mana kemurnian menghilang
ketika kita melihat serangkaian pelecehan seksual anak dari kasus Kainat Somroo pada
tahun 2007 hingga Zainab Ansari pada tahun 2018. Insiden seperti penculikan,
pemerkosaan, dan pembunuhan brutal terhadap anak-anak di Pakistan adalah masalah
perhatian besar bagi semua orang di dalam dan di luar negeri. Di satu sisi, membangun
rasa tidak aman dan ketidakpastian di benak masyarakat, terutama di kalangan generasi
muda, dan di sisi lain kegagalan untuk menghentikan kejahatan ini semakin tinggi
sehingga menimbulkan tanda tanya pada kinerja lembaga-lembaga negara.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisa dan meninjau kembali
8. Tujuan Penelitian
tindakan pelecehan seksual yang terjadi pada anak di Pakistan
Penelitian eksplorasi ini telah dilakukan melalui pendekatan campuran. Penelitian
bersifat deskriptif, teoritis, dan kualitatif. Data dikumpulkan untuk penelitian ini
melalui sumber primer dan sekunder. Sumber primer meliputi surat kabar dan arsip

9. Metode Penelitian dokumen resmi pemerintah, legislatif, dan yudikatif. Sumber sekunder termasuk materi
yang diterbitkan dan tidak dipublikasikan pada subjek. Analisis pernyataan, buku,
jurnal, majalah, surat kabar, surat kabar, dan catatan pemerintah juga dibuat untuk
tujuan tersebut.
10. Hasil Penelitian Laporan “Cruel Numbers” oleh SAHIL, menunjukkan bahwa ada peningkatan
32% kasus kekerasan terhadap anak pada tahun 2018 dibandingkan dengan angka
tahun sebelumnya. Di Pakistan, orang memiliki anakanak mereka dengan semua hak
fundamental mereka. Namun, dalam beberapa kasus, orang tua terlalu sibuk dengan
pekerjaan atau bisnisnya sehingga tidak dapat memberikan waktu yang tepat untuk
saudaranya. Kesenjangan orang tua-anak ini menghilangkan check and balance dari
aktivitas anak. Pada akhirnya, hasilnya berupa banyak kejahatan sosial termasuk
pelecehan seksual. Kesenjangan sosial-ekonomi menentukan status sosial seseorang,
yang menentukan apakah seseorang adalah orang yang diistimewakan atau dirampas.
Bagi yang kekurangan, pelecehan anak adalah sesuatu yang harus ditutupi karena
stigma sosial atau dikompromikan dengan imbalan uang (Khan, Khan, & Khan, 2017).
Aspek sosial bisa lebih rinci untuk membahas solusi untuk mengamankan anak-
anak dari pelecehan anak di Pakistan. Pada tahap awal, peran orang tua sangatlah
penting. Mereka harus disadarkan dan dilatih untuk mengatasi masalah ini melalui jalur
hukum dan psikososial termasuk meminta bantuan bantuan hukum dan memastikan
dukungan konseling bagi anak. Anak-anak harus diberikan pendidikan dasar sejak dini
untuk mengidentifikasi tindakan pelecehan seksual dan mengangkat suara. Karena ini
adalah masalah sensitif, baik orang tua maupun saudara merasa ragu untuk
membicarakannya. Oleh karena itu, harus ada pendekatan yang sistematis dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Kesenjangan Orangtua-Anak
Anak-anak tidak boleh merasa tidak masuk akal saat menceritakan masalah mereka
kepada orang tua. Setiap kali mereka menghadapi kesulitan, orang tua mereka
harus menjadi prioritas mereka untuk berbagi masalah agar mereka keluar darinya.
2. Pendidikan tentang Pelecehan Seksual
Di Pakistan, nilai-nilai sosial dan budaya selalu dijadikan penghalang untuk
membicarakan pelecehan seksual yang dilakukan orang tua dengan anak. Namun,
anak-anak harus mendapatkan pendidikan yang tepat tentang pelecehan seksual di
berbagai tingkatan usia.
3. Kebijakan Tindak Lanjut
Bukan hanya tugas orang tua, tetapi masyarakat di lingkungan tertentu juga harus
mengawasi secara seksama kegiatan anak-anak mereka secara keseluruhan.
4. Ketidakpastian Menang Sepanjang Waktu
Ada kemungkinan bahwa anak-anak dapat menghadapi situasi yang tidak pasti
dalam hidup mereka. Oleh karena itu, mereka harus tahu bagaimana menggunakan
pilihan yang berbeda untuk keluar dari situasi ini
5. Pendidikan Formal tentang Pelecehan Seksual
Harus ada pendidikan formal tentang kekerasan seksual pada anak melalui
berbagai lembaga pendidikan. Seminar, konferensi, dan ceramah harus
diselenggarakan untuk kesadaran publik juga untuk melatih mereka bagaimana
menyadarkan anak-anak mereka
6. Analisis Berbasis Alasan di balik Kejahatan
Harus ada analisis yang komprehensif atas semua alasan tersebut, yang membawa
seseorang pada pelecehan seksual baik sebagai pelaku maupun sebagai korban.
7. Nilai Budaya Berbasis Moralitas
Di Pakistan, sebagai negara Islam, nilai-nilai ini sangat membutuhkan waktu. Jika
budaya ini dipromosikan, kejahatan sosial tidak akan ada lagi.
8. Perbedaan antara Teori dan Praktek
Sebab, ada kesenjangan antara kebijakan dan kerja praktek lembaga-lembaga
tersebut. Lembaga harus menjalankan fungsinya dengan tekun sesuai dengan
kodratnya. Sehingga kasus kekerasan seksual terhadap anak dapat diminimalisir.
11. Kesimpulan Pakistan sebagai negara Islam dengan narasi yang jelas tentang "negara
kesejahteraan". Namun, ketika berbicara tentang hak asasi manusia, kebutuhan dasar,
moralitas, hal itu kurang baik dalam satu atau lain cara. Gagasan “Negara Madinah”
mencerminkan semua individu negara ini adalah tanggung jawab negara dengan hak-
hak fundamentalnya. Anak-anak diculik, diperkosa, dilecehkan secara seksual dan pada
akhirnya dibunuh. Tidak pernah menjadi tugas yang mudah bagi orang tua untuk
mengumpulkan tubuh mereka dari tempat pembuangan sampah. Anak-anak takut dan
orang tua pergi bekerja dengan pikiran yang terganggu. Ada sedikit alasan untuk
bahagia tetapi banyak alasan untuk sedih.
Setiap orang bersama dengan negara harus memainkan peran yang tepat untuk
rehabilitasi anak-anak korban pelecehan seksual. Mereka harus diperlakukan dengan
hormat karena jika tidak dilakukan mereka akan menganggap mereka dirampas haknya
dan anak terlantar selalu merugikan masyarakat. Pakistan akan menjadi negara yang
makmur dan sejahtera hanya ketika negara, institusi, dan individu akan melakukan
peran mereka secara setara. Akan tiba waktunya ketika tidak ada anak yang dilecehkan
secara seksual dan tidak akan ada air mata.
Penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan beberapa variable yang dapat dikaitkan
12. Saran
dengan tindakan pelecehan seksual yang terjadi di Pakistan.
Penelitian ini membahas secara detail tentang tindakan pelecehan seksual yang terjadi
13. Kelebihan
di Pakistan dan dampaknya bagi korban.
Dalam penelitian ini variable hukum yang terkait dengan tindakan pelecehan seksual di
14. Kekurangan
Pakistan kurang terlalu mendalam dibahas

No. Bagian Jurnal Isi


Child sexual abuse in Iran: a systematic review of the prevalence, risk factors,
1. Judul
consequences, interventions and laws

2. Jurnal Journal of Injury and Violence

3. Volume & Nomor Halaman Volume 4 No 3, halaman 256-236

4. Tanggal Juli 2022

5. Penulis Morteza Danaeifar, Maliheh Arshi, Amir Moghanibashi-Mansourieh

https://www.researchgate.net/publication/362378738_Child_sexual_abuse

6. Link Unduh Jurnal _in_Iran_a_systematic_review_of_the_prevalence_risk_factors_


consequences_interventions_and_laws
7. Pengantar Tindakan pelecehan seksual terhadap anak merupakan suatu permasalahan global
yang terus meluas dan meningkat. Tindakan ini merupakan salah satu bentuk
pelanggaran terhadap hak asasi kemanusiaan. Tindakan ini mencakup berbagai
kegiatan seperti belaian seksual, pemaparan anak ke orang dewasa aktivitas seksual,
partisipasi anak dalam prostitusi atau pornografi, dan hubungan seksual. Anak-anak
yang mengalami pelecehan seksual telah dilaporkan memiliki berbagai perilaku agresif
atau menderita beberapa gangguan kejiwaan, termasuk depresi, kecemasan, rendah diri.
-harga diri, pikiran tak terkendali dan bunuh diri, dan juga berisiko lebih besar untuk
penyalahgunaan obat-obatan. Gangguan ini bergantung pada beberapa faktor, termasuk
usia anak, usia onset pelecehan seksual, waktu terakhir pelecehan, dan hubungan antara
pelaku dan yang dilecehkan
Meski telah banyak penelitian yang dilakukan untuk membahasa tindakan ini,
namun di Iran informasi dan pengetahuan tentang tindakan pelecehan seksual masih
sangatlah terbatas. Sebuah tinjauan dari literatur yang tersedia menunjukkan bahwa
Dalam penelitian sistematis ini, untuk memahami pelecehan seksual anak di Iran,
sumber ilmiah dan literatur abu-abu yang diterbitkan dalam bahasa Persia dan Inggris,
serta undang-undang terkait pelecehan seksual anak, ditinjau menurut kriteria standar
PRIS MA.18,19 Selain itu, pencarian manual dan otomatis dalam sains online Iran dan
internasional 29,4% untuk laki-laki di China. Beberapa penelitian memperkirakan studi
tentang prevalensi pelecehan anak di Iran terbatas, penelitian sebelumnya tidak secara
langsung meneliti pelecehan seksual anak karena kepekaan dan masalah budaya yang
ada, dan beberapa penelitian yang dilakukan telah membahas prevalensi pelecehan
fisik, emosional dan kurangnya perhatian pada anak-anak.
Penelitian ini bertujuan untuk meninjau serta membahas tentang tindakan pelecehan
8. Tujuan Penelitian
seksual anak yang terjadi di Iran dan undang-undang yang terkait.
Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode

9. Metode Penelitian kualitatif. Dengan sumber-sumber data yang didapatkan dari artikel, buku serta
literatur lainnya yang terkait.
10. Hasil Penelitian Penelitian ini menunjukkan bahwa benar di Iran, informasi dan pengetahuan
tentang tindakan pelecehan seksual kepada anak masih sangatlah terbatas. Prevalensi
pelecehan seksual anak diperkirakan 1,5 sampai 32,5%. Salah satu faktor yang
menyebabkan munculnya tindakan pelecehan seksual kepada anak di Iran adalah
penyalahgunaan obat-obatan, rendahnya pengetahuan dan Pendidikan masyarakat di
Iran tentang tindakan pelecehan seksual, latar belakang keluarga, tingginya tingkat
kemiskinan dan status sosial yang rendah. Dampak yang ditimbulkan dari tindakan
pelecehan seksual ini adalah anak seringkali mengalami kecemasan, depresidan
masalah sosial.
Tinjauan undang-undang yang ada mengungkapkan bahwa hanya ada tiga
undang-undang yang secara langsung maupun tidak langsung menangani tindakan
pelecehan seksual pada anak di Iran. Undang-undang tersebut adalah :
1. Hukum Perdata ( Pasal 1041 Perubahan UU No 2002)
Menurut pasal ini, perkawinan seorang gadis sebelum mencapai usia 13 tahun dan
seorang anak laki-laki sebelum mencapai usia 15 tahun harus mendapat izin, tetapi
itu akan menjadi kebijaksanaan pengadilan yang berwenang asalkan bijaksana.
2. Hukum Pidana Islam (Bab 10 (Pasal 88 sampai 95) dan Pasal 221, 224, 228,
244, 251, 658, 660 dan 661) disetujui pada tahun 2013
Undang-undang ini secara tidak langsung bersesuaian dengan isu pelecehan
seksual terhadap anak dan dapat digunakan untuk melindungi anak-anak yang
dilecehkan secara seksual. Dalam undang – undang ini pengurangan hukuman bagi
penjahat yang belum dewasa pada saat melakukan kejadhatan dan dianggap
ketidakpuasan atas persetujuan gadis yang belum dewasa untuk melakukan
hubungan seksual dapat disebutkan. Juga, jika hubungan seksual dengan pasangan
yang belum dewasa menyebabkan vagina pecah dan urin dan darah mengalir
keluar, maka mahar penuh, kompensasi uang penuh dari istri, dan hilangnya
keperawanan harus dibayar oleh pasangan.
3. UU Perlindungan Anak dan Remaja (Pasal 1, 9, dan 10)
Dapat dikatakan bahwa satusatunya undang-undang yang secara khusus menangani
pelecehan anak di Iran. Pasal 1 undang-undang ini memuat pengertian dan
pengertian yang paling umum, dalam bagian ini tidak diberikan pengertian yang
lengkap dan menyeluruh tentang anak dan umurnya. Pasal selanjutnya
menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya studi, mulai dari 1,5
hingga 32,5, yang tampaknya hanya dua studi22,25 dengan tingkat prevalensi
masing-masing 32,5 dan 28,8%, diperkirakan mirip dengan perkiraan internasional,
dan yang lainnya lebih rendah dari yang diharapkan. Temuan menunjukkan bahwa
perkiraan prevalensi dalam penelitian ini lebih tinggi dari perkiraan prevalensi di
Jepang4 dengan kisaran 1,3 sampai 8,3% untuk penjahat yang belum dewasa pada
saat melakukan kejahatan intervensi dan perlindungan hukum terhadap anak dan
remaja, di mana tidak ada rujukan langsung pada kekerasan seksual terhadap anak.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang pelecehan seksual anak di Iran
masihlah terbatas, tersebar dan tidak konsisten. Serta tidak ada definisi dan alat ukur

11. Kesimpulan yang cocok untuk mengukur tingkat kekerasan terhadap anak di Iran. Undang-undang
dan elemen hukum yang ada pun tidak ada yang secara khusus menangani tentang
tindakan pelecehan seskual terhadap anak.
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meninjau ulang tindakan pelecehan seksual
pada anak di Iran, menilai faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya secara
12. Saran
mendalam, mencari cara pencegahan serta mengembangkan undang-undang serta
kebijakan hukum yang ada di Iran tentang tindakan pelecehan seksual pada anak.
Penelitian ini telah membahas undang-undang serta elemen hukum yang terkait dengan
13. Kelebihan
tindakan pelecehan seksual pada anak di Iran.
Kurangnya sumber hukum dan undang-undang tentang tindakan pelecehan seksual

14. Kekurangan pada anak di Iran, yang dapat menjadi panduan bagi penulis untuk mengembangkan
lebih lagi penelitian ini.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil review dari beberapa jurnal dan penelitian tentang tindakan pelecehan
seksual diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pelecehan seksual adalah perilaku atau
tindakan yang mengganggu, menjengkelkan, dan tidak diundang yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang terhadap pihak lain yang berkaitan langsung dengan jenis kelamin pihak yang
diganggunya dan diraskan menurunkan martabat dan harkat diri orang yang diganggunya.
Pelecehan seksual adalah salah satu pelecehan fisik yang termasuk kedalam tindakan kriminal.
Pelaku tindak pelecehan seksual ini melakukan hal tersebut untuk memuaskan hasrat dan hawa
nafsunya secara memaksa. atau mencium) yang dilakukan seorang laki-laki terhadap perempuan.

Bentuk-bentuk yang dianggap sebagai pelecehan seksual (Collier, 1992) adalah sebagai berikut :
a. Menceritakan lelucon jorok atau kotor kepada seseorang yang merasakannya sebagai
merendahkan martabat. b. Mempertunjukan gambar-gambar porno berupa kalender, majalah,
atau buku bergambar porno kepada orang yang tidak menyukainya. c. Memberikan komentar
yang tidak senonoh kepada penampilan, pakaian, atau gaya seseorang. d. Menyentuh, menyubit,
menepuk tanpa dikehendaki, mencium dan memeluk seseorang yang tidak menyukai pelukan
tersebut. e. Perbuatan memamerkan tubuh atau alat kelamin kepada orang yang terhina
karenanya. Dampak yang ditimbulkan dari tindakan pelecehan seksual ini bagi korban cukup lah
berat. Secara fisik adalah cedera, infeksi dan kehamilan. Sedangkan dampak pelecehan seksual secara
Psikologis seperti: Depresi (gangguan stres pasca trauma, kegelisahan,gangguan makan, rasa rendah diri
yang buruk, gangguan identitas pribadi dan kegelisahan), Gangguan psikologis yang umum seperti:
somatisasi,perubahan perilaku seksual, masalah sekolah/belajar. Dan masalah perilaku termasuk
penyalahgunaan obat terlarang, perilaku menyakiti diri sendiri,kriminalitas ketika dewasa dan bunuh diri.

Menurut saya, salah satu bentuk upaya dalam mengatasi masalah ini adalah dengan
menggunakan cara komunikasi interpersonal. Menurut Pearson dkk dalam Mulyana (2011)
bahwa komunikasi interpersonal sebagai proses yang menggunakan pesan-pesan untuk mencapai
kesamaan makna paling tidak antara dua orang dalam sebuah situasi yang memungkinkan
adanya kesempatan yang sama bagi pembicara dan pendengar. Serupa dengan yang
dikemukakan oleh DeVito dalam Mulyana (2011) komunikasi interpersonal merupakan interaksi
verbal dan nonverbal antara dua (atau kadang-kadang lebih dari dua) orang yang saling
tergantung satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai