PEMERIKSAAN REFLEKS
DI SUSUN
OLEH :
ENDANG ASTUTI
142 2017 0023
penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................ii
Daftar Isi.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2
A. Mekanisme Refleks..............................................................................3
B. Defenisi Refleks....................................................................................7
C. Prosedur Pemeriksaan Refleks.............................................................7
D. Aplikasi Klinis......................................................................................10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan..............................................................................................11
Daftar Pustaka................................................................................................14
Lampiran.........................................................................................................15
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa
memerlukan control dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan yang
terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih
dahulu. Contohnya gerak refleks misalnya berkedip, bersin atau
batuk.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Mekanisme Refleks
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak
yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak reflex. Untuk terjadi gerak refleks,
maka dibutuhkan struktur sebagai berikut: organ sensorik (yang menerima
impuls), serabut saraf sensorik (yang menghantarkan impuls), sumsum
tulang belakang (serabut-serabut saraf penghubung menghantarkan
impuls), sel saraf motorik (menerima dan mengalihkan impuls), dan organ
motorik (yang melaksanakan gerakan). Gerak refleks merupakan bagian
dari mekanika pertahanan tubuh yang terjadi jauh lebih cepat dari gerak
sadar, misalnya menutup mata pada saat terkena debu, menarik kembali
tangan dari benda panas menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Gerak
refleks dapat dihambat oleh kemauan sadar; misalnya, bukan saja tidak
3
melindungi, menginsulasi, dan secara umum membantu neuron (Campbell,
2004).
Pusat syaraf manusia terdiri dari dua bagian: otak dan sumsum
tulang belakang. Masing-masing bagian ini akan menghantarkan impuls
dari kelompok bagian tubuh yang berbeda. Mekanisme gerak. Tubuh kita
memiliki bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsang, yaitu
alat indera. Bagian tubuh ini disebut reseptor. Reseptor ini memiliki syaraf-
syaraf khusus yang bisa mendeteksi rangsangan tertentu. Misalnya:
rangsang cahaya pada mata , rangsang sentuhan, suhu, gesekan, rasa sakit
pada kulit , bau pada hidung, rasa pada lidah , suara pada telinga. Setelah
itu syaraf-syaraf yang disebut neuron reseptor ini akan mengirimkan sinyal
listrik menuju otak. Informasi ini akan diolah sesuai kehendak kita.
Kemudian otak akan mengirim respon menuju organ yang disebut efektor.
Efektor meliputi : otot, kelenjar, dll. Respon yang dikirim otak ini ada yang
dikirim secara otomatis, ada pula yang hanya dikirim bila kita
menghendakinya (Abim, 2010).
4
Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan
tubuh dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar, misalnya menutup mata
pada saat terkena debu, menarik kembali tangan dari benda panas yang
menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Gerak refleks dapat dihambat
oleh kemauan sadr, misalnya bukan saja tidak menarik tangan dari benda
panas bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan benda panas itu.
Saraf-saraf spinal. Tiga puluh satu saraf sumsum tulang belakang muncul
dari segmen-segmen medulla spinalis melalui dua akar, akar anterior dan
akar posterior. Serabut saraf motorik membentuk akar entrior yang berpadu
dengan serabut saraf sensorik pada akar posterior guna bersama
membentuk saraf spinalis gabungan. Penyatuan ini terjadi sebelum serabut
saraf itu melintasi foramen intervertebrali, tetapi segera setelah itu
membagi diri lagi menjadi serabut primer anteriordan serabut primer
posterior. Serabut primer posterior melayani kulit dan oto punggung
sedang serabut primer anterior membentuk berbagai cabang yang menjadi
fleksus saraf anggota gerak dan membentuk saraf-saraf interkostalis pada
daerah torax ( Pearce, 2009).
5
saraf menerima impuls dan mengahntar impuls-impuls ini melalui serabut
motorik. Organ motorik melaksanakan rangsangan karena dirangsang oleh
impuls saraf motorik (Syaifuddin, 2009).
6
e. Alat efektor merupakan tempat terjadinya reaksi yang diwakili oleh
suatu serat otot atau kelenjar (Syaifuddin,2006).
B. Defenisi Refleks
Refleks adalah rangsangan sensorik atau respon terjadi secara
otomatis tanpa usaha sadar. Pada manusia, ada dua jenis refleks yaitu
refleks fisiologis dan patologis.Refleks fisiologis normal jika terdapat pada
manusia, sebaliknya refleks patologis normal jika tidak terdapat pada
manusia.
Pasienduduk di lantai
Lengan rileks, posisi antara fleksi dan ekstensi dan sedikit
pronasi, lengan diletakan diatas lengan pemeriksa
b) Refleks Trisep
7
Pasien duduk dengan rileks
Lengan pasien diletakkan di atas lengan pemeriksa
Pukullah tendo trisep melalui fosa olekrani
c) Refleks Brakhio Radialis
Posisi Pasien sama dengan pemeriksaan refleks bisep
Pukullah tendo brakhioradialis pada radius distal dengan
palu refleks
d) Refleks Periosteum radialis
Lengan bawah sedikit di fleksikan pada sendi siku dan
tangan sedikit dipronasikan
Ketuk periosteum ujung distal os. Radialis
e) Refleks Periosteum ulnaris
Lengan bawah sedikit di fleksikan pada siku, sikap tangan
antara supinasi dan pronasi
Ketukan pada periosteum os. Ulnaris
2) Refleks Fisiologis Ekstremitas Bawah.
RefleksPatela
Tanganpemeriksamemegangpahapasien
b. Refleks Patologis
1) Refleks Hoffmann-tromer
Tangan pasein ditumpu oleh tangan pemeriksa
Ujung jari tangan pemeriksa yang lain disentilkan ke ujung
jari tengah tangan penderita
Hasil positif: fleksi jari yang lain dan adduksi ibu jari.
2) Refleks Grasping
Gores palmar dengan telunjuk jari pemeriksa diantara ibujari
8
dan telunjuk.
Hasil positif: Maka timbul genggaman dari jari penderita,
menjepit jari pemeriksa. Jika reflek ini ada maka penderita
dapat membebaskan jari pemeriksa.
3) Reflek palmomental
Garukan pada telapak tangan pasien menyebabkan kontraksi
muskulus mentali ipsilateral. Reflek patologis ini timbul akibat
kerusakan lesi UMN di atas inti saraf VII kontralateral.
4) Refleks nouting
5) Mayer reflek
Fleksikan jari manis di sendi metacarpophalangeal, secara
halus normal akan timbul adduksi dan aposisi dari ibu jari.
Absennya respon ini menandakan lesi di tractus pyramidalis.
6) Reflek babinski
Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari
melalui sisi lateral. Orang normal akan memberikan resopn fleksi
jari-jari dan penarikan tungkai. Pada lesi UMN maka akan timbul
respon jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan
menyebar atau membuka. Normal pada bayi masih ada.
7) Reflek oppenheim
Lakukan goresan pada sepanjang tepi depan tulang tibia dari
atas ke bawah, dengan kedua jari telunjuk dan tengah. Jika positif
maka akan timbul reflek seperti babinski.
8) Reflek gordon
9
Lakukan goresan atau memencet otot gastrocnemius, jika positif
maka akan timbul reflek seperti babinski.
9) Refleks chaefer
Lakukan pemencetan pada tendo achiles. Jika positif maka akan
timbul refflek seperti babinski.
D. Aplikasi Klinis
10
peninggian refleks biceps, APR/KPR. Refleks patologis Babinski kiri dan
kanan (+). (Silaban, 2010)
11
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
1. Mekanisme gerak refleks disebut juga lengkung refleks. Terdiri dari
organ reseptor, neuron aferen, area sentral di SSP (medulla spinalis)
neuron eferen, dan organ reseptor.
2. Refleks terdiri dari dua jenis yaitu Refleks fisiologis dan refleks
patologis. Refleks fisiologis adalah refleks yang harus terjadi pada
orang normal. Sementara refleks patologis adalah refleks yang terjadi
pada orang abnormal.
3. Pemeriksaan refleks fisiologis terdiri dari pemeriksaan refleks bisep,
trisep, brakhioradialis, periosteum radialis, periosteum ulnaris, dan
patella. Sedangkan refleks patologis terdiri dari refleks hoffman
tromer, refleks grasping, refleks snouting, refleks babinski, refleks
oppenheim, refleks gordon, refleks schaefer, refleks caddock.
Dimana terjadi konsolidasi refleks babinski pada refleks oppenheim,
gordon, schaefer, dan refleks caddock.
4. Pada probandus yang normal, refleks fisiologis berupa sebagai berikut:
a. Refleks Bisep berupa fleksi pada siku dan kontraksi bisep
b. Refleks Trisep berupa ekstensi siku dan kontraksi trisep disendi
siku
c. Refleks Brakhioradialis berupa gerakan menyentak pada radius
d. Refleks Periosteum Radialis berupa fleksi lengan bawah dan
supinasi tangan
e. Refleks Periosteum Ulnaris berupa pronasi tangan
f. Refleks patella berupa kontraksi otot kuadrisep dan ekstensi
lutut.
5. Pada probandus yang abnormal, refleks patologis akan muncul
berupa sebagai berikut:
a. Refleks babinski berupa normalnya kontraksi jari kaki
12
bergerak fleksi, abnormalnya ibu jari bergerak dorsofleksi
sedangkan keempat jari lainnya abduksi.
b. Refleks hoffman tromer berupa ibu jari adduksi dan jari-jari
tangan adduksi.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
15
Campbell, Neil A dkk. 2004. BIOLOGI. Erlangga, Jakarta
16
Pearce,E. 2006, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis Gramedia, Jakarta
17