Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH

FAKTOR PENYEBAB KEKERASAN SEKSUAL YANG DIALAMI KORBAN DAN


PENYELESAIANNYA

KELAS F

ANGGOTA:

1.FERNANDO DWI PUTRA/B1A019262

2.EGHY KURNIAWAN/B1A019261

3.RIVALDO GILANG RAMADHAN/B1A019263

FAKULTAS HUKUM 2019


Kata pengantar

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada pihak-pihak yang terlibat dan telah berkontribusi
dalam penyusunan dan pembuatan tugas ini sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
BAB I
Latar Belakang
kekerasan seksual bukan suatu hal yang baru bagi telinga masyarakat
Indonesia.Kekerasan seksual adalah salah satu kejahatan besar seperti kejahatan besar
lainnya yang mempengaruhi dan berdampak pada kerusakan tatanan sosial bangsa
Indonesia.

Di Indonesia kasus kekerasan seksual memiliki catatan angka kasus yang cukup tinggi
setiap tahunnya,bahkan hampir meningkat setiap tahunnya.Banyak faktor yang melatar
belakangi terjadinya kekeraan seksual ini.Tak hanya itu beberapa kasus ini tidak hanya
kaum perempuan yang menjadi korban melainkan kaum pria juga menjadi korban
( homoseksual/gay ).

Sebagian besar faktor kekerasan seskual terjadi karena kurangnya pengetahuan akan
ilmu agama para pelaku. Hal itu yang pasti belum termasuk faktor tambahan lainnya. Disisi
lain para korban tentunya mengalami luka atau bahkan trauma yang mendalam didalam
dirinya.Di Indonesia banyak kasus kekerasan seksual diselesaikan melalui ranah hukum
oleh pihak atau lembaga yang berwenang. Meskipun terdapat kejadian dibeberapa kasus
dimana penyelesaian kasus tidak sampai dibawa ke pihak atau lembaga yang berwenang
dalam hukum.

Menurut Pasal 82 dalam UU Nomor23Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak


menyatakan: Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman
kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk
anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp.
60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah )

Akhir-akhir ini banyak terjadi kasus tentang pelecehan seksual. Pada 07 juli 2016 di
rejang lebong, tiga pemuda berinisial RD, AD, HB terjerat pasal berlapis tentang
perlindungan anak dan pelecehan seksual.

Permasalahan
1. apa faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan seksual pada korban?
2. Bagaimana penyelesaian kekerasan seksual yang dilakukan oleh korban dan
keluarganya ?
BAB II
Tinjauan Pustaka
KEJAHATAN SEKSUAL

1. Pengertian Kejahatan Seksual


Marzuki Umar Sa’abah mengingatkan, “membahas masalah seksualitas manusia
ternyata tidak sederhana yang dibayangkan, atau tidak seperti yang dipahami
masyarakat kebanyakan. Pembahasan seksualitas telah dikebiri pada masalah nafsu
danketurunan. Seolah hanya ada dua kategori dari seksualitasmanusia, yaitu a)
seksualitas yang bermoral, sebagai seksualitas yang sehat dan baik, b) seksualitas
imoril, sebagai seksualitas yang sakit dan jahat”. Meskipun pendapat itu
mengingatkan kita supaya tidak menyempitkan pembahasan mengenai seks, namun
pakar itu mengakui mengenai salahsatu bentuk seksualitas yang imoril dan
jahat.Artinya ada praktik seks yang dapat merugikan pihak lain dan masyarakat,
karena penyakit itu bertentangan dengan hukum dan norma-norma keagamaan
(Wahid & Irfan, 2001, hal: 31).

Oleh karena itu, Umar Sa’abah itu menunjukkan “secara umum seksualitas manusia
dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu 1) biologis (kenikmatan fisik dan keturunan),
2) sosial (hubungan-hubungan seksual, berbagai aturan sosial serta berbagai bentuk
sosial melalui mana seks biologis diwujudkan dan 3) subjektif
(kesadaran individual dan bersama sebagai objek dari hasrat seksual) (Wahid &
Irfan, 2001, hal: 32).

Pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, seperti di bus,pabrik,
supermarket, bioskop, kantor, hotel, trotoar, baik siang maupun malam. Pelecehan
seksual di tempat kerja seringkali disertai dengan janji imbalan pekerjaan atau
kenaikan jabatan. Bahkan bisa disertai ancaman, baik secara terang-terangan
ataupun tidak. Kalau janji atau ajakan tidak diterima bisa kehilangan pekerjaan, tidak
dipromosikan, atau dimutasi. Pelecehan seksual bisa juga terjadi tanpa ada janji atau
ancaman, namun dapat membuat tempat kerja menjadi tidak tenang, ada
permusuhan, penuh tekanan (Anonim, 2008).

2. Bentuk Pelecehan seksual


Adapun bentuk-bentuk yang terjadi pelecehan seksual terhadap pekerja anak wanita
di Kecamatan Kota Kisaran Timur adalah seorang pekerja anak wanita berusaha
mencium, memukul patat, meraba paha, mengajak berkencan dengan memberikan
imbalan, memaksa melakukan hubungan seksual dengan ancaman (Survei
Pendahuluan, 2009).
BAB III
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan studi kasus. Pendekatan studi kasus dipilih karena bertujuan
untuk memahami secara mendalam suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau
sekelompok individu (Stake dalam Creswell 2015). Pada penelitian ini kasus yang
akan dipahami secara mendalam adalah faktor risiko penyebab terjadinya
pelecehanseksual pada anak.
BAB IV
IDENTITAS KORBAN :

Nama : TK/Tika (Nama samaran)

Umur : 19 Tahun

Pendidikan : SMA

Nama Ayah : Junaedi (Nama Samaran)

Nama Ibu : Awi (Nama Samaran)

Status : Belum Kawin

Jumlah Saudara : 3(Tiga)

Alamat : Jl.Pemancar Tvri, Kec.Curup Utara, Kab. Rejang Lebong

(Alamat tidak terlalu spesifik karena permintaan korban)

Kami bertemu dengan satu korban pencabulan yang bersedia menceritakan


pengalamannya yang dilecehkan oleh tiga temannya.Korban bersedia menceritakan
pengalaman terebut,tetapi dengan catatan menyamarkan identitas atau tanpa menyebutkan
data data pribadi korban.

Rejang lebong

Pada hari kamis 7 juli 2016 tepatnya pada saat pulang sekolah, TK yang saat itu sedang
berada dirumahnya dijemput oleh pacarnya yang bernama RD. TK berfikir bahwa ia akan
diajak jalan-jalan oleh sang pacar. Karena hal itulah TK meng-iyakan dan menuruti ajakan
RD. Tidak lama kemudian, mereka pun menuju kerumah RD. Saat tiba dirumah RD, ada 2
(dua) orang laki-laki teman RD sudah menunggu dirumahnya. Laki-laki teman RD bernama
AD dan HB.

Pada saat itu keadaan didalam rumah tidak ada keluarga RD, melainkan hanya ada TK
(korban) dan RD, AD dan HB (pelaku). TK mengatakan “saat itu saya kira hanya bermain
main saja, lama kelamaan saya dipegang-pegang dibagian tubuh saya, saya pun spontan
merontak, tetapi saya tetap dipaksa untuk dipegang/diraba oleh RD dan 2 orang teman RD.
Saat kemaluan saya dipegang, saya terkejut dan spontan berteriak” Setelah TK berteriak,
beberapa pelaku tersebut panik dan TK langsung berlari keluar rumah. TK dengan ketakutan
langsung menyuruh teman dekat sekolahnya untuk segera menjemput nya di TKP.

Saat itu TK panik, takut dan marah. Setelah kejadian tersebut, walaupun tidak terjadi apa-
apa di fisik TK, ia sulit berkomunikasi ditempat umum karena masih trauma dngan apa yang
terjadi. “saya hanya bercerita dengan teman terdekat saya yang saya percaya, karena saya
tidak bisa menyimpan rahasia ini dan membuat saya semakin tertekan” ujar TK untuk
mengatasi peristiwa tersebut. “saya disekolah menyendiri dan keseringan melamun” jawab
TK saat ditanyakan keadaannya setelah kejadian tersebut.

TK mengatasi dampak sosial yang ia alami tersebut dengan cara; “bercerita dengan teman
yang dipercaya dan lebih mendekatkan diri dengan tuhan” ujar korban. Orang yang
membantu TK dalam menyelesaikan peristiwa ini adalah teman dekat TK. Ketika teman
dekat TK mengetahui hal terebut. Sudah sebulan setelah kejadian ini, teman dekat TK
melihat TK selalu tertekan dan terbebani. Dan teman saya menyarankan TK untuk
memberitahukan langsung kepada orang tuanya.namu TK masih ragu dan takut. “saya akan
membantu kamu untuk memberitahukan orang tua kamu” ujar teman dekat korban.

TK tidak bisa mengungkapkan kejadian ini dengan orang lain dikarenakan TK malu dengan
kejadian ini. Tetapi TK merasa terbebani oleh karna itu TK hanya bercerita dengan teman
terdekatnya yang ia percaya.

Setelah korban dan teman dekatnya memberitahukan kepada keluarga korban, keluarga
korban melaporkan kepada pihak yang berwenang (kepolisian), dan ditindak lanjuti oleh
pihak yang berwenang tersebut.

Walaupun kejadian tersebut terjadi pada TK, TK masih tetap mempunyai cita cita dan
harapan karena bagian tersebut belum merenggut kebagian intim dan tidak ada bagian fisik
yang terluka/cidera serius untuk melanjuti cita citanya.

Masyarakat dilingkungan tempat tinggal korban memberikan tanggapan positif kepada


korban yaitu, ada masyarakat yang membantu dan memberikan semangat kepada korban.
Dan ada pula tanggapan negatif dari lingkungan korban yaitu, banyak yang mencibir serta
menjauhi saya.

Untuk masalah ganti rugi, korban tidak bisa bisa menjelaskannya.

Korban tidak mengalami kehamilan dalam peristiwa tersebut. Korban juga tidak ingin
melakukan perkawinan karena korban masih ingin melanjuti pendidikannya dan perjalanan
korban menuju cita citanya juga masih panjang.
BAB V
Kesimpulan
Pada kasus saudari TK banyak hal dapat kita dapat petik dan ambil hikmahnya.
Kekerasan seksual dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Ditambah
dampak yang muncul setelah itu amatlah banyak. Saudari TK sendiri misalnya, dimana
beliau membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk bisa menceritakan apa yang
menimpa dirinya kepada orang-orang terdekat. Belum lagi kondisi psikis yang juga ikut
terkena dampaknya oleh kejadian tersebut. Beruntung saja TK masih memiliki teman-teman
yang masih memiliki kepedulian terhadap dirinya.

Saran
Kekerasan seksual yang terjadi diindonesia tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak saja.
Kejadian yang banyak tentu membuat dampak sosial yang baru terhadap kehidupan sosial
diindonesia.Banyak pihak yang harus terlibat untuk menekan angka kasus ini supaya tidak
terjadi lagi. Yang utamanya kita kembali pada diri kita masing-masing dimana kita sebagai
seseorang pribadi yang mempunyai moral haruslah lebih menanamkan sikap peduli akan
lingkungan sosial. Khususnya dalam konteks kasus kekerasan seksual ini.

Anda mungkin juga menyukai