“KEKERASAN SEKSUAL”
OLEH
I Putu Rangga Panjita Krisnaphaty (1906003)
Ni Kadek Tya Listiya Dewi (19061007)
Ni Komang Sri Ayu Ratih (19061009)
2.1 Pedophilia
Menurut Multiwijaya (2019) pedophilia adalah kecendurungan orang
dewasa baik pria maupun wanita untuk melakukan aktivitas seksual berupa hasrat
ataupun fantasi impuls seksual pada anak kecil atau di bawah umur. Sedangkan
menurut Efendi (2019) pedophilia berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata
pais (anak-anak) dan phillia (cinta yang bersahabat atau sahabat), pedophilia secara
umum digunakan sebagai istilah untuk menerangkan salah satu kelainan
perkembangan psikoseksual dimana individu memiliki hasrat erotis yang abnormal
terhadap anak-anak.
2.1.1 Faktor-faktor Penyebab Pedophilia
Adapun penyebab pedophilia bisa terjadi yaitu sebagai berikut :
1. Hambatan dalam perkembangan psikologis yang menyebabkan
ketidakmampuan penderita menjalin relasi heterososial dan homososial
yang wajar
2. Kecenderungan kepribadian antisosial yang ditandai dengan hambatan
perkembangan pola seksual yang matang disertai oleh hambatan
perkembangan moral
3. Terdapat kombinasi regresi, ketakutan impotent, serta rendahnya tatanan
etika dan moral.
2.2 Incest
Menurut Afifah (2021) incest adalah hubungan seksual yang terjadi
diantara anggota kerabat dekat, biasanya adalah kerabat inti seperti ayah, atau
paman. Incest dapat terjadi suka sama suka yang kemudian bisa terjalin dalam
perkawinan dan ada yang terjadi secara paksa. Incest digambarkan sebagai kejadian
relasi seksual diantara individu yang berkaitan darah, akan tetapi istilah tersebut
akhirnya dipergunakan secara lebih luas, yaitu untuk menerangkan hubungan
seksual ayah dengan anak, antar saudara. Incest merupakan perbuatan terlarang bagi
hampir setiap lingkungan budaya. Sedangkan menurut Efendi (2019) Incest
merupakan hubungan saling mencintai yang bersifat seksual yang dilakukan oleh
pasangan yang memiliki ikatan keluarga (kekerabatan) yang dekat, biasanya antara
ayah dan anak perempuannya, ibu dengan anak laki-lakinya, atau antara sesama
saudara kandung atau saudara tiri.
2.2.1 Faktor-faktor Penyebab Incest
Adapun faktor-faktor yang penyebab terjadinya incest yaitu :
1. Kondisi rumah tangga yang sudah tidak harmonis. Dalam keadaan ini,
suami istri sering bertengkar dan saling kehilangan sosok pasangannya,
akhirnya melampiaskan pada anak
2. Kondisi rumah pelaku incest biasanya jauh dari kerabat ataupun tetangga
sekitar.
3. Status kekuasaan pelaku dalam keluarga.
4. Perbuatan yang berulang karena dianggap hanya sebagai permasalahan
dalam keluarga.
5. Pengawasan dan didikan orang tua yang kurang pada anaknya.
2.3 Pemerkosaan
Menurut Amanda (2019) pemerkosaan merupakan bentuk kekerasan dan
kejahatan kesusilaan terhadap perempuan yang bisa terjadi kapan saja kepada
siapapun dan dimana saja contohnya di jalanan, di tempat kerja, di rumah, atau
tempat-tempat yang tidak diinginkan lainnya. Sedangkan menurut Setiawan (2018)
pemerkosaan merupakan suatu tindakan hubungan kelamin yang dilakukan oleh
seorang pria terhadap seorang wanita yang bukan isterinya atau tanpa persetujuanya
dan dilakukan ketika wanita tersebut ketakutan.
2.3.1 Faktor-faktor Penyebab Pemerkosaan
Adapun dua faktor yang membuat pelaku melakukan pemerkosaan yaitu faktor
internal dan faktor eksternal yang akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Faktor Internal yaitu dimana pelaku memiliki permasalahan psikologis
yang membuat pelaku dengan mudahnya melakukan tindak pemerkosaan
tanpa berpikir sebab dan akibat yang akan diterimanya.
2. Faktor eksternal yaitu perilaku pelaku dipengaruhi oleh lingkungan di
sekitar pelaku, seperti halnya pelaku setelah melihat atau menyaksikan hal-
hal yang berkaitan dengan pornoaksi dan pornografi hal itu akan
menimbulkan hasrat seksual pelaku. Sehingga pelaku ingin melampiaskan
hasratnya tersebut dengan berbagai cara, salah satunya adalah
pemerkosaan.
Afifah, W., & Sari, N. L. (2021, December). Pemberatan pidana bagi pelaku pemerkosaan
hubungan sedarah (incest). In Prosiding Seminar Nasional & Call for Paper" Peran
Perempuan Sebagai Pahlawan di Era Pandemi" PSGESI LPPM UWP (Vol. 8, No. 1, pp.
328-340).
Amanda, A., & Krisnani, H. (2019). Analisis kasus anak perempuan korban pemerkosaan
inses. Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial, 2(1), 120-136.
Efendi, S. (2019). Penanggulangan kejahatan pedophilia ditinjau menurut hukum positif dan
fikih jinayah.
Handayani, M. (2017). Pencegahan kasus kekerasan seksual pada anak melalui komunikasi
antarpribadi orang tua dan anak. Jurnal Ilmiah Visi, 12(1), 67-80.
Margaretta, S. S., & Kristyaningsih, P. (2021, August). Effektifitas Edukasi Seksual Terhadap
Pengetahuan Seksualitas Dan Cara Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak Usia
Sekolah. In Prosiding Seminar Hasil Penelitian 2020.
Multiwijaya, V. R. (2019). Perlindungan Terhadap Anak Sebagai Korban Tindak Pidana
Pedofilia. Hukum Pidana dan Pembangunan Hukum, 1(2).
Noviana, I. (2015). Kekerasan seksual terhadap anak: dampak dan penanganannya. Sosio
Informa: Kajian Permasalahan Sosial Dan Usaha Kesejahteraan Sosial, 1(1).
Paradiaz, R., & Soponyono, E. (2022). Perlindungan Hukum Terhadap Korban Pelecehan
Seksual. Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, 4(1), 61-72.
Prihanto, D. A. (2023, januari 11). Polisi Tangkap Pengamen yang Perkosa Anak Berkebutuhan
Khusus. Retrieved from Liputan6.com:
https://www.liputan6.com/news/read/5177593/polisi-tangkap-pengamen-yang-perkosa-
anak-berkebutuhan-khusus
Sari, M. A. (2015). Pelecehan seksual terhadap anak (pedhophilia) menurut hukum positif dan
hukum Islam. Skripsi. Fakultas Ilmu Syariah dan Hukum Institut Agama Islam Negeri
(IAIN), Tulungangung.
Sumera, M. (2013). Perbuatan Kekerasan/Pelecehan Seksual Terhadap Perempuan. Lex et
Societatis, 1(2).
Setiawan, I. (2018). Tindak Pidana Perkosaan Dalam Tinjauan Hukum Pidana Indonesia. Jurnal
Ilmiah Galuh Justisi, 6(2), 227-239.
Zahirah, U., Nurwati, N., & Krisnani, H. (2019). Dampak dan penanganan kekerasan seksual
anak di keluarga. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 6(1), 10.