Disusun Oleh :
KELOMPOK IV
ANDI RISJAN
DAVID CASSA
EGI MUNANDAR
HERU BAKTIRINI
INNA
MUNAWAROH
OKTI
SUFI
TUTY A
YUNI
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH JAKARTA
2015
Kasus 1 (KDRT)
Seorang wanita berusia 30 tahun sedang hamil 4 bulan datang ke P2TP2A untuk
melaporkan tindakan suaminya yang sering memukulinya. Sang istri sudah tidak
kuat lagi dengan tindakan suaminya itu. Dia sering dipukuli dengan menggunakan
tangan/ benda-benda di sekitarnya. Suami sering memukuli istri jika istri tidak
memenuhi kebutuhannya dan terkadang suaminya sering melakukan kekerasan
dalam hubungan seksual. Tidak hanya tindakan memukuli istri namun perilaku
dan ucapan kasar dari suami kerap kali dilontarkan kepada sang istri. Mata
pencarian suami adalah tukang becak yang sudah sering tidak bekerja karena sepi
penumpang maka istri sudah tidak pernah menerima nafkah lagi dari suaminya.
Mereka tinggal di perkampungan kumuh pinggiran sungan ciliwung. Anak 2
orang saat ini sedang hamil anak ketiga. Sang istri menceritakan bahwa sang
suami sering memukuli istrinya karena masalah sepele, suaminya sudah sering
memukuli mulai usia pernikahan 3 tahun . Saat dilakukan pemeriksaan terhadap
istri terdapat luka lebam disekujur badan, tampak sering menangis dan ketakutan.
Sering menyendiri dan tampak murung
A. Definisi
Pengertian kekerasan menurut WHO (1999) Kekerasan adalah .penggunaan
kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri,
perorangan atau sekelompok orang (masyarakat) yang mengakibatkan atau
kemungkinan besar mengakibatkan memar atau trauma, kematian, kerugian
psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak.
Sedangkan, definisi dari kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT menurut
UU no. 23 tahun 2004 adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau pederitaan secara
fisik, seksual, psikologis dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Maka dapat disimpulkan bahwa KDRT adalah penggunaan kekuatan fisik dan
ancaman terhadap seorang individu didalam keluarga terutama istri
2.
kota.
- Masyarakat keluarga ketergantungan obat
- Lingkungan dengan frekuensi dan kriminalitas yang tinggi
Faktor Keluarga
- Adanya anggota keluarga yang sakit dan membutuhkan bantuan
terus-menerus, misalnya anak dengan kelainan mental dan orang
3.
keluarga.
- Sifat kehidupan keluarga inti bukan keluarga luas.
Faktor Individu
Di Amerika Serikat, mereka yang mempunyai resiko lebih besar
mengalami kekerasan dalam rumah tangga ialah sebagai berikut :
-
Faktor Presdiposisi
a. Faktor Psikologis
Psycoanalytical Theory; Teori ini mendukung bahwa perilaku agresif
merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat bahwa
perilaku manusia di pengaruhi oleh dua insting. Pertama insting hidup
yang dapat di ekspresikan dengan seksualitas; dan kedua, insting
kematian yang diekspresikan dengan agresivitas.
Frustation agression theory ; teori yang dikembangkan oleh pengikut
Freud ini berawal dari asumsi, bahwa bila usaha seseorang untuk
(1977) ini mengemukakan bahwa agresi tidak berbeda dengan responrespon yang lain. Agresi dapat di pelajari melalui observasi atau imitasi,
dan semakin sering mendapatkan penguatan makan semakin besar
kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan merespon terhadap
keterbangkitaan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang
di pelajarinya. Pembelajaran ini bisa internal atau ekternal. Contoh
internal; orang yang mengalami keterbangkitan seksual karena
menonton film erotis menjadi lebih agresif dibandingkan mereka yang
tidak menonton film tersebut; seseorang anak yang marah karena tidak
boleh beli es kemudian ibunya memberinya es agar si anak
mendapatkan apa yang dia inginkan. Contoh eksternal; seorang anak
menunjukan perilaku agresif setelah melihat seseorang dewasa
mengekspresikan berbagai bentuk perilaku agresif terhadap sebuah
boneka.
Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma
dapat membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang dapat
diterima atau tidak dapat diterima. Sehingga dapat membantu individu
untuk mengekspresikan marah dengan cara asertif.
c. Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif
mempunyai dasar biologis. Penelitian neurobiologi mendapatkan bahwa
adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus (yang
berada di tengah sistem limbik binatang ternyata menimbulkan perilaku
agresif). Perangsangan yang diberikan terutama pada nukleus
periforniks
hipotalamus
dapat
menyebabkan
seekor
kucing
Faktor Presipitasi
Secara umum, seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa
dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau
lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang.
Ketika seseorang merasa terancam, mungkin dia tidak menyadari sama
sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Oleh karena itu, baik
perawat maupun klien harus bersama-sama mengidentifikasikannya.
Ancaman dapat berupa internal ataupun eksternal. Contoh stressor
eksternal yaitu serangan secara psikis, kehilangan hubungan yang di
anggap bermakna dan adanya kritikan dari orang lain. Sedangkan stressor
dari internal yaitu merasa gagal dalam bekerja, merasa kehilangan orang
yang dicintainya, dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita.
Bila dilihat dari sudut perawat-klien, maka faktor yang mencetuskan
terjadinya perilaku kekerasan terbagi dua, yaitu :
-
Klien
Lingkungan
tersebut.
Mereka
ditakuti
agar
mereka
penganiayaan
emosional
dengan
meremehkan
atau
dibayangkan,
biasanya
menyebabkan peningkatan
prilaku
of
violence
prevention
melaporkan
bahwa
studi
belajar dari melihat orang tua mereka bahwa kekerasan ialah cara
menyelesaikan konflik dan bagian integral dalam suatu hubungan dekat.
Akan tetapi tidaak semua orang menyaksikan kekerasan dalam keluarga
menjadi penganiayaa atau pelaku kekerasan ketika dewasa sehingga
faktor tunggal ini saja tidak menjelaskan prilku kekerasan yang terus
ada.
Kekerasan Fisik
Kekerasan Fisik Berat, berupa penganiayaan berat seperti menendang;
memukul,
menyundut;
melakukan
percobaan
pembunuhan
atau
Kekerasan Psikis
Kekerasan Psikis Berat, berupa tindakan pengendalian,
manipulasi,
3. Gangguan fungsi tubuh berat (seperti tiba-tiba lumpuh atau buta tanpa
indikasi medis)
4. Depresi berat atau destruksi diri
5. Gangguan jiwa dalam bentuk hilangnya kontak dengan realitas seperti
skizofrenia dan atau bentuk psikotik lainnya
6. Bunuh diri
Kekerasan Psikis Ringan, berupa tindakan pengendalian, manipulasi,
eksploitasi, kesewenangan, perendahan dan penghinaan, dalam bentuk
pelarangan, pemaksaan, dan isolasi sosial; tindakan dan atau ucapan yang
merendahkan atau menghina; penguntitan; ancaman kekerasan fisik, seksual
dan ekonomis yang masing-masingnya bisa mengakibatkan penderitaan psikis
ringan, berupa salah satu atau beberapa hal di bawah ini:
1. Ketakutan dan perasaan terteror
2. Rasa tidak berdaya, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan
untuk bertindak
3. Gangguan tidur atau gangguan makan atau disfungsi seksual
4. Gangguan fungsi tubuh ringan (misalnya, sakit kepala, gangguan
pencernaan tanpa indikasi medis)
5. Fobia atau depresi temporer
Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual berat, berupa:
Kekerasan Ekonomi
terhadap
berkurangnya
produktifitas,
kontribusi
misalnya
terhadap
mengakibatkan
masyarakat,
kemampuan
dari keadaan emosional kita yang di proyeksikan ke lingkungan, kedalam diri atau
secara destruktif.
Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap
kecemasan/ kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman
(Stuart & Sundeen, 1995).
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996).
Perasaan marah normal terjadi pada setiap individu, namun perilaku yang
dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfungsi sepanjang rentang adaptif
dan mal adaptif.
Adaptif
Asertif
Maladaptif
Frustasi
Pasif
Agresif
Amuk
FAKTA
1. Suami memukul isteri karena kesalahan isteri berdasarkan standar
nilai si suami.
2. KDRT terjadi pada pasangan yang memulai perkawinan dengan dasar
saling cinta.
3. KDRT dilakukan oleh suami yang normal (tidak punya kelainan jiwa).
4. KDRT banyak juga terjadi pada pasangan yang kondisi sosial
ekonominya tinggi.
5. KDRT dilakukan oleh suami yang tidak mabuk, tidak kalah judi, bahkan
sukses di dalam karir
6. KDRT dilakukan oleh suami yang mampu bergaul dengan baik dan
santun kepada semua orang
7. KDRT adalah persoalan perempuan dan laki-laki di seluruh dunia
8. KDRT justru bisa terjadi karena intens tingkat hubungan yang
melampaui standar masing-masing
9. Pemukulan terhadap isteri bisa terjadi dalam keadaan dan kondisi apa
saja
10. Pemukulan terhadap isteri justru dengan alasan diperbolehkan agama
wadah
atau
asosiasi
para
korban
ilmu
Silence
is
golden,
baru
spiritual,
upaya
pencegahan
sekunder
dengan
pusat
pelayanan
perempuan
yang
diberbagai
terintegrasi
bidang
dalam
upaya
pembangunan,
serta
kekerasan,
termasuk
perdagangan
orang,
yang
dibentuk
Smith
dijulio&holzapfel, 1998)
1. Riwayat keluarga yang miskin cinta kasih sayang dan rasa aman
2. Harapan yang tidak realistis terhadap orang lain
3. Menyalahkan beberapa faktor diluar dirinya diatas semua kesalahan
yang terjadi, menyalahkan istri karena telah membuat marah
4. Menyangkal tindak kekerasan yang telah dilakukan / menyepelekan
keparahan yang terjadi
5.
6.
7.
8.
Bersikap imupulsif
Terlalu bergantung dan cemburu terhadap pasangannya
Rasa takut kehilangan pasangannya
Percaya pada supremasi pria
J. UU PKDRT
Dengan telah disahkan Undang-Undang No.23 tahun tahun 2004
mengenai Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT) yang
terdiri dari 10 bab dan 56 pasal, diharapkan adanya perlindungan hukum
bagi anggota keluarga khususnya perempuan, dari segala tindak kekerasan
dalam rumah tangga.
Asas
Berdasarkan UU PKDRT pasal 3, penghapusan kekerasan dalam rumah
tangga dilaksanakan berdasarkan asas:
a.
b.
c.
d.
Tujuan
Berdasarkan UU PKDRT pasal 4, penghapusan kekerasan dalam rumah tangga
bertujuan:
a.
b.
c.
d.
Hak-Hak Korban
Berdasarkan UU PKDRT pasal 10, korban berhak mendapatkan:
a. Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, advokat,
lembaga sosial, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan
penetapan perintah perlindungan dari pengadilan
b.
c.
e.
a.
Tenaga kesehatan
b.
Pekerja sosial
c.
Relawan pendamping
d.
Pembimbing rohani
Kewajiban Pemerintah
c.
a.
b.
d.
a.
b.
c.
d.
kesanggupan
untuk
memenuhi
perintah
perlindungan
dari
hak-hak
korban
untuk
mendapatkan
perlindungan,
serta
5) Keterangan terdakwa
Alat bukti keterangan terdakwa didapatkan pada urutan terakhir dari alatalat bukti yang ada dan uraiannya terdapat dalam pasal 189 KUHAP.
Dinyatakan bahwa keterangan terdakwa adalah apa yang terdakwa
nyatakan di siding tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui
sendiri atau alami sendiri.
Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah yang termasuk ke
dalam keterangan ahli sebagaimana tertulis dalam pasal 184 KUHAP.
Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara
pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusa. Visum et repertum
menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang
tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap
sebagai pengganti benda bukti. Visum et repertum juga memuat
keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik
tersebut yang tertuang dalam bagian kesimpulan.
K. PERAN PERAWAT
Perawat memiliki
peran
utama
yaitu
dalam
meningkatkan
dan
Prinsip Etik
1. Respect (Hak untuk dihormati)
Perawat harus menghargai hak-hak pasien/klien
2. Autonomy (hak pasien memilih)
Hak pasien untuk memilih treatment terbaik untuk dirinya
3. Beneficence (Bertindak untuk keuntungan orang lain/pasien)
Kewajiban untuk melakukan hal tidak membahayakan pasien/ orang lain dan
secara aktif berkontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan pasiennya
2. Kumpulkan fakta-fakta
3. Evaluasi tindakan alternatif dari berbagai perspektif etik.
4. Buat keputusan dan uji cobakan
5. Bertindaklah, dan kemudian refleksikan pada keputusan tsb
Aspek Legal dalam Praktik Keperawatan
Tercantum dalam:
- UU No. 23 tahun 1992 ttg Kesehatan
- PP No. 32 tahun 1996 ttg Tenaga Kesehatan
- Kepmenkes No. 1239 tahuun 2001 ttg Registrasi dan Praktik Perawat
Area Overlapping (Etik Hukum )
a. Hak Hak Pasien
b. Informed-consent
Hak-hak Pasien :
1.Hak untuk diinformasikan
2.Hak untuk didengarkan
3.Hak untuk memilih
4.Hak untuk diselamatkan
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Nama
: Ny.-
Usia
: 30 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pendidikan
:-
Alamat
:-
Pekerjaan
:-
Agama
:-
a. Keluhan Utama
Kekerasan Psikis: Perilaku dan ucapan kasar dari suami kerap kali
dilontarkan pada sang istri
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
TTV
Pemeriksaan Luka
Psikososial
ketakutan, sering
menyendiri dan tampak murung
Status mental
Penampilan
ANALISA DATA
DATA
DS : Istri mengaku sering
ETIOLOGI
Faktor penyebab KDRT
terhadap suami,
MASALAH
KEPERAWATAN
Ansietas
DS : DO : Tampak sering
Ansietas
Perilaku kekerasan terhadap
istri
menyendiri dan
ketakutan
Murung.
benda
Trauma Psikis
Gangguan konsep diri :
DS : -
DO : terdapat luka di
istri
sekujur tubuh
Lebam
Gangguan integritas kulit
6. Gunakan
pakaian
longgar
2.
Ansietas b.d
koping
individu tid
efektif d.d
klien tampak
sering
menangis dan
ketakutan
Tujuan
Umum:
Klien dapat
mengurangi
ansietasnya sampai
tingkat sedang atau
ringan.
Khusus:
Klien percaya
terhadap perawat,
ketakutan mulai
menghilang dan
tampak tegar
menghadapi
masalahnya.
dan pakaian.
yang
7. mempercepat
penyembuhan luka
7. perhatikan
jadwal istirahan
klien
1. Sapa klien
1. menciptakan kesan
dengan ramah,
yang baik di awal
baik verbal
pertemuan
maupun
nonverbal
(lakukan
komunikasi
terpetik)
2. menghilangkan
2. Yakinkan klien
kecurigaan klien
dalam keadaan
pada perawat
aman dan
perawat siap
menolong dan
mendampinginy
a
3. Yakinkan
3. klien lebih mudah
bahwa
untuk terbuka
kerahasiaan
klien akan tetap
terjaga
4. Keterbukaan dan
4. Tunjukkan
meningkatkan
sikap terbuka
rasa percaya klien
dan jujur
terhadap perawat
5. meningkatkan
kepercayaan dan
5. Perhatikan
kerjasama klien
kebutuhan dasar
sehingga lebih
dan beri
memudahkan
bantuan untuk
perawat dalam
memenuhinya
memberikan
intervensi
6. Kondisi
6. Kurangi
stimulus
lingkungan dan
batasi interaksi
klien dengan
klien lain.
7.
disku
sikan semua
masalah yang
dialami klien
8.
lingkungan dapat
memengaruhi
tingkat ansietas
7. menurunkan
ansietas dan
membuka jalan
penyelesaian
masalah klien
8. penjelasan dan
respon positif
dapat
mengurangi
ansietas.
berik
an penjelasan
dan respon
positif terhadap
masalah klien
1.
3.
Gangguan
Konsep diri:
harga diri
rendah b.d
1.
2.
d.d klien
tampak sering
menyendiri
dan murung 3.
4.
5.
1.memberikan rasa
nyaman klien terhadap
perawat
2.meningkatkan hub
trust antara perawat
dan k lien
1.
akibat yang
dirasakan dari
menarik diri.
5. Diskusikan
keuntungan
berinteraksi
dengan orang
lain.
6. Bantu klien
mengidentifikasi
kemampuan
yang dimiliki
klien untuk
bergaul.
7. Lakukan
interaksi sering
dan singkat
dengan klien
8. Motivasi /
temani klien
untuk
berinteraksi
dengan orang
yang dipercaya
dan mampu
membantu
permasalahan
klien
9. Bantu klien
melakukan
aktivitas hidup
sehari-hari
dengan interaksi.
10. Fasilitas
hubungan klien
4.memberikan
pengetahuan dan
motivasi yang bisa
memperbaiki konsep
diri klien
5.mendorong
terjadinya interaksi
dengan orang lain
6. Kemampuan klien
mengidentifikasi
penyebab menarik diri
akan meningkatkan
kesadaran dan
kerjasama klien
7.interaksi singkat dan
sering melatih klien
berani berinteraksi
dengan yang lain
8.dapat membantu
permasalahan klien
9.Berkenalan /
berkomunikasi dengan
orang-orang di sekitar
klien membantu klien
untuk memulai
hubungan sosial
10.Keluarga
dengan keluarga merupakan bagian
secara terapeutik. terdekat klien yang
sangat berperan dalam
11. Diskusikan
upaya peningkatan
dengan klien
kesehatan klien
setiap selesai
11.Pengetahuan
interaksi atau
perawat mengenai
kegiatan
kondisi klien dalam
berhubungan social
memudahkan perawat
dalam mengukur
keberhasilan intervensi
12.Pujian atas
12. Beri pujian
pengungkapan
terhadap
perasaan membuat
kemampuan
merasa dihargai
klien
mengungkapkan sehingga semakin
termotivasi
perasaannnya
Step7 (reporting)
1
Definisi
KDRT adalah kekerasan yan dilakukan di dalam rumah tangga oleh istri
atau suami sehingga menimbulkan kesengsaraan atau penderitaan seksual,
psikologis, dan fisik.
Etiologi
Sisi mikro: keteladanan orang tua sperti sompan santun, kasih sayang,
kepemimpinan otoriter, rendahnya pemahaman fungsi masing-masing, unsur
kegoan (menang dan benar sendiri), rendah interaksi.
Sistem ekonomi pada keluarga, hilangnya harga diri, belum siap menikah,
kekerasan di dalm lingkungan.pandangan di dalam keluarga kekerasan
dianggap sebagai pemecah masalah kdrt.
Bentuk KDRT
Penelantaran
Dampak
Fisik bisa mengakibatkan trauma fisik berat bahkan kematian, saat hamil
beresiko pada ibu dan janin, meningkatkan angka kesakitan.
suami:
TD
meningkat,mudah
dan
nadi
tersingguang,
meningkat,
perilaku
mual,
agresif
frekuensi
pasif,
BAB
sinis,
lingkungan:ancaman
kerja jantung
5
metabolisme
meningkat energi
meningkatkan
TD meningkat
Pencegahan
Tersier-rehabilitasi pada anak dan keluarga yang terlibat yaitu individu dan
lingkungan, saling percaya, seorang istri harus mengontrol keuangan
keluarga
Siklus kdrt, harapan, konflik-tidak ada respon baik-kekerasan- minta maafbulan madu semu
Memberi penjelasan hak tentang hak istri, pada pria tentang wewenang pada
istri.
Tanda-tanda KDRT
Isolasi sosial- perilaku merahasiakan masalah
Penanganan
Lakukan forum
Memberikan sanksi
Kesetaraan gender
Menyiapkan obat-obatan
Laporkan ke polisi
Mitos KDRT
DAFTAR PUSTAKA