Anda di halaman 1dari 10

TUGAS INDIVIDU

PERAN BIDAN DALAM KEKERASAN RUMAH TANGGA (STUDI KASUS:


SUAMI BACOK ISTRI DI LOMBOK BARAT)

Disusun Oleh :

MAHARANI SITI ANJANI


NIM: 113422101

PROGRAM STUDI ILMUU KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAMZAR

LOMBOK TIMUR

Tahun 2023
A. Latar Belakang

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki peran

terhadap perkembangan sosial dan perkembagan kepribadian setiap anggota keluarga.

Sebuah keluarga yang harmonis ditandai dengan tidak adanya konflik, kekecewan,

ketegangan, dan ketidakpuasaan terhadap keadaan (emosi, fisik, mental, dan sosial).

Rumah tangga yang harmonis didukung oleh beberapa faktor yaitu kenyamanan,

kecocokan, adanya tujuan, dan kepercayaan. Sedangkan rumah tangga yang tidak

harmonis terjadi karena beberapa faktor diantaranya yaitu tidak adanya kecocokan

dan sering terjadinya konflik. Konflik KDRT seringkali terdapat di daerah-daerah

pinggir kota, khususnya di Nusa Tenggara Barat.

Pada tahun 2022 terjadi cukup banyak kasus kekerasan yang menimpa perempuan

dewasa dan anak-anak di Nusa Tenggara Barat. Angka kasus kekerasan terhadap

perempuan dewasa dan anak bahkan mencapai ribuan kasus. Dari data Dinas

Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga

Berencana (DP3AP2KB) Provinsi NTB, jumlah kekerasan terhadap perempuan

dewasa dan anak mencapai angka 1.022 kasus. Dengan rincian, jumlah kekerasan

pada perempuan dewasa mencapai 350 kasus, sedangkan, jumlah kekerasan pada

anak mencapai 672 kasus (Humas NTB Satu, 2023).

Salah satu daerah yang memiliki kasus KDRT yang lumayan tinggi adalah

Kabupaten Lombok Barat. Dimana pada tahun 2022 tercatat 78 kasus mengenai

KDRT di Lombok Barat. Salah satu kasus KDRT yang terjadi di Lombok Barat

1
adalah kasus suami mensuk leher istri. Adanya latar belakang dari permaslahan ini

bisa terjadi yaitu disebabkan adanya cekcok dalam rumah tangga.

Berdasarkan permasalahan diatas, kita dapat melihat bahwa permasalahan KDRT

di Lombok Barat masih marak dan cenderung terjadi. Bagaimana kemudian kasus

KDRT tiap tahunnya tetap terjadi. Maka diperlukan peran serta dari masyarakat atau

orang terdekat untuk dapat merespon dan membantu korban agar tidak semakin

marak terjadi. Pada studi kasus ini, penulis ingin menjelaskan bagaimana peran serta

yang dapat dilakukan dalam praktik prlayanan kebidanan.

B. Penyebab Terjadinya KDRT

Strauss A. Murray mengidentifikasi hal dominasi pria dalam konteks struktur

masyarakat dan keluarga, yang memungkinkan terjadinya kekerasan dalam rumah

tangga (marital violence) sebagai berikut:

a. Pembelaan atas kekuasaan laki-laki

Laki-laki dianggap sebagai superioritas sumber daya dibandingkan dengan

wanita, sehingga mampu mengatur dan mengendalikan wanita.

b. Diskriminasi dan pembatasan dibidang ekonomi

Diskriminasi dan pembatasan kesempatan bagi wanita untuk bekerja

mengakibatkan wanita (istri) ketergantungan terhadap suami, dan ketika suami

kehilangan pekerjaan maka istri mengalami tindakan kekerasan.

c. Beban pengasuhan anak

2
Istri yang tidak bekerja, menjadikannya menanggung beban sebagai pengasuh

anak.  Ketika terjadi hal yang tidak diharapkan terhadap anak, maka suami akan

menyalah-kan istri sehingga tejadi kekerasan dalam rumah tangga.

d. Wanita sebagai anak-anak

Konsep wanita sebagai hak milik bagi laki-laki menurut hukum, mengakibatkan

kele-luasaan laki-laki untuk mengatur dan mengendalikan segala hak dan

kewajiban wanita.  Laki-laki merasa punya hak untuk melakukan kekerasan

sebagai seorang bapak melakukan kekerasan terhadap anaknya agar menjadi

tertib.

e. Orientasi peradilan pidana pada laki-laki

Posisi wanita sebagai istri di dalam rumah tangga yang mengalami kekerasan

oleh suaminya, diterima sebagai pelanggaran hukum, sehingga penyelesaian

kasusnya sering ditunda atau ditutup.  Alasan yang lazim dikemukakan oleh

penegak hukum yaitu adanya legitimasi hukum bagi suami melakukan kekerasan

sepanjang bertindak dalam konteks harmoni keluarga.

Seperti kronologis yang terjadi pada latar belakang permasalahan diatas.

Kronologis terjadinya kasus KDRT ini terjadi di rumah orang tua tersangka,

bertempat di Dusun Ajok Jaya, Desa Tempos, Kecamatan Gerung, Kabupaten

Lombok barat. Tersangka berinisial MB (24) ini, tega menebas/membacok korban

yang merupakan istrinya sendiri inisial HR perempuan (28). Sehingga korban dengan

alamat yang sama dengan tersangka, harus mendapatkan perawatan secara intensif di

3
Rumah Sakit Gerung. Lantaran mengalami luka robek yang cukup dalam di bagian

leher belakang korban.

Peristiwa ini berawal dari keinginan tersangka MB, meminta HR atau istri

tersangka untuk mengantar membuat pasport di Mataram. Setelah selesai membuat

pasport, mereka tiba di Rumah orang tua tersangka, dan terjadi cekcok diantara

keduanya setelah itu tersangka melakukan KDRT dengan cara mengayunkan senjata

tajam jenis parang sebanyak dua kali ke arah korban, tetapi hanya mengenai satu kali

pada bagian kepala belakang korban. Akibatnya, korban mengalami luka robek yang

cukup dalam.

Pada kasus ini permasalahan KDRT yang dialami oleh HR lebih kepada

pembelaan atas kekuasaan laki-laki. Yang diketahui MB tersulut emosinya

dikarenakan HR menanyakan kembali dan membahas perihal kebernagkatan MB

keluar negeri. Merasa dirinya tidak benar dan tidak ingin disalahkan kemudian MB

memberikan serangan fisik yang kemudian Atas perbuatannya, tersangka MB

terancam dengan Pasal 44 Ayat (2) dan ayat (4) Undang-undang No.23 Tahun 2004

tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Humas Polres Lobar, 2023).

C. Solusi Sebagai Bidan

Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan

strategis. Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan

paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan

dan pemberdayaan masyarakat. Bidan memiliki peran penting dalam pelayanan

4
kesehatan perempuan yang mampu mengidentifikasi dan membantu mengatasi

masalah kekerasan terhadap istri.

Peran bidan dalam pencegahan kekerasan terhadap istri adalah memberikan

pendidikan tentang pencegahan kekerasan terhadap istri kepada masyarakat,

memberikan arahan pada kader. Sebagai penggerak, bidan memberikan motivasi

kepada masyarakat dan kader untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang bertujuan

untuk pencegahan kekerasan terhadap istri. Sebagai fasilitator, bidan berupaya untuk

memfasilitasi kegiatan di masyarakat. Sebagai advokat, bidan membantu masyarakat

menentukan pilihan dalam melakukan pencegahan kekerasan terhadap istri. Sebagai

perantara, bidan menjembatani masyarakat untuk melaksanakan pencegahan

kekerasan terhadap istri (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012).

Adapun tahap-tahap penanganan kasus KDRT terhapa istri yang bisa bidan

aplikasikan ketika menemukan ciri-ciri adanya prilaku KDRT;

a. Anamnesis

Pertanyaan wawancara atau anamnesis dapat dilakukan oleh seorang bidan,

untuk  memperoleh informasi pengalaman mengalami kekerasan, cara

anamnesis dibawah ini dapat digunakan.

1. Pertanyaan Langsung

Beberapa contoh pertanyaan langsung sebagai berikut :

 Pada zaman sekarang sudah tidak pantas bahwa seorang

perempuan menjadi korban kekerasan  baik fisik psikologis dan

5
seksual dalam kehidupannya yang kemungkinan akan berakibat

pada kesehatan di waktu yang akan datang. apakah ibu pernah

mengalaminya?

 Kadang-kadang bila saya melihat luka seperti ini sering berkaitan

dengan luka pukul oleh seseorang, apakah hal ini juga dialami

oleh ibu?

 Apakah pasangan atau bekas pasangan anda penah memukul atau

menyakiti?

 Apakah suami atau pasangan anda pernah memaksa anda untuk

melakukan hubungan intim?

 Apakah anda pernah mengalami perlakuan yang berkaitan dengan

masalah seksual pada masa kanak-kanak?

2. Menggunakan format pertanyaan yang digunakan dalam format

pencatatan pasien

Beberapa pertanyaan standar yang dapat dimasukan ke dalam format

pencatatan atau status medic pasien sebagai berikut:

 Apakah anada mengalami atau pernah mengalami kekerasan yang

dilakukan pasangan anda ?

 Apakah anda pernah diperkosda atau dipaksa melakukan hubungan

intim ?

6
 Apakah anda pernah mengalami kekerasan seksual pada masa

kanak-kanak?

b. Pengenalan Kasus

Korban KDRT tidak selalu mau berterus terang pada kunjungan pertama yang

mungkin disebabkan oleh rasa takut atau belum mampu mengemukakan masalahnya

kepada orang lain termasuk bidan. dalam keadaan ini bidan diharapkan dapat

mengenali korban dan memberikan dukungan agar ia mau membuka diri tanda dan

gejala kekerasan yang dapat diamat antara lain:

1. Kekerasan Domestik / Rumah Tangga

 Keluhan khoris tanpa adanya penyakit dan kelainan fisik yang jelas

 Cidera yang sebabnya tidak dikemukakan secara jelas

 Pasangan pria yang terus menerus mengawasi dan tidak mau

meninggalkan korban

 Trauma fisik selama kehamilan

 Memeriksakan kehamilan pada kehamilan yang lebih lanjut

 Riwayat percobaan bunuh diri atau ingin bunuh diri

 Tak segera mencari pertolongan medis setelah mengalami cedera

 Ada infeksi saluran kencing atau nyeri panggul kronis

 Syndrome gangguan pencernaan

2. Kekerasan Seksual

 kehamilan anak usia 12 tahun pra nikah

7
 PMS pada anak kecil atau remaja

 Perdarahan atau gatal pada vagina

 BAB atau BAK disertai rasa nyeri

 Nyeri perut atau panggul

 Gangguan seksual sulit menikmati senggama Vaginitis

 Cemas, depresi, sikap merusak, menyakiti diri, obesitas, gangguan

tidur, ketergantungan terhadap alcohol atau narkoba

 Gangguan fisik yang tidak jelas sebabnya

 Menolak / tidak mau diperiksa panggul

 Berganti-ganti pasangan

Pada studi kasus diatas, peran bidan yang bisa dilakukan dalam mengatasi

masalah kekerasan fisik dalam rumah tangga antaralain mensuport secra psikologis

korban, melakukan pendampingan, melakukan perawatan fisik korban dan

merekomendasikan crisis woman center. Dengan begitu korban akan lebih terbantu

secara psikologis dan dapat segera pulih.

D. Kesimpulan

Kekerasan dalam rumah tangga merupakan perbuatan terhadap seseorang yang

berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis

dan penelantaran rumah tangga, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan

pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup

rumah tangga. Maka dari itu di dalam sebuah rumah tangga dibutuhkan komunikasi

8
yang baik antar keluarga, agar tercipta sebuah rumah tangga yang rukun dan

harmonis. Jika di dalam sebuah rumah tangga tidak ada keharmonisan dan kerukunan

diantara keluarga, maka hal tersebut dapat menjadi pemicu timbulnya kekerasan

dalam rumah tangga.

DAFTAR PUSTAKA
Humas NTB Satu. (2023). Ada 1.022 Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan Dewasa
dan Anak di NTB selama 2022. Retrieved from NTBSATU.com website:
https://ntbsatu.com/2023/01/02/ada-1-022-kasus-kekerasan-terhadap-
perempuan-dewasa-dan-anak-di-ntb-selama-2022.html
Humas Polres Lobar. (2023). Setelah Melakukan Upaya Pengejaran, Polsek Gerung
Berhasil Amankan Tersangka KDRT. Retrieved from Lobar.NTB.Polri website:
https://lobar.ntb.polri.go.id/2022/11/03/setelah-melakukan-upaya-pengejaran-
polsek-gerung-berhasil-amankan-tersangka-kdrt/
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Pedoman Pengendalian
Kekerasan Dalam Rumah Tangga. 46. Retrieved from
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/dokumen-ptm/pedoman-pengendalian-
kekerasan-dalam-rumah-tangga

Anda mungkin juga menyukai