Anda di halaman 1dari 138

BUKU PANDUAN LABORATORIUM

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DISUSUN OLEH :

SUDARMAN, S.KEP., NS., M.KES.


ERNASARI, S.KEP., NS., M.BIOMED.
MUHAJIRIN MALIGA, S.KEP., NS., M.KEP.
ROCHFIKA ARSID, S.KEP., NS., M.KEP., SP.KV.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019
PENILAIAN AWAL (INITIAL ASSESSMENT) DAN
PENATALAKSANAAN PASIEN TRAUMA

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini mahasiswa/perawat diharapkan
mampu :
1. Mengetahui pengertian, tujuan, indikasi pengkajian
primer
2. Melakukan pengkajian / mengobservasi / penilaian /
menentukan kesadaran pasien
3. Melakukan pengkajian dan penangananairway,
breathing, circulation, disability, dan exposureserta tubuh
secara keseluruhan
4. Menentukan prioritas penilaian pada penderita multi
trauma
5. Menerapkan prinsip primary survey dan secondary
survey pada penderita multi trauma
6. Menerapkan cara dan teknik terapi baik pada fase
resusitasi maupun terapi definitif.
7. Mengenal bagaimana riwayat trauma dan mekanisme
cedera dapat membantu dalam diagnosis
8. Antisipasi permasalahan yang timbul pada saat initial
assessment dan resusitasi,dan mengenal cara untuk
mengurangi akibatnya.
9. Melakukan initial assessment pada penderita multi-
trauma, dengan menggunakan urutan prioritas dan dapat
menerangkan cara pengelolaan pada resusitasi dan
stabilisasi penderita.
B. Pengertian
Primary survey merupakan suatu upaya untuk
menilai/mengkaji kondisi pasien yang dalam keadaan kritis
sekaligus melakukan resusitasi secara cepat dan tepat guna
jika mendapatkan keadaan yang mengancam nyawa untuk
menyelamatkan nyawa pasien , mencegah kecacatan organ
dan kematian yang diawali dengan menilai dan membebaskan
airway (jalan nafas), menilai breathing (pernafasan) dan
memberikan bantuan pernafasan , menilai dan memperbaiki
circulation (sirkulasi cairan/darah), menilai disability (status
neurologis/kesadaran) serta menilai exposure (membuka baju
pasien serta mencegah agar tidak terjadi hipotermia.
Rangkaian kegiatan ini diidentifikasi dan ditangani sebelum
melakukan pengkajian sekunder.
Primary Survey merupakanrangkaian kegiatan dalam
mengidentifikasi keadaan pasien secara keseluruhan dengan
secara cepat mulai dari ujung rambut hingga ujung jempol
kaki (head to toe).
C. Tujuan Tindakan
Untuk menentukan dan menanganis serta menangani
secara cepat kegawatan padaairway, breathing, circulation,
disability dan exposure serta tubuh secara keseluruhan.
D. Indikasi
1. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran (kecelakaan,
perdarahan, dan trauma, dan lain-lain)
2. Pasien yang pertama kali ditangani di ruang IGD maupun
pra hospital dengan kondisi gawat darurat
E. Proses ini dikenal sebagai Initial assessment (penilaian
awal)
1. Persiapan
2. Triase
3. Primary survey (ABCDE)
4. Resusitasi
5. Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi
6. Secondary survey, pemeriksaan head to toe dan
anamnesis
7. Tambahan terhadap secondary survey
8. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungan
9. Penanganan definitive
F. Alat yang dibutuhkan
1. Sarung tangan/handscon
2. OPA (oro-faringel airway) sesuai ukuran
3. NPA (Nasofaringeal airway) sesuai ukuran
4. Selang ETT (endo tracheal tube) sesuai ukuran
5. Pisau bedah jika ada indikasi krikotiroidotomi
6. Laringoskop
7. Ambu bag
8. Stetoskop
9. Spoit 10 cc
10. Plester
11. Magill forcep
12. Selang oksigen (canul nasal, simple mask, rebreathing
mask, non rebreathing mask)
13. Stetoskop
14. Tensi meter
15. Pen light
16. Jam tangan
17. Thermometer
G. Prosedur Tindakan
Penilaian
Ya TD
No Tindakan TP TT
2 1 0
1 Berdoa sebelum memulai tindakan
2 Jelaskan tujuan prosedur tindakan
pada keluarga pasien dan minta
persetujuan tindakan secara cepat
(sesuaikan dengan kondisi)
3 Cuci tangan
4 Gunakan alat proteksi diri
(Standart Precaution):
sarung tangan, masker,
kacamata
5 Kaji keadaan umum dan tingkat
kesadaran pasien
 Menilai tingkat kesadaran dengan
AVPU.
A = Alert (sadar)
V = Respon to voice (berespon
dengan rangsangan suara)
P = Respon to pain (berespon
dengan rangsangan nyeri)
U = unresponsive (tidak ada
respon)
 Jika pasien tampak tidak berespon,
mengajukan
pertanyaan
seperti :
apakah anda
baik-baik
saja?” atau
dapatkah anda
mendengarkan saya?”
 Jika ada respon, memberikan
sentuhan stimulasi
lembut (seperti
menyentuh bahu
pasien atau
sternum,
mencubit kulit
pasien).
(Pasien sadar.Jika ada suara jelas
airway bebas).
 Memposisikan pasien tidak sadar
terlentang pada permukaan yang
keras dan datar untuk memudahkan
pengkajian.
(Pasien tak sadar cek arteri carotis,
evaluasi perfusi, ukur tekanan
darah).
I. PRIMARY SURVEY
A. Airway (jalan nafas)dan controlcervikal( cervical spine
control )
6 Assessment (Pengkajian)
 Kaji patensi airway(jalan nafas)
dan mengkaji
adanya
obstruksi
(sumbatan jalan nafas) seperti :
snoring, gurgling, stridor
7 Treatment (Penatalaksanaan)
 Lakukan head tilt – chin lift atau
jaw thurst
(Pada pasien yang dicurigai
mengalami fraktur cervical,
membuka jalan nafas dengan
teknik jaw thurst)
(head tilt – chin lift) atau (jaw
thurst)

 Bebaskan airway (jalan nafas) dari


benda asing
Lakukan sapuan jari (finger sweep)
atau suction jika mendengar suara
tambahan gurgling (cairan pada
jalan nafas).

 Pasang pipa oro-faringeal airway


atau naso-faringeal airway jika
terdengar snoring (tanda ada
sumbatan), lakukan penghisapan/
suction jika terdengar gurgling
(terdapat cairan di jalan nafas) dan
pasang airway definitif seperti ETT
jika terdengarstridor (terjadi
penyempitan jalan nafas).
 Stabilkan leher pasien dalam posisi
netral.
 Lakukan immobilisasi pada bagian
leher pasien secara manual atau
dengan menggunakan alat
neckcollarjika dicurigai terdapat
trauma tulang leher/ cervical.

B. Breathing (pernafasan) : Ventilasi dan Oksigenasi


7 Assessment (Pengkajian)
 Buka pakaian pasien pada bagian
dada sambil
menjaga
immobilisasi
leher dan
kepala.
 Hitung frekuensi pernafasan dan
tentukan kedalaman pernapasan.
 Inspeksi dan
mempalpasi
leher dan
toraks untuk
menilai
adanyadistensi vena jugularis,
deviasi trakea, simetrisitas
ekspansi thoraks, penggunaan otot-
otot tambahan, tanda-tanda cedera,
dan adanya pernapasan paradoksal.
 Perkusi thoraks bilateral (sonor,
hipersonor, atau redup).
 Auskultasi thoraks bilateral (suara
nafas normal atau ada suara nafas
tambahan)
8 Treatment (Penatalaksanaan)
 Berikanoksigen konsentrasi tinggi
atau ventilasi Bag-Vaive-Mask.
Jika terjadi penurunan oksigen
yang tajam harus diberikan 10
L/menit.

 Tutup open pneumothorax (jika


terjadi) dengan menggunakan
kasa 3 sisi.

 Atasi tension pneumo-thorax (jika


terjadi) dengan menggunakan
needle thorakosentesis.

 Atasi Flail chest (jika terjadi)


dengan analgetik kemudian
berikan terapi oksigen sesuai
kebutuhan pasien.
 Pasang sensor CO2 dari kapnograf
pada ETT.
 Pasang pulse oximeter

C. Circulation dan Kontrol Perdarahan


9 Assessment (Pengkajian)
 Kenali sumber perdarahan internal
dan eksternal secara cepat

 Kaji nadi: frekuensi permenitnya


(takikardi atau bradikardi),
kekuatan denyutan (kuat atau
lemah) dan
keteraturan
irama (regular
atau irregular).
 Nilai warna kulit pasien
 Nilai akral hangat atau dingin.
 Nilai pengisian kapiler CRT
(capilary refill time) dengan cara
menekan ujung-ujung jari pasien.
Jika pengisian > 2 detik
mengindikasikan perfusi lemah.
 Mengukur tekanan darah bila
perlu.
10 Treatment (Penatalaksanaan)
 Mengontrol perdarahan eksternal
dengan memberikan penekanan
secara langsung pada sumber
perdarahan/luka dengan kasa steril.
 Memberikan posisi syok jika

terdapat tanda-tanda syok dengan


cara pasien ditidurkan mendatar,
kaki diletakkan
lebih tinggi
daripada kepala
kurang lebih 450.
 Memasang IV line 2 jalur ukuran
besar dengan menggunakan cairan
kristaloid (Ringer laktat) atau
koloid serta
memberikan
transfusi darah.
Pemberian
jumlah dan
jenis cairan/darah disesuaikan
dengan kelas perdarahan.
 Mengambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah rutin, analisis
kimia, tes kehamilan, golongan
darah dan cross-match, dan
Analisis Gas Darah
 Memasang Pneumatic Anti-Shock
garment atau bidai pneumatik untu
kontrol perdarahan.
D. DISABILITY (Evaluasi Neurologis)
11 Assessment (Pengkajian)
 Menilai tingkat kesadaran dengan
Glasgow Coma Scale (GCS).
Respon membuka Mata/ Eye(E):
4 : Spontan
3 : Terhadap rangsangan suara
2 : Terhadap rangsangan nyeri
1 : Tidak ada respon
Respon Verbal (V):
5 : Orientasi baik
4 : Disorientasi (waktu/ tempat)
3 : Kata-kata tidak teratur (tidak
bisa membentuk 1 kalimat)
2 : Suara tidak jelas (mengerang)
1 : Tidak ada respon
Respon Motorik (M):
6 : Mampu bergerak mengikuti
perintah
5 : Melokalisir nyeri
4 : Fleksi normal
3 : Fleksi abnormal (dekortikasi)
2 : Ekstensi abnormal (deserebrasi)
1 : Tidak ada respon
 Menilai refleks pupil
(miosis/midriasis), ukuran,
isokor/anisokor dan reaksi
terhadap cahaya.
 Menilai kekuatan motorik
ekstremitas atas dan bawah.
Treatment (Penatalaksanaan)
 Meneruskan oksigenasi dan
ventilasi
 Mempertahankan imobilisasi
penderita
E. EXPOSURE/ENVIRONMENT CONTROL dan
Mencegah Terjadinya Hipotermia
12 Assessment (Pengkajian)
 Buka pakaian pasien secara
keseluruhan tetapi cegah tidak
terjadi hipotermia.
 Lakukan inspeksi dan palpasi
seluruh permukaan tubuh pasien
mulai dari bagian kepala, leher,
ekstemitas atas, dada, abdomen,
pelvis dan ekstremitas bawah
untuk mengetahui adanya
perlukaan, perubahan warna,
perubahan bentuk, perdarahan,
atau krepitasi. Pada kondisi trauma
yang paling sering terjadi adalah
laserasi, kotusio, abrasi, swelling
dan deformitas.
 Lakukan teknik logroll untuk
mengkaji bagian belakang tubuh
pasien.
13 Treatment (Penatalaksanaan)
 Tutup luka pasien dengan
menggunakan kasien yang steril
untuk mencegah kontaminasi lebih
lanjut.
 Pasang balutan pada daerah
perdarahan dan bidai pada daerah
fraktur.
 Kajipulse,
motorik,
sensorik
sebelum dan
sesudah
pemasangan
balutan/bidai.
Tambahan pada Primary survey dan Resusitasi
 Folley Catheter :Pasang kateter
uretra kecuali
bila ada
kontra-
indikasi dan
monitor urin
setiap jam
 Gastric tube
:Pasang NGT
untuk mencegah
aspirasi isi
gaster ( bila ada
kontraindikasi fraktur basis cranii,
pasang lewat mulut/ OGT)
 Heart monitor :Pasang monitor
EKG dan Pulse Oximetry
 Monitor udara ekspirasi dengan
monitoring CO2
 Tentukan analisis gas darah dan
laju pernafasan
 Pertimbangkan kebutuhan untuk
mendapatkan foto : (1) Toraks AP,
(2) Pelvis AP dan (3) Servikal
lateral
 Pertimbangkan kebutuhan DPL
atau USG abdomen
II. SECONDARY SURVEY
A. RIWAYAT AMPLE DAN MEKANISME CEDERA
14  Mengkaji tanda-tanda vital ;nadi,
pernafasan, tekanan darah dan
suhu. Memasang oksimetri nadi
untuk menilai saturasi oksigen
(SaO2) dan merekam jantung
dengan menggunakan EKG
(Elektrokardiogram).

 Mendapatkan riwayat SAMPLE


dengan menanyakan,
 Sign and Simptoms : tanda dan
gejala
 Allergies : Menanyakan alergi
 Medications : Menanyakan obat
yang telah diminum pasien untuk
mengatasi masalah
 Past Illnes : Menanyakan riwayat
penyakit yang diderita pasien
 Last meal : Menanyakan
makanan/minuman terakhir, jenis
makanan, ada penurunan atau
peningkaan kualitas makanan
 Avent : Menanyakan
pencetus/kejadian penyebab
keluhan
 Mengkaji anamnesis mekanisme
cedera
B. PENGKAJIAN FISIK (Rapid Assessment Head to Toe)
15 Kepala dan Maksilofasial
Assessment (Pengkajian)
 Inspeksi dan palpasi seluruh kepala
dan wajah untuk adanya
laserasi,kontusi, fraktur dan luka
termal
 Mengevaluasi kembali pupil
 Mengevaluasi kembali tingkat
kesadaran dengan skor GCS
 Mengispeksi mata untuk
perdarahan, luka tembus,
ketajaman penglihatan, dislokasi
lensa, dan adanya lensa kontak
 Mevaluasi syaraf kranial
 Memeriksa telinga dan hidaung
akan adanya kebocoran cairan
serebro-spinal
 Memeriksa mulut untuk adanya
perdarahan dan kebocoran cairan
serebrospinal, perlukaan jaringan
lunak dan gigi goyang
Treatment (Penatalaksanaan)
 Menjaga airway, pernafasan dan
oksigenasi
 Mengontrol perdarahan
 Mencegah kerusakan otak
sekunder
 Melepaskan lensa kontak
16 Vertebra cervikalis dan leher
Assessment (Pengkajian)
 Mengkaji adanya cedera tumpul
atau tajam, deviasi trakea, dan
pemakaian otot pernafasan
tambahan.
 Mempalpasi untuk adanya nyeri,
deformitas, pembengkakan,
emfisema subkutan, deviasi trakea,
simetri pulsasi
 Mengauskultasi pada arteri karotis
akan adanya murmur
 Melakukan foto servikal lateral
Treatment (Penatalaksanaan)
 Jaga imobilisasi segaris dan
proteksi servikal
17 Thoraks
Assessment (Pengkajian)
 Menginspeksi dinding dada bagian
depan, samping dan belakang
untuk adanya trauma tumpul
ataupun tajam, pemakaian otot
pernafasan tambahan dan ekspansi
toraks bilateral.
 Mengauskultasi pada bagian depan
dan basal untuk bising nafas
(bilateral) dan bising jantung
 Mempalpasi seluruh dinding dada
untuk adanya trauma tajam/tumpul,
emfisema subkutan, nyeri tekan
dan krepitasi
 Melakukan perkusi untuk adanya
hipersonor atau keredupan
Treatment (Penatalaksanaan)
 Melakukan dekompresi rongga
pleura dengan jarum atau tube
thoracostomy sesuai indikasi.
 Menyambungkan chest tube ke alat
WSD
 Menutup secara benar suatu luka
terbuka toraks
 Melakukan perikardiosintesis bila
indikasi
 Mentransfer pasien ke ruang
operasi bila diperlukan
18 Abdomen
Assessment (Pengkajian)
 Menginspeksi abdomen bagian
depan dan belakang untuk adanya
trauma tajam/tumpul dan adanya
perdarahan internal
 Melakukan auskultasi peristaltic
usus
 Melakukan perkusi abdomen untuk
menemukan nyeri lepas (ringan)
 Melakukan palpasi abdomen untuk
nyeri tekan, defans muskuler, nyeri
lepas yang jelas, atau uterus yang
hamil
 Melakukan foto pelvis
 Bila diperlukan lakukan DPL atau
USG abdomen
 Bila hemodinamik normal, lakukan
CT Scan abdomen
Treatment (Penatalaksanaan)
 Mentransfer penderita ke ruang
operasi bila diperlukan
 Bila ada indikasi memasang PASG
untuk kontrol perdarahan dari
fraktur pelvis
19 Perineum/Rektum/Vagina
Assessment (Pengkajian)
Perineum
Mengkaji ;
 Kontusio dan hematoma
 Laserasi
 Perdarahan uretra
Rektum
Mengkaji ;
 Perdarahan rectum
 Tonus sfinkter ani
 Utuhnya dinding rectum
 Fragmen tulang
 Posisi prostat
Vagina
Mengkaji :
 Adanya darah daerah vagina
 Laserasi vagina
21 Muskuloskeletal
Assessment (Pengkajian)
 Melakukan inspeksi lengan dan
tungkai akan adanya trauma
tumpul/tajam, termasuk adanya
laserasi kontusio dan deformitas.
 Melakukan palpasi lengan dan
tungkai akan adanya nyeri tekan,
krepitasi, pergerakan abnormal,
dan sensorik.
 Melakukan palpasi semua arteri
perifer untuk kuatnya pulsasi dan
ekualitas.
 Menilai pelvis untuk adanya
fraktur dan perdarahan
 Menginspeksi dan mempalpasi
vertebra torakalis dan lumbalis
untuk adanya trauma tajam/tumpul,
termasuk adanya kontusio, laserasi,
nyeri tekan, deformitas, dan
sensorik.
 Mengevaluasi foto pelvis akan
adanya fraktur
 Melakukan foto ekstremitas sesuai
indikasi
Treatment (Penatalaksanaan)
 Memasang atau perbaiki bidai
sesuai indikasi
 Mempertahankan imobilisasi
vertebra torakalis dan lumbalis.
 Memasang PASG sesuai indikasi
untuk kontrol perdarahan dari
fraktur pelvis,atau pasang kain
sekitar pelvis.
 Memasang bidai untuk imobilisasi
cedera ekstremitas.
 Memberikan ATS
 Memberikan obat-obatan sesuai
indikasi atau petunjuk dokter
 Mempertimbangkan kemungkinan
sindroma kompartemen
 Melakukan pemeriksaan neuro-
vaskular lengkap dari ekstremitas
Tambahan pada secondary survey
22 Mempertimbangkan perlunya
diadakan pemeriksaan tambahan :
 Foto vertebra tambahan
 CT kepala, vertebra, toraks,
abdomen
 Urografi dengan kontras
 Angiografi
 Foto ekstremitas
 USG transesofagus
 Bronchoscopy
 Esophagoscopy

C. REEVALUSI PASIEN/KORBAN
23  Monitoring dari tanda vital dan
jumlah urin mutlak.
 Pemakaian analgesia yang tepat
diperbolehkan.
 Mengevaluasi kondisi pasien
setelah dilakukan tindakan
penanganan
 Mendokumentasikan semua
tindakan yang telah dilakukan dan
respon pasien
D. TRANSFER KE PELAYANAN DEFINITIF
24  Melakukan transfer ke pelayanan
definitif untuk mendapatkan
tindakan lanjut sesuai kondisi
pasien (ICU,ICCU,PICU,NICU,
OK atau rujuk ke RS lain).
 Bila pasien dirujuk, menentukan
indikasi rujukan, prosedur rujukan,
kebutuhan penderita selama
transportasi/perjalanan.
25 Sampaikan hasil tindakan pada
pasien dan atau keluarga pasien
26 Evaluasi perasaan pasien
27 Rapikan pasien dan berikan posisi
nyaman
28 Cuci dan rapikan kembali alat dan
bahan yang telah digunakan
30. Dokomentasikan hasil tindakan &
berdoa setelah melakukan tindakan
Nilai &Komentar Pembimbing: Paraf dan
Nama
Pembimbing

Penampilan Keseluruhan: Amat Baik Baik Cukup


Perlu perbaikan
RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) PADA
ORANG DEWASA
A. Pengertian
Resusitasi Jantung paru merupakan tindakan pijatan yang
diberikan pada jantung luar dengan tujuan untuk
mempertahankankan kepatenan jalan napas, bantuan
pernapasan dan sirkulasi.
B. Indikasi
1. Henti jantung (cardiac arrest)
Pada kondisi henti jantung, berdasarkan hasil analisis
elektrokardiogram menunjukkan irama elektris jantung
yakni tidak terkoordinasi, tidak teratur dan otot jantung
hanya bergetar tetapi tidak berkontraksi. Jika tidak
ditangani segera maka akan mengakibatkan aktivitas
listrik jantung, denyut jantug akan berhenti, denyutan
nadi akan berhenti. Penanganan yang paling
diperlukanadalah kompresi dada (CPR) yang
dikombinasikan dengan AED.
2. Henti Nafas
Henti napas dapat terjadi akibat sumbatan jalan nafas
seperti lidah jatuh ke belakang, sumabatan epiglottis,
benda asing, dan kerusakan jaringan karena luka bakar
atau trauma pada laring dan trakea, luka tusuk atau
benturan benda tumpul. Selain itu, henti napas juga
diakibatkan karena infeksi pada pada saluran
pernapasan, asma, dan penyakit paru obstruktif kronis.
C. Tujuan
1. Mengembalikan fungsi jantung
2. Mengembalikan fungsi paru-paru
3. Mempertahankan fungsi sirkulasi
D. Rantai Pertolongan Hidup (The Chain Of Survival)
Rantai Pertolongan Hidup (The Chain Of Survival) di dalam
rumah sakit, pasien mengandalkan koordinasi dan kerjasama
yang baik dari berbagai unit dan pelayanan institusi yang
akan diperankan oleh tenaga professional muldisipin ilmu
seperti dokter, Ners, ahli pernapasan dan lainnya. Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Pengawasan dan Pencegahan
2. Pengenalan dan pengaktifan system tanggap darurat
3. Segera CPR berkualitas tinggi (Early CPR)
4. Segera Defibrilasi (Early Defibrilation)
5. Bantuan hidup lanjutan dan perawatan
Rantai Pertolongan Hidup (The Chain Of Survival) di luar
rumah sakit, korban mengandalkan masyarakat awam untuk
memberikan pertolongan. Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut :
1. Pengenalan dan aktifkan system tanggapan darurat
2. Serega lakukan CPR yang berkualitas tinggi
3. Segera lakukan defibrilasi
4. Layanan Medis darurat dasar dan lanjutan
5. Bantuan hidup lanjutan dan perawatan
(Keterangan di dalam rumah sakit dan di luar rumah sakit)
E. Prosedur Tindakan
Dilakukan
NO Tindakan Ya TD
T TT
2 1 0
1. Berdoa sebelum melakukan tindakan
2. Jelaskan tujuan prosedur tindakan
pada keluarga pasien dan minta
persetujuan tindakan secara cepat
(sesuaikan dengan kondisi)
3. Pakai alat pelindung diri (masker,
handscon/sarung tangan,
celemek,dan lain-lain)
4. Pastikan bahwa semua aman untuk
memberikan pertolongan (aman
penolong, korban dan lingkungan)
5. Cek respon pasien apakah pasien
sadar, tidak sadar atau hanya tidur
dengan cara :
a. Tepuk bahu sambil panggil pasien
atau menekan/goyang-goyang
bagian mid sternum dengan
menggunakan jari telunjuk dan
jari tengah, seperti
“pak..pak..bangun pak….siapa
namanya pak?”
b. Sambil observasi pernafasan
dengan memperhatikan
pengembangan dada dan
abdomen korban.
c. Hati-hati mengguncangkan bahu
pasien yang mengalami cedera
cervical.
d. Bila kondisi di luar rumah sakit
(pra hospital, pada pasien yang
tidak berespon perlu evakuasi
segera ke rumah sakit).
6. Bila korban tidak berespon
unresponsivedan tidak bernafas atau
hanya bernafas tersengal-sengal/
gasping:
a. Minta segera pertolongan (call for
help) atau mengaktifkan
EMS(Emergency Medical
Services). Nomor panggilan
darurat untuk Indonesia adalah
119.
b. Jika seseorang telah datang untuk
membantu katakan dengan suara
jelas “Panggilkan Ambulans 119,
bawakan AED”
- Lokasi pasien, berikan nomor
handphone
- Kejadian (tidak sadar, henti
nafas dan jantung)
- Berapa orang yang dibutuhkan
untuk membantu
- Katakan butuh ambulans dan
AED secepatnya
- Terima instruksi dari ambulans
119
Seperti berikut ini ;
“Saya Sudarman di Kampus 2 UMI
nomor handphone 085 395 xxx xxx
disini ada 2 korban yang tidak sadar
dan henti jantung. Saya minta
pertolongan sebanyak 6 orang.
Segera kesini bawa ambulance, alat-
alat emergency (AED). “Dengarkan
klarifikasi dan instruksi dari
ambulans 119 terutama orang awam.
Jika kondisi kejadian di dalam ruang
UGD atau ruang intensif lainnya
cukup dengan mengatakan “pasien
mengalami henti jantung, segera
kesini bantu saya persiapkan alat-
alat emergency”.
Jika kondisi di ruang perawatan
perawatan/poliklinik maka sebutlah
ruang perawatan dan kamar berapa.
Catatatan :
- Korban terlihat jatuh pingsan,
maka aktifkan system tanggap
darurat terlebih dahulu sebelum
melakukan CPR.
- Korban tidak terlihat jatuh
pingsan maka berikan CPR
selama 2 menit terlebih dahulu
kemudian mengaktifkan system
tanggapan darurat dan
mengambil AED
7.  Perbaiki posisi pasien dengan
posisi supinasi/telentang pada
tempat yang datar dan keras.
Balikkan tubuh pasien dengan
teknik log roll (Kepala, leher, dan
tubuh secara bersamaan) pada
posisi segaris (in line position).
 Atur posisi penolong denga
berlutut di samping pasien (jika di
luar rumah sakit) dan berdiri di
samping tempat tidur pasien (jika
di dalam rumah sakit).
Khusus ibu Hamil
 Geser secara manual uterus ke
samping kiri agar menghilangkan
kompresi aortacaval.
 Bila perlu, miringkan ke samping
kiri 15-30o.
CIRCULATION
8. Periksa tidak adanya nadi dengan
mempalpasi arteri bersamaan cek
napasdengan cara :
 Pertahankan posisi head tilt
dengan satu tangan,
 Letakkan jari tengah pada mid
tracheal
 Tarik 2-3 cm ke sisi
lateral/samping trachea ke arah
penolong.
 Palpasidenyutan arteri
karotisselama (< 10 detik) dan
rasakan ada atau tidaknya
denyutan arteri karotis.
 Jika nadi tidak teraba, lakukan
kompresi dada
9. Tempatkan posisi tangan untuk
kompresi dada 2 jari di atas
processus xifoideus atau tepat di atas
mid sternum.
 Cara pertama letakkan tumit
tangan tepat 2 jari di atas
processus xifoideus.
- Letakkan jari tengah di bawah
tulang rusuk menelusuri
hingga prosesus xifoideus.
- Letakkan jari telunjuk di
samping jari tengah.
- Letakkan tumit telapak tangan
menumpuk di atas telapak
tangan yang lain secara tegak
lurus.
 Cara kedua : letakkan tumit
tangan tepat di mid sternum.
 Jalin kedua jari-jari tangan.
Hindari jari-jari menyentuh
dinding dada korban.
 Luruskan kedua siku dengan
posisi mengunci
10. Berikan kompresi 30 kali
 Lakukan pijatan/kompresi dada
dengan menggunakan berat badan
sebanyak 100-120 kali/menit,
kedalaman 5-6 cm baik 1 atau 2
penolong.
AIRWAY (Buka dan bebaskan jalan nafas)
11.  Buka jalan napas dengan head tilt
– chin lift atau jaw thurst (jika
pasien curigai cedera servikal)
dan dengan cara :
- Letakkan satu tangan di dahi
dan jari-jari lain di dagu.
- Tekan kepada (dahi) ke
belakang dengan telapak
tangan kemudian angkat
rahang ke depan secara
bersamaan dengan jari telunjuk
dan jari tengah untuk
membuka jalan nafas.

 Bersihkan jalan nafas dengan


teknik sapuan jari (finger sweep)
yaitu masukkan jari telunjuk ke
dalam mulut pasien dan
keluarkan benda asing dari dalam
mulut.
 Jangan melakukan sapuan jari
tanpa melihat karena dapat
mendorong benda asing lebih jauh
ke dalam saluran napas.
 Bila sulit jangan paksakan
BREATHING (Berikan bantuan pernafasan atau
oksigenasi/ventilasi)
12. a. Berikan bantuan napas
(ventilasi/oksigenasi) sebanyak 2
kali dengan teknik:
- Mouth to mouth
- Mouth to nose
- Mouth to mask
- Mouth to stoma
b. Setiap ventilasi diberikan selama
1-2 detik per ventilasi, dengan
volume tidal 400-600 ml.
c. Jika volume udara terlalu besar
dapat menyebabkan udara masuk
perut dan mengakibatkan perut
(lambung) distensi.
d. Jika memberikan bantuan nafas
dengan teknik mouth to mouth
maka lakukan prosedur berikut
ini:
- Jepit hidung korban dengan
jari telunjuk dan ibu jari Anda.
- Lingkari mulut korban dengan
bibir Anda, jangan ada celah
udara.
- Berikan ventilasi 2 napas cepat
dan pendek, masing-masing
berlangsung 1 detik.
- Lepaskan jepitan pada hidung
setiap selesai memberikan
ventilasi.
13. Lakukan pijatan jantung (kompresi
dada) sebanyak 30 kali dan bantuan
pernafasan (ventilasi)sebanyak 2 kali
atau (perbandingan 30:2)baik satu
atau dua penolong sebanyak 5 siklus.
14. Evaluasi setiap 5 siklus atau sekitar 2
menit.
 Jika nadi belum dan napas belum
ada, teknik kombinasi diulangi
kembali dimulai dengan kompresi
 Jika nadi ada tapi napas belum
ada, berikan rescue breathing 1
ventilasi tiap 6 detik dan evaluasi
tiap 2 menit
 Jika nadi dan napas ada tapi
belum sadar, posisikan korban
pada recovery position (posisi
pemulihan)
15. Sampaikan hasil tindakan pada
pasien dan atau keluarga pasien
16. Evaluasi perasaan pasien
17. Rapikan pasien dan berikan posisi
nyaman
18. Cuci dan rapikan kembali alat dan
bahan yang telah digunakan
19. Dokomentasikan hasil tindakan
20. Berdoa setelah melakukan tindakan
21. Sampaikan hasil tindakan pada
pasien dan atau keluarga pasien
Nilai &Komentar Pembimbing: Paraf dan
Nama
Pembimbing

Penampilan Keseluruhan: Amat Baik Baik Cukup


Perlu perbaikan
RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) PADA
ANAK

Pada usia anak-anak yang mengalami henti jantung


jarang disebabkan karena permasalahan utama pada system
kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah). Henti jantung
biasanya disebabkan dengan kejadian lain, seperti trauma mayor
atau penyakit pada system repirasi. Oleh karena itu, petugas
kesehatan atau penolong harus mampu mengenali dan segera
melakukan penanganan tanda-tanda awal dari kegagalan respirasi
dan gangguan sirkulasi untuk mencegah terjadinya henti jantung
pada anak. Jika usia anak di atas 8 tahun atau ukuran tubuh anak
besar tetapi berusia di bawah 8 tahun, maka kompresi dada dapat
diberikan seperti CPR pada orang dewasa.

Penilaian
NO Tindakan Ya
TD
T TT
2 1 0
1. Berdoa sebelum melakukan tindakan
2. Jelaskan tujuan prosedur tindakan
pada keluarga pasien dan minta
persetujuan tindakan secara cepat
(sesuaikan dengan kondisi)
3. Pakai alat pelindung diri (masker,
handscon/sarung tangan, celemek,dan
lain-lain)
4. Pastikan bahwa semua aman untuk
memberikan pertolongan (aman
penolong, anak/korban dan
lingkungan)
5. Cek respon pasien apakah pasien
sadar, tidak sadar atau hanya tidur
dengan cara :
a. Tepuk bahu sambil panggil pasien
atau menekan/goyang-goyang
bagian mid sternum dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari
tengah, seperti “Nak..Nak..bangun
Nak….siapa namanya Nak?”
b. Sambil observasi pernafasan
dengan memperhatikan
pengembangan dada dan abdomen
korban.
c. Bila anak tidak berespon, mungkin
karena: Sumbatan jalan napas oleh
lidah yang terjatuh ke belakang,
makanan atau sekresi, atau henti
napas.
d. Hati-hati mengguncangkan bahu
anak yang mengalami cedera
cervical.
e. Bila kondisi di luar rumah sakit
(pra hospital, pada anak yang tidak
berespon perlu evakuasi segera ke
rumah sakit).
6. Bila anaktidak
berespon/unresponsivedan tidak
bernafas atau hanya bernafas
tersengal-sengal/ gaspingsegeralah
bertindak:
a. Jika anda sendirian, maka terlebih
dahulu langsung lakukan CPR
sebanyak 5 siklus (2 menit)
sebelum menghubungi Call Center
Ambulans Gawat Darurat “119”.
Hal ini dilakukan karena henti
jantung pada anak biasanya
disebabkan karena masalah
pernapasan/gangguan
pernapasan.Jika ada orang lain di
sekitar kita, minta tolong untuk
memanggil ambulans “119”.
b. Minta segera pertolongan (call for
help) atau mengaktifkan
EMS(Emergency Medical
Services). Nomor panggilan darurat
untuk Indonesia adalah 119.
c. Jika seseorang telah datang untuk
membantu katakan dengan suara
jelas “Panggilkan Ambulans 119,
bawakan AED”
- Lokasi anak, berikan nomor
handphone
- Kejadian (tidak sadar, henti
nafas dan jantung)
- Berapa orang yang dibutuhkan
untuk membantu
- Katakan butuh ambulans dan
AED secepatnya
- Terima instruksi dari ambulans
119
Seperti berikut ini ;
“Saya Sudarman di Kampus 2 UMI
nomor handphone 085 395 xxx xxx
disini ada 2 anak yang tidak sadar
dan henti jantung. Saya minta
pertolongan sebanyak 6 orang.
Segera kesini bawa ambulance, alat-
alat emergency (AED). “Dengarkan
klarifikasi dan instruksi dari ambulans
119 terutama orang awam.

Jika kondisi kejadian di dalam ruang


UGD atau ruang intensif lainnya
cukup dengan mengatakan “pasien
mengalami henti jantung, segera
kesini bantu saya persiapkan alat-alat
emergency”.
Jika kondisi di ruang perawatan
perawatan/poliklinik maka sebutlah
ruang perawatan dan kamar berapa.

Catatatan :
- Anak terlihat jatuh pingsan, maka
aktifkan system tangga darurat
terlebih dahulu sebelum
melakukan CPR.
- Anak tidak terlihat jatuh pingsan
maka berikan CPR selama 2 menit
terlebih dahulu kemudian
mengaktifkan system tanggapan
darurat dan mengambil AED

7.  Perbaiki posisi anak dengan posisi


supinasi/telentang pada tempat
yang datar dan keras. Balikkan
tubuh anak dengan teknik log roll
(Kepala, leher, dan tubuh secara
bersamaan) pada posisi segaris (in
line position).
 Atur posisi penolong dengan
berlutut di samping anak (jika di
luar rumah sakit) dan berdiri di
samping tempat tidur pasien (jika
di dalam rumah sakit).
CIRCULATION
8. Periksa tidak adanya nadi dengan
mempalpasi arteri karotis dengan
cara:
 Pertahankan posisi head tilt
dengan satu tangan,
 Letakkan jari tengah pada mid
tracheal
 Tarik 2-3 cm ke sisi
lateral/samping trachea ke arah
penolong.
 Palpasidenyutan arteri
karotisselama (< 10 detik) dan
rasakan ada atau tidaknya
denyutan arteri karotis.
 Jika nadi tidak teraba, lakukan
kompresi dada
9. Tempatkan posisi tangan untuk
kompresi dada 2 jari di atas processus
xifoideus atau tepat di atas mid
sternum. Dua tangan atau satu tangan
(opsional untuk anak yang sangat
kecil) berada di separuh bagian bawah
tulang dada/sternum)
 Cara pertama letakkan tumit
tangan tepat 2 jari di atas
processus xifoideus.
- Letakkan jari tengah di bawah
tulang rusuk menelusuri hingga
prosesus xifoideus.
- Letakkan jari telunjuk di
samping jari tengah.
- Letakkan tumit telapak tangan
menumpuk di atas telapak
tangan yang lain secara tegak
lurus.
 Cara kedua : letakkan tumit tangan
tepat di mid sternum.
 Jalin kedua jari-jari tangan.
Hindari jari-jari menyentuh
dinding dada anak.
 Luruskan kedua siku dengan
posisi mengunci
10. Berikan kompresi 30 kali jika 1
penolong dan 15 kali jika 2 penolong
 Lakukan pijatan/kompresi dada
dengan menggunakan berat badan
sebanyak 100-120 kali/menit,
kedalaman minimum sepertiga
dari diameter anterior posterior
dada atau 5 cm.
 Pastikan dada melakukan gerakan
recoil secara sempurna sebelum
memulai berikutnya kompresi.
 Jangan mengangkat tumit tangan
dari dada diantara setiap kompresi.
AIRWAY (Buka dan bebaskan jalan nafas)
11.  Buka jalan napas dengan head tilt
– chin lift atau jaw thurst (jika
pasien curigai cedera servikal)
dan dengan cara :
- Letakkan satu tangan di dahi
dan jari-jari lain di dagu.
- Tekan kepada (dahi) ke
belakang dengan telapak tangan
kemudian angkat rahang ke
depan secara bersamaan dengan
jari telunjuk dan jari tengah
untuk membuka jalan nafas.
 Bersihkan jalan nafas dengan
teknik sapuan jari (finger sweep)
yaitu masukkan jari telunjuk ke
dalam mulut pasien dan keluarkan
benda asing dari dalam mulut.
 Jangan melakukan sapuan jari
tanpa melihat karena dapat
mendorong benda asing lebih jauh
ke dalam saluran napas.
 Bila sulit jangan paksakan
BREATHING (Berikan bantuan pernafasan atau
oksigenasi/ventilasi)
12. a. Berikan bantuan napas
(ventilasi/oksigenasi) sebanyak 2
kali dengan teknik :
- Mouth to mouth
- Mouth to nose
- Mouth to mask
- Mouth to stoma
b. Jika memberikan bantuan nafas
dengan teknik mouth to mouth
- Pencet hidung korban dengan
ibu jari dan jari telunjuk untuk
mencegah keluarnya udara dari
hidung
- Lingkari mulut anak dengan
bibir Anda tanpa ada celah lalu
berikan 2 kali bantuan napas.
- Lepaskan pencetan/jepitan
hidung setiap selesai
memberikan bantuan napas
- Dada harus mengembang setiap
kali diberikan bantuan napas.
- Durasi untuk setiap bantuan
pernapasan adalah 1 detik.
- Jangan menunda kompresi
selama lebih dari 6 detik untuk
2 kali bantuan napas.

13. Lakukan pijatan jantung (kompresi


dada) sebanyak 30 kali dan bantuan
pernafasan (ventilasi)sebanyak 2 kali
atau (perbandingan 30:2 jika 1
penolong dan 15:2 untuk 1 penolong)
sebanyak 5 siklus
14. Evaluasi setiap 5 siklus atau sekitar 2
menit.
 Jika nadi belum dan napas belum
ada, teknik kombinasi diulangi
kembali dimulai dengan kompresi
 Jika nadi ada tapi napas belum
ada, berikan bantuan napas 20 kali
per menit (satu kali pernapasan
setiap 3 detik) sambil menghitung
"2 seribu-, 3 seribu" . Ulangi
prosedur ini sampai Anda telah
menyelesaikan 20 kali bantuan
napas.
 Jika nadi dan napas ada tapi belum
sadar, posisikan korban pada
recovery position (posisi
pemulihan)
 Cara memberikan recovery
position (posisi pemulihan) :
 Tarik dan luruskan lengan yang
dekat dengan penolong dan balik
telapak tangan menghadap ke atas
lalu sisipkan kebawah paha anak.
 Angkat lengan anak yang jauh dari
penolong menyilang melewati
dada anak lalu tempelkan
punggung telapak tangan pada pipi
anak.
 Lepaskan tangan Anda dari tangan
anak yang berada di pipi,
mempertahankan posisi ini.
 Dengan menggunakan tangan
lainnya, tekuk lutut anak
membentuk sudut 90 derajat, satu
tangan menaahan pinggul anak
lalu balik posisi anak dengan
gerakan menggulung (log roll) ke
arah penolong.
 Pegang lutut dan paha untuk
menahan tubuh anak saat
membalikkan posisi anak ke arah
Anda untuk mencegah bergulir
terlalu jauh ke depan.
 Evaluasi nadi dan pernapasan anak
setiap 1 sampai 2 menit karena
henti jantung dapat terjadi kembali
secara tiba-tiba.
15. Sampaikan hasil tindakan pada
pasien dan atau keluarga pasien
16. Evaluasi perasaan pasien
17. Rapikan pasien dan berikan posisi
nyaman
18. Cuci dan rapikan kembali alat dan
bahan yang telah digunakan
19. Dokomentasikan hasil tindakan
20 Berdoa setelah melakukan tindakan
Nilai Paraf dan
Nama
Komentar Pembimbing : Pembimbing

Penampilan Keseluruhan: Amat Baik


Baik Cukup Perlu perbaikan
(Bagan RJP pada anak dengan 1 penolong)
(Bagan RJP pada anak dengan 2 penolong)
RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) PADA
BAYI (0-1 TAHUN)

Pada usia bayi yang mengalami henti jantung jarang


disebabkan karena permasalahan utama pada system
kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah). Henti jantung
biasanya disebabkan dengan kejadian lain, seperti trauma mayor
atau penyakit pada system repirasi. Oleh karena itu, petugas
kesehatan atau penolong harus mampu mengenali dan segera
melakukan penanganan tanda-tanda awal dari kegagalan respirasi
dan gangguan sirkulasi untuk mencegah terjadinya henti jantung
pada bayi.

Penilaian
NO Tindakan Ya TD
T TT
2 1 0
1. Berdoa sebelum melakukan tindakan
2. Jelaskan tujuan prosedur tindakan pada
keluarga pasien dan minta persetujuan
tindakan secara cepat (sesuaikan
dengan kondisi)
3. Pakai alat pelindung diri (masker,
handscon/sarung tangan, celemek,dan
lain-lain)
4. Pastikan bahwa semua aman untuk
memberikan pertolongan (aman
penolong, bayi/korban dan
lingkungan)
5. Cek respon pasien apakah pasien
sadar, tidak sadar atau hanya tidur
dengan cara :
a. Tepuk telapak kaki bayi untuk
menilai kesadaran. Jangan
mengguncang bayi dengan keras
karena dapat mengakibatkan cedera
dan jika tidak
b. Sambil observasi pernafasan dengan
memperhatikan pengembangan dada
dan abdomen korban.
c. Bila bayi tidak berespon, mungkin
karena: Sumbatan jalan napas oleh
lidah yang terjatuh ke belakang,
makanan atau sekresi, atau henti
napas.
d. Hati-hati mengguncangkan bahu
anak yang mengalami cedera
cervical.
e. Bila kondisi di luar rumah sakit/pra
hospital, pada bayi yang tidak
berespon perlu evakuasi segera ke
rumah sakit).
6. Bila bayitidak
berespon/unresponsivedan tidak
bernafas atau hanya bernafas
tersengal-sengal/ gaspingsegeralah
bertindak:
a. Jika anda sendirian, maka terlebih
dahulu langsung lakukan CPR
sebanyak 5 siklus (2 menit) sebelum
menghubungi Call Center Ambulans
Gawat Darurat “119”. Hal ini
dilakukan karena henti jantung pada
anak biasanya disebabkan karena
masalah pernapasan/gangguan
pernapasan.Jika ada orang lain di
sekitar kita, minta tolong untuk
memanggil ambulans “119”.
b. Minta segera pertolongan (call for
help) atau mengaktifkan
EMS(Emergency Medical Services).
Nomor panggilan darurat untuk
Indonesia adalah 119.
c. Jika seseorang telah datang untuk
membantu katakan dengan suara
jelas “Panggilkan Ambulans 119,
bawakan AED”
- Lokasi pasien, berikan nomor
handphone
- Kejadian (tidak sadar, henti nafas
dan jantung)
- Berapa orang yang dibutuhkan
untuk membantu
- Katakan butuh ambulans dan AED
secepatnya
- Terima instruksi dari ambulans
119
Seperti berikut ini ;
“Saya Sudarman di Kampus 2 UMI
nomor handphone 085 395 xxx xxx
disini ada 2 bayi yang tidak sadar dan
henti jantung. Saya minta pertolongan
sebanyak 6 orang. Segera kesini bawa
ambulance, alat-alat emergency
(AED). “Dengarkan klarifikasi dan
instruksi dari ambulans 119 terutama
orang awam.
Jika kondisi kejadian di dalam ruang
IGD atau ruang intensif lainnya cukup
dengan mengatakan “pasien
mengalami henti jantung, segera kesini
bantu saya persiapkan alat-alat
emergency”.
Jika kondisi di ruang perawatan
perawatan/poliklinik maka sebutlah
ruang perawatan dan kamar berapa.
Catatatan :
- Bayi terlihat jatuh pingsan, maka
aktifkan system tangga darurat
terlebih dahulu sebelum melakukan
CPR.
- Bayitidak terlihat jatuh pingsan
maka berikan CPR selama 2 menit
terlebih dahulu kemudian
mengaktifkan system tanggapan
darurat dan mengambil AED

7.  Perbaiki posisi bayi dengan posisi


supinasi/telentang pada tempat yang
datar dan keras. Balikkan tubuh
bayi dengan teknik log roll (Kepala,
leher, dan tubuh secara bersamaan)
pada posisi segaris (in line
position).
 Atur posisi penolong dengan
berlutut di samping bayi (jika di
luar rumah sakit) dan berdiri di
samping tempat tidur bayi (jika di
dalam rumah sakit).
CIRCULATION
8. Periksa tidak adanya nadi dengan
mempalpasi arteri brachialisdengan
cara :
 Pertahankan posisi head tilt dengan
satu tangan. Jangan terlalu
ekstensikan kepala bayi.
 Palpasidenyutan arteri
brachialisselama (< 10 detik) dan
rasakan ada atau tidaknya denyutan
arteri brachialis.
 Jika nadi tidak teraba, lakukan
kompresi dada
9.  Tempatkan posisi tangan untuk
kompresi dada.Jika 1 penolong, 2
jari di bagian sternum tepat di
bawah baris putting dan jika 2
penolong dengan tangan dengan ibu
jari bergerak melingkar di bagian
tengah dada tepat di bawah baris
puting.
 Cara menentukan posisi tangan :
1. Membuat garis imajiner antara
kedua puting dengan jari
telunjuk.
2. Letakkan jari tengah dan jari
manis pada tulang dada
disebelah jari telunjuk.
3. Posisi jari tegak.
4. Angkat jari telunjuk, dan
lakukan kompresi dada dengan
menggunakan jari tengah dan
jari manis.
10. Berikan kompresi 30 kali jika 1
penolong dan 15 kali jika 2 penolong
 Lakukan pijatan/kompresi dada
sebanyak 100-120 kali/menit,
kedalaman minimum sepertiga dari
diameter anterior posterior dada
atau 4 cm.
 Pastikan dada melakukan gerakan
recoil secara sempurna sebelum
memulai berikutnya kompresi.
 Jangan mengangkat jari dari dada
antara setiap kompresi.
 Posisi kepala penolong agak rendah
sepanjang siklus CPR (hingga nadi
teraba dan pernapasan ada).
AIRWAY (Buka dan bebaskan jalan nafas)
11.  Buka jalan napas dengan head tilt –
chin lift atau jaw thurst (jika bayi
curigai cedera servikal) dan dengan
cara :
- Letakkan satu tangan di dahi dan
jari-jari lain di dagu.
- Tekan kepada (dahi) ke belakang
dengan telapak tangan kemudian
angkat rahang ke depan secara
bersamaan dengan jari telunjuk
dan jari tengah untuk membuka
jalan nafas.
 Bersihkan jalan nafas dengan teknik
sapuan jari (finger sweep) yaitu
masukkan jari telunjuk ke dalam
mulut bayi dan keluarkan benda
asing dari dalam mulut.
 Jangan melakukan sapuan jari tanpa
melihat karena dapat mendorong
benda asing lebih jauh ke dalam
saluran napas.
 Bila sulit jangan paksakan

BREATHING (Berikan bantuan pernafasan atau


oksigenasi/ventilasi)
12. a. Berikan bantuan napas
(ventilasi/oksigenasi) sebanyak 2
kali dengan teknik :
 Mouth to mouth
 Mouth to nose
 Mouth to mask
 Mouth to stoma
b. Jika memberikan bantuan nafas
dengan teknik mouth to mouth
 Gunakan face shild yang
menutupi mulut dan hidung bayi.
 Berikan 2 kali ventilasi mouth to
mouth ke dalam mulut bayi dan
hidung secara bersamaan.
 Dada harus mengembang pada
saat dilakukan bantuan napas.
 Durasi untuk setiap bantuan
napas yang diberikan adalah 1
detik. Jangan menunda kompresi
dada lebih dari 6 detik saat
memberikan 2 kali bantuan
napas.
 Volume ventilasi adalah 30 ml.
13. Lakukan pijatan jantung (kompresi
dada) sebanyak 30 kali dan bantuan
pernafasan (ventilasi)sebanyak 2 kali
atau (perbandingan 30:2 jika 1
penolong dan 15:2 untuk 1 penolong)
sebanyak 5 siklus

14. Evaluasi setiap 5 siklus atau sekitar 2


menit.
 Jika nadi belum dan napas belum
ada, teknik kombinasi diulangi
kembali dimulai dengan kompresi
 Jika nadi ada tapi napas belum ada,
berikan bantuan napas sebanyak 20
kali per menit (satu napas setiap 3
detik) sambil menghitung 2-se-
ribu, 3-se-ribu ".
 Jika nadi dan napas ada tapi belum
sadar, posisikan korban pada
recovery position (posisi
pemulihan)
 Evaluasi denyut nadi pernapasan
setiap 2 menit karena ini bisa
berhenti tiba-tiba.
 Cara memberikan posisi miring
pada bayi :
- Tempatkan lengan bayi
disamping badannya.
- Luruskan kaki.
- Gendong dengan posisi miring ke
arah penolong
- Tahan/sokong kepala bayi dan
leher dengan satu tangan.
- Tempatkan tangan lainnya di
pinggul bayi.
- Balik/miringkan badan bayi
dengan teknik log roll ke arah
Anda.
- Ganjal punggung bayi dengan
bantal lembut atau gulungan
selimut.
- Pastikan kepala bayi tidak terlalu
tertekuk (hiperekstensi).
- Evaluasi denyut nadi dan
pernapasan bayi setiap 2 menit
karena ini bisa berhenti tiba-tiba.
15 Sampaikan hasil tindakan pada pasien
dan atau keluarga pasien
16 Evaluasi perasaan pasien
17 Rapikan pasien dan berikan posisi
nyaman
18 Cuci dan rapikan kembali alat dan
bahan yang telah digunakan
19 Dokomentasikan hasil tindakan
20 Berdoa setelah melakukan tindakan
Nilai Paraf dan
Nama
Komentar Pembimbing : Pembimbing

Penampilan Keseluruhan: Amat Baik


Baik Cukup Perlu perbaikan
PENGELOLAAN JALAN NAFAS DENGAN
MANUAL AIRWAY MANUVEUR, FINGER
SWEEP
Tujuan Pembelajaran :
Setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian, tujuan,
indikasi tindakan pengelolaan jalan nafas dengan manual
airway manuveur, finger sweep
2. Mampu menyiapkan bahan yang digunakan pada
tindakan pengelolaan jalan nafas tanpa menggunakan alat
3. Mampu membuka jalan nafas dengan teknik manual
airway manuveur
4. Mampu membersihkan jalan nafas dengan teknik finger
sweep pada pasien yang sadar maupun tidak sadar
5. Mampu mengevaluasi kepatenan jalan nafas
A. Pengertian
Membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara
secara normal baik dengan manual.
B. Tujuan
a. Membuka jalan nafas
b. Membebaskan dan mempertahankan kepatenan jalan
nafas
c. Mengeluarkan benda asing di dalam jalan nafas
C. Indikasi
1. Pasien tidak sadar apapun sebabnya
2. Adanya sumbatan jalan nafas parsial atau total
D. Prosedur (Manual Airway Manuveur)
No Dilakukan
Tindakan Ya TD
T TT
2 1 0
Head Tilt dan Chin LiftDilakukan jika
pasien tidak sadar dan tidak ada cedera
kepala

1. Membaca doa sebelum melakukan


tindakan
2. Jelaskan tujuan prosedur tindakan pada
keluarga pasien dan minta persetujuan
tindakan secara cepat (sesuaikan dengan
kondisi)
3. Pakai alat pelindung diri (masker,
handscon/sarung tangan, celemek,dan
lain-lain)
4. Baringkan korban terlentang pada
permukaan yang datar dan keras
5. Letakkan telapak tangan pada dahi pasien
6. Tekan dahi sedikit mengarah ke depan
dengan telapak tangan
7. Letakkan ujung jari telunjuk dan jari
tengah dari tangan lainnya di bawah
bagian ujung tulang rahang pasien
8. Tengadahkan kepala dan
menahan/menekan dahi pasien secara
bersamaan sampai kepala pasien pada
posisi ekstensi
9. Evaluasi jalan nafas dengan look, listen
dan feel
- Look (lihat). Lihat gerakan
nafas/pengembangan dada dan adanya
retraksi sela iga
- Listen (dengar).
Dengarkan bunyi
pernafasan
- Feel (rasa) Rasakan
adanya aliran udara.
Jaw Trust
Dilakukan jika pasien
tidak sadar dan ada
cederakepala. Immobilsasi
leher jika cedera kepala
1. Membaringkan korban terlentang pada
permukaan yang datar dan keras
2. Mendorong ramus vertical mendibula
kiri dan kanan ke depan sehingga
barisan gigi bawah berada di depan
barisan gigi atas atau
3. Menggunakan ibu jari masuk ke dalam
mulut korban dan bersama dengan jari-
jari yang lain menarik dagu korban ke
depan, sehingga otot-otot penahan lidah
tegang dan terangkat
4. Mempertahankan posisi mulut pasien
tetap terbuka
5. Mengevaluasi jalan nafas dengan look,
listen dan feel
Membersihkan Jalan nafas

1. Sapuan jari
a. Pasang sarung tangan
b. Buka mulut pasien dengan jaw trust
dan tekan dagu ke bawah
c. Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari
tengah yang bersih atau dibungkus
dengan sarung tangan/kassa untuk
membersihkan dan mengorek semua
benda asing
2 Dengan suction
a. Dilakukan bila ada benda asing di
dalam mulut
b. Sampaikan hasil tindakan pada
pasien dan atau keluarga pasien
3 Evaluasi perasaan atau kondisi pasien
4 Cuci dan rapikan kembali alat dan
bahan yang telah digunakan
5 Dokumentasikan hasil tindakan
6 Berdoa setelah melakukan tindakan
MEMPERTAHANKAN JALAN NAFAS
DENGAN ALAT BANTU JALAN NAFAS
SEMENTARA
AIRWAY : Obstruksi Parsial
Jalan Nafas Sementara

Oro-pharingeal Naso-pharingeal
AGD 118 23
(tidak ada refleks) (ada refleks muntah)

Tujuan Pembelajaran :
Setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian, tujuan, indikasi
tindakan membuka jalan nafas dengan alat bantu sementara
2. Mahasiswa mampu menyiapakan alat dan bahan yang
digunakan pada tindakan membuka jalan nafas dengan alat
bantu sementara
3. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan memasang OPA
dan NPA.

A. Pengertian
Memberikan nafas bantu dengan alat bantu pada penderita
gagal nafas apapun penyebabnya. Bila pengelolaan gangguan
jalan napas tanpa menggunakan alat belum berhasil mencapai
jalan napas bebas sempurna, maka dapat digunakan alat bantu
napas.
B. Tujuan
Untuk mempertahankan kepatenan jalan napas.
C. Indikasi
Penderita gagal nafas.
D. Prosedur
Dilakukan
NO Tindakan Ya TD
T TT
2 1 0
A Oro-Pharingeal Airway (OPA) atau
gudel
1 Berdoa sebelum memulai tindakan
2 Jelaskan tujuan prosedur tindakan pada
keluarga pasien dan minta persetujuan
tindakan secara cepat (sesuaikan dengan
kondisi)
3 Mempersiapkan alat :
- Oro-pharingeal Airway (OPA) yang
sesuai ukuran pasien. Ukuran umum
yang tersedia
a. Dewasa besar = 100 cm (Guedel
no.5)
b. Dewasa sedang = 90 cm (Guedel
no.4)
c. Dewasa kecil = 80 cm (Guedel
no.3)
d. Anak-anak = Guedel no.1 & 2
- Spatel lidah
- Stetoskop
- Handscoon
4 Jelaskan tujuan prosedur tindakan pada
keluarga pasien
5 Menggunakan alat pelindung diri
(handscoon)
6 Membuka jalan nafas dengan head
tilt/chin lift maneuver atau jaw thrust
tanpa head tilt maneuver
7 Menentukan ukuran OPA yang tepat
bagi pasien dengan meletakkan OPA di
samping pipi pasien dan memilih OPA
yang panjangnya sesuai dari sudut mulut
hingga ke sudut rahang bawah (angulus
mandibulae)
8 Memasang alat, terdapat 2 cara :
a. Cara pertama
- Membuka mulut dan memasukkan
OPA terbalik
- Memutar/merotasi OPA jika
mencapai palatum molle
b. Cara kedua
- Membuka mulut dengan spatel
- Dengan hati-hati memasukkan OPA
hingga ke belakang
- Pada anak-anak, sebaiknya
memakai cara ini, karena rotasi
dapat menyebabkan patahnya gigi
dan kerusakan faring.
9 Mengecek ketepatan pemasangan OPA
dengan memberikan ventilasi pada
pasien. Jika pemasangan tepat akan
tampak pengembangan dada dan suara
nafas terdengar melalui auskultasi paru
dengan stetoskop selama ventilasi
B Naso-Pharingeal Airway (NPA)
1 Mempersiapkan alat :
- Naso-Pharing Airway (NPA) yang
sesuai dengan ukuran pasien
- Stetoskop
- Lubrukan air laut (water-soluble
lubricant)
- Handscoon
2 Menggunakan alat pelindung diri
(handscoon)
3 Membuka jalan nafas dengan head-
tilt/chin lift maneuver atau jaw trust
tanpa head tilt maneuver
4 Menentukan ukuran NPA yang tepat bagi
pasien
- Meletakkan NPA di samping pipi
pasien dan memilih NPA yang
panjangnya sesuia pangkal cuping
hidung sampai cuping telinga
- NPA terlalu panjang dapat
menstimulasi gag reflex sedangkan
NPA yang terlalu pendek tidak dapat
menjauhkan lidah dari faring anterior
5 Melubrikasi ujung NPA dengan lubrikan
larut air (water-souble lubricant) untuk
meminimalkan tahanan dan menurunkan
iritasi pada saluran lubang hidung
6 Memasukkan NPA dengan cara
memegang NPA seperti memegang
pensil dan secara perlahan dimasukkan
ke dalam lubang hidung pasien dengan
bevel menghadap ke nasal septum
7 Mendorong alat sepanjang dasar hidung,
mengikuti lekukan saluran lubang
hidung, hingga penggiran pangkal NPA
rata dengan lubang hidung
8 Jika terjadi tahanan selama insersi,
merotasi NPA bolak-balik dengan
lembut di antara kedua kaki
9 Jika terjadi tahanan tetap terjadi, tidak
memakasakan pemasangan alat karena
dapat menyebabkan abrasi dan laserasi
mukosa hidung yang dapat
mengakibatkan perdarahan dan resiko
aspirasi
10 Sampaikan hasil tindakan pada pasien
dan atau keluarga pasien
11 Evaluasi perasaan pasien
12 Rapikan pasien dan berikan posisi
nyaman
13 Cuci dan rapikan kembali alat dan bahan
yang telah digunakan
14 Dokomentasikan hasil tindakan
15 Berdoa setelah melakukan tindakan
MELAKUKAN TINDAKAN INTUBASI
(ENDOTRACHEAL TUBE)
Tujuan Pembelajaran :
Setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mampu mengetahui pengertian, tujuan, indikasi, dan
komplikasi pada tindakan Intubasi
2. Mampu menyiapkan alat dan bahan yang digunakan pada
tindakan Intubasi
3. Mampu melaksanakan tindakan intubasi
A. Pengertian
Memasukkan pipa trakhea ke dalam trakhea melalui
hidung/mulut.
B. Tujuan
1. Membebaskan jalan nafas
2. Sebagai tindakan awal untuk pemasangan ventilator
3. Mempertahankan pernafasan secara adekuat pada
kegagalan pernafasan.
4. Mengurangi dead space pada patah beberapa tulang iga
yang menimbulkan “flail chest” / respirasi paradoxal
C. Indikasi
1. Gagal nafas
2. Retensi sputum
3. Pemasangan ventilator
4. Klien Koma
5. Perdarahan masif di rongga mulut
D. Pertimbangan
1. Cara lain u/ bebaskan jalan nafas gagal
2. Sukar memberikan pernafasan buatan
3. Risiko aspirasi ke paru besar
4. Perlu mencegah hiperkarbia (cedera kepala)
5. GCS = 8 atau lebih rendah
E. Komplikasi/Resiko
1. Hipoksia, spasme pita suara
2. Tek darah naik, bradikardia / asistole
3. Tekanan Intra Kranial naik
4. Gerak leher memperberat cedera cervical
5. Idealnya, intubasi dibantu obat anestesia dan obat
pelumpuh otot (harus tenaga ahli)
F. Prosedur
Dilakukan
NO Tindakan Ya TD
T TT
2 1 0
1 Menyiapkan alat
a. Hand schoen, masker
b. Laringoscope lurus dan bengkok
berbagai ukuran dalam keadaan siap
pakai
c. Xylocain semprit dan xylocain jelly
dalam tempatnya
d. ETT endotracheal tube/OT, dengan
berbagai ukuran
e. “Magil forscep”
f. Semprit dan obat premidikasi
g. Gudel dengan berbagai ukuran
h. Arteri kiem
i. “Cuff inflator” (semprit 20 cc)
j. Stetoscope
k. Penghisap lendir lengkap dalam
keadaan siap pakai
l. Air viva dan masker oksigen
m. Sarung tangan steril
n. Plester dan gunting
o. Bengkok
p. Monitor EKG
q. Alat pembuka mulut
r. Ambu bag
s. Ventilator lengkap
2. Gunakan alat pelindung diri
(handscoon, masker dan pelindung
mata)
3. Buka jalan nafas dengan head-tilt/chin
lift maneuver atau jaw thrust maneuver
tanpa head-tilt jika dicurigai ada trauma
4. Berikan tindakan preoksigenasi dengan
memberikan nafas bantuan dengan
menggunakan ambu bag
5. Lumasi selang endotrakeal dengan jelly
6. Sambungkan blade (pisau) ke handle
(gagang) laringoskop
7. Pegang laringoskop di tangan kiri
dengan ujung blade menghadap ke
perawat
8. Masukkan pisau ke dalam sisi kanan
mulut agar pisau laringoskop menggeser
lidah ke sisi kiri dan tidak menghalangi
jalan nafas
9. Setelah memasukkan pisau sampai ke
faring, pisau diletakkan di sebelah
anterior (depan) epiglottis pada dasar
lidah
10. Angkat epiglottis kea rah atas distal
dengan pegangan membentuk sudut 45o
menjauhi perawat. Tindakan ini akan
mengangkat epiglottis dan memelihara
pita suara
11 Masukkan selang endotrakeal yang
sudah diberi pelumas ke dalam faring
dari sisi sebelah kanan sehingga
pandangan pada pita suara tidak tertutup
12. Dorong selang endotrakeal kea rah
distal masuk ke dalam trakea. Hindari
selang terdorong terlalu dalam hingga
melewati karina (percabangan bronchus
kiri dan kanan) karena akan
menghalangi pernafasan ke salah satu
paru-paru
13. Evaluasi ketepatan penempatan ujung
selang dengan cara
a. Berikan ventilasi pada pasien dengan
ambu bag
b. Sementara dilakukan ventilasi,
lakukan auskultasi di atas
epigastrium, mid axilla dan anterior
paru kiri dan kanan akanada/tidaknya
suara nafas pada kedua paru
14. Setelah penempatan ujung selang
endotrakeal tepat, lakukan fiksasi selang
endotrakeal dengan cara
a. Sambungkan spuit yang berisi 6-10
ml udara ke ujung inflating tube.
b. Kembangkan balon (cuff) dengan
cara injeksikan udara dalam spuit
15. Lepaskan spuit ujung inflating tube jika
balon telah mengembang
16. Amankan pipa dengan meletakkan pipa
pada sudut mulut dan lakukan fiksasi
luar pada selang dengan plester pada
kedua pipi pasien
17. Berikan bantuan ventilasi dengan
oksigen
18. Observasi
20. Hal- hal yang perlu diperhatikan :
1. Sebelum tindakan dilakukan
lengkapi dahulu inform consent klien
2. Letakkan punggung tangan di atas
mulut untuk menilai balon berisi
udara denga cukup
3. Kempiskan balon secara
berkala,minimal tiap 4 jam selama 10
detik untuk mempertahankan
sirkulasi daerah trachea
4. Ganti ETT, setiap satu minggu/sesuai
kondisi klien
5. Ubah letak ETT setiap penggantian
fiksasi
MEMBERIKAN BANTUAN NAFAS

Bayi dan Anak


Membebaskan jalan nafas dan Cekk ada nafas atau tidak
Memberikan bantuan oksigen

Tujuan Pembelajaran :
Setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian, tujuan, indikasi
tindakan nafas bantuan
2. Mampu menyiapkan alat dan bahan pada tindakan nafas
bantuan
3. Mampu melaksanakan tindakan mouth to mouth
4. Mampu melaksanakan tindakan mouth to nouse
5. Mampu melaksanakan tindakan Bag-Valve-Mask
ventilation
A. Pengertian
Usaha memberikan nafas bantuan kepada korban/pasien
melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung dan dengan
menggunakan alat.
B. Tujuan
a. Memenuhi kebutuhan oksigen
b. Memenuhi kebutuhan sirkulasi
C. Indikasi
a. Pasien yang tidak mampu bernafas secara spontan
b. Pasien yang henti nafas
D. Prosedur
Penilaian
Ya TD
NO TINDAKAN
T TT

2 1 0

1 Berdoa sebelum memulai tindakan


2 Jelaskan tujuan prosedur tindakan pada
keluarga pasien dan minta persetujuan
tindakan secara cepat (sesuaikan dengan
kondisi)
3 Gunakan alat proteksi diri(Standart
Precaution): sarung tangan, masker,
kacamata
A Mouth to Mouth Ventilation
1. Buka jalan nafas pasien dengan head
tilt/chin lifh manuverur atau jaw thrust
2. Tutup hidung pasien dengan memencet
lubang hidung pasien dengan ibu jari dan
telunjuk
3. Tarik nafas yang dalam untuk
mengoptimalkan jumlah oksigen dalam
udara yang akan dihembuskan dan
menutup seluruh mulut pasien dengan
mulut perawat
4. Hembuskan udara dengan kuat sambil
mengobservasi pengembangan adada
(waktu tiap hembusan 1.5-2 detik
5. Buka lubang hidung pasien untuk
memberikan kesempatan pada pasien
untuk enhalasi
6. Ulangi prosedur jika pasien belum
bernafas spontan
B Mouth to Nose Ventilation
1. Buka jalan nafas dengan head tilt/ chin lift
manuveur atau jaw trust
2. Tutup mulut pasien
3. Tarik nafas yang dalam untuk
mengoptimalkan jumlah oksigen dalam
udara yang akan dihembuskan dan
menutup seluruh hidung pasien pasien
dengan mulut perawat
4. Hembuskan udara dengan kuat sambil
mengobservasi pengembangan adada
(waktu tiap hembusan 1.5-2 detik
5. Angkat mulut perawat dari hidung pasien
untuk memberikan kesempatan bagi
pasien untuk enhalasi
6. Ulangi prosedur jika pasien belum
bernafas spontan
C Bag-Valve-Mask Ventilation
1. Aatur posisi perawat di atas kepala pasien
yang akan terlentang
2. Buka jalan nafas pasien dengan head
tilt/chin lift manuveur atau jaw trust tanpa
head tilt maneuver dicurigai trauma
3. Bersihkan jalan nafas pasien dari secret
atau muntah, jika perlu
4. Pasang OPA jika pasien tidak sadar
5. Pilih ukuran mask yang sesuai dengan
pasien daan pasang di wajah pasien
6. Pasang bag dengan maks, jika belum
tersambung
7. Letakkan bagian yang menyempit (apeks)
dari masker di atas batang hidung pasien
dan bagian yang melebar (basis) dari
masker di antara bibir bawah dengan dagu
8. Stabilkan masker pada tempatnya dengan
ibu jari dan telunjuk membentuk huruf
“C”. menggunakan jari yang lainnya pada
tangan yang sama untuk mempertahankan
posisi kepala dengan mengangkat dagu
sepanjang mandibula dengan jari
membentuk huruf “E”
9. Berikan ventilasi dengan mengempiskan
bag dengan menggunakan tangan lainnya.
Ventilasi dilakukan tiap 5 detik (12
ventilasi/menit). Ventilasi dilakukan
perlahan untuk memungkinkan bag terisi
penuh kembali sebelum ventilasi
berikutnya
10. Observasi pengembangan dada pasien
selama ventilasi dilakukan
11. Hentikan ventilasi jika terjadi
pengembangan dada adekuat dan spontan
12. Sampaikan hasil tindakan pada pasien dan
atau keluarga pasien
13. Evaluasi perasaan pasien
14. Rapikan pasien dan berikan posisi
nyaman
15. Cuci dan rapikan kembali alat dan bahan
yang telah digunakan
16. Dokomentasikan hasil tindakan
17. Berdoa setelah melakukan tindakan
PENGELOLAAN JALAN NAFAS
(TERSEDAK) PADA ORANG DEWASA
ABDOMINAL TRUS DAN CHEST TRUST
Tujuan Pembelajaran :
Setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian, tujuan, indikasi
tindakan pengelolaan jalan nafas dengan manual airway
manuveur, finger sweep, back blow, Heimlich maneuver,
abdominal trust dan chest trust.
2. Mampu menyiapkan bahan yang digunakan pada tindakan
pengelolaan jalan nafas tanpa menggunakan alat
3. Mampu membuka jalan nafas dengan teknik manual airway
manuveur
4. Mampu membersihkan jalan nafas dengan teknik finger
sweep pada pasien yang sadar maupun tidak sadar
5. Mampu melaksanakan tindakan back blow pada usia dewasa,
anak-anak dan bayi pada pasien sadar maupun tidak sadar
6. Mampu melaksanakan tindakan Heimlich maneuver pada
pasien sadar maupun tidak sadar
7. Mampu melaksanakan tindakan abdominal trust pada pasien
sadar maupun tidak sadar
8. Mampu melaksanakan tindakan chest trust
9. Mampu mengevaluasi kepatenan jalan nafas

A. Pengertian
Membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara
secara normal baik dengan manual. Teknik ini digunakan
B. Tujuan
1. Membuka jalannafas
2. Membebaskan dan mempertahankan kepatenan jalan
nafas
3. Mengeluarkan benda asing di dalam jalan nafas
C. Indikasi
1. Pasien tidak sadar apapun sebabnya
2. Adanya sumbatan jalan nafas parsial atau total
D. Prosedur
Penilaian
NO TINDAKAN Ya TD
T TT
2 1 0
1. Baca doa sebelum melakukan tindakan
2. Jelaskan tujuan prosedur tindakan pada
keluarga pasien dan minta persetujuan
tindakan secara cepat (sesuaikan dengan
kondisi)
3. Pasang alat proteksi diri
4. Observasi adanya tanda-tanda tersedak
pada pasien
Tanya pasien: "Apakah Anda tersedak?"
Jika korban tersedak,
pasien tidak akan dapat
bersuara, bernapas atau
batuk tapi hanya
menganggukkan
kepalanya.
Beritahu pasien bahwa
Anda dapat membantu.
Jika pasien mampu batuk, instruksikan
pasien batuk sekeras mungkin.
Lakukanlah teknik abdominal thrust jika
dengan cara batuk tidak dapat
mengeluarkan benda asing.
5. Ambillah posisi
Berdiri di belakang jika
pasien berdiri
Berlutut dan ambil
posisi di belakang pasien
jika pasien sedang duduk.
6. Tentukan lokasi penempatan tangan
Rangkul perut pasien di atas
pusar/umbilikus.
Tempatkan sisi ibu jari tangan yang
dikepal pada perut korban di garis
tengah tepat dua jari di atas
pusar/umbilikus.

7. Lakukan hentakan
Dorong badan pasien ke depan
menggunakan satu tangan, sambil
pertahankan kepalan tangan yang
lainnya diatas pusar.
Pegang tangan yang
satu dengan tangan
lainnya.
Lakukan hentakan
abdominal thrust
secara cepat ke dalam dan ke atas dalam
satu gerakan ke perut pasien sebanyak 5
kali. Teknik ini dapat menghilangkan
obstruksi sampai benda asing
dikeluarkan karena mendorong benda
asing keluar dari jalan nafas sehingga
airway (jalan nafas) paten.
8. Observasi kembali apakah benda asing
sudah keluar atau belum. Jika belum
keluar maka ulangilah prosedur
9. Jika benda asing sudah keluar dari jalan
nafas maka berikanlah posisi nyaman
pada pasien dan pertahankan jalan nafas
tetap paten.
10. Jika pasien jatuh pingsan dan tidak ada
tanda-tanda pengeluaran benda asing,
maka baringkanlah korban pada
permukaan yang datar dan keras untuk
dilakukan resusitasi jantung paru.
11. Minta bantuan.
Minta tolong dan aktifkan bantuan
ambulans gawat darurat (119) . Kondisi
pra hospital (di luar RS)
12. Lakukan resusitasi jantung paru sesuai
dengan prosedur RJP sampai pasien
kembali sadar/bernafas normal atau
penolong yang lain telah tiba.
13. Atur kembali posisi yang nyaman dan
persilahkan pasien istrahat sebelum
meninggalkannya.
14. Informasikan hasil tindakan kepada
pasien.
15. Jika menggunakan alat, cuci alat yang
telah digunakan, sterilkan dan kembalikan
ke tempat semula dengan rapi.
16. Cuci tangan
17. Dokumentasikan tindakan (catat hasil
tindkan, respon pasien, catat waktu
tindakan : hari/tanggal/jam, dan nama
serta tanda tangan Ners yang melakukan
tindakan).
18. Berdoa setelah semua proses tindakan
selesai
CHEST TRUST PADA USIA DEWASA
Penilaian
Ya
NO TINDAKAN TD
T TT
2 1 0
1 Baca doa sebelum melakukan tindakan
2 Jelaskan tujuan prosedur tindakan pada
keluarga pasien dan minta persetujuan
tindakan secara cepat (sesuaikan dengan
kondisi)
3 Pasang alat proteksi diri
4 Observasi adanya tanda-tanda tersedak
pada pasien
Tanya pasien: "Apakah Anda tersedak?"
Jika korban tersedak, pasien tidak akan
dapat bersuara, bernapas atau batuk tapi
hanya menganggukkan kepalanya.
Beritahu pasien bahwa Anda dapat
membantu.
Jika pasien mampu batuk, instruksikan
pasien batuk sekeras mungkin.
Lakukanlah teknik chest trust jika dengan
cara batuk tidak dapat mengeluarkan
benda asing.
5 Ambillah posisi
Berdiri di belakang jika pasien berdiri
Berlutut dan ambil posisi di belakang
pasien jika pasien sedang duduk.
6 Tentukan lokasi penempatan tangan
Rangkul dada pasien/sejajar axilla
(ketiak) dengan menggunakan kedua
lengan.
Kepalkan tangan dengan cara ibu jari
melipat ke dalam dan dikepal dengan
empat jari lainnya dan letakkan kepala
tangan dengan posisi kepalan ibu jari di
mid sternum (pertengahan tulang dada)
pasien
7 Lakukan hentakan
Dorong badan pasien ke depan
menggunakan satu tangan, sambil
pertahankan kepalan tangan yang lainnya
di atas mid sternum (pertengahan tulang
dada).
Pegang tangan yang satu dengan tangan
lainnya.
Lakukan hentakan chest trust secara
cepat ke dalam dada sebanyak 5 kali.
Teknik ini dapat menghilangkan
obstruksi sampai benda asing dikeluarkan
karena mendorong benda asing keluar
dari jalan nafas sehingga airway (jalan
nafas) paten.
8 Observasi kembali apakah benda asing
sudah keluar atau belum. Jika belum keluar
maka ulangilah prosedur
9 Jika benda asing sudah keluar dari jalan
nafas maka berikanlah posisi nyaman pada
pasien dan pertahankan jalan nafas tetap
paten.
10 Jika pasien jatuh pingsan dan tidak ada
tanda-tanda pengeluaran benda asing, maka
baringkanlah korban pada permukaan yang
datar dan keras untuk dilakukan resusitasi
jantung paru
11 Minta bantuan.
Minta tolong dan aktifkan bantuan
ambulans gawat darurat (119) . Kondisi pra
hospital (di luar RS)
12 Lakukan resusitasi jantung paru sesuai
dengan prosedur RJP sampai pasien
kembali sadar/bernafas normal atau
penolong yang lain telah tiba.
13 Atur kembali posisi yang nyaman dan
persilahkan pasien istrahat sebelum
meninggalkannya.
14 Informasikan hasil tindakan kepada pasien.
15 Jika menggunakan alat, cuci alat yang telah
digunakan, sterilkan dan kembalikan ke
tempat semula dengan rapi.
16 Cuci tangan
17 Dokumentasikan tindakan (catat hasil
tindkan, respon pasien, catat waktu
tindakan : hari/tanggal/jam, dan nama serta
tanda tangan Ners yang melakukan
tindakan).
18 Berdoa setelah semua proses tindakan
selesai

Keterangan : Jika menemukan kasus tersedak/obstruksi jalan


nafas dalam kondisi pasien jatuh pingsan atau tidak sadar maka
jangan langsung lakukan tindakan RJP (Resusitasi Jantung Paru)
sesuai dengan prosedur. Sedangkan pada pasien anak dan
penolongnya orang dewasa/lebih tinggi dari pasien,maka
sejajarkan tinggi badan Anda dengan anak dengan cara sedikit
menjongkokkan badan Anda.
PENGELOLAAN JALAN NAFAS
(TERSEDAK) PADA ANAK (ABDOMINAL
TRUST & CHEST TRUST)

Obstruksi jalan napas total merupakan keadaan darurat


yang akan mengakibatkan kematian dalam beberapa menit jika
tidak segera ditangani. Insiden yang paling umum yang
menyebabkan tersedak pada anak-anak adalah pada saat makan
atau bermain.
Pencegahan
1. Potong makanan menjadi potongan kecil- kecil dan
membimbing anak untuk mengunyah
makanan dengan perlahan hingga
hancur menyeluruh sebelum menelan.
2. Mencegah anak berbicara atau tertawa
ketika ada makanan di mulut.
3. Mencegah anak berjalan atau bermain sambil makan.
Mengenali Sumbatan Jalan Napas (Chocking)
Sumbatan jalan napas oleh
benda asing (FBAO) dapat terjadi
sebagian atau sumbatan total. Batuk
adalah pertahanan alami tubuh
terhadap adanya sumbatan jalan
napas. Seorang anak dengan
sumbatan jalan napas sebagian
(ringan) akan berupaya batuk untuk
mengeluarkan benda asing dari
dalam mulut. Jika anak mengi’
(Bunyi napas melengking) atau
batuk menandakan bahwa anak
mengalami sumbatan jalan napas
sebagian (parsial). Instruksikan anak batuk untuk mengeluarkan
benda asing dari dalam mulutnya sendiri. Pada sumbatan jalan
napas total, anak tidak dapat berbicara, bernapas atau pun batuk
dan kemungkinan akan mengalami sianosis (kebiruan pada
wajah). Anak akan terlihat mencekik lehernya dengan ibu jari dan
jari telunjuk. Inilah yang disebut tanda “Universal Chocking
Sign” pada orang yang tersedak yang membutuhkan tindakan
pertolongan yang segera.

Prosedur Tindakan
Penilaian
NO TINDAKAN Ya TD
T TT
2 1 0
1 Baca doa sebelum melakukan
tindakan
2 Jelaskan tujuan prosedur tindakan
pada keluarga pasien dan minta
persetujuan tindakan secara cepat
(sesuaikan dengan kondisi)
3 Pasang alat proteksi diri
4 Observasi adanya tanda-tanda
tersedak pada pasien
 Tanya pasien: "Apakah Anda
tersedak?" Jika korban tersedak,
pasien tidak akan dapat bersuara,
bernapas atau batuk tapi hanya
menganggukkan kepalanya.
 Beritahu pasien bahwa Anda dapat
membantu.
 Jika pasien mampu batuk,
instruksikan pasien batuk sekeras
mungkin.
 Lakukanlah teknik chest trust jika
dengan cara batuk tidak dapat
mengeluarkan benda asing.
5 Ambillah posisi
 Berdiri di belakang jika pasien
berdiri
 Berlutut dan ambil posisi di
belakang pasien jika pasien sedang
duduk.
6 Tentukan lokasi penempatan tangan
 Rangkul dada pasien/sejajar axilla
(ketiak) dengan menggunakan
kedua lengan.
 Kepalkan tangan dengan cara ibu
jari melipat ke dalam dan dikepal
dengan empat jari lainnya dan
letakkan kepala tangan dengan
posisi kepalan ibu jari di mid
sternum (pertengahan tulang dada)
pasien
7 Lakukan hentakan
 Dorong badan pasien ke depan
menggunakan satu tangan, sambil
pertahankan kepalan tangan yang
lainnya di atas mid sternum
(pertengahan tulang dada).
 Pegang tangan yang satu dengan
tangan lainnya.
 Lakukan hentakan chest trust
secara cepat ke dalam dada
sebanyak 5 kali. Teknik ini dapat
menghilangkan obstruksi sampai
benda asing dikeluarkan karena
mendorong benda asing keluar dari
jalan nafas sehingga airway (jalan
nafas) paten.
8 Observasi kembali apakah benda
asing sudah keluar atau belum. Jika
belum keluar maka ulangilah
prosedur
9 Jika benda asing sudah keluar dari
jalan nafas maka berikanlah posisi
nyaman pada pasien dan pertahankan
jalan nafas tetap paten.
10 Jika pasien jatuh pingsan dan tidak
ada tanda-tanda pengeluaran benda
asing, maka baringkanlah korban
pada permukaan yang datar dan keras
untuk dilakukan resusitasi jantung
paru.
11 Minta bantuan.
Minta tolong dan aktifkan bantuan
ambulans gawat darurat (119) .
Kondisi pra hospital (di luar RS)
12 Lakukan resusitasi jantung paru
sesuai dengan prosedur RJP sampai
pasien kembali sadar/bernafas normal
atau penolong yang lain telah tiba.
13 Atur kembali posisi yang nyaman dan
persilahkan pasien istrahat sebelum
meninggalkannya.
14 Informasikan hasil tindakan kepada
pasien.
15 Jika menggunakan alat, cuci alat yang
telah digunakan, sterilkan dan
kembalikan ke tempat semula dengan
rapi.
16 Cuci tangan
17 Dokumentasikan tindakan (catat hasil
tindkan, respon pasien, catat waktu
tindakan : hari/tanggal/jam, dan nama
serta tanda tangan Ners yang
melakukan tindakan).
18 Berdoa setelah semua proses tindakan
selesai
MENGELUARKAN BENDA ASING PADA
ORANG DEWASA YANG TIDAK SADAR

Jika korban menjadi tidak sadar, lanjutkan dengan langkah-


langkah berikut
.
Langkah 1. Posisi korban
Baringkan korban dengan posisi penolong menyeret dari
belakang hinga berbaring pada tempat dengan permukaan datar.

Langkah 2. Mengaktifkan bantuan ambulans gawat darurat


(119)
Penolong berteriak: "Tolong! Panggilkan Ambulans 119!

Langkah 3. Mulai 30 kompresi dada


Letakkan punggung telapak tangan pada dada lalu lakukan 30
kompresi dada lokasi yang sama dan teknik yang digunakan
untuk kompresi dada saat melakukan CPR.

Langkah 4. Membuka jalan napas


 Lakukan manuver head tilt-chin lift untuk membuka jalan
napas.
 Buka mulut korban untuk
memeriksa benda asing
apakah terlihat.
 Jika benda asing terlihat,
bebaskan jalan napas dengan
manuver chin lift dan
masukkan jari telunjuk ke
dalam mulut korban
menyusuri bagian dalam pipi.
 Gunakan tehnik sapuan jari untuk mengeluarkan benda asing
dari dalam mulut.. Keluarkan benda asing dari dalam mulut
dengan jantung-jantung, jangan memaksa agar benda asing
tidak terdorong semakin jauh kedalam tenggorokan. Manuver
ini dikenal sebagai finger sweep manouver.
Langkah 5. Cek pernapasan
Cek pernapasan dengan tehnik Lihat, Dengar & Rasakan:
 Lihat pengembangan naik turunnya dada.
 Dengarkan hembusan udara pernapasan.
 Rasakan aliran udara dari mulut dan hidung korban di pipi
Anda.

Langkah 6. Ventilasi mouth to mouth


 Jika tidak ada pernapasan spontan, berikan ventilasi satu kali
dengan mouth to mouth (ventilasi pertama).
 Jika ada resistensi/tahanan (yaitu dada tidak mengembang),
kemungkinan jalan napas mungkin masih tersumbat. Reposisi
kepala korban dengan memiringkan kepala, lakukan manuver
chin lift. Lihat benda asing dalam mulut dan jika ditemukan
lakukan sapuan jari. Jika benda asing belum dapat dikeluarkan
berikan ventilasi ke-2.

LANGKAH 7. Kompresi Dada


 Jika ada resistensi/tahanan
(yaitu dada tidak
mengembang) lagi, lakukan
kembali kompresi dada
sebanyak 30 kali dengan
lokasi dan teknik yang sama
dalam CPR.
 Kemudian dilanjutkan ke memiringkan kepala, manuver chin
lift dan memeriksa benda asing.Ulangi langkah 4 sampai 7
sampai bantuan tiba dan mengambil alih pertolongan atau
pasien mulai bernapas, batuk, berbicara atau bergerak.
MEMBEBASKAN JALAN NAPAS DARI
BENDA ASING PADA ANAK YANG TIDAK
SADAR
Jika anak menjadi tidak sadar, lanjutkan dengan langkah-langkah
berikut:

Langkah 1.Posisi Anak


 Atur posisianak berbaring di tempat dengan permukaan yang
datar.

Langkah 2.Mengaktifkan Layanan Ambulans Gawat Darurat


 Penolong berteriak: "Tolong! Panggilkan Ambulans 119! "

Langkah 3.Mulai 30 Kompresi Dada


 Cari letak posisi yang tepat untuk
kompresi dada,.
 Letakkan kepalan tangan pada lokasi yang
telah kita tentukan (lokasi penempatan
kepalan tangan dan teknik kompresi sama
dengan yang digunakan untuk kompresi
dada CPR)
 Lakukan kompresi dada sebanyak 30 kali.

Langkah 4.Membuka Jalan Napas


 Lakukan manuver head tilt-chin lift
untuk membuka jalan napas.
 Sambil mempertahankan posisi
ekstensi kepala, buka mulut korban
dengan hati-hati untuk
memeriksakeberadaan benda asing.
 Jika benda asing terlihat, bebaskan
jalan napas dengan manuver chin lift
dan masukkan jari telunjuk ke dalam
mulut korban menyusuri bagian
dalam pipi.
 Gunakan tehnik sapuan jari untuk mengeluarkan benda asing
dari dalam mulut. Keluarkan benda asing dari dalam mulut
dengan jantung-jantung, jangan memaksa agar benda asing
tidak terdorong semakin jauh kedalam tenggorokan. Manuver
ini dikenal sebagai finger sweep manouver.
Catatan:
Jangan melakukan tehnik sapuan jari tanpa melihat benda asing
ke dalam rongga mulut. Tehnik sapuan jari tanpa melihat posisi
benda asing dalam mulut dapat mendorongbenda asinglebih jauh
ke dalam saluran napas.

Langkah 5.Pernapasan
Memeriksa pernapasan dengan teknik Lihat (look),Dengar
(listen)& Rasakan (feel):
 Lihat naik turunnya/pengembangan dada.
 Dengarkan hembusan udara selama bernapas.
 Rasakan aliran udara dari mulut dan hidung anak pada pipi
Anda.
Langkah 6.Bantuan Napasmouth To Mouth
 Jika tidak ada pernapasan spontan, berikan ventilasi mouth to
mouth 1 kali (ventilasi pertama).
 Jika tidak ada pengembangan dada, hal ini menunjukkan
bahwa pernapasan tersumbat oleh benda asing. Ekstensikan
kepala dengan manuver head tilt-chin lift. Cari dan keluarkan
benda asing dari dalam mulut jika terlihat dengan teknik
sapuan jari (finger sweep). Berikan ventilasi yang ke-dua.

Langkah 7.Kompresi Dada


 Jika pengembangan dada masih belum ada, lakukan kembali
kompresi dada sebanyak 30 kali pada lokasi dan teknik yang
sama pada saat melakukan kompresi di CPR.
 Buka jalan napas dengan manuver head tilt chin lift, lihat
benda asingnya, keluarkan jika memungkinkan.
 Ulangi langkah 4 sampai 7 sampai bantuan tiba dan
mengambil alih pertolongan, atau anak mulai bernapas, batuk,
berbicara atau bergerak.
TRAKOTOMI DENGAN JARUM

air

masuk
5 cm

Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian, tujuan, dan
indikasi pada torakotomi dengan jarum
2. Mampu menyiapkan alat dan bahan pada tindakan torakotomi
dengan jarum
3. Mampu melaksanakan tindakan torakotomi dengan jarum

A. Pengertian
Melakukan penusukan pada dinding dada di interkostal dua
dengan maksud mengeluarkan udara dari pleura pada kasus
tension pneumothoraks.
B. Indikasi
Pasien tension pneomothoraks
C. Prosedur
No TINDAKAN PENILAIAN
YA TD
T TT
2 1 0
1 Berdoa sebelum melakukan tindakan
2 Mempersiapkan alat dan bahan
 Handscoon
 Larutan desinfektan (alcohol, povidon
iodine) dan kapas
 Spoit 12 cc 2 buah
 Lidokain 2 %
 Kateter IV polyurethane protective
ukuran 12 sampai 14 sebanyak 2 buah
 Gause steril atau pembalut steril
 Salep antibiotic
 Cairan NaCl 0,9 % steril
 Wastafel untuk cuci tangan dan sabun
antiseptic
3 Periksa semua kelengkapan alat
4 Pasang kateter IV ukuran 14 pada spoit 12
cc yang telah diisi air kira-kira 5 ml
5 Desinfeksi daerah dada yang akan ditusuk
dengan antiseptic
6 Identifikasi daerah sela iga dua di daerah
pertengahan clavicula. Bila pasien sadar
bisa disuntikkan anastesi local
7 Tusukkan jarum yang telah dihubungkan
dengan spoit di bagian atas dari kosta tiga
hingga keluar udara ditandai dengan
adanya gelembung pada air di spoit
8 Evaluasi ulang pernafasan pasien, apakah
ada perbaikan atau tidak
9 Berdoa setelah melakukan tindakan
KRIKOTIROIDOTOMI
Crico-thyroido-tomy

Jalur darurat untuk oksigenasi


Bertahan 10 menit
Tidak dapat membuang CO2

Tujuan Pembelajaran :
Setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian, tujuan, indikasi
tindakan krikotiroidotomi
2. Mampu menyiapkan alat dan bahan pada tindakan
krikotiroidotomi
3. Mampu melaksanakan tindakan krikotiroidotomi

A. Pengertian
Melakukakan penusukan pada membrane krikotiroid dengan
jarum berukuran besar sebagai jalan pintas untuk melakukan
oksigenasi dan ventilasi pada penderita gagal nafas akibat
sumbatan jalan nafas atas.
B. Tujuan
Mempertahankan kepatenan jalan nafas
C. Indikasi
a. Bila ada sumbatan jalan nafas atas yang nyata
b. Bila usaha memberikan jalan nafas bantu (ventilasi)
dengan bag-mask gagal dilakukan
D. Prosedur
Penilaian
NO TINDAKAN YA TD
T TT
2 1 0
1. Baca doa sebelum melakukan tindkan
2. Persiapkan alat dan bahan
1. Handscoon
2. Larutan desinfektan (alcohol,
povidon iodine) dan kapas
3. Spoit 12 cc 2 buah
4. Lidokain 2 %
5. Perlengkapan Jet insufflasi : pipa
berbentuk Y, dimana satu lubangan
dihubungkan dengan oksigen dan
tabung oksigen
6. Kateter IV polyurethane protective
ukuran 12 sampai 14 sebanyak 2
buah
7. Gause steril atau pembalut steril
8. Salep antibiotic
9. Plester atau pita kain
10. Wastafel untuk cuci tangan dan
sabun antiseptic
3. Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
krikotiroidotomi kepada pasien dan
keluarganya
4. Cuci tangan
5. Pasang alat pelindung diri
6. Periksa semua kelengkapan alat.
Hubungkan selang oksigen dengan salah
satu lubang pipa Y dan pastikan oksigen
mengalir dengan lancer melalui
selangnya
7. Pasang kateter IV ukuran 14 pada spoit
12 cc
8. Desinfeksi daerah leher dengan antiseptic
9. Palpasi membrane krikoidea, sebelah
anterior antara kartilago tiroid dan
krikoid. Pegang trakea dengan ibu jari
dan telunjuk dengan tangan kiri agar
trakea tidak bergerak ke lateral pada
waktu prosedur
10. Dengan tangan yang lain (kanan) tusuk
kulit pada garis tengah (midline) di atas
membrane krikoidea dengan jarum besar
ukuran 12 sampai 14 yang telah dipasang
pada semprit.
Untuk memudahkan masuknya jarum
maka dapat dilakukan insisi kecil di
tempat yang akan ditusuk dengan pisau
ukuran 11
11. Arahkan jarum dengan sudut 45 ke arah
kaudal, kemudian dengan hati-hati
tusukkan jarum sambil mengisap
semprit. Bila teraspirasi udara atau
tampak gelembung udara pada semprit
yang terisi aquades menunjukkan
masuknya jarum ke dalam lumen trakea.
12. Lepas semprit dengan kateter IV,
kemudian tarik mandarin sambil dengan
lembut mendorong kateter kea rah bawah
13. Sambungkan ujung kateter dengan salah
satu ujung selang oksigen berbentuk Y
14 Ventilasi berkala dapat dilakukan dengan
menutup salah satu lubang selang
oksigen berbentuk Y yang terbuka
dengan ibu jari selama 1 detik dan
membukanya selama 4 detik
Tindakan seperti ini dapat bertahan
selama 30 – 45 detik
15 Membaca doa setelah melakukan
tindakan
DC SHOCK (DEFRIBRILASI DAN
CARDIOVERSI)

Tujuan Pembelajaran :
Setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mampu melakukan penilaian pasien yang mengalami
takikardia ventrikel (yang tidak sadar dan tanpa nadi),
fibrilasi ventrikel, kardioversi elektif dan emergency
2. Mampu mengetahui pengertian, tujuan, indikasi,
kontraindikasi,dan komplikasi pada tindakan DC shock
3. Mampu menyiapkan alat dan bahan yang digunakan pada
tindakan DC shock
4. Mampu melakukan defibrilasi pada pasien takikardia
ventrikel (yang tidak sadar dan tanpa nadi) dan fibrilasi
ventrikel
5. Mampu melakukan kardioversi pada pasien kardioversi
elektif dan emergency
6. Mampu melakukan evaluasi pasien pada tindakan DC Shock
A. Pengertian
DC shock atau kejutan arus searah adalah kejutan elektrik
arus searah, terkontrol pada jantung untuk atasi takiaritmia.
Defibrilasi adalah tindakan mengakhiri takikardi atau
fibrilasi ventrikel tanpa nadi. Defibrilasi merupakan terapi
arus listrik dalam jumlah besar dan waktu singkat. Kondisi
denyut jantung irreguler ditangani dengan syok defibrilasi
agar aktifitas kontraksi terkoordinir sehingga normal kembali.
Kardioversi adalah merubah takiaritmia ventrikel ventrikel
dan supraventrikel menjadi irama sinus.
Defibrilator
a. Energi, Arus, Voltage. (Arus listrik = ampere, Potensial
listrik = volt, Tahanan = ohm)
b. Tahanan Transtorasik. Faktor yang menentukan
(energy,jumlah dan interval syok,fase ventilasi,jarak
antara elektroda, dan tekanan kontak elektroda pada
dada.Rata-rata : 70 – 80 ohm.
c. Ukuran elektroda. (Dewasa :  14 cm.,Anak :  8
cm.,Bayi :  4,5 cm.)
d. Posisi Elektroda
1. Elektroda anterior diletakkan di kanan sternum bagian
atas di bawah clavicula, elektroda apex di kiri putting
susu dengan pusat elektroda pada garis mid aksiler kiri.
2. Elektroda anterior disebelah kiri prekordial dan yang
lain di posterior dibelakang jantung di infra scapula
kiri.
e. Kebutuhan energi.
Tergantung pada (Berat badan, macam terapi,jenis
aritmia,syok yang keberapa)
B. Indikasi
1. Defibrilasi adalah DC shock asinkron. Digunakan pada
VF/VT tanpa denyut Indikasi :Takikardi ventrikel
(kesadaran menurun, nadi Θ).
2. Kardioversi adalah DC shock secara sikron. Digunakan
pada AF, VT ada denyut
- Kardioversi elektif.
Takiaritmia supraventrikel yang tidak stabil dan tidak
responsif terhadap obat-obatan.
- Kardioversi emergency.
Takiaritmia ventrikel.
3. VF : 100 J, 200 J, 300 J, 360 J
4. VT : 50 J, 100 J
5. Atrial Flutter : 25 J – 50 J
6. Atrial Fibrilasi : 100 – 200 J
7. SVT : 75 – 100 J
8. Torsade de Pointes 50 – 200 J
9. Energi tidak tergantung berat badan, kecuali anak-anak 2
J/kg.
10. Pasien digitalis, energy 10 – 50 J.
C. Kontraindikasi
Defibrilasi : tidak ada
Kardioversi :
1. Keracunan digitalis
2. Hipokalemia
3. Hipomagnesemia
4. AF atau atrial flutter dengan AV-blok komplit
5. AF kronis selama 5 tahun atau lebih
6. Operasi katup baru
D. Komplikasi :
Defibrilasi
a. Cedera miokardial
b. Takiaritmia
c. Emboli
d. Luka bakar
Kardioversi
a. Aritmia.
b. Cedera miokard.
c. Depresi atau henti napas ok obat-obat sedasi.
d. Emboli.
e. Luka bakar.
E. Prosedur
DEFIBRILASI
Penilaian
NO TINDAKAN Ya TD
T TT
2 1 0
1. Baca doa sebelum melakukan tindakan
2. Mempersiapkan alat dan bahan
1. Mesin DC shock/Defibrilator
2. EKG monitor
3. Jelly electrode
4. Puasa beberapa jam (kecuali darurat)
agar tidak muntah
5. Alat/obat resusitasi
6. Peralatan terapi oksigen
7. Peralatan suction/kateter suction
8. Ambu bag- oral airway-Trolly
emergency
3. Lanjutkan terus RJP
4. Operator & alat di sisi kiri pasien
5. EKG paste banyak-banyak pada kulit pasien
6. Lepaskan perhiasan metal pasien
7. Hati-hati dengan pasien pacemaker
8. Periksa takikardi atau fibrilasi ventrikel.
9. Raba nadi pasien
10. Hubungkan defibrilator dengan sumber
listrik.
11. Nyalakan, kontrol synchronizer off
12. Paddle diolesi dengan pasta
13. Set energi 200 joule
14. Tekan tombol pengisian
15. Letakkan paddle di atas dada
16. Instruksikan kepada semua penolong untuk
berdiri bebas
17 Tekan tombol pengeluaran pada paddle
secara simultan
18. Periksa nadi dan irama jantung
19. Jika defibrilasi tidak berhasil, segera mesin
diisi sampai 300 dan ulangi langkah 7
sampai 11
20. Jika defibrilasi kedua gagal, segera mesin
diisi sampai 360 Joule dan ulangi langkah 7
sampai 11
21 Follow Up :
1. Nilai status respirasi.
2. Monitor jantung.
3. Monitor tanda-tanda vital.
4. Akses intravena.
5. Cari pencetus takikardi atau FV.
6. EKG 12 lead.
7. Luka bakar  terapi.
22 Membaca doa setelah melakukan tindakan

CARDIOVERSI
Penilaian
NO TINDAKAN Ya TD
T TT
2 1 0
1. Baca doa sebelum melakukan tindakan
2. Mempersiapkan alat dan bahan
1. Kardioverter-defibrilator.
2. Monitor EKG.
3. Mesin EKG 12 lead.
4. Pasta / gel.
5. Trolley emergency.
6. Alat hisap.
7. Ambu bag.
8. Terapi oksigen.
9. Oral airway.
10. Alat pacing emergency
3. Prosedur
1. Informed consent.
2. Kadar K+ dan digitalis (24 jam terakhir).
3. Aanjurkan berpuasa.
4. Jalur intravena.
5. Berikan posisi terlentang.
6. Periksa tanda vital, orientasi, respirasi,
nadi perifer.
7. Lepas gigi palsu.
8. Oksigenasi.
9. Siapkan alat untuk kardioversi.
a. Hubungkan dengan sumber listrik.
b. Nyalakan.
c. Hubungkan pasien dengan
kardioverter.
d. Aktifkan synchronizer.
10. Berikan sedasi.
11. Paddle dilesi dengan gel / pasta.
12. Pilih tingkat energi (100 joule).
13. Aktifkan tombol pengisian.
14. Letakkan paddle diatas dada pasien.
15. Cek irama pada monitor EKG dan
nyalakan pada gelombang R.
16. Berdiri bebas.
17. Tekan tombol pengeluaran secara
simultan.
18. Cek nadi, tanda vital, irama jantung pada
EKG.
19. Ulangi langkah 11 sampai 18 jika syok
pertama tidak berhasil dengan
menaikkan energi menjadi 200 J, 300 J
sampai 360 J
4. Follow up
 Setelah kardioversi periksa : Irama
EKG, Tanda-tanda vital, Jalan napas,
Respirasi.
 Luka bakar  terapi.
 Monitor EKG pasien terus menerus
paling sedikit 2 jam setelah
kardioversi.
5. Membaca doa setelah melakukan tindakan

PENANGANAN SYOK ANAFILAKTIK


Tujuan Pembelajaran :
Setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian, tujuan, indikasi
penanganan syok anafilaktik
2. Mampu menyiapkan alat dan bahan pada penanganan syok
anafilaktik
3. Mampu melaksanakan tindakan penanganan syok anafilaktik
A. Pengertian
Suatu sindrom klinik yang terjadi akibat suatu reaksi alergis
(reaksi imunologis) bersifat sistemik yang cepat mengenai
beberapa organ, meliputi : respirasi, sirkulasi, pencernaan,
kulit, dll. Jika sindrom tersebut menyebabkan syok
anafilaksis dan tidak dikelola dengan cepat dan tepat maka
dapat mengakibatkan KEMATIAN.

B. Tujuan
Secara umum terapi anafilaksis bertujuan :
1. Mencegah efek mediator
 Menghambat sintesis dan pelepasan mediator
 Blokade reseptor
2. Mengembalikan fungsi organ dari perubahan
patofisiologik akibat efek mediator.

C. Indikasi
1. Kulit ( urtikaria, udem muka, tangan dan kaki)
2. Gastrointestinal (mual & muntah, perut kram, dan diare)
3. Sirkulasi (TD menurun, Bradikardi, syok)
4. Respirasi ( gejala asma, udem laring, obstruksi jalas nafas
atas.gejala obstruksi nafas merupakan pembunuh utama
diikuti oleh hipotensi yang hebat)

D. Prosedur Tindakan
Penilaian
NO TINDAKAN Ya TD
T TT
2 1 0
1. Baca doa sebelum melakukan tindakan
2. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
 Alat : (Tensimeter, Disposable spuit,
Kanula vena, Infusion set tabung
oksigen beserta regulator dan
flowmeter, Nasal prong atau masker
beserta slang, Ambu bag
 Obat ;
( Adrenaline, Obat-obat
simpatomimetik seperti : Ephedrine,
Dopamin, Anti histamin :Delladryl,
Corticosteroid, Cairan kristaloid :
RL, PZ, Cairan koloid : Dextran,
Expafusin)
3. Pasang alat pelindung diri
4. Baringkan pasien dalam posisi syok alas
keras
5. Bebaskan jalan nafas
6. Tentukan penyebab dan lokasi masuknya
7. Jika masuk lewat ekstremitas pasang
tourniket
8. Berikan adrenalin 1 : 1000 0,25 ml ( 0,25
mg) subkutan
9. Monitor pernafasan dan hemodinamik
10. Berikan suplemen oksigen
11. Berikan adrenalin 1 : 1000 0,25 ml (0,25
mg) intamuskuler (sedang) atau 1 :
10.000 2,5-5 ml intravena (berat)
12. Berikan sublingual atau trans tracheal
bila vena kolaps
13. Berikan aminophilin 5-6 mg/kg BB IV
bolus diikuti 0.4-0.9 mg/kg BB/ menit
per drips ini untuk bronchospasme yang
persisten
14. Berikan cairan infuse dengan
berpedoman pada kadar hematokrit
15. Monitor hemodinamika dan pernafasan
16. Membaca doa setelah melakukan
tindakan
Nilai &Komentar Pembimbing: Paraf dan
Nama
Pembimbing

Penampilan Keseluruhan: Amat Baik


Baik
Cukup
Perlu perbaikan
MENGAMBIL DARAH ARTERI UNTUK
PEMERIKSAAN ANALISA GAS DARAH
(AGD)
Tujuan Pembelajaran :
Setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian, tujuan, indikasi,
kontraindikasi, dan komplikasi pengukuran tekanan vena
sentral
2. Mampu menyiapkan alat dan bahan pada pengukuran vena
sentral
3. Mampu melaksanakan tindakan pengukuran tekanan vena
sentral

A. Pengertian
Pengambilan darah yang dilakukan pada pembuluh darah
arteri.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memeriksa analisa gas darah.
2. Untuk mengevaluasi oksigenasi, ventilasi, perfusi dan
gangguan asam basa.
C. Indikasi
a. Pasien dengan kelainan jantung
b. Pasien dengan gangguan pernafasan
c. Pasien dengan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit
d. Pemeriksaan laboratorium
D. Alat dan Bahan
a. 1 buah spuit steril 2.5 cc ( 2 jarum spuit 2.5 cc jika
menggunakan anastesi)
b. Jarum : no. 22 atau 25 gauge (anak-anak) dan no.20-21
gauge (dewasa)
c. 2 lembar kasa steril
d. Handscoon
e. Kapas alcohol
f. Swab providon-iodin
g. Label spesimen
h. Plester dan gunting plester
i. Wadah Es
j. Bengkok
k. Bak Instrumen
l. Obat
1. Heparin yang sudah diencerkan (1:10.000)
2. Anastesi : procain atau xylocain (opsional)
E. Prosedur Tindakan
Penilaian
NO TINDAKAN Ya TD
T TT
2 1 0
1. Baca doa sebelum melakukan tindakan
2. Baca laporan/instruksi/perintah/program
terapi medik/ program terapi
keperawatan.
3. Tulis/cek identitas pasien pada format
lembar dokumentasi/observasi pasien.
4. Persiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan
5. Perkenalkan diri, salam terapeutik dan
validasi data pasien (nama,keluhan dan
data lain yang terkait)
6. Minta persetujuan tindakan kepada pasien
atau keluarga pasien dengan cara
sampaikan/jelaskan tujuan dan langkah-
langkah tindakan.
7. Lakukan kontrak dan informed consent/
kesepakatan pelaksanaan tindakan
8. Atur posisi pasien sesuai kebutuhan
9. Dekatkan peralatan ke dekat pasien atau
bawa pasien ke ruang tindakan
10. Atur posisi pasien sesuai kebutuhan dan
jaga privacy pasien
11. Cuci tangan
12. Pakai sarung tangan
13. Pasang jarum pada spuit dan isi spuit
dengan heparin (heparnisasi) dengan cara
menarik heparin dari ampul sebanyak 0,1
cc.
14. Semprotkan seluruh sisa heparin dalam
spuit dengan posisi spuit tegak lurus dan
jaga agar bagian luar jarum tidak
terbasahi dengan heparin
15. Pastikan bahwa tidak ada gelembung
udara yang tersisa dalam spuit
16. Pertimbangkan factor pemilihan lokasi
arteri (tempat harus mudah diakses, nadi
mudah dipalpasi, arteri mudah dikompresi
dan jangan memilih pada tempat yang ada
cedera atau perubahan pada integritas
kulit).
17. Lokalisasi arteri yang akan ditusuk dan
kaji keadekuatan denyutan nadi (semua
arteri dapat digunakan; namun arteri
radialis, brachialis dan femoralis paling
umum digunakan)
18. Jika ingin memilih arteri radialis sebagai
tempat pungsi,lakukan uji Allen terlebih
dahulu untuk mengevaluasi sirkulasi
kolateral pada tangan.
19. Instruksikan pasien untuk menggenggam
tangan dan tekan arteri ulnaris serta
radialis pasien dengan jari-jari. Bila
pasien tidak sadar, maka tutup tangan
pasien dengan ketat secara manual sampai
tangan pasien terlihat pucat.
20. Tunggu beberapa detik kemudian minta
pasien membuka tangannya. Tangan
harus nampak pucat dan putih
21. Lepaskan tekanan jari Anda pada arteri
ulnaris dan inspeksi telapak atau tangan
apakah terjadi semburat merah. Jika
terjadi semburat merah menandakan
sirkulasi kolateral baik melalui arteri
ulnaris sedangkan jika tetap putih, pilihlah
tempat lain karena mungkin sirkulasi
kolateral mengalami gangguan.
22. Desinfeksi area pungsi yang akan ditusuk
dengan mengusapkan kapas
alcohol/povion-iodin dengan gerakan
sirkuler dari dalam ke luar dan dibiarkan
kering
23. Palpasi nadi dengan jari tengah dan jari
telunjuk yang tidak dominan
24. Jika menggunakan anastesi 2-3 cc procain
atau xylocain diinjeksikan secara
subcutan langsung ke posisi yang akan
ditusuk dengan menggunakan jarum
ukuran 25 gauge
25. Isolasi (pertahankan posisi) arteri antara
ujung ibu jari dan ujung telunjuk
26. Lakukan penusukan arteri dengan yakin
dan mantap dengan memegang spuit pada
posisi bevel jarum menghadap ke atas
dengan sudut kemiringan sesuai letak
arteri :
a. 45o pada arteri radialis
b. 60o pada arteri brachialis
c. 90o pada arteri femoralis
27. Jika ujung jarum telah masuk ke arteri,
flunger dari spuit akan terdorong (jangan
menarik plunger) kecuali pada pasien
yang mengalami penurunan perfusi
perifer atau hipotensi diperlukan aspirasi
secara perlahan.
28 Jumlah volume darah yang akan
dibutuhkan pada analyzer yang digunakan
antara 0.5 – 1 cc. Jika tidak ditetapkan
maka jumlah darah yang diambil,
dicukupkan sebanyak 5 cc.
29. Bila insersi jarum menembus kedua sisi
arteri yang mengakibatkan aliran darah
kecil ke dalam jarum tetapi tidak mengalir
ke dalam spoit, maka tarik jarum secara
perlahan sampai darah kembali terlihat
mengalir ke dalam spuit dan ulangi seperti
prosedur 21 dan 22.
30. Bila tidak terlihat ada darah yang
mengalir ke dalam spuit dan nadi tetap
teraba maka tarik jarum sampai bevel
terlihat dan arahkan kembali ke titik
pulsasi maksimal ulangi seperti prosedur
21 dan 22.
31. Jika kehilangan pulsasi arteri maka tarik
jarum karena ini menandakan terjadi
spasme pada arteri atau terjadi hematoma.
berikan penekanan pada bekas tusukan
selama 5-10 menit atau sampai tidak
terlihat pengeluaran darah. Ulangi seperti
prosedur 21 dan 22.
32. Jika volume darah yang masuk ke spuit
telah cukup, maka jarum ditarik dan
lakukan penekanan pada bekas tusukan
dengan kassa selama 5 – 10 menit atau
sampai tidak terlihat pengeluaran darah
33. Keluarkan semua gelembung udara dari
spuit dengan segera dengan cara
mengarahkan spuit ke atas sampil
mengetuk-ngetuk spuit sampai terlihat
gelembung udara ke atas, dan mendorong
plunger spuit secara perlahan untuk
mengeluarkan udara.
34. Tutup luka bekas penusukan dengan kassa
steril dan difiksasi menggunakan plester
35. Pasang penutup jarum atau tusukkan
jarum pada gabus dan putar spuit dengan
lembut untuk mencampurkan darah dan
heparin
36. Pasang label identitas pasien dan
cantumkan tanggal dan waktu
pengambilan serta kadar oksigen yang
diberikan pada pasien pada supit yang
berisi bahan pemeriksaan
37. Observasi tanda-tanda vital dan area
bekas penusukan.
38. Atur kembali posisi yang nyaman dan
persilahkan pasien istrahat sebelum
meninggalkannya.
39. Bawa specimen secepatnya ke
laboratorium (selama transportasi,
specimen dapat ditempatkan pada
penumpang yang berisi es untuk
menurunkan metabolism oksigen dan
meningkatkan keakuratan nilai PO2 dan
PCO2)
40. Informasikan hasil pemeriksaan kepada
pasien.
41. Cuci alat yang telah digunakan, sterilkan
dan kembalikan ke tempat semula dengan
rapi.
42. Cuci tangan
43. Dokumentasikan tindakan (catat hasil
tindkan, respon pasien, catat waktu
tindakan : hari/tanggal/jam, dan nama
serta tanda tangan Ners yang melakukan
tindakan).
44. Berdoa setelah semua proses tindakan
selesai

PEMASANGAN NECK COLLAR


Tujuan Pembelajaran :
Setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian, tujuan, indikasi
pemasangan neck collar
2. Mahasiswa mampu menyiapakan alat dan bahan yang
digunakan pada pemasangan neck collar
3. Mampu mampu melaksanakan tindakan pemasangan neck
collar

A. Pengertian
Pemasangan neck collar adalah memasang alat neck collar
untuk immobilisasi leher (mempertahankan tulang servikal).
Salah satu jenis collar yang banyak digunakan adalah SOMI
Brace (Sternal Occipital Mandibular Immobilizer). Namun
ada juga yang menggunakan Xcollar Extrication Collar yang
dirancang untuk mobilisasi (pemindahan pasien dari tempat
kejadian kecelakaan ke ruang medis). Namun pada prinsipnya
cara kerja dan prosedur pemasangannya hampir sama.
B. Tujuan
1. Mencegah pergerakan tulang servik yang patah (proses
imobilisasi serta mengurangi kompresi pada radiks saraf)
2. Mencegah bertambahnya kerusakan tulang servik dan
spinal cord
3. Mengurangi rasa sakit
4. Mengurangi pergerakan leher selama proses pemulihan
C. Indikasi
1. Klien cedera kepala disertai dengan penurunan kesadaran
2. Adanya jelas daerah klavikula cranial
3. Klien multi trauma
4. Biomekanika trauma yang mendukung
5. Patah tulang leher
D. Waktu pemakaian
Collar digunakan selama 1 minggu secara terus-menerus
siang dan malam dan diubah secara intermiten pada minggu
II atau bila mengendarai kendaraan. Harus diingat bahwa
tujuan imobilisasi ini bersifat sementara dan harus dihindari
akibatnya yaitu diantaranya berupa atrofi otot serta
kontraktur. Jangka waktu 1-2 minggu ini biasanya cukup
untuk mengatasi nyeri pada nyeri servikal non spesifik.
Apabila disertai dengan iritasi radiks saraf, adakalanya
diperlukan waktu 2-3 bulan. Hilangnya nyeri, hilangnya tanda
spurling dan perbaikan defisit motorik dapat dijadikan
indikasi pelepasan collar.
E. Prosedur Tindakan
NO TINDAKAN Penilaian
Ya TD
T TT
2 1 0
1. Baca doa sebelum melakukan tindakan
2. Jelaskan tujuan prosedur tindakan pada
keluarga pasien dan minta persetujuan
tindakan secara cepat (sesuaikan dengan
kondisi)
3. Pakai alat pelindung diri (masker,
handscon/sarung tangan, celemek,dan
lain-lain)
4. Pegang kepala pasien dengan cara satu
tangan memegang bagian kanan kepala
mulai dari mandibula ke arah temporal,
demikian juga bagian sebelah kiri
dengan tangan yang lain dengan cara
yang sama
5. Perawat lainnya memasukkan neck
collar secara perlahan ke bagian
belakang leher dengan sedikit melewati
leher

6. Letakkan bagian neck collar yang


berlekuk tepat pada dagu
7. Rekatkan kedua sisi neck collar satu
sama lain
8. Pasang bantal di kedua sisi kepala
pasien

9. Atur kembali posisi yang nyaman dan


persilahkan pasien istrahat sebelum
meninggalkannya.
10. Informasikan hasil tindakan kepada
pasien atau keluarga pasien.
11. Jika menggunakan alat, cuci alat yang
telah digunakan, sterilkan dan
kembalikan ke tempat semula dengan
rapi.
12. Cuci tangan
13. Dokumentasikan tindakan (catat hasil
tindakan, respon pasien, catat waktu
tindakan : hari/tanggal/jam, dan nama
serta tanda tangan Ners yang melakukan
tindakan).
14. Berdoa setelah semua proses tindakan
selesai

PEMASANGAN BIDAI

Tujuan Pembelajaran :
Setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian, tujuan dan
indikasi pemasangan bidai
2. Mampu menyiapkan alat dan bahan pada pemasangan bidai
3. Mampu melaksanakan tindakan pemasangan bidai.

A. Pengertian
Memasang bidal memasang alat untuk immobiliasi
(mempertahankan kedudukan tulang)
B. Tujuan
1. Mencegah pergerakan tulang yang patah
2. Mencegah bertambahnya perlukaan ada patah tulang
3. Mengurangi rasa sakit
4. Mengistrahatkan daerah patah tulang
C. Indikasi
Patah tulang terbuka/ tertutup
D. Prosedur Tindakan
Penilaian
NO TINDAKAN Ya TD
T TT
2 1 0
1. Baca doa sebelum melakukan tindakan
2. Persiapkan alat :
a. Pelindung diri (masker, handscoen)
b. Bidai dengan ukuran sesuai
kebutuhan
c. Kasa steril dan desinfektan
d. Verband / mitela
3. Jelaskan tujuan prosedur pemasangan
bidai kepada pasien dan keluarganya
4. Atur posisi pasien sesuai kondisi
luka/patah tulang
5. Gunakan masker dan handscoen
6. Angkat daerah yang akan dipasang bidai
7. Perawat 2 memeriksa PMS (Pulse,
Motorik dan Sensation) sebelum
melakukan pembidaian
a. Pulse : mempalpasi denyut nadi
pasien pada bagian distal dan
proksimal yang akan dibidai
b. Motoric : kaji kemampuan
pergerakan dengan meminta pasien
menggerakkan ekstremitas yang
akan dibidai (jika nyeri dicurigai
fraktur)
c. Sensation : palpasi permukaan kulit
pasien dan tanyakan kepada pasien
apakah sentuhan/palpasi dirasakan
atau tidak
8. Pada fraktur terbuka atau fraktur dengan
luka, luka terlebih dahulu dirawat dan
ditutup dengan kassa steril
9. Perawat 2 meletakkan bidai melewati
dua persendian anggota gerak
10. Jumlah dan ukuran bidai yang dipakai
disesuaikan dengan lokasi patah tulang
11. Perawat 1 mempertahankan posisi,
sementara perawat 2 mengikat bidai.
Pengikatan tidak boleh terlalu kencang
atau terlalu longgar
12. Periksa kembali PMS (Pulse, Motorik
dan Sensation)
13. Catat respon dan tindakan yang telah
dilakukan dalam catatan perawat
14. Berdoa setelah melakukan tindakan
BILAS/KUMBAH LAMBUNG (GASTIC
LAVAGE)

Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian, tujuan,
indikasi, kontraindikasi, dan komplikasi pengukuran
tekanan vena sentral
2. Mampu menyiapkan alat dan bahan pada pengukuran
vena sentral
3. Mampu melaksanakan tindakan pengukuran tekanan vena
sentral
A. Pengertian
Bilas lambung (gastric lavage) adalah membersihkan
lambung dengan cara memasukan dan mengeluarkan air
ke/dari lambung dengan menggunakan NGT (Naso Gastric
Tube). Menurut Smelltzer dan Bare (2001:2487), lavase
lambung adalah aspirasi isi lambung dan pencucian lambung
dengan menggunakan selang lambung. Bilas lambung, atau
disebut juga pompa perut dan irigasi lambung merupakan
suatu prosedur yang dilakukan untuk membersihkan isi perut
dengan cara mengurasnya. Lavase lambung
dikontraindikasikan setelah mencerna asam atau alkali, pada
adanya kejang, atau setelah mencerna hidrokarbon atau
petroleum disuling. Hal ini terutama berbahaya setelah
mencerna agen korosif kuat. Kumbah lambung merupakan
metode alternatif yang umum pengosongan lambung, dimana
cairan dimasukkan kedalam lambung melalui orogastrik atau
nasogastrik dengan diameter besar dan kemudian dibuang
dalam upaya untuk membuang bagian agen yang
mengandung toksik.

B. Tujuan
1. untuk pembuangan urgen substansi dalam upaya
menurunkan absorpsi sistemik;
2. untuk mengosongkan lambung sebelum prosedur
endoskopik;
3. untuk mendiagnosis hemoragi lambung dan
menghentikan hemoragi.

C. Cairan yang digunakan


Pada anak-anak, jika menggunakan air biasa untuk membilas
lambung akan berpotensi hiponatremi karena merangsang
muntah. Pada umumnya digunakan air hangat (tap water) atau
cairan isotonis seperti NaCl 0,9 %. Pada orang dewasa
menggunakan 100-300 cc sekali memasukkan, sedangkan
pada anak-anak 10 cc/kg dalam sekali memasukkan ke
lambung pasien.

D. Indikasi
1. persiapan tindakan pemeriksaan lambung;
2. persiapan operasi lambung;
3. pasien dalam keadaan sadar;
4. keracunan bukan bahan korosif dan kurang dari enam
puluh menit;
5. gagal dengan terapi emesis;
6. overdosis obat/narkotik;
7. terjadi perdarahan lama (hematemesis Melena) pada
saluran pencernaan atas;
8. mengambil contoh asam lambung untuk dianalisis lebih
lanjut;
9. dekompresi lambung;
10. sebelum operasi perut atau biasanya sebelum dilakukan
endoskopi.
Tindakan ini dapat dilakukan dengan tujuan hanya untuk
mengambil contoh racun dari dalam tubuh, sampai dengan
menguras isi lambung sampai bersih. Untuk mengetes benar
tidaknya tube dimasukkan ke lambung, harus didengarkan
dengan menginjeksekan udara dan kemudian
mendengarkannya. Hal ini untuk memastikan bahwa tube
tidak masuk ke paru-paru.

E. Kontraindikasi
1. keracunan oral lebih dari 1 jam;
2. pasien keracunan bahan toksik yang tajam dan terasa
membakar (resiko perforasi esophageal) serta keracunan
bahan korosif (misalnya: hidrokarbon, pestisida,
hidrokarbon aromatic, halogen);
3. pasien yang menelan benda asing yang tajam;
4. pasien tanpa gangguan reflex atau pasien dengan pingsan
(tidak sadar) membutuhkan intubasi sebelum bilas
lambung untuk mencegah inspirasi.

F. Komplikasi
1. Aspirasi
2. Bradikardi
3. Hiponatremia
4. Epistaksis
5. Spasme laring
6. Hipoksia dan hiperkapnia
7. Injuri mekanik pada leher, eksofagus dan saluran
percernaan atas
8. Ketidakseimbangan antara cairan dan elektrolit
9. Pasien yang berontak memperbesar resiko komplikasi

G. Prosedur Tindakan
Penilaian
NO TINDAKAN Ya TD
T TT
2 1 0
1. Baca doa sebelum melakukan tindakan
2. Penyiapkan alat dan bahan
- Selang nasogastrik (NGT) : dewasa 14 –
18 French, anak / bayiba 5 – 10 French
- Pelumas larut air
- Segelas air
- Handuk
- Celemek
- Bengkok
- Ph chmstrip
- Stetoskop
- Spuit untuk menilai ketepatan insersi
selang
- Spuit dengan ukuran besar
- Sarung tangan disposable (nonsteril),
geogles, gown
- Plester hipoalergik
- Penlight/senter
- Cairan irigasi hangat/dingin (Nacl 0,9 %
atau air) atau penawar racun (antidote)
sesuai kebutuuhan
- Tempat untuk menampung cairan dari
dalam lambung (ember)
- Peralatan penghisapan dinding mulut
atau suction portable (jika diperlukan)
3. Mengkaji kesadaran klien dan menjelaskan
tujuan prosedur kumbah lambung kepada
pasien dan keluarganya
4. Memakai celemek
5. Menaruh handuk di bawah dagu dan
menutupi dada pasien
6. Meletakkan bengkok di bawah dagu pasien
7. Meletakkan ember ke dekat pasien
8. Mengatur posisi pasien Fowler tinggi (45 –
60 derajat) atau meninggikan tempat tidur
9. Menginspeksi lubang hidung klien (dapat
menggunakan penlight)
10. Memakai sarung tangan non steril
11. Mengukur panjang insersi nasogastrik :
- Metode tradisional : gunakan selang
nasogastrik, ukur jarak dari ujung hidung
ke lubang telinga, kemudian ke prosessus
xifoideus sternum dan ditandai plester
- Metode Hansom : mengukur 50 cm dari
ujung selang dan lakukan pengukuran
metode tradisional. Selang yang akan
dimasukkan sepanjang titik tengah antara
50 cm dan tanda metode tradisional.
12. Melumasi selang kira – kira sepanjang 6 –
8 cm, dengan pelumas larut air (water –
soluble lubricant)
13. Menganjurkan pasien agak menekuk leher
ke belakang
14. Memasukkan selang ke dalam hidung
dengan lembut sambil meminta pasien
menelan untuk memudahkan insersi selang.
Menghentikan insersi jika klien muntah atau
tampak distress pernafasan
15. Menarik selang segera jika terdapat tanda
distress pernafasan
16. Mendorong selang sehingga mencapai tanda
plester
17. Mengamankan selang dengan menempelkan
bagian yang lebar yang lebar dari plester
pada batang hidung dan melilitkan ujung
plester di sekitar selang
18. Memeriksa ketepatan penempatan selang,
dengan beberapa tehnik sebagai berikut
- Menyambung spuit yang berisi 10 cc
udara ke ujung selang. Sambil
menginjeksikan udara, melakukan
auskultasi di atas area epigastrik
(kuadran kiri atas)
- Memasukkan ujung selang hingga
terendam ke dalam gelas/cangkir berisi
air dan tidak tampak gelembung udara
dalam air
- Mengaspirasi sampel cairan lambung dan
diukur dengan menggunakan chemistrip
pH (jika ada)
- Mempersiapkan pasien untuk
pemeriksaan x-ray, jika perlukan
19. Setelah insersi selang tepat, mengatur posisi
miring kiri tanpa bantal dan kepala lebih
rendah
20. Memasukkan cairan irigasi 100 – 120 ml
setiap kali pemberian dan kemudian cairan
diaspirasi dengan spuit yang besar atau
menunggu cairan tersebut keluar dari
lambung dengan pengaruh gaya gravitasi
dan ditampung dalam ember. Cairan dingin
digunakan untuk pendarahan lambung
21. Menampung sedikit cairan yang keluar dari
lambung sebagai specimen untuk
pemeriksaan laboratorium
22. Membilas lambung berulang – ulang sampai
cairan yang keluar dari lambung berwarna
jernih / tidak berbau
23. Mengobservasi tekanan darah, nadi,
pernafasan dan respon pasien
24. Mendokumentasikan tindakan yang telah
diilakukan :
- Tanggal dan waktu prosedur
- Jenis, warna dan jumlah cairan irigasi
- Karakteristik cairan lambung
- Toleransi pasien terhadap prosedur
- Sifat cairan atau specimen
25. Membaca doa setelah melakukan tindakan
PENGUKURAN TEKANAN VENA SENTRAL
(CENTRAL PRESSURE)

Tujuan Pembelajaran :
Setelah pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian, tujuan,
indikasi, kontraindikasi, dan komplikasi pengukuran
tekanan vena sentral
2. Mampu menyiapkan alat dan bahan pada pengukuran
vena sentral
3. Mampu melaksanakan tindakan pengukuran tekanan vena
sentral
A. Pengertian
Tekanan vena central (central venous pressure) adalah
tekanan darah di vena kava. Ini memberikan informasi
tentang tiga parameter volume darah, keefektifan jantung
sebagai pompa, dan tonus vaskular. Tekanan vena central
dibedakan dari tekanan vena perifer, yang dapat
merefleksikan hanya tekanan lokal.
Pengukuran CVP / RJP (Right Arterial Pressure) dengan
menggunakan manometer
Darah dari vena sistemik masuk ke atrium kanan sehingga
pengukuran tekanan pada atrium kanan dapat dilakukan. CVP
ditentukan oleh fungsi dari sebelah kanan jantung dan
tekanan darah vena di vena cava. Dalam situasi normal,
peningkatan venous return menyebabkan peningkatan cardiac
output tanpa perubahan tekanan vena. Namun bila fungsi
ventrikular kanan berkurang atau pada sirkulasi pulmunol
yang terobstruksi, tekanan atrium kanan akan meningkat.
Kehilangan volume darah ataupun dilatasi menyeluruh juga
menyebabkan berkurangnya venus return dan tekanan atrium
kanan turun.Nilai normal CVP 5 – 10 cm H2O, dan pada
orang yang menggunakan ventilator naik 3 – 5 cm H2O.
B. Tujuan
Untuk mengkaji status cairan intravaskuler pasien
C. Indikasi
1. Pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium.
2. Pengukuran oksigenasi vena sentral.
3. Nutrisi parenteral dan pemberian cairan hipertonik atau
cairan yang mengiritasi yang perlu pengenceran segera
dalam sistem sirkulasi.
4. Sebagai jalan masuk vena bila semua tempat IV lainnya
telah lemah.
5. Pasien dengan trauma berat disertai dengan perdarahan
yang banyak yang dapat menimbulkan syok.
6. Pasien dengan tindakan pembedahan yang besar seperti
open heart, trepanasi.
7. Pasien dengan kelainan ginjal (ARF, oliguria).
8. Pasien dengan gagal jantung.
9. Pasien yang diberikan tranfusi darah dalam jumlah yang
besar (transfusi masif).
10. Monitor status volume cairan dan fungsi ventrikel
11. Acuan untuk pemberian cairan, diuretic dan obat – obat
vasoaktif jika alat monitor invasif lain tidak ada.
12. Pemberian obat yang cenderung menyebabkan phlebitis
dalam vena perifer (caustic), seperti: calcium chloride,
chemotherapy ,hypertonic saline, potassium chloride,
amiodarone
D. Kapan CVP harus diukur
1. Klien hipotensi yang tidak berespon terhadap manajemen
klinis dasar
2. Hipovolemi berkelanjutan sekunder akibat pergeseran
cairan atau kehilangan cairan
3. Pasien yang membutuhkan infus inotropik
E. Kontraindikasi dan kewaspadaan
1. Peningkatan CVP menunjukkan peningkatan cardiac
output, infark / gagal vntrikel kanan, meningkatnya
volume vaskular, perikarditis, konstriktif dan hipertensi
pulmonal. Hasil pengukuran CVP, menunjukkan
peningkatan false (salah) jika pada kondisi COPD,
tension pneumothoraks, ventilasi tekanan positif.
2. Dislokasi ujung kateter jalur vena cava superior
mengakibatkan hasil tidak akurat.
3. Penurunan CVP dapat terjadi akibat hipovolemia,
vasodilatasi akibat obat dan syok dari berbagai penyebab.
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran tekanan
vena sentral :
1. Volume darah vena sentral
a. Venous return/cardiac output
b. Volume darah total
c. Tonus vaskuler regional
2. Pemenuhan kompartemen sentral
a. Tonus vaskuler
b. Pemenuhan ventrikel kanan
3. Penyakit myokard
4. Penyakit perikard
5. Tamponade
6. Penyakit katup tricuspid
a. Stenosis
b. Regurgitasi
7. Ritme jantung
a. Ritme junctional
b. Fibrilasi atrium
c. Disosiasi atrioventrikular
8. Level transducer
Posisi pasien
9. Tekanan intrathorakal
a. Respirasi
b. Intermittent positive‐presure ventilation
c. Positive end‐expiratory pressure
d. Tension pneumothorax
G. Lokasi pemantauan
1. Vena Jugularis interna kanan atau kiri (lebih umum pada
kanan)
2. Vena subklavia kanan atau kiri, tetapi duktus toraks
rendah pada kanan.
3. Vena brakialis, yang mungkin tertekuk dan berkembang
menjadi phlebitis
4. Lumen proksimal kateter arteri pulmonalis, di atrium
kanan atau tepat di atas vena kava superior
H. Komplikasi
1. Pneumothoraks
2. Emboli udara
3. Kelebihan cairan
4. Sepsis
5. Infeksi local atau sistemik (mis. endokarditis)
6. Emboli pumuner
7. Disritmia
8. Erosi vena cava superior yang mengakibatkan
hemothoraks dan tamponade jantung
9. Sumbatan pada kateter akibat stopcock yang tidak tepat
menyebabkan pemberian cairan infus melambat
10. Perdarahan karena selang terlepas dari kateter vena
central
I. Prosedur Tindakan
Penilaian
NO TINDAKAN Ya TD
T TT
2 1 0
1. Baca doa sebelum melakukan tindakan
2. Persiapkan alat :
a. Waterpass
b. Cairan isonik jika diperlukan
c. Manometer
d. Stopcock
3. Jelaskan tujuan prosedur pengukuran
tekanan vena sentral kepada pasien dan
juga kepada keluarganya
4. Ganti cairan infuse dengan cairan
isotonic jika terpasang cairan hipotonik
5. Hentikan aliran cairan ke pasien dengan
memutar stopcock
6. Alirkan cairan infuse kea rah
manometer sampai setinggi 20-25
cmH2O di atas titik nol
7. Hentikan cairan infuse yang mengalir
kea rah manometer dengan mengunci
infuse set
8. Alirkan cairan dari manometer ke
pasien dengan cara memutar stopcock
9. Tentukan titik nol pada manometer
dengan cara sejajarkan ketinggian garis
intercostals ke-4 pada mid axilla pasien
dengan angka pada manometer dengan
menggunakan waterpass. Ini adalah titik
nol
10. Tunggu sampai cairan dalam
manometer tidak turun lagi sambil
perhatikan undulasi yang sesuai dengan
irama pernafasan
11. Hitung nilai CVP
12. Putar stopcock kea rah semula untuk
mengalirkan kembali tetesan infuse
menuju pasien
13. Catat niali tekanan vena sentral dan
posisi pasien pada pengukuran. Tekanan
normal 5-12 cm H2O
14. Nilai kondisi klinis klien setelah
pengambilan tekanan vena sentral
15. Observasi tanda-tanda komplikasi
16. Pertahankan sterilitas lokasi insisi
17. Dokumentasikan prosedur dan respon
pasien pada catatan pasien
18. Membaca doa setelah melakukan
tindakan

Terapi Oksigenasi

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa dapat
mengaplikasikan pemberian terapi oksigen dengan benar
dan aman sesuai kebutuhan pasien.

B. Pengertian
Terapi oksigen merupakan tindakan untuk meningkatkan
tekanan parsial oksigen pada saat inspirasi dilakukan
dengan menggunakan nasal kanul, simple mask,
rebreathing mask dan non rebreathingmask.

C. Tujuan
1. Mempertahankan dan meningkatkan oksigen
2. Menurunkan beban kerja otot jantung (miokard)
3. Mencegah atau mengatasi hipoksia
4. Menurunkan kerja pernapasan

D. Indikasi
1. Meningkatnya kebutuhan O2 seperti combustio,
sepsis, dan multiple trauma
2. Gagal jantung atau Infark Miokard Akut
3. Cardiac Arrest atau Apnea
4. Keracunan CO
5. Gagal nafas
6. Post operasi
7. Syok

E. Metode Pemberian Oksigen


1. Sistem Aliran Rendah
a) Kateter Nasal oksigen. Kecepatan aliran 1 - 6
liter/ menit menghasilkan oksigen dengan
konsentrasi 24-44 % tergantung pola pernapasan
pasien. Efek samping yaitu iritasi gaster, iritasi
atau pengeringan mukosa nasal, dapat
menimbulkan distensi lambung dan epistaksis.
b) Sungkup muka sederhana oksigen/ simple mask.
Kecepatan Aliran 5-8 liter/ menit menghasilkan
02dengan konsentrasi 40 - 60 %. Efek samping
yaitu aspirasi bila muntah, penumpukan C02 pada
aliran 02 rendah, Empisema subcutan kedalam
jaringan mata pada aliran 02 tinggi dan nekrose,
apabila sungkup muka dipasang terlalu ketat.
c) Sungkup muka"Rebreathing mask" dengan
kantong 02oksigen.Kecepatan aliran 8-12
liter/menit menghasilkan oksigen dnegan
konsentrasi 60 - 80%. Efek samping yaituterjadi
aspirasi bila muntah, empisema subkutan
kedalam jaringan mata pada aliran 02 tinggi dan
nekrose, apabila sungkup muka dipasang terlalu
ketat.
d) Sungkup muka"non Rebreathing mask" dengan
kantong 02oksigen. Kecepatan aliran 8-12
liter/menit menghasilkan konsentrasi 02 90 %.
Efek samping yaituterjadi aspirasi bila muntah,
empisema subkutan kedalam jaringan mata pada
aliran 02 tinggi dan nekrose, apabila sungkup
muka dipasang terlalu ketat.

F. Persiapan alat
1. Tabung oksigen ( oksigen dinding ) berisi oksigen
lengkap dengan flowmeter dan humidifier yang berisi
aquades sampai batas pengisian.
2. Nasal kanul (pemilihan alat sesuai kebutuhan)
3. Plester (jika di butuhkan)
4. Gunting plester (jika di butuhkan)
5. Cotton budd
G. Prosedur
Penilaian
Ya
NO TINDAKAN TD
T TT
2 1 0
1. Baca doa sebelum melakukan tindakan
2. Baca laporan/instruksi/perintah/program terapi
medik/ program terapi keperawatan.
3. Tulis/cek identitas pasien pada format lembar
dokumentasi/observasi pasien.
4. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
5. Perkenalkan diri, salam terapeutik dan validasi
data pasien (nama,keluhan dan data lain yang
terkait)
6. Minta persetujuan tindakan kepada pasien atau
keluarga pasien dengan cara
sampaikan/jelaskan tujuan dan langkah-
langkah tindakan.
7. Lakukan kontrak dan informed consent/
kesepakatan pelaksanaan tindakan
8. Atur posisi pasien yang aman dan nyaman
sesuai kebutuhan (semi fowler)
9. Dekatkan peralatan ke dekat pasien atau bawa
pasien ke ruang tindakan
10. Cuci tangan
11. Pakai sarung tangan dan masker
12. Siapkan nasal kanul 1 set tabung oksigen
(oksigen central)
13. Isi gelas humidifier dengan water for irigation
setinggi batas yang tertera (tidak melebihi garis
pada gelas humidifier)
14. Hubungkan nasal kanul dengan flowmeter pada
tabung oksigen atau sentral oksigen
15. Cek fungsi flow meter dan humidifeir dengan
cara memutar pengatur kecepatan/konsentrasi
oksigen dan amati ada tidaknya gelembung
udara dalam glass flow meter
16. Menghubungkan catheter nasal/ kanul nasal
dengan flowmeter
17. Alirkan oksigen ke Kateter Nasal dengan aliran
antara 1 -6 liter/ menit. Canule Nasal dengan
aliran antara 1 -6 liter/ menit
18. Alirkan oksigen ke sungkup muka partial
rebreathing dengan aliran udara 8-12 l/mnt.
19. Cek aliran oksigen dengan cara mengalirkan
oksigen melalui nasal kanul ke punggung
tangan perawat
20. Bersihkan lubang hidung pasien jika terlihat
kotor dengan menggunakan cotton budd atau
tissue
21. Pasang nasal kanul ke lubang hidung pasien
dengan tepat
22. Tanyakan pada klien apakah oksigen telah
mengalir sesuai yang diinginkan
23. Atur perekat nasal kanul dengan benar sesuai
kenyamanan pasien, jangan terlalu kencang dan
jangan terlalu kendor
24. Pastikan nasal kanul terpasang dengan aman
25. Atur kembali aliran oksigen sesuai dengan
program
26. Atur kembali posisi yang nyaman dan
persilahkan pasien istrahat sebelum
meninggalkannya.
27. Informasikan hasil tindakan kepada pasien atau
keluarga pasien.
28. Jika menggunakan alat, cuci alat yang telah
digunakan, sterilkan dan kembalikan ke tempat
semula dengan rapi.
29. Cuci tangan
30. Dokumentasikan tindakan (catat hasil tindakan,
respon pasien, catat waktu tindakan :
hari/tanggal/jam, dan nama serta tanda tangan
Ners yang melakukan tindakan).
31. Berdoa setelah semua proses tindakan selesai
DEFIBRILATOREKSTERNAL OTOMATIS (AED)

1. Pentingnya Defibrilasi dini


2. Automated External defibrillator (AED)
3. Indikasi dan Penyusunan Casualty untuk AED Gunakan
4. Penempatan Defibrilasi Pads
5. Prosedur Defibrilasi
6. Pasca-Insiden Prosedur

1. Pentingnya Defibrilasi dini


Irama jantung pada awal serangan mendadak seperti
irama listrik yang kacau dan tidak teratur. Hal ini disebut
sebagai "VentrikelFibrilasi"atau VF. Jika irama ini tidak
diubah segera, maka peluang untuk selamat dan bertahan
hidup menurun. Setiap satu menit keterlambatan setelah
onset serangandari VF, tingkat kelangsungan hidup menurun
sekitar 7-10%. Gambaran rekaman EKG irama listrik ini
muncul seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah:

Pengobatan definitif untuk VF adalah kejutan listrik


yang diberikan melaluidefibrilator, sebuah perangkat yang
mampu memberikan energi listrik untukjantung bila
ditempelkan pada pada kulit di atas dada. Jika irama ini tidak
segera diberikan kejut listrik, atau jika tidak ada tindakan
CPR yang harus dilakukan untuk korban tersebut,maka
irama ini akan menjadi lebih halus dan secara bertahap akan
menjadi garis lurus yang disebut asistol seperti pada gambar
berikut:

Kondisi seperti ini jauh lebih sulit untuk meresusitasi


korban yang irama listrikjantungnya datar, yaitu jantung
tidak memiliki aktivitas listrik. Hal ini disebabkan jantung
telah kehilangan oksigen untuk waktu yang lebih lama dan
telah mengalami kerusakan lebih lanjut yang sering masih
bisa diperbaiki. Kadang-kadang meskipun hanya dengan
pemberian CPR yang baik dapat memulihkan beberapa
korban, yang jantungnya telahkekurangan oksigen, dapat
terselamatkan hidupnya kembali.Dalam beberapa situasi,
pasien yang mengalami VF dan segera diobati dapat
terselamatkan hidupnya dan pulih kembali.Pengalaman
internasional dengan VF selama bertahun-tahun telah
menunjukkanlebih banyak nyawa yang terselamatkan dari
pemberian CPR seawal mungkin dikombinasikan dengan
pemberian defibrilasi sedini mungkin yang dilakukan
sendiri.
Ada beberapa penelitian yang cukup valid saat ini
yang menunjukkan manfaat utama pemberian defibrilasi dini
terhadap tingkat keberhasilan bertahan hidup. Inilah yang
menjadi alasan utama mengapa perlu menyediakan akses
fasilitasdefirbrilasi sedang dibuat dan meningkatkan jumlah
ketersediaan pada tempat-tempat umum.Perangkat yang
dapat memberikan defibrilasi/kejutan listrik yang dinamakan
automatic exsternaldefibrillator (AED) sekarang lebih
mudah didapatkan daripada sebelumnya.Apa yang
dibutuhkan untuk meningkatkan penyelamatan kelangsungan
hidup adalah penggunaan awal dari alat tersebut (AED) dan
diyakinibahwa perangkat ini dapat menyelamatkan
kehidupan.

Dampak Faktor Chain of Survival Pada Henti jantung


(Cardiac Arrest)
2. DEFIBRILLATOR EKSTERNAL OTOMATIS (AED)
Perangkat ini memberikan kejutan listrik untuk memulai
memacu kontraksi jantung. Alat ini ringan, perangkat portabel,
sedikit lebih besar dariukuran telapak tangan. Alat ini dapat
melakukan fungsi berikut:
 Menganalisis irama listrik jantung
 Menentukan apakah irama listrik jantung korban perlukejutan
(shockable) atau tidak (non shockable).
 Jika kejutan diperlukan maka secara otomatis alat ini mengisi
dan mengatur tingkat energinya. Jika kejutan tidak
diperlukan, maka perangkat tidak akan mengisi energi.
 Menyarankan penolongmelalui serangkaian konfirmasi suara,
apakahsiap memberikan shock, periksa pasien, atau
melanjutkan CPR.
 Memberikan sinyal untuk membantu penolong dalam
penghitungan tempo dan irama yang benar saat kompresi
dada.
Ada banyak jenis AED di pasaran. Alatini mungkin
terlihat berbedadan dalam berbagai bentuk dan ukuran. Namun,
alat ini memiliki cara kerja dengan prinsip dasar yang
sama. Belajar untuk menggunakan AED membantu memastikan
bahwa penolongmampu menggunakan perangkat segera pada saat
CPR sedang berlangsung, sehinggameminimalkan penundaan
yang tidak perlu. Waktu sangat penting dalam mengelola henti
jantung.Setiap menit waktu yang kita gunakan dalam memberikan
CPR dan AED dapat meningkatkan peluang hidupkorban.
Beberapa model AED

3. INDIKASI UNTUK PENGGUNAANAED


AED harus dibawa ke setiap orang yang mengalami
henti jantung. Henti jantung dapat terjadi di rumah, di tempat
kerja dan di tempat umum. Sekali henti jantung
diidentifikasi, AED harus dibawa saat CPR dimulai dan
berlangsung. Oleh karena itu, saat memanggil ambulans
gawat darurat (119), sekaligus menyerukan AED. Katakan
"Dapatkan AED". Semua pasien VF akan memerlukan
penggunaan AED.Untuk memungkinkan akses yang mudah
dan cepat dalam mendapatkan AED, disarankan agar
perangkat ini tersedia ketika korban mengalami VF dalam
waktu tiga menitsetelah diminta. Selain itu, AED harus
mudah terlihat dandiakses oleh semua pengguna. Alat ini
tidak boleh disimpan di lemari terkunci, tapidi daerah
terbuka, dipasang di dinding, atau stand khusus AED atau di
counter.Lampiran 1 memberikan pedoman pelaksanaan
program AED pada setiap fasilitas umum di Indonesia.

4. PERSIAPAN PENGGUNAAN AED UNTUK KORBAN


a. Penolong pertama-tama harus memastikan bahwa
korban dan lingkungan aman untuk
penggunaanAED. Untuk itu hindari hal berikut:
1) Permukaan logam: menghapus korban dari kontak
dengan permukaan logam. Hal ini dapat
menghantarkan arus listrik kepadapenolong
2) Air: Keringat dan kelembaban adalah konduktor dan
menimbulkan bahaya bagipenolong. Hal ini dapat
mengurangi adhesi bantalan untuk dinding
dada. Jikadada basah (korban berkeringat atau
berada di air), lap kering denganhanduk.
3) Gas: jika korban berada di ruangan dengan asap,
keluarkan ke daerah terbuka. Uapmungkin mudah
terbakar dan meningkatkan potensi bahaya
kebakaran.
b. Buka pakaian korban pada area dada untuk
memudahkan penempelan pad AED. Jika diperlukan
gunting pakaian korban. Seringkali lebih mudah dengan
melepaskan baju korban atau blus dan menempelkan
pad pada dinding dada korban,terutama pada pasien
wanita. Setelah pad ditempelkan, pakaian pasien dapat
dipakai menutupi dinding dada kembali. Tidak perlu
untuk mengekspos dadauntuk melakukan defibrilasi.
c. Patch obat atau elektroda yang menempel pada dinding
dada harus dibuka karena mungkin tumpang tindih
dengan pad defibrilasi. Hal inidapat berpotensi
mengakibatkan luka bakar pada kulit.
d. Jika banyak bulu dada di area untuk penempelan
pad,maka harus dicukur. AED dilengkapi dengan alat
cukurdan pisau untuk mempercepat proses penempelan
pad. Hal ini untuk memastikan pad menempel dengan
baik pada dada.

5. PENEMPATAN PADS DEFIBRILASI


a. Buka kemasanpad defibrilator dengan memasang kabel
dankonektor. Buka secara perlahan pelindung pad.
b. Paddefibrilasi memiliki gambar berwarna yang
menginformasikan dan menginstruksikanpengguna di
mana pad ditempelkan.
c. Pad sebelah kanan ditempatkan tepat di sebelah kanan
tulang dada, tepat di bawah tulang selangka.
d. Pad sebelah kiri ditempatkan tepat di bawah dan di
sebelah kiri puting susu sebelah luar dinding dada kiri.
e. Tidak perlu melepaskan seluruh pakaian untuk
menempatkan pad pada dinding dada.Cukup
mengangkat kemeja atau blus, menempatkan pad pada
posisi yang benar danmemastikan pad terpasang dengan
rapat. Kemudian menutupi payudara ataudaerah puting
dengan pakaian pasien.
f. Penempelan pad defibrilasi pada dinding dada harus
dilakukandengan cepat dan meminimalkan
interupsi/jeda untuk kompresi dada.
g. Untuk korban dengan alat
pacu jantung atau
defibrillator jantung
implan,tempelkan pad
setidaknya empat jari dari
implan tersebut.
6. PROSEDUR DEFIBRILASI

Pasang AED ketika CPR sedang berlangsung


Lanjutkan tahapan CPR – A – B – C
Buka kemasan AED
Persiapkan dada korban
Pasang Pad – dada kanan dan dada kiri
Hidupkan AED, sambungkan konektor
Analisis irama jantung

1. Buka tas AED dan persiapkan dada korbansambil terus


melakukan CPR.Jangan menunda CPR pada saat
pemasangan pad defibrilasi.
2. Kemudian tekan tombol ON. Beberapa AED secara
otomatis akan ON ketika penutup AED terbuka.
3. Sambungkan konektor di salah satu ujung sambungan
kabel AED.
4. AED awalnya akan menganalisis irama jantung. AED
akanmemberikan suara seperti "ANALYSING HEART
RHYTH” (“Menganalisis irama Jantung”). DONOT
TOUCH THE PATIENT (JANGAN MENYENTUH
PASIEN)". Jika Anda mendengar ini, berhenti
CPR. Janganmenjauh dari pasien. Jangan biarkan orang
lain menyentuhpasien pada saat AED sedang
menganalisis irama jantung. Angkat dan jauhkan tangan
dari korban lalu katakan dengan jelas "Stand Clear".
5. Jika korban memiliki irama shockable (yaitu VF), AED
akan mengisi energi secara otomatis. Pengisian dapat
diindikasikan dengan bunyi alarm dari AED dan
berlangsung beberapa detik.
6. Sementara AED mengisi energi, penolong harus terus
memberikan CPR.
7. Setelah AED terisi penuh, maka akan keluar perintah
kepada penolong "PRESSTHE SHOCK BUTTON
NOW” “TEKAN TOMBOL SEKARANG". Penolong
kemudian menyatakan dengan jelas"Stand Clear",
pastikan cepat bahwa tidak ada yang menyentuhpasien,
dan kemudian menekan tombol kejutan pada AED
selama dua detik sebelum melepaskannya.
8. Setelah pemberian shock/kejutan, segera posisikan
tangan didinding dada dan mulai kompresi dada
sebanyak 100 permenit. Lanjutkan siklus CPR 30: 2
CPR selama minimal 1 menit sampaiAED
menyarankan:“ANALYSING HEART RHYTHM. DO
NOT TOUCH THE PATIENT”.
9. Satu menit CPR adalah sekitar 3 siklus. Saat
menggunakan AED, penggunaan hitungan kompresi
dada disesuikan dengan sistem pada AED,
jikatersedia. Ini akan membantu Anda waktu kompresi
dada tepat 100 kali per menit.
10. Jika AED merekam irama yang non-shockable, ia akan
memintapenolong "SHOCK NOT ADVISED. CHECK
THE PATIENT”“KEJUTAN TIDAK
DIBERITAHU. PERIKSA PASIEN ".
11. Jika pasien masih tidak bernapas, atau hanya gasping,
teruskan CPR.
12. Jika bernapas secara normal atau sadar, berikan posisi
pemulihan. Jangan lepaskan AED dai
pasien. Terusuntuk memantau korban setiap beberapa
menit dengan melihat pernapasan dan respon pasien dan
mendengarkan hasil analisis irama jantung dari AED
secara teratur.
13. Jika pasien masih tidak bernapas, lanjutkan CPR dan
ikuti instruksi dari AED hingga tim ambulans gawat
darurat datang.
14. AED harus tetap terhubung ke pasien sampaikorban
diserahkan kepada tim ambulans gawat darurat.
Pemeriksaan dan pemantauan NADI hanya
dapat dilakukan oleh TENAGA KESEHATAN
TERLATIH. Masyarakat awam hanya perlu memeriksa
pernapasan selama pemantauan rutin kondisi
pasien. Cek nadi adalah pemeriksaan tambahan yang
boleh dilakukan oleh petugas kesehatan. Tidak
disarankan bentuk evaluasi yang terlalu lama. Setiap
cek nadi tidak boleh memperlama interupsi saat
kompresi dada jika CPR sedang
berlangsung. Pemeriksaan nadi dan pernapasan secara
bersamaan tidak boleh lebih dari 10 detik.

TINDAKAN SETELAH PROSEDUR AED SELESAI


1. Ketika tim ambulans gawat darurat telah datang dan
mengambil alih korban, sampaikan kepada mereka
tentang ringkasan peristiwa yang terjadi, terutama:
a. Waktu serangan (estimasi sebaik mungkin)
b. Jenis CPR yang telah dilakukan, CPR 30: 2 atau
CPR-dengan hanya kompresi dada
c. Apakah sudah menggunakan AED
d. Berapa banyak kejutan yang diberikan?
e. Riwayat kesehatan sebelumnya dan obat-obatan,
jika diketahui.
f. Jika tersedia, memberikan dokumen yang berisi
daftar peristiwa yang dialami.
g. Membantu tim sampai korban dimuat ke dalam
ambulans
2. Kabel defibrilasi dengan pad-nya yang terpasang pada
korban terikut diambulans. Ini harus
diganti. Menginformasikan kepada manajer
keselamatandalam kasus perusahaan komersial atau
tempat kerja, ataupusat komunitas atau kantor
manajemen perumahan lokal agar mereka dapat
mengganti pad AED dengan segera.
3. Selain itu, aksesoris lainnya di kotak AED akan
perludiganti. Hal ini biasanya akan menjadi tanggung
jawab pengelola fasilitas. Item yang harus diganti
meliputi:
a. Sebuah kita alat cukur
b. Handuk, jika digunakan
c. Sarung tangan, jika digunakan
4. Baterai AED harus selalu diperiksa ada kemungkinan
harus diganti.Hubungi vendor perangkat AED untuk
saran penggantian.
5. Jika AED telah dikeluarkan dari kotak dengan kunci
dalam jendela kaca tipis, mungkin telah rusak untuk
mengembalikan dan menyimpan kunci. Jendela ini
perlu diganti dan agar kunci dapat ditempatkan
kembali.
6. Sebagian AED memiliki chip yang merekam urutan
resusitasi.Dapatkan vendor AED untuk mencetak
catatan dari chip ini. Hal ini bergunauntuk tujuan audit
jaminan mutu.

PERAWATAN AED
1. AED hampir bebas perawatan. Penggantian bagian
AED yang telah digunakan telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya.
2. Indikator baterai pada AED perlu diperiksa setiap hari
untukmemastikan baterai masih dapat berfungsi dengan
baik. Setelah display baterai lemah, langkah-langkah
untuk mengganti baterai segera harusdilakukan.
RINGKASAN PROTOKOL AED

VERIFIKASI ADANYA
HENTI JANTUNG
Cek Respon (Tidak Ada)

Call 119/Ambilkan AED

Cek Pernapasan (Tidak Ada)

Cek Nadi (Hanya untuk Tenaga


Kesehatan

Mulai CPR

Pasang AED

SHOCK ADVISED (Kejutan


Diberitahukan)

Analisis Tidak Ya Analisis

Cek Nadi dan Pernapasan Tekan untuk Kejutan

Tidak Ada Ada Ulangi CPR

Ulangi CPR 30:2 selama 1 Posisi pemulihan dan pantau nadi dan pernapasan
menit setiap 5 menit

Anda mungkin juga menyukai