Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin
kami tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad
SAW.
Kelompok 3
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh
manusia. Dalam keluarga, manusia belajar untuk mulai berinteraksi dengan
orang lain. Oleh karena itulah umumnya orang banyak menghabiskan
waktunya dalam lingkungan keluarga. Sekalipun keluarga merupakan lembaga
sosial yang ideal guna menumbuhkembangkan potensi yang ada pada setiap
individu, dalam kenyataannya keluarga sering kali menjadi wadah bagi
munculnya berbagai kasus penyimpangan atau aktivitas ilegal lain sehingga
menimbulkan kesengsaraan atau penderitaan, yang dilakukan oleh anggota
keluarga satu terhadap anggota keluarga lainnya seperti penganiayaan,
pemerkosaan, pembunuhan. Situasi inilah yang lazim disebut dengan istilah
Kekerasan dalam Rumah Tangga.
Kekerasan dalam rumah tangga telah menjadi wacana tersendiri dalam
keseharian. Pada umumnya, dalam struktur kekerabatan di Indonesia kaum
laki-laki ditempatkan pada posisi dominan, yakni sebagai kepala keluarga.
Dengan demikian, bukan hal yang aneh apabila anggota keluarga lainnya
menjadi sangat tergantung kepada kaum laki-laki. Posisi laki-laki yang
demikian superior sering kali menyebabkan dirinya menjadi sangat berkuasa di
tengah-tengah lingkungan keluarga. Bahkan pada saat laki-laki melakukan
berbagai penyimpangan kekerasan terhadap anggota keluarga lainnya dimana
perempuan dan juga anak menjadi korban utamanya tidak ada seorang pun
dapat menghalanginya.
Oleh karena itu para aktivis dan pemerhati perempuan sangat
memperjuangkan lahirnya. Undang-Undang Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga (UU PKDRT).
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Kekerasan dalam Rumah Tangga ?
2. Apa etiologi Kekerasan dalam Rumah Tangga ?
3. Apa dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga pada keluarga : usia
sekolah, dewasa, lansia ?
4. Bagaimana pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga ?
5. Bagaimana bentuk-bentuk Kekerasan Rumah Tangga ?
6. Bagaimana kerakteristik dalam Kekerasan Rumah Tangga?
7. Bagaimana peran perawat dalam kasus Kekerasan Rumah Tangga?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan Kekerasan dalam Rumah Tangga ?
C. Tujuan
1. Memahami definisi Kekerasan dalam Rumah Tangga
2. Memahami etiologi Kekerasan dalam Rumah Tangga
3. Memahami dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga pada keluarga : usia
sekolah, dewasa, lansia
4. Memahami pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga
5. Memahami bentuk-bentuk Kekerasan Rumah Tangga
6. Memahami kerakteristik dalam Kekerasan Rumah Tangga
7. Memahami peran perawat dalam kasus Kekerasan Rumah Tangga
8. Memahami Asuhan Keperawatan Kekerasan dalam Rumah Tangga
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Pengertian kekerasan menurut WHO (1999) Kekerasan adalah
.penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap
diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang (masyarakat) yang
mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar atau trauma,
kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak.
Berdasarkan Undang-Undang tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (KDRT) No. 23 Tahun 2004 menjelaskan bahwa Kekerasan
dalam Rumah Tangga merupakan setiap perbuatan pada seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah tangga termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara hukum dalam lingkup rumah tangga. Yang ditandai
dengan hubungan antar anggota keluarga yang diwarnai dengan penyiksaan
secara verbal, tidak adanya kehangatan.
Kekerasan dalam rumah tangga merupakan salah satu dari
permasalahan sosial yang penting sekali dimana perempuan ditempatkan dalam
posisi lebih rendah dibandingkan laki-laki. (Darmono & Diantri, 2008)
Kekerasan dalam keluarga mencakup penganiayaan fisik, emosional,
dan fisik pada anak-anak, pemukulan pasangan, pemerkosaan, dan
penganiayaan lansia. (Sheila L.Videbeck.2008)
Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan pada
seseorang terutama pada perempuan dalam bentuk penganiayaan fisik,
emosional, seksual pada anak, pengabaian anak dan lansia yang berakibat
timbulnya.kesengsaraan, kekerasan dalam lingkup rumah tangga.
Maka dapat disimpulkan bahwa KDRT adalah penggunaan kekuatan
fisik dan ancaman terhadap seorang individu didalam keluarga terutama istri
(perempuan) yang mengakibatkan trauma baik secara fisik maupun psikologis
4
B. Etiologi
5
C. Dampak
6
7. Sering tidak makan dengan benar
8. Menghambat pertumbuhan dan belajar
9. Menderita banyak gangguan kesehatan
c. Dampak pada suami :
1. Merasa rendah diri, pemalu, dan pesimis
2. Pendiam, cepat tersinggung, dan suka menyendiri
d. Dampak terhadap masyarakat
1. Siklus kekerasan akan terus berlanjut ke gerasi yang akan datang
2. Anggapan yang keliru akan tetap lestari bahwa pria lebih baik dari
wanita
3. Kualitas hidup manusia akan berkurang karena wanita tidak berperan
serta dalam aktivitas masyarakat bila wanita tersebut dilarang
berbicara atau terbunuh karena tindakan kekerasan
4. Efek terhadap produktifitas, misalnya mengakibatkan berkurangnya
kontribusi terhadap masyarakat, kemampuan realisasi diri dan kinerja,
dan cuti sakit bertambah sering
7
kesehatan fisik dan mental dua kali lebih besar dibandingkan yang tidak
menjadi korban termasuk tekanan mental, gangguan fisik, pusing, nyeri
haid, terinfeksi penyakit menular
D. Pencegahan
Pencegahan primer : dengan cara memberikan penguatan pada individu
dan keluarga dengan membangun koping yang efektif dalam menghadapi
stress dan menyelesaikan masalah tanpa menggunakan kekerasan.
Pencegahan sekunder : dengan cara mengidentifikasi keluarga dengan
resiko kekerasan, penelataran, atau eksploitasi terhadap anggota keluarga,
serta melakukan deteksi dini terhadap keluarga yang mulai menggunakan
kekerasan.
Pencegahan tersier : dilakukan dengan cara menghentikan tindak
kekerasan yang terjadi bekerja sama dengan badan hukum yang
berwenang untuk menangani kasus kekerasan.
E. Bentuk-bentuk kekerasan
1. Kekerasa fisik : perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau
luka berat seperti menampar, menendang, mencakar, dan lain sebagainya.
2. Kekerasan psikis : perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya
rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, dan rasa tidak
berdaya. Seperti : berkata kasar, menghina, dan lain sebagainya.
3. Kekerasan seksual : setiap perbuatan yang memaksa hubungan seksual
a. Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan yang menetap dalam
lingkup rumah tangga tersebut.
b. Pemaksaan hubungan seksual dengan keluarga (yang tidak serumah).
4. Penelantaran rumah tangga : yaitu seseorang yang menelantarkan org
dalam lingkup rumah tangganya.
8
Biasanya anggota yang mengalami kekerasan cenderung menutupi apa
yang terjadi di dalam keluarga karena pelaku mengancam anggota
keluarga seperti mengancam memukul jika anggota keluarga memberi
tahu kejadian tersebut.
- Kekuasaan dan kontrol
Pelaku kekerasan biasanya mempunyai kekuasaan yang lebih tinggi dari
anggota-anggota keluarga sehingga pelaku hampir selalu berada dalam
posisi yang berkuasa dan memiliki kendali terhadap korban.
- Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan
50% - 90% pria yang memukul pasangannya dalam rumah tangga
memiliki riwayat penyalahgunaan zat.
G. Peran perawat
1. Peran sebagai pendidik (educator)
Meningkatkan pengetahuan ibu dan keluarga mengenai kekerasan dalam
rumah tangga khususnya mengenai pengertian, jenis, serta dampak.
2. peran sebagai pemberi konseling (counselor)
Disini perawat maternitas dapat berperandengan fokus meningkatkan
harga diri korban, memfasilitasi ekspresi perasaan korban dan terutama
untuk memberikan informasi dan dukungan agar korban korban dapat
mengambil langkah pengamanan. konseling tidak hanya ditujukan untuk
perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga. tetapi juga untuk
pelaku. tujuannya adalah untuk mendorong pelaku untuk mengambil
tanggung jawab dalam menghentikan tindak kekerasan dan meningkatkan
kualitas hidupnya sendiri.
3. Peran sebagai pemberi pelayanan keperawatan (caregiver)
9
peran perawat maternitas sebagai pemberi pelayanan keperawatan adalah
memberikan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian hingga pemberian
inteervensi dan evaluasi.perawat harus meningkatkan kepekaan dengan
tidak mengabaikan tanda- tanda bekas perlakuan kekerasan, secara cepat
dan dapat mengidentifikasikan masalah, menentukan apakah wanuta
terebut membutuhkan penanganan medis ataupun terapi khusus.
4. Peran sebagai penemu kasus dan peneliti (case finder researcher)
meningkatkan riset dan pendalaman dalam aspek prevensi, promosi dan
deteksi dini.
5. Peran sebagai pembela (advokat)
berperan sebagai advokat, perawat harus senantiasa terbuka untuk suatu
kerja sama yang baik dengan lembaga penyedia layanan pendampingan
dan bantuan hukum, mengadakan pelatihan mengenai perlindungan pada
korban tindak kekerasan dalam rumah tangga, melatih kader- kader (LSM)
untuk mampu menjadi pendampingan korban kekerasan.
6. Memeriksa kesehatan korban sesuai dengan standar profesi (anjurkan
segera lakukan pemeriksaan visum).
7. Memberikan informasi mengenai hak-hak korban untuk mendapatkan
perlindungan dari kepolisian dan penetapan perintah perlindungan dari
pengadilan.
8. Mengantarkan korban ke rumah aman atau tempat tinggal alternatif
(Ruang Pelayanan Khusus).
9. Melakukan koordinasi yang terpadu dalam memberikan layanan kepada
korban dengan pihak kepolisian, dinas sosial, serta lembaga sosoal yang
dibutuhkan korban
10. Sosialisasi Undang-Undang KDRT kepada keluarga dan masyarakat.
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data.
a. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom
bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat,
tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat.
Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya
kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal,
tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang
dikeluarkan saat marah bertambah.
b. Aspek emosional
Salah satu anggota yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak
berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul anggota yang lain ,
mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
c. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses
intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan
11
lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai
suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah,
mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses,
diklarifikasi, dan diintegrasikan.
d. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan
ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan anggota
keluarga yang lain lain. Individu seringkali menyalurkan kemarahan
dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga anggota keluarga
yang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang
berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan
individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti
aturan
e. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu
dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang
dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan
amoral dan rasa tidak berdosa. Dari uraian tersebut di atas jelaslah
bahwa perawat perlu mengkaji individu secara komprehensif meliputi
aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang secara singkat
dapat dilukiskan sebagai berikut : Aspek fisik terdiri dari :muka merah,
pandangan tajam, napas pendek dan cepat, berkeringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat. Aspek emosi : tidak
adekuat, tidak aman, dendam, jengkel. aspek intelektual :
mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan. aspek sosial :
menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.
2. Klasifikasi data
Data yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2
macam yaitu data subyektif dan data obyektif. Data subyektif adalah data
yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini didapatkan
melalui wawancara perawat dengan klien dan keluarga. Sedangkan data
12
obyektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui obsevasi
atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
3. Analisa data
Dengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan
permasalahan yang dihadapi keluarga dan dengan memperhatikan pohon
masalah dapat diketahui penyebab sampai pada efek dari masalah tersebut.
Dari hasil analisa data inilah dapat ditentukan diagnosa keperawatan.
4. Aspek Fisik
Aspek fisik terdiri dari :muka merah, pandangan tajam, napas pendek dan
cepat, berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah
meningkat. Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel.
aspek intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan.
aspek sosial : menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.
Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu
secara komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan
spiritual yang secara singkat dapat dilukiskan sebagai berikut.
B. Pohon Masalah
pelaku
Perilaku Kekerasan
HDR
korban
HDR
13
Koping individu tidak efektif
Diagnosis
Pasien Keluarga
Keperawatan
Resiko SP I SP I
Perilaku 1 Mengidentifikasi penyebab 1 Mendiskusikan masalah
Kekerasan PK yang dirasakan keluarga
2 Mengidentifikasi tanda dan dalam merawat pasien.
gejala PK 2 Menjelaskan pengertian PK,
3 Mengidentifikasi PK yang tanda dan gejala, serta
dilakukan proses terjadinya PK.
4 Mengidentifikasi akibat PK Menjelaskan cara merawat
5 Mengajarkan cara pasien dengan PK.
mengontrol PK
6 Melatih pasien cara kontrol SP II
PK fisik I (nafas dalam). 1. Melatih keluarga
7 Membimbing pasien mempraktekkan cara
memasukkan dalam jadwal merawat pasien dengan PK.
kegiatan harian. 2. Melatih keluarga melakukan
cara merawat langsung
SP II kepada pasien PK.
1 Memvalidasi masalah dan
latihan sebelumnya. SP III
Melatih pasien cara kontrol 1. Membantu keluarga
PK fisik II (memukul membuat jadwal aktivitas di
bantal / kasur / konversi rumah termasuk minum
14
energi). obat (discharge planning).
2 Membimbing pasien 2. Menjelaskan follow up
memasukkan dalam jadwal pasien setelah pulang
kegiatan harian.
SP III
1 Memvalidasi masalah dan
latihan sebelumnya.
Melatih pasien cara kontrol
PK secara verbal (meminta,
menolak dan
mengungkapkan marah
secara baik).
2 Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
SP IV
1 Memvalidasi masalah dan
latihan sebelumnya. Melatih
pasien cara kontrol PK
secara spiritual (berdoa,
berwudhu, sholat).
2 Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
SP V
1 Memvalidasi masalah dan
latihan sebelumnya.
2 Menjelaskan cara kontrol
PK dengan minum obat
(prinsip 5 benar minum
obat).
3 Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
Harga Diri SP I SP I
Rendah 1. Melatih pasien kegiatan Menjelaskan cara-cara
yang dipilih sesuai merawat pasien harga diri
kemampuan rendah
15
2. Membimbing pasien
memasukkan dalam SP II
jadwal kegiatan harian. 1. Melatih keluarga
mempraktekkan cara
SP II merawat pasien dengan
1. Memvalidasi masalah dan harga diri rendah
latihan sebelumnya. 2. Melatih keluarga
Melatih kegiatan kedua melakukan cara merawat
(atau selanjutnya) yang langsung kepada pasien
dipilih sesuai kemampuan harga diri rendah
2. Membimbing pasien
memasukkan dalam SP III
jadwal kegiatan harian. 1. Membantu keluarga
membuat jadwal aktivitas
di rumah termasuk minum
obat (discharge planning)
2. Menjelaskan follow up
pasien setelah pulang
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan pada
seseorang terutama pada perempuan dalam bentuk penganiayaan fisik,
emosional, seksual pada anak, pengabaian anak dan lansia yang berakibat
timbulnya kesengsaraan, kekerasan dalam lingkup rumah tangga. Yang
ditandai dengan hubungan antar anggota keluarga yang diwarnai dengan
penyiksaan secara verbal, tidak adanya kehangatan.
Kekerasan dalam rumah tangga terjadi karena adanya beberapa faktor
yaitu faktor individual, sosio budaya, ekonomi, religi. Kekerasan dalam
rumah tangga dapat berupa kekerasan fisik, psikologi, seksual, dan
penelantaran rumah tangga. Kekerasan dalam rumah tangga bisa berdampak
pada korban seperti sakit fisik, cacat mental, merasa ketakutan, menurunkan
seksualitas, keterlambatan dalam belajar, merasa tidak dihargai, depresi, dan
bisa berakibat kematian.
B. Saran
Dengan telah membacanya makalah ini, mahasiswa/I diharapkan dapat
mengerti, mengetahui tentang Asuhan Keperawatan Kekerasan dalam Rumah
tangga, serta tindakan-tindakan yang akan diambil dalam membuat Asuhan
17
Keperawatan yang bermutu dan bermanfaat bagi pasien. Serta dituntut untuk
bisa membandingkan antara teori dan kasus yang terjadi di lapangan atau
lahan praktek yang terkadang ketidaksinkronan dan kesinkronan yang wajar.
Semoga bermanfaat bagi semua mahasiswa dan membantu dalam pembuatan
Asuhan Keperawatan kelak.
DAFTAR PUSTAKA
Ramadani, M., & Yuliani, F. (2017). Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Kdrt)
Sebagai Salah Satu Isu Kesehatan Masyarakat Secara Global. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Andalas, 9(2), 80. https://doi.org/10.24893/jkma.v9i2.191
Budiyanto, Asti, arnika dwi, & Yuwono, P. (2015). Jurusan Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Gombong. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 11(1), 6–
18.
Zafirah, S. B., & Indriana, Y. (2016). Strategi Koping Korban Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (KDRT). Empati, 5(April), 229–235.
Kdrt, T., & Kota, D. I. (2015). Background : Domestic violence against his wife is
all forms of violence committed by a husband against his wife that resulted in
harm to physical , psychological , sexual and economic , including threats ,
deprivation of liberty which occur in household . 4(2), 53–61.
Darmono & Diantri, 2008. Kekerasan dalam Rumah Tangga dan Dampaknya
Terhadap Kesehatan Jiwa. Jakarta: FK.UI
18
Sheila L.Videbeck. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)
DISUSUN OLEH :
19
MARFIA UMAGAPY 142 2017 0025
20